TUGAS AKHIR
KASANDRA MAIDAYANTI
1600825201025
2021
ii
iii
ABSTRAK
Limbah tatal karet merupakan limbah padat organik hasil pembuangan dari industri
karet menjadi crumb rubber. Industri karet merupakan salah satu sektor ekonomi yang
berkembang di Provinsi Jambi. Provinsi Jambi merupakan Provinsi yang memiliki lahan
gambut ketiga terluas di Pulau Sumatera. Kondisi perairan pada lahan gambut umumnya
berwarna coklat kemerahan yang merupakan akibat dari tingginya kandungan zat organik. Hal
ini menyebabkan masyarakat daerah lahan gambut di Provinsi Jambi pada umumnya masih
kesulitan dalam penyedian air bersih. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui morfologi
arang aktif dari limbah tatal karet industri crumb rubber, menganalisis pengaruh senyawa
aktivator terhadap efisiensi arang aktif dari bahan baku tatal karet sebagai media filter untuk
penurunan parameter zat organik dan warna pada air gambut dan menganalisis pengaruh
ketebalan media filter arang aktif terhadap efesiensi penurunan parameter zat organik dan
warna pada air gambut. Dalam penelitian ini metode yang digunakan dalam pembuatan arang
adalah metode pirolisis dan pada proses aktivasi arang aktif menggunakan aktivator H 2SO4
sebesar 10% dan NaOH sebesar 10%. Hasil penelitian pada pengujian morfologi arang aktif
dengan aktivator asam H2SO4 memiliki pori-pori yang lebih banyak dan merata sedangkan
mengguakan aktivator basa NaOH memiliki pori-pori yang lebih sedikit. Aktivator NaOH
menunjukan hasil yang cukup signifikan dalam menetralkan pH pada sempel B3 (arang aktif
50% dan pasir silika 50%) dengan hasil uji 7,83, untuk penyisihan warna hasil yang cukup
signifikan menggunakan arang aktif dengan aktivator H2SO4 pada sampel A1 (arang aktif
100%) dengan hasil uji 3, dan penyisihan zat organik yang cukup signifikan menggunakan
arang aktif dengan aktivator H2SO4 pada sampel A1 (arang aktif 100%) hasil uji 9,95.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
Efektivitas Arang Aktif Dari Limbah Tatal Karet Sebagai Media Filtrasi
Untuk Penurunan Parameter pH, Warna Dan Zat Organik Pada Air Gambut.
banyak bimbingan, doa dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H. Fakhrul Rozi Yamali, ME Selaku Dekan Fakultas Teknik
pelaksanaan penelitian;
pembuatan arang.
7. Orang tua, keluarga, serta saudara dan kerabat atas bantuan dan
dukungannya;
8. Riska, Nuni, Lisa, Rika, Permadi, dan Maan yang turut membantu dalam
Tugas Akhir.
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang
pembaca. Terimakasih.
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i-ii
DAFTAR ISI iii-iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Karet alam berasal dari tumbuhan Hevea brasiliensi merupakan salah satu
komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Karet
merupakan salah satu hasil pertanian yang unggul di Indonesia karena menunjang
sumber devisa negara. Industri karet remah (crumb rubber) menghasilkan limbah
karet padat yang disebut tatal. Limbah tatal karet merupakan limbah padat organik
hasil pembuangan dari industri karet menjadi crumb rubber yang mengandung
sebagian besar pasir, serpihan kayu karet, daun-daun karet dan karet (Katry,2012).
Ketersediaan limbah tatal karet hasil pengolahan pabrik belum banyak yang
Pemanfaatan lain limbah tatal karet adalah dengan mengolah tatal karet
menjadi arang aktif. Arang aktif merupakan suatu padatan berpori yang
karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi (Ahmad, 2004). Arang aktif pada
umumnya digunakan sebagai media filter dalam proses penjernihan air. Arang aktif
sangat efektif mereduksi zat organik, rasa, bau dan warna. Arang aktif juga
1
adanya penyerapan zat-zat yang akan dihilangkan oleh permukaan arang aktif.
Salah satu faktor yang mempengaruhi efisiensi proses adsorbsi menggunakan arang
aktif adalah waktu dan zat aktivator. Pada dasarnya proses pembuatan arang aktif
terdiri dari dua tahapan, yaitu karbonisasi dan aktivasi sehingga zat aktivator sangat
dibutuhkan untuk mengubah arang menjadi arang aktif yang porositas dan luas
yang berasal dari kayu bakau dalam proses filtrasi air gambut (Emmy,2017).
terluas di Pulau Sumatera. Luas area lahan gambut di Provinsi Jambi mencapai
736.227,20 ha atau sekitar 14% dari luas Provinsi Jambi (Data Dinas Kehutanan
Provinsi Jambi, 2018). Kondisi perairan pada lahan gambut umumnya berwarna
coklat kemerahan yang merupakan akibat dari tingginya kandungan zat organik
terlarut terutama dalam bentuk asam humus dan turunannya. Asam humus tersebut
berasal dari dekomposisi bahan organik seperti daun, pohon atau kayu dengan
yang stabil.
pada umumnya masih kesulitan dalam penyedian air bersih, terutama wilayah yang
tergantung pada ketersediaan air hujan sebagai sumber air bersih. Namun hal ini
menjadi kandala saat musim kemarau karena curah hujan menjadi berkurang.
arang aktif dari limbah tatal karet sebagai media filter untuk penjernihan air gambut.
Hal ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam menyediakan
2
air bersih untuk kebutuhan sanitasi masyarakat di wilayah lahan gambut.
sebagai berikut:
dari tatal karet sebagai media filter untuk menurunkan parameter pH, zat
aktif dari tatal karet dalam penurunan parameter pH, zat organik dan
1. Mengetahui morfologi arang aktif dari limbah tatal karet industri crumb
rubber
dari bahan baku tatal karet sebagai media filter untuk penurunan
efesiensi penurunan parameter pH, zat organik dan warna pada air
gambut.
3
1.4 Batasan Masalah Penelitian
4. Variasi filtrasi yang digunakan yaitu variasi ketebalan dan jenis media
filter.
5. Parameter air gambutyang diuji adalah pH, zat organik dan warna.
6. Uji morfologi arang aktif dilakukan melalui uji SEM EDX Mapping.
dan NaOH.
BAB I PENDAHULIAN
berhubungan dengan topik tugas akhir dan teori yang melandasi penelitian
4
tugas akhir.
dan bahan, dan analisis yang digunakan untuk menjeskan hasil laporan
limbah tatal karet menjadi arang aktif dengan menggunakan aktivator zat
kimia dan proses filtrasi air gambut yang menggunakan media dari arang
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman karet berasal dari negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber
utama bahan tanaman karet dunia. Jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan,
penduduk asli diberbagai tempat seperti Amerika Serikat, Asia, dan Afrika Selatan
menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah yang mirip lataks
tanaman tersebut kurang dimanfaatkan getahnya karena tanaman karet telah dikenal
secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lataks tanaman karet
(Budiman, 2012).
Tanaman karet pertama kali dikenalkan di Indinesia pada tahun 1864 pada
masa penjajahan Belanda, yaitu di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi.
penanaman karet adalah Pemanukan dan ciasem, Jawa Barat. Jenis pertamakali
diuji coba dikedua daerah tersebut adalah Ficus elastica atau karet rembung. Jenis
karet Hevea brasiliensi baru ditanam di Sumatera bagian timur pada tahun 1902
lain rambung, getah gota, kajai ataupun hapea. Karet merupakan salah satu
6
komoditas perkebunan yang penting sebagai sumber devisa non migas bagi
tanaman tersebut terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidaya dan
Damanik dkk, (2010) , menyatakan secara umum ada dua jenis karet, yaitu
karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet mempunyai/memiliki karakteristik
yang berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi. Saat ini karet yang
digunakan di industri terdiri dari karet alam dan karet sintetis. Adapun kelebihan
d. Tidak mudah panas (low heat build up) dan memiliki daya tahan yang
Selanjutnya karet sintetis memiliki kelebihan tahan terhadap berbagai zat kimia.
a. Akar
Sesusai dengan sifat dikotil, akar tanaman karet merupakan akal tunggang.
Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tinggi dan besar. Akar
7
menyerap air dan unsur hara adalah bulur akar yang berbeda pada kedalaman
b. Batang
Tanaman karet merupakan pohon yang tinggi dan berbatang cukup besar,
tinggi pohon dewasa mencapai 15-25m, pohon tegak, kuat, berdaun lebat dan
yang tinggi diatas. Dibeberapa kabun karet ada kecondongan arah tumbuh
tanamnnya agak miring keutara. Batang tanaman ini mengandung getah yang
c. Daun
Daun karet berwana hijau. Daun ini dipotong oleh daun utama dan tangkai
anak daunnya antara 3-10cm. Pada setiap helai terdapat tiga helai anak daun.
Daun tanaman karet akan menjadi kuning atau merah pada saat musim
kemarau (Setiawa,2005)
d. Bunga
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan betina yang terdaat dalam malai
payung tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng. Pada
ujungnya terdapat lima taju yang sempit. Panjang tenda bunga 4-8 mm.
Bunga betina merambut. Ukurannya lebih besar sedikit dari yang jantan dan
mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi
dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai 10
benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepal sari terbagi menjadi dua
karangan, tersusun satu lebih tinggi dari yang lain. Paling ujung adalah suatu
8
e. Buah dan biji
yang keras) yang sewaktu masih muda buah berpaut erat dengan rantingnya.
Buah karet dilapisi kulit tipis berwarna hijau dan didalamnya terdapat kulit
yang keras dan berkotak. Tiap kotak berisi sebuah biji yang dilapisi
tempurung, setelah tua warna kulit buah berubah menjadi ke abu-abuan dan
kemudian mengering. Pada waktunya pecah dan jatuh, tiap ruas tersusun atas
2-4 kotak biji. Pada umumnya berisi 3 kotak biji dimana setiap kotak terdapat
satu biji. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jumlah biji biasanya
Limbah merupakan hasil sisa dari sebuah proses yang tidak dapat
digunakan kembali, apabila limbah ini terlalu banyak dilingkungan maka akan
Limbah ada dua bagian sumber yaitu limbah yang bersumber domestik (limbah
rumah tangga) dan limbah yang berasal dari non-domestik (pabrik, industri dan
bersifat korosif dan lain-lain. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain
berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menurunkan kulitas air.
Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara
seksama.
Oleh karena itu, dalam pembuangan limbah baik yang domestik maupun
9
lokasi pembuangan limbah, agar aliran limbah dari masing-masing pemukiman
yang meresahkan kehidupan penduduk sekitar. Salah satu industri yang erat
organik. Hal ini memerlukan penanganan yang terpadu antara pihak pemerintah,
industri dan masyarakat, juga diperlukan teknologi pengolahan limbah karet yang
murah dan mudah dalam penanganannya, seperti melalui proses aerasi dan
koagulasi.
namun demikian degradasi lingkungan hidup masih dirasakan saat ini. Salah satu
adalah berasal dari kegiatan industri, yaitu pembuangan limbah industri yang
Saat ini kondisi pabrik karet sebagian besar berada didaerah yang cukup
yang tersedia untuk mengelola limbah, rata –rata tidak mencukupi karena volume
air yang digunakan semakin besar dan kualitas limbah semakin kotor dan upaya
10
(getah) karet menjadi karet setengah jadi, bentuk karet tersebut dapat berupa sit,
krep dan karet remah. Salah satu limbahnya yang dihasilkan yaitu dalam bentuk
limbah tatal karet. Limbah tatal karet merupakan limbah padat organik hasil
mengandung sebagian besar pasir, serpihan kayu karet, daun-daun dan karet.
Ketersedian limbah tatal karet hasil dari pengolahan pabrik karet cukup banyak dan
lingkungan yang akan meresahkan masyarakat. Salah satu cara untuk mengatasi
dampak yang akan ditimbulkan oleh limbah tersebut adalah dilakukannya proses
pemanfaatan limbah tatal karet. Hal ini didasari karena limbah tatal karet
Limbah tatal tersebut selama ini belum ditangani secara efektif. Limbah
hanya ditumpuk di lokasi pabrik dan kadang-kadang diminta oleh penduduk untuk
pupuk tanaman dan dimanfaatkan sebagai sanitary landfill. Apabila tidak ada
dan Hakimi, 2012). Pada penelitian ini limbah padat tatal akan dibuat menjadi arang
11
berbagai belahan dunia dikenal dengan aneka nama seperti bog, moor, muskeg,
pocosin, mire, dan lain-lain. Istilah gambut sendiri diambil dari bahasa daerah
4 triliun m³, yang menutupi wilayah sebesar kurang- lebih 3 juta km² atau
1. Gambut topogen ialah lapisan tanah gambut yang terbentuk karena genangan
pedalaman atau di pegunungan. Gambut jenis ini umumnya tidak begitu dalam,
sekitar 4 m saja, tidak begitu asam airnya dan relatif subur, dengan zat hara
yang berasal dari lapisan tanah mineral di dasar cekungan, air sungai, sisa-sisa
tumbuhan, dan air hujan. Gambut topogen relatif tidak banyak dijumpai.
bermula sebagai gambut topogen. Gambut ombrogen lebih tua umurnya. Pada
dekatnya. Kandungan unsur hara tanah sangat terbatas, hanya bersumber dari
lapisan gambut dan dari air hujan, sehingga tidak subur. Sungai-sungai atau
drainase yang keluar dari wilayah gambut ombrogen mengalirkan air yang
12
B. Proses Pembentukan Air Gambut
tinggi atau kondisi anaerob di perairan setempat. Tanah gambut sebagian besar
tersusun dari serpih dan kepingan sisa tumbuhan, daun, ranting, pepagan,
ditemukan pula sisa-sisa bangkai binatang dan serangga yang turut terawetkan
organik dalam tanah melebihi 30%, akan tetapi hutan-hutan rawa gambut di
melebihi dari 50 cm. Tanah dengan kandungan bahan organik antara 35–65%
13
2.4 Parameter Air Gambut
a. PH (Power Of Hydrogen)
mengukur tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki suatu larutan. Konsentrasi
ion hydrogen merupakan parameter penting untuk menetukan kualitas air dan air
limbah, kerena pH ini akan mempengaruhi kehidupan biologis air. Jika air limbah
industry memiliki pH yang cukup rendah, maka harus dilakukan netralisasi sebelum
(Inez Wijaya,2014).
b. Warna
Pada proses pengolahan air warna merupakan salah satu parameter fisika
yang digunakan sebagai persyaratan kualitas air baik untuk air bersih maupun
untuk air minum. Prinsip yang berlaku dalam penentuan parameter warna
adalah memisahkan terlebih dahulu zat atau bahan-bahan yang terlarut yang
menyebabkan kekeruhan.
c. Zat Organik
Zat organik (Natural Organik Matter) pada air gambut menyebabkan air
berasa, berbau dan berwarna kecoklatan, selain itu zat organik dapat
14
2.5 Filtrasi
Filtrasi adalah suatu proses pemisahan zat padat dari fluida (cair maupun
gas) yang membawanya menggunakan suatu medium berpori atau bahan berpori
lain untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat halus yang tersuspensi dan
koloid. Pada pengolahan air minum, filtrasi digunakan untuk menyaring air hasil
dengan kualitas tinggi. Di samping mereduksi kandungan zat padat, filtrasi dapat
pula mereduksi kandungan bakteri, menghilangkan warna, rasa, bau, besi dan
mangan. Perencanaan suatu sistem filter untuk pengolahan air tergantung pada
tujuan pengolahan dan pre-treatment yang telah dilakukan pada air baku sebagai
influen filter.
