Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KOPI KARO

(Studi Kasus Kedai Teduh Kenduri Kopi di Kota Medan)

PROPOSAL

OLEH

SYAVA ELENA NURAINI Br. SILABAN

188220184

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
2022
ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KOPI KARO
(Studi Kasus Kedai Teduh Kenduri Kopi di Kota Medan)

PROPOSAL

OLEH:

SYAVA ELENA NURAINI SILABAN


18.822.0184

Proposal Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi S1

Di Fakultas Pertanian Universitas Medan Area

Komisi Pembimbing:

(Dr. Ir. Hj. Siti Mardiana, MSi.) (Muhammad Fadly Abdina, S.P,M.Si)
Pembimbing I Pembimbing II

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberi rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

ini. Adapun tulisan ini berjudul “ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KOPI

KARO (Studi Kasus Kedai Teduh Kenduri Kopi di Kota Medan)” yang

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian Universitas Medan Area.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih banyak

kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Zulheri Noer, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Medan Area.

2. Ibu Fastabiqul Khairad, SP, M. Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Medan Area.

3. Ibu Dr. Ir. Hj. Siti Mardiana, MSi. selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

4. Bapak Muhammad Fadly Abdina, S.P, M.Si selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah banyak memberikan dorongan moril

maupun material serta motivasi kepada penulis.

6. Teman- teman yang telah membantu dan memberikan dukungannya kepada

penulis dalam meyelesaikan proposal ini.

i
7. Bapak/Ibu Dosen beserta staff dan pegawai Fakultas Pertanian Universitas

Medan Area yang ikut serta mendukung dan melayani penulis selama

menyiapkan proposal ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam proposal

ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan proposal ini

Medan, Juli 2022

Syava Elena Nuraini Silaban

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN................................................................................................iv
1.1 Latar Belakang..................................................................................................iv
1.2 Perumusan Masalah........................................................................................viii
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................viii
1.4 Hipotesis Penelitian.........................................................................................viii
1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................................viii
1.6 Kerangka Pemikiran.........................................................................................ix
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................10
2.1 Kopi...................................................................................................................10
2.2 Pemasaran.........................................................................................................15
2.3 Analisis SWOT.................................................................................................17
2.4 Analisis Strategi................................................................................................18
2.5 Matriks SWOT..................................................Error! Bookmark not defined.19
III. METODE PENELITIAN................................................................................23
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................................23
3.2 Metode Pengambilan Sampel..........................................................................23
3.3 Metode Pengumpulan Data.............................................................................23
3.4 Metode Analisis Data.......................................................................................24
3.5 Definisi Operasional Variabel.........................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................29

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Strategi pemasaran merupakan cara untuk memperkenalkan suatu produk

kepada konsumen. Hal ini penting karena menyangkut keuntungan perusahaan.

Strategi pemasaran paling baik bila didukung oleh rencana terstruktur di dalam

dan di luar perusahaan.

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan administratif di mana individu

dan kelompok memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,

menyerahkan, dan mempertukarkan hal-hal yang berharga satu sama lain (Kotler,

2007). Dengan pemasaran produk yang baik, Anda dapat meningkatkan penjualan

dan mendapatkan pangsa pasar. Ketika itu terjadi, tidak ada keraguan bahwa

perusahaan akan mendapat untung paling banyak. Pemasaran produk yang tidak

akurat atau tidak tepat dapat menyebabkan penjualan yang lebih rendah, yang

pada gilirannya menyebabkan keuntungan yang lebih rendah bagi perusahaan.

Menerapkan pemasaran berarti mencari tahu apa yang dibutuhkan

konsumen, berusaha menghasilkan produk atau jasa yang dapat memenuhi

kebutuhan tersebut, dan bahwa produk atau jasa yang dihasilkan memenuhi

kebutuhan tersebut, artinya berusaha meyakinkan konsumen. Kebutuhan

konsumen, di sisi lain, berubah dan berubah dengan cepat karena faktor-faktor

yang berkontribusi terhadap kemajuan teknologi, pertumbuhan ekonomi,

perkembangan budaya, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Agar suatu

perusahaan tetap dapat bersaing dengan perusahaan lain yang telah mengeluarkan

produk atau alternatif sejenis, manajemen perlu dapat menangani perusahaan

dengan baik. Untuk mencegah konsumen dan pelanggan yang ada beralih ke

iv
perusahaan lain. Bisnis membutuhkan pemahaman yang lebih baik tentang

kebutuhan dan keinginan semua konsumen. Atau, bisnis harus mampu

menciptakan produk yang memenuhi kebutuhan konsumen. Pemasaran yang baik

juga diperlukan (Supariyani, 2004).

Kegiatan pengembangan produk dapat berhasil jika perusahaan senantiasa

berinteraksi dengan konsumen untuk menemukan kebutuhan dan kebutuhannya.

Pengembangan produk berupa pengembangan kualitas, desain, pengemasan,

pelayanan konsumen, dan pemasaran produk kopi. Pengembangan produk kopi

diperlukan untuk meningkatkan minat konsumen terhadap produk kopi yang

dihasilkan.

