PENDAHULUAN
satunya adalah kisah nabi Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah liat
kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Kemudian Allah
Adam a.s. dan mereka pun merespon perintah tersebut dengan patuh. Mereka
menceburkan dahi mereka ke dalam debu karena sujud kepada Adam, kecuali
terhadap-Nya. 1
Iblis menyangka kalau dia lebih baik dari Adam a.s. dari segi materi
dasar diciptakan dan lebih suci dari segi intinya. Dia menyangka kalau tidak
ada satu makhluk pun yang dapat menyainginya dalam hal kemampuannya
yang tinggi dan juga tidak ada satu makhluk pun yang mempunyai posisi lebih
mulia dari dirinya. Iblis berkata dalam surat Shad ayat 76 yang artinya: “Aku
1
Ali Muhammad al-Bajawi, dkk, Untaian Kisah dalam al-Quran, diterjemahkan oleh, Abdul
Hamid, dkk, dengan judul asli, Qashash al-Quran, (Jakarta: Darul Haq, 2007), Cet I, hal. 3
1
2
lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia
itu. Allah memanggilnya seraya berkata, “Maka keluarlah kamu dari surga,
“Tempuhlah jalan yang telah kamu pilih dan berjalanlah dalam kesesatan
Ku sujud kepadamu. Jika kamu taat, maka aku akan mencukupkan dirimu
dengan kebaikan dan Aku akan mengekalkan dirimu berada dalam surga ini.
Ku. Kemudian, kamu jangan lupa kalau iblis ini adalah musuh mu dan musuh
isterimu. Maka dari itu, janganlah sampai dia mengeluarkan kamu berdua dari
kebebasan kepada mereka berdua untuk memetik segala macam buah yang
satu jenis pohon diantara pohon-pohon surga yang jumlahnya sangat banyak
sekali. 3
Artinya: “Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu
surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik
dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini,
yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.
3
Ibid., hal. 8
4
pertanyaan dan analisis jawaban yang sangat mengagumkan, tetapi ada juga
memang ada pohon yang terlarang bagi Adam dan isterinya, atau apakah
hanyalah simbol-simbol semata? Pohon terlarang pada satu taman yang penuh
dengn pepohonan adalah simbol dari perbandingan antara larangan dan izin
Ilahi terhadap manusia. Jika demikian, larangannya sedikit sekali, hanya satu
yang banyak lagi baik, dimana saja kamu sukai (QS. Al-Baqarah [2]: 35).4
4
M. Quraish Shihab, Secerca Cahaya Ilahi Hidup Bersama al-Quran, (Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2000), hal. 518
5
kamu tidak melarang kamu mendekati pohon ini kecuali supaya kamu berdua
tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal di dalam
Allah hendak melarang Adam agar tidak memakan (buah) pohon tersebut,
(makna larangan) makan tersebut, dan juga menggunakan kata yang biasa
tersebut), yaitu lafazh Al-Qarb.” Ibnu Athiya berkata, “Ini merupakan sebuah
terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 35 tersebut, al-Thabari berkata, Kata al-
syajarah dalam bahasa Arab berarti setiap yang berdiri di atas batang.6
Nya bahwa Adam dan isterinya telah memakan buah dari pohon yang dilarang
kepadanya pohon yang ditentukan oleh-Nya dalam firman Allah, namun Allah
tidak menjelaskan kepada para hambanya nama pohon tersebut, baik secara
5
Ibid., 519-520
6
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir al-Thabari, Tafsir al-Thabari, diterjemahkan Ahsan Askan
dengan judul asli Jami‟ al-Bayan an Ta‟wil Ayi al-Quran, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), Juz 1, hal.
620-625
6
riwayat yang menjelaskan tentang nama buah pohon yang dilarang Adam
Sebagian ahli tafsir menyebutkan pohon dalam kisah nabi Adam ini
yang ada pada pohon gandum itu sehingga dilarang Allah mendekati pohon
al-Baqarah ayta 35. Penulis ingin meneliti penafsiran yang dilakukan oleh
penafsiran klasik dan modern tentang pohon tersebut. Sebagian ulama tafsir
7
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Op, Cit., hal. 620-625
8
Sulaiman al-Tharawana, Rahasia Pilihan Kata dalam al-Quran , diterjemahkan oleh Agus
Faishal Kariem dan Ania Maftukhin, dengan judul asli Dirasah Nashshiyyah Adabiyyah fil Qishshash
al-Quraniyyah, (Jakarta: Tim Qishti Press, 2004), jilid 1, hal. 75
9
Sulaiman al-Tharawana, Loc, Cit., hal. 77
7
Periode klasik mulai dari akhir zaman tabi‟in at-tabi‟in sampai akhir
muncul pada zaman kemunduran Islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad pada
tahun 656 H/1258 M sampai timbulnya gerakan kebangkitan Islam pada 1286
H/1888 M atau dari abad VII sampai XIII H.10. Sedangkan periode modern ini
(1266 H/1845 M–1323 H/1905 M), di Pakistan oleh Muhammad Iqbal (1878-
metode, corak dan pendekatan yang dipakai berbeda antara mufasir klasik dan
modern.