Filtrasi adalah proses penyaringan partikel secara fisik, kimia dan biologi untuk
melalui media berpori. Selama proses filtrasi zat zat pengotor dalam media
A. Tipe filter
dibedakan menjadi dua yaitu filter pasir cepat dan filter pasir lambat
proses pengolahan kimiawi (koagulasi). Kecepatan aliran dalam media pasir ini
kecil karena ukuran media pasir lebih kecil. Saringan pasir lambat lebih
menyerupai penyaringan air secara alami, kecepatan filtrasi lambat yaitu sektar
15
0, 1 hingga 0, 4 m/jam. Kecepatan yang lebih lambat ini disebabkan ukuran
kandungan bahan organik dan organisme patogen pada air baku yang mempunyai
kekeruhan relatif rendah yaitu dengan kekeruhan dibawah 50 NTU. Efisiensi pasir
lambat tergantung pada distribusi ukuran partikel pasir, ratio luas permukaan filter
Filter pasir cepat adalah filter yang mempunyai kecepatan filtrasi cepat,
berkisar 4 hingga 21 m/jam. Kecepatan aliran air dalam media pasir lebih besar
karena ukuran media pasir lebih besar. Filter ini selalu didahului dengan proses
16
A. Sistem Filtrasi down flow
Sistem filtrasi Down Flow merupakan sistem saringan dimana air limbah
didistribusikan kedalam alat penyaringan dengan arah aliran air dari atas ke
bawah.
Secara umum, proses pengolahan air limbah dengan sitem filtrasi Down
Flow terdiri atas unit proses, yakni bak penampung air limbah. Unit pengolahan
air dengan filter pasir lambat Down Flow merupakan satu paket dimana kapasitas
kebutuhan yang diperlukan. Biasanya filter ini hanya terdiri dari sebuah bak untuk
menampung air dan media penyaring pasir. Bakini dilengkapi dengan sistem
Struktur inlet dibuat sedemikian rupa sehingga air masuk kedalam saringan
dan tidak merusak atau mengaduk permukaan media kerikil bagian atas.
Sedengkan struktur autlet selain untuk pengeluaran air hasil olahan, berfungsi juga
Pengolahan air limbah dengan menggunakan saringan pasir lambat Down Flow
17
g) Sangat cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan yang sangat
sederhana.
a) Jika air bakunya mempunyai kekeruhan yang tinggi, beban filter menjadi
menjadi pendek.
luas.
lapisan pasir bagian atas dan dicuci dengan air bersih, dan setelah bersih
d) Karena tanpa bahan kimia, tidak dapat digunakan untuk menyaring air gambut.
Berikut adalah contoh sistem filtrasi downflow yang disajikan pada gambar
18
B. Media Filtrasi
a) Zeolith
unsur utama yang terdiri dari kation alkali dan alkali tanah terutama Ca, K
dan Na, dengan rumus umum (LmAlx Sig O2nH2O) di mana L adalah logam.
Sifat umum dari zeolit adalah kristal yang agak lunak dengan warna putih,
coklat, atau kebiru-biruan, berat jenisnya 2- 2,4. Zeolit alam terbentuk dari
reaksi antara batuan tufa asam berbutir halus dan bersifat riolitik dengan air
pori atau air meteorik. Penggunaan zeolit adalah untuk bahan baku pembersih
Bogor, dan Lampung dalam jumlah besar dengan bentuk hampir murni
dan harga murah. Mineral zeolit mempunyai struktur framework tiga dimensi
dan menunjukkan sifat penukar ion, sorpsi molecular sieving dan katalis
limbah nuklir. ( Ary Ricardo Obe, 2011). Berikut adalah media zeolit dapat
19
Gambar 2.2 Media Zeloid
b) Pasir
Pasir adalah media filter yang paling umum dipakai dalam pross
penjernihan air, karena pasir dinilai ekonomis, tetapi tidak semua pasir dapat
dipai sebagai media filter. Aitinya diperlukan pemilihan jenis pasir sehingga
diperoleh pasir yang sesuai dengan syarat-syarat media pasir. Berikut adalah
20
c) Ijuk atau sekat
Ijuk atau Sekat yang merupakan serat alam yang mungkin hanya sebagian
orang mengetahui kalau serat ini sangat lah istimewa di banding dengan serat
lainya. Ijuk (duk, injuk) adalah serabut hitam dan keras pelindung pangkal pelepah
daun enau atau aren (Arenga pinnata) yang meliputi dari bawah sampai atas
batang aren. Fungsi dari ijuk (serabut kelapa) dalam proses filtrasi air adalah untuk
menyaring kotoran-kotoran halus dengan membuat lapisan pasir, ijuk, arang aktif,
pasir dan batu. Dan juga sebagai media penahan pasir halus agar tidak lolos ke
lapisan bawahnya. (Muhammad Nur Fajri, 2017). Berikut media filter ijuk atau
Activated Carbon adalah suatu bahan yang berupa karbon amorf yang sebagian
besar terdiri dari karbon bebas serta mempunyai daya serap (adsorbs) yang baik.
penjerap gas, penjerap logam, dan sebagainya dari bahan tersebut yang paling
21
(Rahayu, 2004).
Karbon aktif berwarna hitam, tidak berbau, tidak berasa, dan mempunyai daya
serap yang jauh lebih besar dibandingkan dengan karbon yang belum menjalani
proses aktivasi, serta mempunyai permukaan yang luas, yaitu antara 300 sampai
2000 m per gram. Sifat karbon aktif yang dihasilkan tergantung dari bahan yang
Sifat adsorpsi karbon aktif tidak hanya ditentukan oleh struktur oleh struktur
dalam rangka karbon. Akibatnya akan terjadi elektron tak berpasangan, keadaan
ini akan memperngaruhi sifat adsorpsi karbon aktif, terutama senyawa polar atau
yang dapat terpolarisasi. Jenis yang lain adalah adanya hetero atom didalam
struktur karbon.
22
oksigen dan hydrogen. Elemen-elemen ini dapat berasal dari bahan baku yang
tertinggal akibat sempurnanya proses karbonisasi, atau pula dapat terikat secara
kimia pada proses aktivasi. Demikian pula adanya kandungan abu yang bukan
bagian organik dari produk. Untuk tiap-tiap jenis karbon aktif kandungan abu dan
komposisinya ada bermacam- macam. Adsorpsi elektrolit dan non elektrolit dari
juga dipengaruhi oleh adanya sejumlah kecil abu, adanya oksigen dan hydrogen
seperti karbon, tergantung pada luasan permukaannya. Sifat daya serap karbon
aktif terbagi atas dua jienis, yaitu daya serap fisika dan daya serap kimia.
Keduanya dapat terjadi atau tidaknya perubahan kimia yang terjadi antara zat
yang mengadsorpsi. Beberapa teori yang menerangkan tentang gejala daya serap
Mekanisme penyerapan yang diketahui antara lain penyerapan golongan fenol dan
23
electron. Karena ada peristiwa tersebut, maka inti benzene akan berkaitan dengan
a. Dengan adanya pori-pori mikro antara partikel yang sangat banyak jumlahnya
pada karbon aktif, akan menimbulkan gejela kapiler yang meyebabkan adanya
daya serap. Selain itu distribusi ukuran pori merupakan faktor penting dalam
rasa dan bau, hanya lebih efektof untuk pembersihan gas, sedangkan untuk
mempunyai daya serap. Hal ini dapat terjadi karena permukaan karbon
dianggap heterogen, sehingga hanya beberapa jenis zat yang dapat diserap
oleh bagia permukaan yang leboh aktif yang disebut pusat aktif.