Kopi adalah tanaman perkebunan yang sudah menjadi tanaman sejak lama

Itu dibudidayakan. Tanaman kopi juga menjadi sumber pendapatan masyarakat

Peningkatan devisa negara karena ekspor benih mentah dan olahan kopi. Tanaman

kopi berasal dari Afrika dan Asia Tingginya mencapai 5 meter, selatan termasuk

Rubiaceae. Tanaman kopi memiliki bunga pada daun dengan panjang 5-10 cm

dan lebar 5 cm Kopi putih dan cherry kopi oval kuning hijau hitam. Biji kopi bisa

dipetik 7-9 bulan setelah lahir. (Harian, 2012)

Kopi adalah salah satu bahan perkebunan yang paling berharga Sangat

ekonomis dan memegang peranan penting dibandingkan dengan tanaman

perkebunan lainnya. Merupakan sumber devisa yang penting. Kopi tidak hanya

memainkan peran penting dalam hal ini Tidak hanya sumber forex, tetapi juga

sumber pendapatan 1,5 juta petani kopi Indonesia sukses di agribisnis Kopi

membutuhkan dukungan semua orang yang terlibat dalam proses produksi

Pengolahan kopi dan pemasaran produk kopi. Upaya perbaikan Produktivitas dan

v
kualitas kopi adalah daya saing kopi Indonesia mampu bersaing di pasar dunia

(Rahardjo, 2012).

Pertama-tama, minum kopi merupakan tradisi masyarakat Indonesia yang

sudah ada sejak lama. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi

terbesar di dunia. Aceh, Lampung, Medan, Jawa dan Sulawesi adalah contoh

daerah yang terkenal dengan produksi biji kopinya. Di Indonesia, kopi dapat

dinikmati oleh semua kelompok umur, baik remaja, dewasa maupun orang tua.

Semua kopi adalah konsumsi sehari-hari selain makanan pokok sehari-hari.

Awalnya hanya dijual di pinggir jalan lima, kopi dengan tampilan sederhana kini

telah masuk ke pusat perbelanjaan mewah dan hotel bintang lima. Sebuah layanan

yang memungkinkan konsumen untuk memesan makanan dan minuman ringan.

Tabel 1. Data Luas Lahan dan Jumlah Produksi Kopi di Provinsi Sumatera Utara
Kopi Arabika
Kabupaten/ Luas Tanaman (Ha) Produksi (Ton)
Kota 2018 2019 2020 2018 2019 2020
Sumatera Utara 77765 77765 77834 66831 66831 67469
Mandailing Natal 3554 3554 3564 2332 2332 2533
Tapanuli Selatan 4608 4608 4606 2098 2098 2103
Samosir 5058 5058 5064 4157 4157 4163
Tapanuli Utara 16467 16467 16468 15213 15213 1522
Toba Samosir 4784 4784 4788 4187 4187 4403
Pakpak Barat 959 959 964 1085 1085 1084
Simalungun 8217 8217 8233 10324 10324 10523
Dairi 12088 12088 12099 9612 9612 9613
Karo 9198 9198 9205 7402 7402 7403
Deli Serdang 713 713 711 666 666 663
Langkat 75 75 75 78 78 78
Humbang
12044 12044 12057 9677 9677 9683
Hasundutan
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 1. Diperoleh Luas Lahan dan Jumlah Produksi data

Kopi Arabica di Sumatera Utara mengalami peningkatan dimana pada tahun 2020

luas lahan mencapai 77834.00 Ha dan jumlah produksi sebesar 67469.00 Ton.

vi
Khususnya pada kabupaten karo juga mengalami peningkatan Luas Lahan dan

Jumlah Produksi yakni pada tahun 2020 sebesar 9205.00 Hektar dan Jumlah

Produksi sekitar 7403.00 Ton.

Salah satu kopi yang cukup terkenal dikalangan penikmat kopi didaerah

Kota Medan adalah Kopi Karo, walaupun nama Kopi Karo memang belum

seterkenal varietas Aceh Gayo atau Sidikalang yang sama-sama berasal dari Pulau

Sumatera. Kopi Karo memiliki cita rasa yang pahit yang dibalut dengan rasa

asam, karena Kopi Karo sendiri adalah jenis Kopi Arabica, dari segi harga Kopi

Karo termasuk salah satu kopi dengan harga yang cukup fantastis, Kopi Karo

dibandrol dengan harga Rp. 200.000/Kg, namun kopi karo masih kopi yang

banyak diminati karena memiliki rasa yang cukup berbeda dengan rasa kopi khas

sumatera lainnya.

Tabel 2. Data Produksi dan Penjualan Kopi Karo di Kedai Teduh Kenduri
Kopi.
No. Jenis Kopi Jumlah Produksi (Kg) Penjualan (Kg)
1. Lintong 0,5 0,5
2. Gayo 1 1
3. Mandailing 0,5 0,5
4. Karo 8 8
5. Sidikalang 0,5 0,5
Sumber :Pemilik UMKM Kedai Teduh Kenduri Kopi dalam angka bulan Mei.