10
https://iermafikria.wordpress.com/metodologi-tafsir-klasik-hingga-modern-kontemporer/
11
https, Loc. Cit.,
8
kisah nabi Adam dan Hawa tentang dilarangnya mereka memakan buah dari
pohon yang telah Allah larang memakannya, salah satunya ada di dalam surat
menunjukkan betapa kuatnya larangan yang Allah berikan kepada Nabi Adam
dan isterinya. Kedua pada zaman sekarang, banyak orang yang mengatakan
bahwa sekiranya Adam tidak memakan buah dari pohon itu dan tidak
melanggar perintah Allah dan tertipu oleh godaan setan maka anak cucu
Adam akan bearda di surga. Pernyataaan ini membuat hati penulis resah,
tetapi memang terdapat di dalam buku Tafsir Sya‟rawi.13 Oleh sebab itu
penulis tertarik untuk melanjutkan penelitian ini. Ketiga Nabi Adam diturukan
ke bumi karena memakan buah dari pohon tersebut, di dalam al-Quran dan
hadits tidak ada yang menjelaskan buah pohon apakah itu? Dan kalau
memang nabi Adam memakan buah dari pohon itu, kenapa sampai sekarang
penulis akan mencari makna dari lafaz al-syajarah tersebut. Apakah yang
12
Muhammad Faud Abd al-Baqi, Mu‟jam al-Mufahras li Alfazh al-Quran al-Karim, (Bairut:
al-fikr,1992)
13
Muhammad Mutawalli Sya‟rawi, Tafsir AL-Sya‟rawi, diterjemahkan oleh, Tim Safir al-
Azhar, dengan judul Tafsir Al-Sya‟rawi, (Jakarta: Duta Azhar, 2004), Cet I, hal. 177
9
pembahasan ini antara mufasir klasik yang diwakili oleh al-Thabari dan al-
yaitu al-Thabari nama lengkapnya adalah Abu Ja‟far Muhammad Jarir al-
Amil ibukota Tubaristan di Persia (Iran) pada tahun 224 H atau 225 H (847
M). Beliau termasuk salah satu yang pertama kali menulis Tafsir yang
bernama Jami‟ al-Bayan an Ta‟wil Ayi Al-Quran, dan di dalam buku tafsirnya
itu banyak riwayat-riwayat yang dimuatnya dan bercorak Tafsir bil Ma‟tsur14.
Beliau tidak hanya ulama tafsir tapi dia fakar hadis juga. Al-Zamakhsyari,
nama lengkapnya adalah Abu al-Qosim Mahmud bin Umar bin Muhammad
14
Said Agil husin al-Munawar, Al-Quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta: PT.
CiputatPress, 2005), Cet ke-4, hal. 96
15
Ibid., hal. 102-104
10
pada tanggal 24 Juli 1985. Nama tafsirnya adalah tafsir al-Azhar, yang
ini adalah banyak sekali orang yang mengatakan, seandainya Adam dan Hawa
16
Nasir Tamari, Hamka di Mata Hati Umat (Jakarta: Sinar Harapan, 1984), Cet ke-2, hal.51
11
tidak memakan buah yang Allah larang memakannya, dan tidak tertipu oleh
rayuan setan, maka manusia sekarang ini berada di dalam surga. Memang
hal ini secara spesifik permasalahan ini yang akan penulis uraikan
1. Apa penafsiran mufasir klasik terhadap lafaz al-syajarah, dalam hal ini
2. Apa penafsiran mufasir modern terhadap lafaz al-syajarah, dalam hal ini
persyaratan dalam meraih gelar Serjana Agama (S. Ag) dalam studi tafsir
dan hadis
D. Penjelasan Judul
merasa perlu untuk terlebih dahulu kata-kata penting yang terdapat dalam
Penafsiran : berasal dari kata tafsir, dalam bahasa Arab berarti اإلبانة
Al-syajarah : satu pohon yang terkumpul atas satu pohon, dua pohon, dan
bekaitan dengan peritiwa Adam dan Hawa dilarang memakan buah dari pohon yang
mereka.22
17
Manna; Khalil al-Qathan, Mubahits Fiy Ulum Alquran, (Riyadh: Mansyurat Al-„Ashar Al-
Hadits), hal. 323-324
18
Lil „Alami Ibnu Manzur, Lisan Al- Arab, Liban: Bayrut), Juz ke-2, hal. 271
19
Ahmad Warson Al-Munawir, al-Munawwir, (Yogyakarta: Pondok Pesantren Al-Munawir,
1984) hal. 743
20
Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir al-Thabari, Op, Cit., hal. 10
21
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), Cet. 1, hal. 965
22
Abd. Al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Mawdhi‟iy, diterjemahkan oleh Suryan A. Jamrah
dengan judul asli al-Bidayah Fi Tafsir al-Mawdhu‟iy (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), Cet ke-2.
Hal. 30
14
al-Quran.23
Dari penjelasan di atas maka yang penulis maksud dengan judul ini adalah
E. Metode Penelitian
primer dan sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah kitab-
kitab tafsir, yaitu Jami‟ Al-Bayan an Ta‟wil Ayi al-Quran (Tafsir al-Thabari)
Kemudian untuk melacak ayat yang berkenaan dengan tema dalam al-
23
Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Phoenix, 2007),
Cet. 1, hal. 843
15
Tahun 2016.
dengan hadist-hadist Nabi Saw yang pada zhahirnya bertentangan, dan yang
ayat al-Quran.24
langkah-langkahnya adalah:
tersebut.
24
Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), cet
ke-2, hal. 65
16
objek kajian.25
F. Sistematika Penulisan
Bab I: bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, memperinci dan
Bab II : bab ini berisi tentang pengertian, ruang lingkup, kelebihan dan
Quraish Shihab.
Bab III: merupakan bab inti yang terdiri dari penafsiran mufasir klasik
25
Ibid., hal. 101