24
3. Proses Pembuatan Karbon Aktif
proses yaitu:
Proses ini merupakan proses pembentukan arang dari bahan baku. Secara
umum, karbonisasi sempurna adalah pemanasan bahan baku tanpa adanya udara,
senyawa dalam karbon. Hasil yang diperoleh biasanya kurang aktif dan hanya
sebagian elemen – elemen bukan karbon, yaitu hydrogen dan oksigen dikeluarkan
dalam bentuk gas dan atom-aton yang terbebaskan dari karbon elementer
membentuk Kristal yang tidak teratur dan celah – celah Kristal ditempati oleh zat
dekomposisi tar. Senyawa ini menutupi pori-pori karbon, sehingga hasil proses
25
b. Proses aktivasi
menjadi karbon yang mempunyai daya serap tinggi. Untuk menaikkan luas
700 – 1100⁰C, atau penambahan bahan-bahan mineral sebagai activator. Selain itu
aktivasijuga berfungsi untuk mengusir tar yang melekat pada permukaan dan pori
menghasilkan volume yang besar, berasal dari kapiler – kapiler yang sangat kecil,
Ketebalan Karbon Aktif Sebagai Media Filter Terhadap Penurunan Kesadahan Air
Karbon aktif digunakan pertama kali pada pengolahan air dan air limbah untuk
mengurangi material organik, rasa, bau, dan warna (Culp,RL dan Culp, GL, 1986).
partikel kimia organik sintesis, tetapi karbon aktif juga efektif untuk mengurangu
(Ronald L,1997).
senyawa phenol da lain sebagainya. Pada saringan arang aktif ini terjadi proses
26
permukaan arang aktif. Apabila seluruh permukaan arangaktif sudah jenuh atau
sudah tidak mampu menyerap maka kualitas airyang disaring sudah tidak baik lagi,
sehingga arang aktif harus diganti dengan arang aktif yang baru.
yang sangat terbatas (pirolisis) terhadap produk karbon. Proses aktivasi ini
masih melekat pada karbon hasil karbonisasi. Menurut Sontheimer, 1985 pada
peningkatan ukuran serta jumlah pori-pori kecil yang telah terbentuk. Dengan
demikian karbon aktif hasil aktivasi memiliki luas permukaan internal yang
lebih besar. Karbon hasil aktivasi disebut juga dengan karbon aktif.
menentukan kualitas karbon aktif yang dihasilkan baik luas area permukan
maupun daya Adsorpsinya. Proses aktivasi dapat dilakukan dengan dua cara
a. Aktivasi Kimia
atau KOH ditambahkan ke bahan dasar pada temperatur yang telah dinaikkan.
27
hasil proses ini adalah karbon aktif bubuk densitas rendah. Aktivasi kimia ini
merendam bahan mentah dalam senyawa kimia. Menurut Yang dkk, (2003)
Asam sulfat adalah asam mineral (zat organik) yang sangat kuat. Zat ini larut
didalam air asam sukfat memiliki rumus kimia H2SO4 dan memiliki massa
Higroskopis, berminyak , tak berwarna, dan tak berbau. Asam sulfat ini kerap
pula dipanggil minyak vitrot, asam sulfat memiliki titik lebur sebesar 10ºC (283
K) asam ini bersigat korosif. Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak
dapat ditemukan secara alami di bumi oleh karena sifatnya yang hidroskopis
walaupun demikian asam sulfat merupakan komponan utama hujan aram yang
(oksidasi asam fulfat). Asam sulfat terbentuk secara alami melalui oksidasi
mineral sulfida, misalnya besi sulfida. Air yang dihasilkan dari oksidasi ini
sangat asam dan disebut sebagai air asam tambang, air asam mampu
melarutkan logam-logam yang ada dalam bijih sulfida yang akan menghasilkan
28
konsentrasi awal dan M2 = konsentrasi akhir
2. Zat Aktifator
Natrium hidroksida juga dikenal sebagai soda caustik atau sodium hidroksida,
adalah sejenis basa logam caustik. Natrium hidroksida terbentuk dari oksida basa
alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida digunakan
proses produksi kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida
adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Natrium
hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan,
butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan sorensen. Natrium
hidroksida bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari
udara bebas. Natrium hidroksida sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas
ketika dilarutkan, karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara
eksotermis dan juga larut dalam etanol dan metanol. Natrium hidroksida tidak
larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya.Larutan natrium hidroksida
akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.Larutan natrium hidroksida
akan menyebabkan luka bakar kimia, cidera atau bekas luka permanen, dan
kebutaan jika kontak langsung dengan tubuh manusia atau hewan (Faizeinstein,
pembuatan sabun dan detergen, pembuatan pulp dan kertas, penetralan asam pada
29
garam-garam natrium (Asnan, 2014).
terionisasi
pada air
5. Bisa didapat dari reaksi NaOH dan HCl sehingga pHnya netral
penelitian mengenai pengaruh waktu aktivasi dalam aktivator kimia H3PO4 dan
NaOH terhadap kualitas karbon aktif dari cangkang kopi. Penggunaan aktivator
NaOH ini selain dapat mengikat air, aktivator ini juga termasuk zat kimia yang
hasil analisa kadar air yang didapat 2.5%, kadar abu 7.6%, kadar zat terbang
16.29%, kadar karbon terikat 73.61%, bilangan Iodine 796.75% yang sesuai
dengan syarat mutu dari karbon aktif. Adapun rumus rumus pembuatan larutan
2.10 Pirolisis
Pirolisis berasal dari dua kata yaitu pryo yang berarti panas dan lisis berarti
panas pada suhu lebih 150°C (kamaruddin, dkk, 1999). Pembakaran tidak
30
sempurna pada tempurung kelapa, serabut, serta cangkang sawit menyebabkan
senyawa karbon kompleks tidak teroksidasi menjadi karbon dioksida dan peristiwa
tersebut disebut pirolisis. Pada saat pirolisis, energi panas mendorong terjadinya
oksidasi sehingga molekul karbon yang kompleks terurai, sebagian besar menjadi
proses fraksinasi material oleh suhu. Selain bahan yang disebutkan di atas, pirolisis
juga dapat diterapkan pada plastik. Proses pirolisis dimulai pada temperatur sekitar
230 °C, ketika komponen yang tidak stabil secara termal, dan volatile matters pada
sampah akan pecah dan menguap bersamaan dengan komponen lainnya. Produk
pirolisis pada sampah berupa cair yang menguap mengandung tar dan
gas (H2, CO, CO2, H2O, dan CH4), tar (pyrolitic oil), dan arang. Parameter yang
adanya pemanasan tanpa berubungan dengan udara luar. Hal tersebut mengandung
pengertian bahwa apabila tempurung dipanaskan tanpa adanya ganguan udara luar
dan diberi suhu yang tinggi maka akan menghasilkan rangkaian reaksi penguraian
31
Jadi disimpulkan bahwa pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui
sebuah proses pemanasan tanpa udara atau sedikit udara, dimana material akan
arang, karbon aktif metanol dan bahan kimia lainnya dari kayu,kertas, dan plastik.
Proses pengubahan limbah menjadi benda yang siap pakai dan aman digunakan,
dari luar. Berikut adalah contoh alat pirolisis pada gambar 2.6 sebagai berikut :
2.11 Adsorpsi
melekat pada permukaan padatan. Adsorpsi adalah fenomena fisik yang terjadi saat
molekul-molekul gas atau cair dikontakkan dengan suatu permukaan padatan dan
32
tersebut. Proses adsorpsi dapat berlangsung jika suatu permukaan padatan dan
adalah substansi yang terserap atau substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya,
Proses adsorpsi tergantung pada sifat zat padat yang mengadsorpsi, sifat
2. Difusi zat terlarut yang teradsorpsi melalui lapisan film (film diffusion process).
3. diffusion process).
4. Adsorpsi zat terlarut yang teradsorpsi pada dinding pori atau permukaan
1. Bahan penyerap
2. Ukuran butir
Semakin kecil ukuran butir, maka semakin besar permukaan sehingga dapat
ditunjukkan oleh kecepatan difusi zat terlarut ke dalam pori- pori partikel
33
adsorben. Ukuran partikel yang baik untuk proses penjerapan antara -100 / +200
mesh.
Pada pH rendah, ion H akan berkompetisi dengan kontaminan yang akan diserap,
sehingga efisiensi penyerapan turun. Proses penyerapan akan berjalan baik bila pH
tingkat ionisasi larutan, pH yang baik berkisar antara 8-9. Senyawa asam organik
dapat diadsorpsi pada pH rendah dan sebaliknya basa organik dapat diadsorpsi pada
pH tinggi.