Berdasarkan Tabel 2. Diperoleh jumlah produksi dan penjualan jenis kopi

karo lebih tinggi dibandingkan jenis kopi yang lain yaitu sebesar 8 kg Jumlah

produksi dan penjualan, yang artinya setiap kopi yang dijadikan stock selalu habis

dalam sebulan tidak tersisa.

Kedai Teduh Kenduri Kopi adalah sebuah UMKM yang menjual berbagai

olahan jenis biji kopi contohnya seperti sanger dan v60, biji kopi yang dijualpun

vii
beragam mulai dari lintong, gayo, mandailing dan sidikalang, namun yang

menjadi basic kopi serta best sellernya adalah Kopi Karo.

Berdasarkan Fakta dan Latar Belakang diatas Peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KOPI

KARO (Studi Kasus Kedai Teduh Kenduri Kopi di Kota Medan)”

1.2 Perumusan Masalah

1. Bagaimana strategi pemasaran Kopi Karo di UMKM Kedai Teduh

Kenduri Kopi?

2. Apa saja faktor lingkungan internal dan eksternal dalam pemasaran

Kopi Karo?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal

dalam pemasaran Kopi Karo.

2. Menentukan strategi pemasaran Kopi Karo di Kota Medan.

1.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis

dalam penelitian ini diduga Faktor lingkungan internal dan eksternal

mempengaruhi Strategi Pemasaran Kopi Karo.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan pertimbangan dan informasi pihak-pihak yang ingin

mengembangkan komoditas Kopi Karo secara komersial di masa yang

akan datang.

viii
2. Sebagai bahan acuan bagi para peneliti selanjutnya dalam melakukan riset

tentang Strategi Pemasaran komoditas Kopi Karo.

1.6 Kerangka Pemikiran

PELUANG (O) KEKUATAN (S)

EKSTERNAL INTERNAL

USAHA
KOPI
KARO

ANCAMAN (T) KELEMAHAN (W)

EKSTERNAL INTERNAL

STRATEGI PEMASARAN

Skema Kerangka Pemikiran.


Keterangan : Hubungan yang mempengaruhi

ix
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kopi

Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang telah

dibudidayakan sejak lama dan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Kopi

berasal dari Afrika, wilayah pegunungan Ethiopia. Namun, kopi sendiri baru

dikenal masyarakat global setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar wilayah

asli Yaman di Arabia selatan (Hamni, 2013).

Kopi arabika merupakan salah satu jenis kopi tertua yang dikenal dan

dibudidayakan di seluruh dunia. Kopi arabika membutuhkan iklim subtropis

dibulan-bulan kering untuk pembungaannya. Tanaman kopi varietas arabika

diindonesia cocok dibudidayakan di daerah dengan ketinggian 800-1500 m dan

suhu rata-rata 15-24°C. Pada suhu 25 ° C, aktivitas fotosintesis tanaman

berkurang, yang secara langsung mempengaruhi hasil kebun. Banyak varietas

kopi arabika yang tidak tahan terhadap karat daun, sehingga disarankan untuk

tidak menanam kopi arabika di daerah di bawah permukaan laut (Sihombing,

2011).

Kondisi lingkungan tempat tumbuh tanaman kopi yang paling berpengaruh

terhadap produktivitas tanaman kopi adalah jumlah dan jenis curah hujan. Oleh

karena itu, varietas kopi yang dibudidayakan perlu disesuaikan dengan ketinggian

tempat dan kondisi curah hujan di daerah tersebut (Ernawati et al., 2008).

Menurut Panggabean (2011) dari Anshori (2014), ciri morfologi khas kopi

arabika adalah mahkota kecil, tipis, beberapa di antaranya ketai dan ukuran daun

kecil. Biji kopi arabika memiliki beberapa karakteristik dibandingkan dengan

jenis biji kopi lainnya yaitu bentuk agak memanjang, cembung tidak terlalu tinggi,

10
lebih terang dari spesies lain, ujung kacang mengkilat, dan belahan tengah

berlekuk pada bidang datar.

Klasifikasi tanaman kopi arabika menurut Rahardjo (2012) adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionita

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Astridae

Ordo : Gentianacea

Family : Rubiaceace

Genus : Coffea

Spesies : Coffea Arabica

Memang Kopi Karo ini tidak begitu dikenal seperti varietas Aceh gayo

dan Sidikalang dari Sumatera. Kopi karo memang sudah terkenal pada masa

penjajahan Belanda, namun juga berhasil diperdagangkan hingga ke Eropa. Kopi

karo seperti jenis kopi lainnya di Indonesia, memiliki sejarah yang panjang. Kopi

jenis ini sudah lama dikenal masyarakat adat karo, suku yang berasal dari dataran

tinggi Sumatera bagian utara.

