Anda di halaman 1dari 5

RESUME WAWASAN PENDIDIKAN

Upaya perbaikan dan pengembangan kurikulum adalah suatu upaya untuk memperbaiki
mutu sumber daya manusia melalui pendidikan sebagai antisipasi perkembangan
masyarakat yang terus mengalami perubahan.

Tahapan kegiatan analisis kebijakan pengembangan kurikulum yaitu 1) analisis


kebutuhan, 2) merumuskan kebutuhan dan desain kurikulum, dan 3) menyusun
kurikulum.

Kebijakan kurikulum baru ini menimbulkan konflik/pertentangan karena sifatnya


sebagai inovasi. Namun, reaksi tersebut merupakan sebuah kewajaran dan normal.

Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum adalah suatu kegiatan penilaian kurikulum


yang biasanya dilakukan pada suatu periode yang telah ditentukan setelah suatu
kurikulum diimplementasikan, dengan maksud dan tujuan adalah untuk melihat
kualitas dan efektivitas program kurikulum, mendiagnosis, memperbaiki,
membandingkan, mengantisipasi kebutuhan pendidikan, serta menentukan seberapa
baiknya pelaksanaan kurikulum.

Perpustakaan sekolah perlu menunjang ketercapaian program kurikulum dalam


meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Sementara itu dalam
kurikulum menyiratkan perlunya peningkatan peran perpustakaan sekolah sebagai
penunjang kegiatan belajar siswa dan guru. Kurikulum tingkat satuan pendidikan
menutut guru untuk lebih aktif dalam mengembangkan pembelajaran khususnya dalam
mengembangkan indikator pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk
itu pada setiap sekolah perlu didukung adanya perpustakaan yang mampu berfungsi
dengan baik dalam membantu tercapainya visi, misi, dan tujuan pendidikan.

Dalam abad pengetahuan ini modus belajar dapat dilakukan melalui berbagai sumber
belajar melalui teknologi cetak, audio, audiovisual, dan komputer. Sumber-sumber
belajar tersebut berada di perpustakaan sekolah.

Pola pembelajaran di sekolah pada dasarnya terdiri atas tiga pola yaitu: (1) interaksi
antara pendidikan dengan pembelajar saja, (2) interaksi antara pembelajaran dengan
media saja, dan (3) interaksi antara pembelajaran dengan pendidikan diperkaya dengan
media. Pola pertama dikatakan sebagai pola tradisional. Peran perpustakaan terjadi pada
pembelajaran modern dengan menggunakan pola kedua dan ketiga.

Pusat sumber belajar dapat menyalurkan kegiatan pembelajaran yang bersifat adaptif
dan akomodatif terhadap eksplosi kemajuan Iptek, di samping penyaluran kegiatan
belajar para pembelajar secara menggairahkan karena terbukanya peluang untuk belajar
menurut kekhasan pribadi, khususnya keunikan gaya belajar. Kegiatan tersebut dapat
dilakukan di perpustakaan.

1
PSB dalam mewujudkan tujuan dan misinya, menyalurkan kegiatan-kegiatan melalui
empat fungsi pokok, yaitu fungsi-fungsi: pengembangan sistem pembelajaran,
pelayanan media, produksi, dan administratif dapat dilakukan melalui perpustakaan
sekolah.

Kepala perpustakaan sekolah merupakan salah satu elemen yang keberadaannya sangat
penting bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, karena tugas, fungsi dan
peranan mereka sangat menunjang bagi kelancaran proses pembelajaran di sekolah. Ada
beberapa hal penting yang menjadi kendala dalam memfasilitasi peserta didik belajar
mandiri, yaitu 1) Sebagian besar sekolah belum memiliki perpustakaan yang memadai.
2)Perpustakaan belum difungsikan sebagai penyedia sumber belajar. 3) Isi buku-buku
wajib dan penunjang belum sesuai kebutuhan belajar. 4) Luas ruang, meja, kursi untuk
membaca juga belum sebanding dengan jumlah siswa, pendidik, dan tenaga
kependidikan yang ada di sekolah.

Pengentasan masalah tersebut perlu diupayakan beberapa hal sebagai berikut: 1)


Meningkatkan kemampuan pengelola perpustakaan, termasuk perpustakaan yang berada
di satuan pendidikan (sekolah/madrasah). 2) Meningkatkan diversifikasi fungsi
perpustakaan untuk mewujudkan perpustakaan sebagai tempat yang menarik, terutama
bagi anak dan remaja, untuk belajar dan mengembangkan kreativitas. 3) Pemberdayaan
kepala perpustakaan sebagai pusat sumber belajar (PSB) dengan mengembangkan
jabatan fungsional kepala perpustakaan sekolah. 4) Membangun Citra Ideal Kepribadian
kepala Perpustakaan Sekolah Profesional. 5) Merencanakan program kerja perpustakaan
sesuai dengan aturan yang berlaku dan dengan sebaik-baiknya.