4. Waktu serap
Waktu serap yang lama akan memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul
5. Konsentrasi
Pada konsentrasi larutan rendah, jumlah bahan diserap sedikit, sedang pada
konsentrasi tinggi jumlah bahan yang diserap semakin banyak. Hal ini disebabkan
permukaan dari sampel yang dianalisis. SEM memiliki resolusi yang lebih tinggi
daripada optical microscope (OM). Broglie yang memiliki elektron lebih pendek
34
yang digunakan maka semakin tinggi resolusi mikroskop. SEM memiliki resolusi
yang lebih tinggi daripada OM. Resolusi yang mampu dihasilkan OM hanya 200
0.2 nm.
atau material dengan berkas elektron yang dipantulkan dengan energi tinggi.
Permukaan material yang disinari atau terkena berkas elektron akan memantulkan
kembali berkas elektron atau dinamakan berkas elektron sekunder ke segala arah.
Tetapi dari semua berkas elektron yang dipantulkan terdapat satu berkas elektron
35
Gambar 2.7. Prinsip kerja SEM (Schweitzer, 2014)
36
2.13 Penelitain Terdahulu
37
Siti, 2015 Pembuatan arang Arang aktif, Kualiatif dan Pembuatan karbon aktif dari tempurung kelapa dengan
aktif dari aktivasi, Kuantitatif mengaktivasi KOH dilakukan satu kali aktivasi
tempurung kelapa kalium (sesudah pirolisis) dan dua kali aktivasi (sebelum dan
dengan aktivasi hidroksida sesudah pirolisis). Kualitas arang aktif yang diperoleh
sebelum dan dianalisis karakteristik kadar abu, kadar air, iodine
sesudah pirolisis number dan surface area. Hasil penelitian disimpulkan
bahwa karbon aktif dapat dibuat dari tempurung
kelapa. Hasil menunjukan bahwa aktivasi dua kali
memberikan hasil iodine
number dan surface area lebih tinggi dari pada
aktivitas satu kali.
Tutik, 2018 Pembuatan karbon Arang aktif, Eksperiment Pembuatan karbon aktif dengan menggunakan metode
aktif dari hasil aktivasi aktivasi kimia. KOH dipilih sebagai aktivating agent
pirolisis ban bekas kimia serta digunakan variabel suhu aktivasi dengan variasi
suhu 700, 800, 900 Cº dengan
waktu aktivasi selama 35, 45, 60 menit. Hasil karbon
aktif terbaik dengan kondisi operasi 900 Cº selama 60
menit yang menghasilkan karbon aktif seluas 230
m2/g.
Emmy sahara Pembuatan dan Arang aktif, Kualiatif dan Dilakukan pembuatan arang aktif dari batang tanaman
karaterisasi arang tanaman Kuantitatif gumitir menggunakan aktivator Naoh. Arang aktif
aktif dari batang gumitir yang diaktivasi dengan Naoh 2,5% menghasilkan
tanaman gumitir arang aktif dengan karakteristik terbaik.
dengan aktivator
Naoh
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
menggunakan limbah tatal karet sebagai media filter pada proses filtrasi.
39
3.3 Alur Penelitian
Mulai
Identifikasi Masalah
4
Analisis Data
Selesai
40
3.4 Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat langsung sewaktu melakukan studi
lapangan. Data primer dalam penelitian ini adalah data morfologi arang aktif dan
hasil analisis laboratorium parameter zat organik, warna, dan pH sebelum dan
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literature, jurnal-jurnal dari
instansi terkait dan institusi mengenai arang aktif, filtrasi dan air gambut.
variabel terikat. Pengaruh variabel bebas dan variabel terikat akan diamati pada
a. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah zat aktivator,
b. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pH, warna,
41
- Furnace
- Timbangan
- Tabung reaktor
- Kapas
Cara Pembuatan:
ditutup rapat
42
Alur proses pembuatan arang aktif seperti gambar berikut
Tabung reaktor
dimasukan kedalam
furnance
43
3.6.2 Proses Aktivasi Arang Aktif
- Arang aktif
- NaOH 10%
- H2SO4 10%
V2 = volume akhir
- Aquadest
- Desikator
- Oven
- Kertas saring
- Ayakan 30 mesh
Proses aktivasi :
44
- Rendam arang dengan zat kimia (H2SO4 10% dan NaOH 10%) selama
24 jam
- Lalu saring arang yang telah direndam zat kimia dengan kertas saring
- Kemudian cuci arang dengan aquadest dan saring arang yang telah
dicuci
- Setelah itu keringkan dalam oven pada suhu 110ºc selama 3 jam
Proses aktivasi arang aktif dari limbah tatal karet mengikuti tahapan
Cuci mengunakan
aquadest
Dinginkan dan
simpan kedalam box
45
Gambar 3.3 Alur Aktivasi Arang Aktif
- Arang Aktif
- Air gambut
- Pasir silika
- Drigent sampel
- Keran air
Proses filtrasi :
- Siapkan bak air baku, bak media filter dan bak penampung
46
Tabel 3.1 Variasi Perlakuan
Perlakuan
Aktifator Jenis
Komposisi Media Filter
Media
Blanko Air Baku/Air Gambut
Asam A1 Arang Aktif 100%
H2SO4 A2 Arang Aktif 75%, Pasir Silika 25%
A3 Arang Aktif 50%, Pasir Silika 50%
Basa B1 Arang Aktif 100%
NAOH B2 Arang Aktif 75%, Pasir Silika 25%
B3 Arang Aktif 50%, Pasir Silika 50%
Keterangan : A = Asam B = Basa
perbedaan ketebalan dalam proses filtrasi. Pada proses filter dilakukan dengan dua
kali perlakuan. Pada perlakuan A menggunakan arang aktif dengan aktivator asam
yaitu H2SO4 dan pada perlakuan B menggunakan arang aktif dengan aktifator basa
yaitu NaOH.
47
P a sir Silika 25a
48
3.9 Analisis Data
Uji ini adalah untuk morfologi arang aktif yang dihasilkan dari aktivator
H2SO4 dan NAOH. Uji SEM dilakukan di laboratorium Universitas Gajah Mada.
SEM memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada optical microscope (OM).
Broglie yang memiliki elektron lebih pendek daripada gelombang OM. Karena
semakin kecil panjang gelombang yang digunakan maka semakin tinggi resolusi
mikroskop. SEM memiliki resolusi yang lebih tinggi daripada OM. Resolusi yang
mampu dihasilkan OM hanya 200 nm, sedangkan resolusi yang dapat dihasilkan
Jambi lestari. Parameter yang di uji dalam penelitian ini adalah pH, warna dan zat
filter terhadap penurunan parameter pH, warna dan zat organik sesusai Peraturan
49
BAB IV
Limbah tatal karet diambil dari PT Djambi Waras Jambi. Limbah tatal karet
merupakan limbah padat organik hasil pengolahan karet menjadi crumb rubber.
Limbah tatal karet mengandung sebagian besar pasir, serpihan kayu karet, daun-
daun karet dan karet. limbah tatal karet yang digunakan sebagai media filter pada
proses penjernihan air gambut dijadikan arang dengan metode pirolisis lalu
diaktivasi dengan aktivatoar H2SO4 dan NaOH. Aktivasi arang aktif dilakukan
dengan cara merendam arang dengan zat aktivator selama 24 jam lalu cuci arang
menggunakan aquadest dan oven arang aktif dengan suhu 110ºC selama 3 jam
50
4.1.1 Morfologi arang aktif dengan aktivator NaOH 10%
Berikut hasil uji SEM EDX Mapping dari berbagai perbesaran ukuran pori
Gambar 4.2 Morfologi arang aktif aktivator NaOH dengan perbesaran 1000x dan
5000x.