Tanaman kopi merupakan salah satu tanaman utama Sumatera dan banyak

dibudidayakan oleh masyarakat, termasuk Kabupaten Karo. Karo adalah salah

satu suku Sumatera Utara yang mendiami dataran tinggi Kabupaten Karo. Kopi

merupakan produk perkebunan yang penting untuk meningkatkan perekonomian

masyarakat yang tinggal di Kabupaten Karo. Jenis kopi yang dikembangkan di

11
Kabupaten Karo adalah kopi Arabica. Pada umumnya tanaman kopi tumbuh pada

ketinggian 500 hingga 2000 m di atas permukaan laut, suhu rata-rata 21 hingga

24°C, dan curah hujan 2000 hingga 3000 mm, serta didukung oleh struktur tanah

yang baik dengan kandungan bahan organik. Dengan kandungan bahan organik

3% dan nilai pH 5,5 – 6,5 membuat Kopi Karo tumbuh dengan baik. Pengolahan

pasca panen kopi menggunakan proses tradisional atau alami karena dapat

menjaga kualitas biji kopi itu sendiri.

Tanaman kopi yang terdapat di Tanah Karo tersebar di seluruh Kecamatan,

Perkebunan yang paling luas terdapat di Kecamatan Merek, Tiga Panah, Simpang

Empat, Payung dan Munthe. Saat ini Kecamatan Merek dikenal sebagai sentra

produksi Kopi, karena wilayah ini merupakan daerah pengembangan tanaman

Kopi yang kini mencapai 1500 Ha. Kini tercatat seluas 5045 Ha dengan produksi

10.837,85 Ton tanaman Kopi yang ada di Kabupaten Karo.

Kopi jenis ini juga akan tumbuh baik ketika ditanam pada ketinggian

antara 1275 sampai 1300 mdpl. Selain itu, hal yang menarik yang bisa ditemukan

di kopi ini ialah bahwa kopi ini mempunyai rasa asam-asam seperti dicampuri

oleh jeruk. Kopi Karo dan Kopi Aceh Gayo mempunyai sebuah kemiripan karena

sama-sama berasal dari varietas Arabika. Kopi Karo juga memiliki fruity citrus

yang kuat karena ditanam bersama buah-buahan dan sayuran. Rasa Kopi Karo ini

sangat mirip dengan Kopi Aceh Gayo yang terasa segar dan sedikit asam. Body

atau teksturnya cenderung sedang, selain itu karakter aromanya pun sama dengan

jenis kopi di Indonesia lainnya yang memiliki bau rempah-rempah yang kuat serta

sedikit tercium manisnya cokelat.

12
Walaupun belum sepopuler Kopi Aceh Gayo, biji kopi asal tanah Karo ini

mulai sudah mudah dijumpai di coffee shop kota-kota besar di Indonesia.

Biasanya Kopi Karo akan disajikan sebagai kopi single origin karena memiliki

karakter rasa yang kuat.

Komponen Uji Cita rasa

Secara umum citarasa utama pada kopi adalah fragrance (bau kopi bubuk

kering), aroma (bau sedap), flavor (khas bau kopi), body (kekentalan), acidity

(rasa asam enak), bitterness (rasa pahit), dan sweetness (rasa manis). Sedangkan

indikator lain untuk menilai citarasa adalah keseimbangan rasa, kebersihan rasa,

dan keseragaman rasa. Lalu secara khusus, cita rasa ditentukan dari:

1. Aroma. Fragrance (bau dari kopi ketika masih kering) dan aroma (bau dari

kopi ketika diseduh dengan air panas) adalah aspek dari aroma yang dapat

dinilai melalui tahapan berikut: Mencium bubuk kopi yang berbeda dalam

mangkok sebelum di tuang dengan air, mencium aroma saat mengaduk

permukaan kopi seduhan, dan mencium aroma kopi saat kopi sudah larut.

2. Flavour menunjukan sifat khusus yang merupakan kombinasi antara aroma,

acidity dan after taste. Flavour di rasakan pada lidah sekaligus pada hidung

ketika aroma uap mengalir dari mulut ke hidung. Flavour akan menentukan

nilai pada kualitas dan kompleksitas.

3. After taste adalah lama bertahannya suatu flavour positif (rasa dan aroma)

yang berasal dari langit-langit belakang mulut dan bertahan setelah kopi

dibuang atau ditelan. Jika after taste langsung hilang dan tidak enak maka

diberikan nilai rendah.

4. Acidity sering digambarkan sebagai rasa asam yang enak, atau masam jika

13
tidak enak. Acidity yang baik akan terasa manis seperti rasa buah segar yang

langsung terasa saat kopi diseruput. Sebaliknya acidity yang terlalu dominan

dikategorikan tidak enak. Acidity yang tinggi seperti pada kopi Kenya dan

acidity yang rendah seperti kopi Sumatra biasanya menjadi acuan para cup

taster.

5. Body adalah rasa ketika kopi masuk kedalam mulut khususnya antara lidah

dan langit-langit mulut. Biasanya body yang kental mendapat nilai yang

tinggi. Namun body yang ringan juga dapat memiliki rasa enak di mulut.

Kopi yang memiliki body yang kental seperti kopi Sumatra atau kopi yang

memiliki body ringan seperti kopi Mexico juga menjadi acuan walaupun

berbeda.