Beberapa istilah information literacy digunakan di Indonesia, seperti melek informasi,


literasi informasi, dan keberaksaraan informasi. Melek informasi digunakan dengan
menganalogikan melek huruf yang dipakai sebagai lawan kata buta huruf. Buta
huruf digunakan lebih dahulu untuk terjemahan illiterate, baru kemudian muncul istilah
melek huruf sebagai padanan istilah literate. Istilah buta huruf dan melek huruf dipakai
baik untuk adjektiva (literate dan illiterate) maupun untuk nomina (literacy dan
illiteracy). Menurut aturan pembentukan istilah dalam Bahasa Indonesia, seharusnya
literacy dan illiteracy diterjemahkan menjadi ”ke-melekhuruf-an” dan ”ke-butahuruf-
an”.

Dari uraian ringkas tersebut dapat ditarik benang merah bahwa dalam lingkungan
sekolah, kegiatan belajar perlu didukung oleh sarana yang memadai, salah satunya
adalah perpustakaan sekolah yang berfungsi sebagai pusat literasi informasi bagi siswa.
Perpustakaan sekolah mengemban beberapa fungsi yang amat vital. Fungsi
perpustakaan tersebut akan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh beberapa
hal seperti pengembangan koleksi yang sesuai, organisasi dan penguatan kelembagaan
perpustakaan, pelayanan, penyediaan sarana dan prasarana, serta program promosi dan
pengembangan perpustakaan. Keberadaan perpustakaan sekolah perlu ditangani secara
baik dan memadai. Untuk itu diperlukan kemauan dari berbagai pihak untuk
mengembangkannya yaitu penentu kebijakan pada tingkat departemen, tingkat daerah,

2
tingkat sekolah (kepala sekolah, guru,dan pengelola perpustakaan). Dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Sistem Pendidikan Nasional,
diperlukan perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat untuk
mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam mendukung
penyelenggaraan pendidikan nasional. Salah satu upaya untuk memajukan kebudayaan
nasional dalam sistem pendidikan, maka perpustakaan merupakan wahana pelestarian
kekayaan budaya bangsa; dalam rangka meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa
yang tercantum dalam UUD 1945 dan Sistem Pendidikan Nasional, perlu ditumbuhkan
budaya gemar membaca melalui pengembangan dan pendayagunaan perpustakaan
sebagai sumber informasi yang berupa karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam.

Upaya perbaikan dan pengembangan kurikulum adalah suatu upaya untuk memperbaiki
mutu sumber daya manusia melalui pendidikan sebagai antisipasi perkembangan
masyarakat yang terus mengalami perubahan. Kemdiknas RI melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22, 23 dan 24 Tahun 2006 meluncurkan kurikulum baru
yang lebih menitikberatkan pada penetapan kompetensi dasar siswa dengan ukuran
terpenting prestasi siswa adalah penguasaan standar kompetensi, dan memberi
keleluasaan penuh setiap sekolah untuk mengembangkannya sesuai dengan potensi
sekolah dan daerah, yang sejalan dengan semangat otonomi daerah.

Tahapan kegiatan analisis kebijakan pengembangan kurikulum yaitu 1) analisis


kebutuhan, 2) merumuskan kebutuhan dan desain kurikulum, dan 3) menyusun
kurikulum.

Dasar penetapan dan pemberlakuan Kurikulum adalah dengan dikeluarkannya Peraturan


Mendiknas Nomor 22, 23 dan 24 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Standar Kompetensi
Lulusan dan Petunjuk Keterlaksanaannya. Dengan demikian mulai tahun pelajaran
2006/2007 sekolah dasar dan menengah telah menerapkannya. KTSP sebagai
penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK/Kurikulum 2004),
penetapannya didasarkan dari hasil evaluasi terhadap hasil uji coba terbatas pada
sejumlah sekolah selama 3 tahun dan pengkajian yang dilakukan oleh para ahli yang
berkumpul dalam wadah Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Kebijakan kurikulum baru ini menimbulkan konflik/pertentangan karena sifatnya


sebagai inovasi. Namun, reaksi tersebut merupakan sebuah kewajaran dan normal.
Dengan ditetapkannya KTSP tersebut, maka mau atau tidak mau, suka atau tidak suka,
dan siap atau tidak siap seluruh sekolah di Indonesia harus mengimplementasikannya
pada tahun 2010 untuk seluruh tingkat kelas.

Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum adalah suatu kegiatan penilaian kurikulum


yang biasanya dilakukan pada suatu periode yang telah ditentukan setelah suatu
kurikulum diimplementasikan, dengan maksud dan tujuan untuk melihat kualitas dan

3
efektivitas program kurikulum, mendiagnosis, memperbaiki, membandingkan,
mengantisipasi kebutuhan pendidikan, serta menentukan seberapa baiknya pelaksanaan
kurikulum.

Implementasi KTSP yang baru berjalan kurang lebih selama satu tahun belum layak
dievaluasi dari segi hasil terhadap siswa, bila dilihat dari kaitannya dengan kebutuhan
masyarakat. Namun, dari segi pelaksanaan pembelajaran, dapat dilakukan melalui
kegiatan monitoring yang dilakukan baik oleh tingkat sekolah (kepala sekolah
atau guru), tingkat daerah (oleh pengawas atau tim pengembang kurikulum) maupun
tingkat pusat (tenaga ahli kurikulum dan pembelajaran).

Perpustakaan sekolah untuk menunjang ketercapaian program kurikulum dalam


meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Sementara itu dalam
kurikulum tahun 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
menyiratkan perlunya peningkatan peran perpustakaan sekolah sebagai penunjang
kegiatan belajar siswa dan guru. Kurikulum tingkat satuan pendidikan menutut guru
untuk lebih aktif dalam mengembangkan pembelajaran khususnya dalam
mengembangkan indikator pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Untuk
itu pada setiap sekolah perlu didukung adanya perpustakaan yang mampu berfungsi
dengan baik dalam membantu tercapainya visi, misi dan tujuan pendidikan dalam
KTSP.

Pada abad pengetahuan ini modus belajar dapat dilakukan melalui berbagai sumber
belajar melalui teknologi cetak, audio, audiovisual, dan komputer. Sumber-sumber
belajar tersebut berada di perpustakaan sekolah.

Pola pembelajaran di sekolah pada dasarnya terdiri atas tiga pola yaitu: (1) interaksi
antara pendidikan dengan pembelajar saja, (2) interaksi antara pembelajaran dengan
media saja, dan (3) interaksi antara pembelajaran dengan pendidikan diperkaya dengan
media. Pola pertama dikatakan sebagai pola tradisional. Peran perpustakaan terjadi pada
pembelajaran modern dengan menggunakan pola kedua dan ketiga.

Pusat sumber belajar dapat menyalurkan kegiatan pembelajaran yang bersifat adaptif
dan akomodatif terhadap kemajuan Iptek, di samping penyaluran kegiatan belajar para
pembelajar secara menggairahkan karena terbukanya peluang untuk belajar menurut
kekhasan pribadi, khususnya keunikan gaya belajar. Kegiatan tersebut dapat dilakukan
di perpustakaan

PSB dalam mewujudkan tujuan dan misinya, menyalurkan kegiatan-kegiatan melalui


empat fungsi pokok, yaitu fungsi-fungsi: pengembangan sistem pembelajaran,
pelayanan media, produksi, dan administratif dapat dilakukan melalui perpustakaan
sekolah.

Kepala perpustakaan sekolah merupakan salah satu elemen yang keberadaannya sangat
penting bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolah, karena tugas, fungsi, dan

4
peranan mereka sangat menunjang bagi kelancaran proses pembelajaran di sekolah. Ada
beberapa hal penting yang menjadi kendala dalam memfasilitasi peserta didik belajar
mandiri, yaitu 1) Sebagian besar sekolah belum memiliki perpustakaan yang
memadai. 2) Perpustakaan belum difungsikan sebagai penyedia sumber belajar. 3) Isi
buku-buku wajib dan penunjang belum sesuai kebutuhan belajar. 4) Luas ruang, meja,
kursi untuk membaca juga belum sebanding dengan jumlah siswa, pendidik, dan tenaga
kependidikan yang ada di sekolah.

Penyelesaian masalah tersebut perlu diupayakan beberapa hal sebagai berikut: 1)


Meningkatkan kemampuan pengelola perpustakaan, termasuk perpustakaan yang berada
di satuan pendidikan (sekolah/madrasah). 2) Meningkatkan diversifikasi fungsi
perpustakaan untuk mewujudkan perpustakaan sebagai tempat yang menarik, terutama
bagi anak dan remaja, untuk belajar dan mengembangkan kreativitas. 3) Pemberdayaan
kepala perpustakaan sebagai pusat sumber belajar (PSB) dengan mengembangkan
jabatan fungsional kepala perpustakaan sekolah. 4) Membangun Citra Ideal
Kepribadian Kepala perpustakaan Sekolah Profesional. 5) Merencanakan program kerja
perpustakaan sesuai dengan aturan yang berlaku dan dengan sebaik- baiknya.

Anda mungkin juga menyukai