Morfologi arang aktif dengan aktivator NaOH dari limbah tatal karet dapat
spesifiknya pada pertikel karbon dan pori pada permukaan arang aktif. Terlihat hasil
morfologi permukaan arang aktif NaOH berbentuk pori-pori yang lebih sedikit dan
terbuka.
Ukuran pori yang semakin besar pada arang aktif tatal karet dengan
penguraian pada arang tatal karet sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin
51
besar suhu aktivasi yang diberikan maka aktivator yang menguap juga akan
Gambar 4.3 Persebaran Unsur C, O, Na, Si pada arang aktif dengan aktivator
NaOH
arang aktif dengan aktivator NaOH ialah C (karbon) yang berwarna biru, O
(silikon) yang berwarna hijau. Pada unsur C dengan nilai komulatif paling tinggi
37,0035, pada unsur O dengan nilai komulatif 30,0504, pada unsur Na nilai
komulatif 6,0012 dan pada unsur Si nilai komulatif 1,1896. Terlihat dari gambar
4.3 terdapat dua unsur yang lebih dominan yaitu C dan O dengan warna biru dan
52
Gambar 4.4 Persebaran Unsur N, Au, Al pada arang aktif dengan aktivator NaOH
yang berwarna hijau. Pada unsur N dengan nilai komulatif 11,4411, pada unsur Au
dengan nilai komulatif 2,3475 dan unsur Al dengan nilai komulatif 2,2459. Tedapat
juga unsur Ca (kalsium) dengan nilai komilatif 9,2756 dan Mg (magnesium) dengan
53
Pada gambar diatas terlihat nilai persebaran unsur C, N, O,Na, Mg, Al, Si,
Ca, dan Au yang terkandung dalam arang aktif dengan aktivator NaOH.
Gambar 4.5 Grafik perbesaran unsur dalam arang aktif dengan aktivator NaOH
Tabel 4.1 Tabel jumlah massa dan atom yang terkandung pada arang aktif dengan
aktivator NaOH
C 38,46 49,48
O 32,43 30,53
N 11,91 12,81
Ca 5,94 2,23
Na 4,86 3,18
Au 2,56 0,20
Si 1,57 0,84
Al 0,91 0,51
Mg 0,36 0,23
54
Arang aktif dengan aktivator NaOH terdapat 3 nilai unsur massa dan atom
yang tinggi yaitu unsur C dengan massa 39,46 dan atom 49,48, unsur O dengan
massa 32,43 dan atom 30,53, unsur N dengan massa 11,91 dan atom 12,81.
Sedangkan beberapa unsur yang tidak terlalu tinggi seperti pada unsur Ca dengan
massa 5,49 dan atom 2,23, pada unsur Na dengan massa 4,86 dan atom 3,18, pada
unsur Au dengan massa 2,56 dan atom 0,20, pada unsur Si dngan massa 1,57 dan
atom 0,84, pada unsur Mg dengan massa 0,36 dan atom 0,23 serta pada unsur Al
dengan massa 0,91 dan atom 0,51. Maka dalam arang aktif dengan aktivator NAOH
terdapat 3 unsur dengan nialai unsur yang tinggi dan terdapat 6 unsur dengan jumlah
55
4.1.2 Morfologi arang aktif dengan aktivator H2SO4
Berikut hasil uji SEM EDX Mapping dari berbagai perbesaran ukuran pori
Gambar 4.6 Morfologi arang aktif aktivator H2SO4 dengan perbesaran 1000x dan
5000x.
pori-pori yang terbentuk lebih banyak dan pori-pori mengecil serta kontur-kontur
permukaan yang lebih kasar dan teratur dapat dilihat pada gambar morfologi
dengan perbesaran 1000x. Hal ini disebabkan adanya bahan organik yang terserap
zat asam aktivator mempengaruhi keteraturan morfologi dari arang aktif dimana
arang yang diaktivasi oleh H2SO4 memiliki morfologi yang teratur (Pujiono,2017).
Dalam proses perendaman pada aktivator pada dasarnya mengurangi kadar tar, hal
ini mengakibatkan pori-pori pada arang aktif semakin besar dikarenakan luas
56
sehingga daya adsorpsi semakin tinggi hal tersebut dibuktikan dengan semakin
Pada morfologi arang aktif dengan aktivasi NaOH dan arang aktif dengan
aktivasi H2SO4 terdapat perbedaan struktur pori arang aktif. Pada arang aktif dengan
aktivasi NaOH berbentuk pori-pori yang besar dan terbuka sedangkan arang aktif
dengan aktivator H2SO4 memiliki struktur pori-pori yang terbentuk lebih banyak
dan pori-pori mengecil serta kontur-kontur permukaan yang lebih kasar dan teratur.
57
Identifikiasi tehadap persebaran warna pada hasil EDX mapping yang
Gambar 4.7 Persebaran Unsur C, O,Si dan S pada arang aktif dengan aktivator
H2SO4
arang aktif dengan aktivator H2SO4 ialah C (karbon) yang berwarna biru, O
(oksigen) yang berwarna marah, dan Si (silikon) yang berwarna hijau, dan S (sulfur)
yang berwarna kuning. Pada unsur C dengan nilai komulatif paling tinggi 39,2453,
pada unsur O dengan nilai komulatif 32,4465, pada unsur Si nilai komulatif 0,7356
4.3 terdapat dua unsur yang lebih dominan yaitu C dan O dengan warna biru dan
58
Gambar 4.8 Persebaran Unsur C, Ca,S dan Al pada arang aktif dengan aktivator
H2SO4
Berdasarkan gambar 4.8 terlihat persebaran unsur yang terkandung pada arang aktif
dengan aktivator H2SO4 ialah C (karbon) yang berwarna biru, dan Ca (kalsium)
yang berwarna hijau, S (sulfur) yang berwarna kuning dan Al (aluminium) yang
berwarna merah. Pada unsur C dengan nilai komulatif paling tinggi 39,2453, pada
unsur Ca dengan nilai komulatif 3,2190, pada unsur S nilai komulatif 5,8563 dan
pada unsur Al nilai komulatif 0,3467 terdapat juga unsur Au (emas) dengan nilai
komulatif 2,4367.
Pada gambar diatas terlihat nilai persebaran unsur C, N, O, Al, Si, S, Ca,
59
Gambar 4.9 Grafik perbesaran unsur dalam arang aktif dengan aktivator H 2SO4
Tabel 4.2 Tabel jumlah massa dan atom yang terkandung pada arang aktif dengan
aktivator H2SO4
C 42,19 50,86
O 33,78 30,57
N 15,08 15,59
S 3,79 1,71
AU 2,48 0,18
Ca 1,96 0,71
Si 0,48 0,25
Al 0,25 0,13
Arang aktif dengan aktivator H2SO4 terdapat 3 nilai unsur massa dan atom
yang tinggi yaitu unsur C dengan massa 42,19 dan atom 50,86, unsur O dengan
massa 33,78 dan atom 30,57 unsur N dengan massa 15,08 dan atom 15,59.
60
Sedangkan beberapa unsur yang tidak terlalu tinggi seperti pada unsur Al dengan
massa 0,24 dan atom 0,13 pada unsur Si dengan massa 0,48 dan atom 0,25 pada
unsur S dengan massa 3,79 dan atom 1,71 pada unsur Ca dngan massa 1,96 dan
atom 0,71 serta pada unsur Au dengan massa 2,48 dan atom 0,18. Maka dalam arang
aktif dengan aktivator H2SO4 terdapat 3 unsur dengan nialai unsur yang tinggi dan
Terdapat perbedaan nilai unsur C, O dan N pada arang aktif dengan aktivator
NaOH dan aktivator H2SO4 pada arang aktif dengan aktivator NaOH memiliki nilai
unsur C dengan massa 39,46 dan atom 49,48 pada nilai unsur O dengan massa 32,43
dan atom 30,53 pada unsur N dengan massa 11,91 dan atom 12,81 sedangan nilai
unsur yang terdapat pada arang aktif dengan aktivator H2SO4 memiliki nilai unsur
yang lebih tinggi yaitu pada unsur C dengan massa 42,19 dan atom 50,86 pada unsur
O dengan massa 33,78 dan atom 30,57 pada unsur N dengan massa 15,08 dan atom
15,59.