6. Balance, Semua aspek flavor, after taste,acidity, body yang seimbang

disebut balance. Jika kurang saja salah satu aspeknya atau berlebihan akan

mengakibatkan nilai balance berkurang.

7. Sweetness, kopi mengandung karbohidrat sehingga akan timbul rasa manis

yang menyenangkan. Lawan dari manis dalam konteks ini adalah sour,

astringent atau mentah. Sweetness berbeda dengan rasa sukrosa yang

ditemukan dalam minuman ringan/soft drink.

8. Clean cup, dalam menilai Clean Cup perlu memperhatikan tahap

cupping sejak awal. Apabila tidak ada nilai negatif dari cita rasa sampai

after taste maka akan mendapatkan nilai, sebaliknya kopi yang tidak

memiliki rasa dan aroma akan disingkirkan.

9. Uniformity, adanya keseragaman aroma dari setiap mangkok.

10. Overall, penilaian yang mencerminkan aspek keseluruhan diatas. Jika kopi

14
memiliki kriteria yang diharapkan dan memiliki aroma khas akan diberi

nilai yang tinggi.

11. Defects, Aroma negatif atau cacat yang mengurangi kualitas kopi seperti

Taint atau bau tercemar dan Fault atau rasa yang tidak enak.

2.2 Pemasaran

Dalam pengertian sempit, pemasaran hanyalah menjual dan mengiklankan.

Djaslim (2003) mengemukakan bahwa “pemasaran adalah suatu sistem total dari

kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetukan harga, promosi,

mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai

pasar sasaran serta tujuan perusahaan”.

Dalam pengertian modern dan globalisasi saat ini, defenisi pemasaran

lebih luas lagi, di mana para pemasar sudah lebih berorientasi pada pelanggan,

pada kepuasan pelanggan dan kesetiaan pelanggan terhadap produk dan merek.

Kotler dan Armstrong (2009) memberikan defenisi pemasaran yang mana

pemasaran didefinisikan sebagai suatu “fungsi organisasi dan seperangkat proses

yang menciptakan, komunikasikan, menyampaikan, pada pelanggan dan untuk

mengelola kerelasian pelanggan untuk mencapai benefit bagi organisasi

(stakeholder)”.

Untuk memahami kemampuan pemasaran, Ada perlunya memahami

konsep inti dari kebutuhan, keinginan, dan permintaan. Kebutuhan adalah syarat

hidup dasar manusia, dan manusia membutuhkan udara, makanan, air, pakaian,

dan tempat tinggal untuk bertahan hidup. Orang juga memiliki kebutuhan yang

kuat untuk rekreasi, pendidikan dan hiburan. Kebutuhan tersebut menjadi

keinginan bila diarahkan pada suatu objek tertentu yang dapat memenuhi

15
kebutuhan tersebut. Konsumen di AS membuat bahan makanan, tetapi mereka

mungkin menginginkan burger, kentang goreng, dan soda. Orang Mauritius

membutuhkan makanan, tetapi mungkin mangga, nasi, lentil, dan kacang-

kacangan. Keinginan itu dibentuk oleh masyarakat (Abdurrahman, 2015).

Permintaan adalah keinginan akan produk tertentu, yang didukung oleh

kemampuan membayar, yang diinginkan banyak orang, tetapi sedikit yang dapat

atau mau membeli. Perusahaan perlu mengukur tidak hanya jumlah orang yang

menginginkan suatu produk, tetapi juga jumlah orang yang mau membelinya.

Perbedaan ini menekankan bahwa pemasar menciptakan kebutuhan atau memaksa

orang untuk membeli apa yang tidak mereka inginkan. Memahami kebutuhan dan

keinginan pelanggan tidak selalu mudah. Beberapa pelanggan memiliki kebutuhan

yang tidak sepenuhnya mereka sadari atau tidak dapat dengan jelas

mengungkapkan kebutuhan mereka. Kotler dan Armstrong (2009) mengusulkan

bahwa model proses pemasaran yang disempurnakan terdiri dari lima langkah

yang harus dilakukan. Empat langkah pertama berfokus pada penciptaan nilai bagi

pelanggan dan membangun hubungan pelanggan. Langkah pertama bagi

perusahaan adalah memahami pasar dengan menyelidiki kebutuhan dan keinginan

pelanggan dan mengatur informasi pemasaran dan data pelanggan. Langkah kedua

adalah memahami dan merancang strategi pemasaran yang berpusat pada

pelanggan berdasarkan jawaban atas dua pertanyaan sederhana. Pertama,

konsumen mana yang akan dilayani (pilih pelanggan yang akan dilayani dan

tentukan pasar sasarannya). Kedua, apa cara terbaik untuk melayani pelanggan

Anda? (Nilai referensi yang diusulkan dan penentuan posisi).

16
Langkah ketiga adalah mengintegrasikan dan memberikan nilai superior

dengan menggabungkan empat elemen pemasaran atau P4 yang mengubah

strategi pemasaran Anda menjadi nilai sebenarnya bagi pelanggan Anda (desain

produk dan branding, penetapan harga, distribusi, promosi yang kuat) Ini tentang

membangun program pemasaran. .. Langkah keempat dan paling penting adalah

membangun hubungan yang menguntungkan dan menciptakan nilai pelanggan.

Ini akan menjadi tugas mengelola hubungan pelanggan yang dipilih dan

membangun hubungan kemitraan.

Pada langkah kelima, perusahaan mendapat manfaat dari hubungan

pelanggan yang kuat dengan memahami nilai pelanggannya. Dengan cara ini,

perusahaan menciptakan keuntungan dan nilai pelanggan, menciptakan pelanggan

yang puas dan setia, menciptakan nilai seumur hidup pelanggan, dan

meningkatkan pangsa pasar dan pangsa kompetitif. Untuk menciptakan nilai bagi

pelanggan, membangun hubungan dengan mereka, dan mendapatkan nilai dari

mereka, perusahaan dapat menggunakan teknologi pemasaran, mengatur pasar

global, dan memastikan tanggung jawab etis dan sosial Masu (Kotler dan

Armstrong (2009).

2.3 Analisis SWOT

Menurut Afridhal (2017) Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai

faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan

peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan

strategi selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan

17
kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner)

harus menganalisis faktorfaktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan

Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis

SWOT. Analsis SWOT dapat dibagikan dalam lima langkah :

1. Menyiapkan sesi SWOT

2. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan

3. Mengidentifikasi kesempatan dan ancaman

4. Melakukan ranking terhadap kekuatan dan kelemahan

5. Menganalisis kekuatan dan kelemahan.

Menurut Afridhal (2017) Manfaat analisa SWOT adalah meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman organisasi. Menurut Afridhal (2017) Analisis situasi

merupakan awal proses perumusan strategi. Selain itu, analisis situasi juga

mengharuskan para manajer strategis untuk menemukan kesesuaian startegis

antara peluang eksternal dan kekuatan internal, disamping memperhatikan

ancaman eksternal dan kelemahan internal.

2.4 Analisis Strategi

Menurut Afridhal (2017) Teknik-teknik perumusan strategi yang penting

dapat diintegrasikan ke dalam kerangka pembuatan keputusan tiga tahap. Tahap 1

dari kerangka perumusan terdiri dari Matriks EFE, Matriks EFI, dan Matriks

Profil Kompetitif (Competitive Profil Matrix-CPM) disebut Tahap Masukan

(Input Stage).

1. Tahap 1 meringkas informasi masukan dasar yang diperlukan untuk

merumuskan strategi.

18
2. Tahap 2 disebut Tahap Pencocokan (Matching Stage), fokus pada

upaya menghasilkan strategi alternatif yang dapat dijalankan

(feasible) dengan memadukan faktor-faktor eksternal dan internal.

Teknik-teknik tahap 2 terdiri dari Matriks Strengths Weaknesses

Opportunities Threats (SWOT) atau Ancaman Peluang Kelemahan

Kekuatan, Matriks BCG (Boston Consulting Group), Matriks

Internal Eksternal (IE), dan Matriks Grand Strategy (Strategi

Induk).

3. Tahap 3 disebut Tahap Keputusan (Decision Stage), menggunakan

satu macam teknik, yaitu Quantitative Strategic Planning Matrix

(QSPM). QSPM menggunakan informasi masukan dari Tahap 1.

untuk secara objektif mengevaluasi strategi alternatif dapat

dijalankan yang diidentifikasi dalam Tahap 2. QSPM mengungkap

daya tarik relatif dari strategi alternatif dan karena itu menjadi

dasar objektif untuk memilih strategi spesifik.

2.5 Matriks SWOT

Menurut Afridhal (2017), Matriks SWOT merupakan alat yang digunakan

untuk faktor-faktor strategis dalam suatu perusahaan. Matriks ini menunjukkan

bagaimana peluang dan ancaman eksternal dikelola dengan kekuatan dan

kelemahannya. Matriks SWOT ini dapat menghasilkan empat sel untuk

kemungkinan strategi alternatif. Strategi S-O menuntut perusahaan untuk dapat

menangkap peluang melalui kekuatan internal yang dimiliki. Strategi W-O perlu

meminimalkan kelemahan ketika perusahaan memanfaatkan peluang. Strategi ST

mengoptimalkan kekuatan untuk menghindari ancaman, dan WT meminimalkan

19
kelemahan untuk menghindari ancaman.

Menurut Afridhal (2017), strategi SO atau strategi kekuatan-peluang

memanfaatkan peluang eksternal dengan menggunakan kekuatan internal

perusahaan. Strategi WHERE atau Opportunity Weakness bertujuan untuk

menggunakan peluang eksternal untuk memperbaiki kelemahan. Strategi ST, atau

strategi ancaman kekuatan, menggunakan kekuatan organisasi Anda untuk

menghindari atau mengurangi efek ancaman eksternal. WT atau strategi mitigasi

ancaman adalah taktik defensif yang ditujukan untuk mitigasi. Untuk menghindari

kelemahan internal dan ancaman eksternal.