Arang Aktif yang telah diaktivasi dengan aktivator H2SO4 dan NaOH
dijadikan sebagai media filtrasi air gambut. Pada saat proses filtrasi dilakukan
dengan tiga variasi media filter yaitu 100% arang aktif, 75% arang aktif ditambah
25% pasir silika, dan variasi media 50% arang aktif ditambah 50% pasir silika
dengan lama waktu 15 menit. Ketinggian pada alat filter yang digunakan adalah 30
cm dan lebar 8 cm. pada penelitian ini parameter yang diuji adalah Ph, warna dan
zat organik.
61
a). 100% AA b). 75% AA, 25% PS c). 50% AA, 50% PS
PS (Pasir Silika)
1. Parameter pH
Pada penelitian ini pH air gambut diukur sebelum dan setelah mendapatkan
perlakuan dengan cara filtrasi menggunakan media filter arang aktif dengan
aktivator NaOH 10% dan akrivator H2SO4 10% serta menggunakan tambahan
media filter pasir silika. pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki suatu larutan Hysocc
Tabel 4.3 Hasil Parameter pH pada air gambut setelah melalui tiga variasi
Nama
Variasi Baku Mutu Hasil Uji
Sampel
62
B1 6,5 - 8,5 10
Basa (NaOH) B2 6,5 - 8,5 9,72
B3 6,5 - 8,5 7,83
Keterangan : *) Baku Mutu – Permenkes No.32 tahun 2017
Pada tabel 4.3 dijelaskan bahwa pada blanko hasil uji pH awal yaitu 4,2.
hasil uji sampel dengan menggunakan aktivator asam H2SO4 10% mengalami
penurunan nilai pH pada variasi A1 100% arang aktif dengan hasil uji 2,83, A2
variasi 75% arang aktif 25% pasir silika hasil uji 2,51 dan variasi A3 50% arang
aktif 50% pasir silika dengan nilai hasil uji 2,57. Pada dasarnya air gambut memiliki
derajat keasaman yang cukup tinggi pada hasil uji dengan menggunakan aktivator
H2SO4 tidak dianjurkan karena arang aktif dengan aktivator H2SO4 dapat
dikategorikan asam kuat sehingga terjadi penurunan pH pada saat proses filtrasi
Hasil uji sampel dengan menggunakan aktivator basa NaOH 10% adanya
peningkatan nilai pH pada variasi B1 100% arang aktif dengan hasil uji 10, variasi
B2 75% arang aktif 25% pasir silika hasil uji 9,72, dan variasi B3 50% arang aktif
50% dengan hasil uji 7,83 pasir silika dengan masing-masing nilai hasil uji 10, 9,72
dan 7,82. Dapat dilihat pada gambar 4.11 grafik parameter pH dengan aktivator
63
10
9
8
Parameter
7
6
pH 5
4
3
2
0
1 Blank A1/B1 A2/B2 A3/B3
o
Blanko 4.2
Asam 2.83 2.51 2.57
(H2SO4)
Basa (NaOH) 10 9.72 7.83
aktivator H2SO4 dan NaOH sangat nyata terhadap nilai pH yang dihasilkan. Nilai
pH dengan aktivator NaOH menjadikan nila pH air gambut bersifat basa dan pada
filtrasi dengan arang aktif menggunakan aktivator H2SO4 menjadikan nilai pH air
gambut bersifat asam. Hasil menunjukan bahwa semakin banyak zat aktivator yang
ditambahkan maka semakin banyak pori-pori yang terbentuk pada arang ini
disebabkan semakin tinggi konsentrasi zat aktivator yang ditambahkan maka nilai
2018).
bahwa terdapat komposisi terbaiik pada media filter variasi B3 dengan komposisi
50% arang aktif 50% pasir silika dengan hasil uji 7,83. Hasil uji pada variasi B3
64
tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan
Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua,
2. Parameter Warna
larutan yang diukur adalah larutan dengan warna yang mendaki standar baku mutu
Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum. Warna air gambut diukur
media filter arang aktif dengan aktivator H2SO4 10% dan akrivator NaOH 10% serta
Hasil Uji
Nama
Variasi Baku Mutu (Dalam
Sampel
Skala)
Pada tabel 4.4 dijelaskan bahwa pada blanko hasil uji warna awal yaitu 11.
Hasil uji sampel menggunakan aktivator asam H2SO4 10% pada variasi A1 100%
arang aktif dengan nilai hasil uji 3, variasi A2 75% arang aktif dan 25% pasir silika
hasil uji warna yaitu 13 dan variasi A3 50% arang aktif dan 50% pasir
65
silika hasil uji warna yaitu 9. Terjadi penurunan dua variasi parameter warna yang
dikategorikan cukup baik pada proses filtrasi dengan media filter arang aktif
aktivator asam H2SO4 dengan variasi A1 100% arang aktif dan variasi A3 50%
arang aktif 50% pasir silika namun belum memenuhi standar baku mutu.
Pada hasil uji sampel dengan menggunakan aktivator basa NaOH 10% nilai
warna pada variasi B1 100% arang aktif hasil uji 38, B2 75% arang aktif dan 25%
pasir silika hasil uji 20, dan B3 50% arang aktif dan 50% pasir silika hasil uji warna
yaitu 13. Proses filtrasi menggunakan arang aktif dengan aktivator NaOH pada
parameter warna diketahui bahwa arang aktif dengan aktivator NaOH belum
dikategorikan baik dalam proses penyisihan warna pada air gambut. Dapat dilihat
pada Gambar 4.12 grafik parameter warna dengan aktivator H2SO4 10% dan NaOH
10%.
4
0
3
5
3
Parameter
0
Warna
2
5
2
0
0
Blank A1/B1 A2/B2 A3/B3
o
Blanko 11
Asam 3 13 9
(H2SO4)
Basa (NaOH) 38 20 14
aktivator H2SO4 dan NaOH sangat nyata terhadap nilai warna yang dihasilkan.
66
Pada penyisihan parameter warna lebih bagus menggunakan arang aktif dengan
aktivator asam H2SO4 terdapat pada variasi A1 100% arang aktif dengan hasil uji 3
dengan penurunan persentase 75%. Mengacu pada morfologi arang aktif bahwa
pori-pori yang dimiliki pada arang aktif dengan aktivator asam H 2SO4 lebih bagus
dibandingkan dengan arang aktif dengan aktivator basa NaOH. Keberadaan pori
tersebut sangat bermanfaat untuk menyerap suspended solid dan senyawa organik
yang terikat dalam air sehingga impuritas yang menyebabkan warna keruh dapat
tertahan dalam arang (Ayetni, 2014). Konsentrasi warna pada air gambut juga
disebabkan oleh kandungan zat organik konsentrasi warna akan berkurang jika zat
organik didalamnya berkurang. Hal ini dapat dilihat bahwa kandungan organik dan
Nilai warna dengan aktivator basa NaOH terjadi kenaikan konsentrsi air
gambut setelah adsopsi. Hal ini dikarenakan faktor penambahan karbon aktif pada
saat proses adsopsi. Dimana semakin tinggi massa maka akan semakin banyak
adsorben berukuran halus sehingga larutan lebih keruh dan hal ini lah yang
mempengaruhi warna pada air gambut (Rahmawati, 2018). Dosis karbon aktif
sangat menentukan kualitas air yang diolah. Dosis yang terlalu sedikit akan
dosis yang terlalu banyak akan mempengaruhi mutu air ditinjau dari segi warna,
kekeruhan, dan partikel tersuspensi (Rony, 2005). Untuk pencapaian standar baku
mutu air gambut skala warna harus mencapai 1 dengan nilai 1-50 PtCo.