Gambar 1. Diagram analisis SWOT

Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan

tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan

dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang

agresif (Growth Oriented Strategy).

20
Kuadran 2: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan

adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di

lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.

Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-

masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar

yang lebih baik.

Kuadran 4: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,

perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan

internal.

Tabel 3. Matriks SWOT

IFAS STRENGTH (S) WEAKNESSES (W)


 Ditentukan 5-10 faktor-
 Ditentukan 5-10 faktor-
faktor kelemahan internal
EFAS faktor kekuatan internal

OPPORTUNITTIES STRATEGI SO STRATEGI WO


(O)
Diciptakan strategi yang Diciptakan strategi yang
 Ditentukan 5-10
menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
faktor peluang untuk memanfaatkan untuk memanfaatkan
eksternal peluang peluang
THREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
 Ditentukan 5-10 Diciptakan strategi yang Diciptakan strategi yang
faktor ancaman menggunakan kekuatan meminimalkan kelemahan
eksternal untuk mengatasi ancaman dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2017

21
a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang

sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk

mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman (Rangkuti, 2017)

22
III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian di Kota Medan

Khususnya di Kedai Teduh Kenduri Kopi yang betepatan di Jalan Timor Ujung

No. 34A, Medan Timur, Kota Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-

Agustus.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Metode

studi kasus adalah strategi yang tepat ketika peneliti memiliki sedikit kendali atas

peristiwa yang diteliti dan fokus penelitiannya adalah pada fenomena modern

dalam situasi dunia nyata (Suwarsono, 2002).

Sampel yang dipilih menggunkan metode purposive sampling adalah salah

satu teknik dalam penentuan sampel yang menggunakan pertimbangan tertentu

dalam pemilihan sampel. Menurut Sugiyono ( 2010 ) pengertiannya adalah :

teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan

tertentu yang betujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representative,

sampel yang di ambil adalah 1 orang yaitu pemilik usaha kopi karo dikedai teduh

kenduri kopi.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah berupa data

primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung

dilapangan (observasi) dan wawancara dengan pihak pengusaha pengolahan kopi

23
karo serta hasil pengisian kuesioner oleh pihak-pihak dari pemilik dan pengolahan

yang ada di kedai teduh kenduri kopi yang ahli dibidangnya. Sedangkan data

sekunder diperoleh dari literatur dan bacaaan lainnya seperti buku, jurnal dan

artikel serta publikasi data dari perusahaan maupun instansi yang terkait dengan

penulisan penelitian ini baik pemerintah maupun swasta.

3.4 Metode Analisis Data

Permasalahan pertama dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif

untuk melihat bagaimana faktor internal dan external usaha penggolahan kopi

karo.

1. Faktor Internal (Kekuatan Kelemahan)

langkah - langkah dalam menentukan nilai faktor internal adalah sebagai

berikut:

1. Disusun dalam kolom masing – masing.

2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut

kemungkinan dapat memberikan dampak pada faktor strategis.

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor denagan

memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang

bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat

positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika

peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman

adalah kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar,

ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya.

24
4. Bobot dikalikan pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa sekor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai

dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5. Skor Pembobotan dijumlahkan (pada kolom 4), untuk memperoleh total

skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini

menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-

faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untu

membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam

kelompok industri yang sama.

TABEL 3. IFAS

FAKTOR-FAKTOR BOBOT
STRATEGI BOBOT RATING X KOMENTAR
INTERNAL RATING

KEKUATAN :
KELEMAHAN :
TOTAL

2. Faktor Eksternal (Peluang Ancaman)

langkah - langkah dalam menentukan nilai faktor eksternal adalah sebagai berikut:

1. Disusunlah dalam kolom masing – masing.

2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat

penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut

kemungkinan dapat memberikan dampak pada faktor strategis.

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor denagan

25
memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)

berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang

bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat

positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika

peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman

adalah kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar,

ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya

4. Bobot dikalikan pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk

memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor

pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai

dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5. Skor Pembobotan dijumlahkan (pada kolom 4), untuk memperoleh total

skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini

menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-

faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk

membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam

kelompok industri yang sama.

TABEL 4. EFAS

BOBOT
FAKTOR-FAKTOR
STRATEGI BOBOT RATING X KOMENTAR
EKSTERNAL
RATING
PELUANG :
ANCAMAN :
TOTAL

26
Menyelesaikan masalah ketiga tentang pengembangan usaha pengolahan

dilakukan dengan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities, Threat)

dengan mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan

strategi suatu usaha (Strategi SO, ST, WO, dan WT). Analisis ini didasarkan

terhadap logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenght) dan peluang

(opprtunities) namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weakness) dan ancaman (threat).

Hasil dari matrik SWOT ini sendiri diharapkan dapat memberikan

beberapa alternatif strategi pemasaran yang dapat dipilih oleh pihak manajemen

perusahaan agar tujuan awal dari organisasi tercapai dan kegiatan perusahaan

dapat memberikan hasil yang maksimal. Dalam perumusan kekuatan, kelemahan,

peluang dan ancaman perusahaan diperlukan diskusi lebih mendalam dengan

pihak perusahaan sehingga dilakukan Tanya jawab secara iterative. Diskusi yang

dilakukan dengan perusahaan bertujuan agar dalam penelitian ini dapat

merumuskan strategi yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Pertimbangan

perusahaan dan hasil analisis penelitian akan menjadi acuan utama dalam

pembuatan matriks SWOT ini.

3.5 Definisi Operasional Variabel

1. Kopi Karo adalah Jenis Kopi Arabica yang ditanam dikabupaten Karo

yang ditanam di ketinggian 500-2000 meter diatas permukaan laut

dengan PH dikisaran 5,5-6,5 memiliki cita rasa asam dibalut dengan

rasa fruity karna Kopi Karo cenderung ditanam berdampingan dengan

tanaman buah buahan juga sayuran.

2. Analisis SWOT merupakan strategi dasar yang membantu

27
mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor internal dan eksternal apa

saja yang mempengaruhi kesuksesan bisnis, proyek, maupun

manajemen perusahaan. 

3. Strength adalah kekuatan atau keunggulan faktor internal yang dimiliki

bisnis kamu dibandingkan dengan kompetitor.

4. Weaknesses atau kelemahan merujuk pada hal-hal yang menghambat

bisnis atau proyek.

5. Opportunities adalah peluang yang muncul di luar perusahaan atau

proyek dan dapat digunakan untuk membuat perbedaan pada

kemampuan.

6. Threats atau ancaman adalah sesuatu yang menimbulkan risiko bagi

perusahaan atau keberhasilan sebuah proyek.

7. Strategi Pemasaran adalah salah satu cara dalam mengenalkan produk

kepada konsumen.

8. Kedai Teduh Kenduri Kopi adalah sebuah UMKM yang menjual

berbagai olahan jenis biji kopi seperti sanger dan v60, namun yang

menjadi basic kopi serta best sellernya adalah Kopi Karo. Lokasi

Penelitian dilakukan di Kedai Teduh Kenduri Kopi Jalan Timor Ujung

No. 34A, Medan Timur, Kota Medan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Afnaria, N. (2021). Strategi Pemberdayaan Petani Kopi Dalam Rantai Suplai Kopi

Berkelanjutan Di Sumatera Utara. Wahana Inovasi , 2089-8592.

Abdurrahman, N.H., 2015. Manajemen Strategi Pemasaran, Bandung: CV.

Pustaka Setia.

Afridhal, M. 2017. “Strategi Pengembangan Usaha Roti Tanjung Di kecamatan

Samalangka Kabupaten Bireun”. Dalam Jurnal Pendidikan Agribisnis

Universitas Almuslim No Title,(/(3), 223-233.

Anshori, F. M. 2014. Analisis Keragaman Morfologi Koleksi Tanaman Kopi

Arabikadan Robusta Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar

Sukabumi fakultas pertanian, institut pertanian bogor.

Armstrong, G. and Kotler, P. 2009. Marketing an Introduction Ninth Edition.

New Jersey: Pearson Education International.

Budiman, Haryanto. 2012. Prospek Tinggi Bertanam Kopi. Yogyakarta: Pustaka

Baru Press

Djaslim Saladin, 2003. Intisari Pemasaran. Penerbit Linda Karya, Bandung.

Ernawati, Rr., R. W. Arief, dan Slameto. 2008. Teknologi Budidaya Kopi

Poliklonal. Seri Buku Inovasi: BUN/14/2008. Bogor: Balai Besar

Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

Hamni, 2013. Potensi Pengembangan Teknologi Proses Produksi Kopi Lampung.

Jurnal Mechanical, Volume 4, Nomor 1.

Kotler, Philip dan Keller, 2007, Manajemen Pemasaran, Jilid I, Edisi Kedua belas,

PT. Indeks, Jakarta.

29
Kotler, Philip; Armstrong, Garry, 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran,Jilid 1,

Erlangga, Jakarta.

Panggabean E. 2011. Buku Pintar Kopi. Jakarta : Agro Media Pustaka

Rahardjo P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta.

Jakarta : Penerbar Swadaya

Rangkuti, Freddy. 2017. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT. Jakarta

: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Sihombing, T. P.2011, Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Kopi

Arabika (studi kasus PT. sumatera speciality coffees). Bogor : Institut

Pertanian Bogor

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung:Alfabeta.

Suparyani, H. E. (2004). Pengaruh Biaya Pelaksanaan Promosi Melalui Pemeran

Terhadap Penjualan Pada PT. Astra Internasional TBK Isuzzu Cabang

Bogor. Ilmiah Ranggagading, 4.

Suwarsono, Muhammad. 2002. Manajemen strategik: konsep dan kasus, edisi ke

tiga. Yogyakarta : Akademi manajemen perusahaan YKPN

30

Anda mungkin juga menyukai