zat organik pada air gambut tediri dari material humit seperti asam humat, asam
fulfat, dan humin. Zat organik air gambut diukur sebelum dan setelah
67
mendapatkan perlakuan dengan cara filtrasi menggunakan media filter arang aktif
dengan aktivator asam H2SO4 10% dan basa NaOH 10% serta menggunakan
Tabel 4.5 Hasil Parameter Zat Organik (KMnO4) pada air gambut
Pada tabel 4.5 dijelaskan bahwa pada blanko hasil uji zat organik (KMnO4)
awal yaitu 54,98. Hasil uji sampel menggunakan aktivator asam H2SO4 10% pada
variasi A1 100% arang aktif dengan nilai hasil uji 9,95, variasi A2 75% arang aktif
dan 25% pasir silika hasil uji warna yaitu 2,09 dan variasi A3 50% arang aktif dan
50% pasir silika hasil uji warna yaitu 18,64. Dapat dilihat dari hasil uji parameter
yang memenuhi standar baku mutu yaitu pada variasi A1 100% arang aktif dengan
Pada hasil uji sampel dengan menggunakan aktivator basa NaOH 10% nilai
zat organik (KMnO4) pada variasi B1 100% arang aktif hasil uji 31,2, B2 75% arang
aktif dan 25% pasir silika hasil uji 24,33 dan B3 50% arang aktif dan 50% pasir
silika hasil uji warna yaitu 17,85. Proses filtrasi menggunakan arang aktif dengan
dikategorikan baik dalam proses penyisihan zat organik (KMnO4) pada air
68
gambut. Dapat dilihat pada Gambar 4.13 grafik parameter zat organik (KMnO4)
6
0
5
0
Parameter Zat
4
0
Organik
3
0
0
Blank A1 A2 A3
o
Blanko 54.98
Asam 9.95 24.09 18.64
(H2SO4)
Basa (NaOH) 31.2 24.33 17.85
(KMnO4) dengan aktivator asam H2SO4 dan basa NaOH sangat nyata terhadap nilai
zat organik yang dihasilkan. Dari hasil uji pada tabel 4.13 terdapat satu variasi
sampel yang memenuhi standar baku mutu yaitu dengan variasi A1 100% arang
aktif dengan hasil uji 9,95 dengan persentase penyisihan 81%. Zat organik pada air
gambut terdiri dari material humit seperti asam humat, penurunan konsentrasi zat
organik pada air gambut terjadi karena partikel humit pada air gambut terserap
kedalam pori-pori adsorben. Adsorbsi zat organik terjadi karena adanya gaya tarik
menarik antara meterial humit yang bermuatan negatif dengan siklus aktif adsorben
memperbesar pori sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun
69
kimia yaitu luas permukaan bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya
adsorpsi (sembiring, 2003). Konsentrasi pada saat aktivasi dengan aktivator asam
H2SO4 10% dan basa NaOH 10% sangat berpengaruh terhadap efektivitas arang
semakin meningkatnya kemampuan adsopsi dari arang aktif, maka semakin baik
arang aktif dengan aktivator asam H2SO4 dibandingkan menggunakan arang aktif
dengan aktivator basa NaOH hal ini disebabkan H2 SO4 merupakan penarik air yang
sangat baik sehingga dapat lebih sempurna untuk melarutkan zat-zat organik
maupun anorganik yang terikat dalam material karbon sehingga diperoleh adsorben
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam penyisihan warna dan zat
organik veriasi yang paling baik adalah arang aktif dengan aktivator H 2SO4 pada
komposisi (A1 100% arang aktif) dengan hasil uji parameter warna adalah 3 dan
hasil uji pada parameter zat organik adalah 9,95. Namun pada arang aktif dengan
dikategorikan bersifat asam kuat. Sehingga pada variasi ini tidak dianjurkan untuk
Pada parameter pH variasi paling baik adalah arang aktif dengan aktivator
NaOH pada variasi B3 (50% arang aktif dan 50%) pasir silika dengan hasil uji 7,83
sehingga pH dikategorikan netral untuk sempel air gambut. Dapat dilihat pada hasil
70
menggunakan arang aktif dengan aktivator NaOH, hal ini terjadi dikarenakan
NaOH mempunyai sifat basa. Apabila terjadi pencampuran asam dan basa akan
terjadi reaksi pengikatan dimana asam yang telah diikat oleh NaOH akan
membentuk garam dan akan meningkatkan nilai pH air melewati nilai minimum
yang telah ditetapkan oleh standar baku mutu pada Permenkes No 32 tahun 2017
tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air
untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian
Umum.
71
BAB V
5.1 Kesimpulan
10% dan basa NaOH 10% memiliki perbedaan yang sangat signifikan.
Pada penelitian ini arang aktif dengan activator basa NaOH pori-pori
yang besar dan terbuka sedangkan arang aktif dengan aktivator asam
pada sampel A1 dengan hasil uji 3, dan penyisihan zat organik yang
zat organik, serta menetralkan pH air gambut. Pada sempel B3 hasil uji
72
menetralkan pH, penyisihan paling signifikan pada warna yaitu sempel
H2SO4.
5.2 Saran
selanjutnya yaitu :
73
DAFTAR PUSTAKA
Arif. 2019. Pengaruh Variasi Karbon Aktif Pada Alat Penjernihan Air. Tugas Akhir.
Desy, 2016 Pengaruh Konsentrasi Dan Suhu Aktivator KOH Pada Proses
Pembuatan Karbon Aktif Dari Cangkang Sawit Untuk Mengolah Pome. Tugas
Emmy, Ni Kadek, Ida. 2017. Pembuatan Dan Karakterisasi Arang Aktif Dari
(2), 174-180
Arang Aktif Dari Batang Tanaman Gumitir Dengan Aktivator NAOH. Vol 14
(2), 63-70
Evi Setiawan, Suroto. 2010. Pengaruh Bahan Aktivator Pada Pembuatan Karbon
No 13, 13-20
Fery Eko Pujiono, Try Ana Mulyati. 2017. Potensi Karbon Aktif Dari Limbah
Gawa Handika, Sari Maulina, Anggung. 2017. Karakteristik Karbon Aktif Dari
74
Natrium Karbonat Na2Co3 Dan Natrium Klorida NaCl. Vol 6 (4), Desember
2017
Indah, Joko Sofyan. 2018 Pengaruh Konsentrasi Dan Waktu Aktivasi Terhadap
Khalimatus, Evi Lusiani, Rosita, Wianthi, Diah, Sinta. 2020. Pengaruh Proses
Lisna Efiyanti, Suci Aprianty, Mamay Maslahat. 2020. Pembuatan Dan Analisis
Karbon Aktif Dari Cangkang Buah Karet Dengan Proses Kimia Dan Fisika.
Lulu Ika Wirani BR P. 2017. Aktivasi Karbon Dari Sekam Padi Dengan Aktivator
Mobil Untuk Mengurangi Kadar Timbal. Tugas Akhir Teknik Kimia Sumatra
Utara Medan
75
Muhajar, Zulkifli Togomi. 2020. Pengaruh Ketebalan Media Dan Waktu Filtrasi
Nila Puspita Sari, Mashuri. 2020. Efektivitas Penambahan Karbon Aktif Arang
Putri Aulia. 2014. Biosand Filter Reaktor Karbon Aktif Dalam Pengolahan
Rahmawati, Aji. 2018 Adsopsi Air Gambut Menggunakan Karbon Aktif Dari Buah
Rony. 2005. Studi Pengaruh Penambahan Karbon Aktif Pada Optimasi Penurunan
Siti Salamah. 2008. Pembuatan Karbon Aktif Dari Kulit Buah Mahoni Dengan
Siti, Martomo, Siti Salmah, Dwi, Riska. 2015. Pembuatan Arang Aktif Dari
Tutik, Agus, Ganang. 2018. Pembuatan Karbon Aktif Dari Hasil Pirolisis Ban
76
Verayana, Mardjan Paputungan, Hendri Iyabu. 2018. Pengaruh Aktivator HCl dan
Kelapa Serta Uji Adsoprsi Pada Logam Timbal (Pb). Vol 13, 67-75
Menggunakan Aktivator Asam Fosfat (H3PO4) Dan Asam Nitrat (HNO3). Vol
77