Anda di halaman 1dari 6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KERANGKA TEORI

1. Kemampuan Motorik halus

Kata motor digunakan sebagai istilah merujuk pada hal, keadaan, dan

kegiatan yang melibatkan otot- otot dan gerakan-gerakannya, juga kelenjar-

kelenjar dan sekresinya (pengeluaran cairan atau getah). Secara singkat,

motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang meningkatkan atau

menghasilkan rangsang terhadap kegiatan organ fisik (Muhibbin Syah, 2003:

13).

Motorik halus merupakan bagian dari sensomotorik yaitu golongan

dari rangsang sensori (indra) dengan reaksi yang berupa gerakan-gerakan otot

(motorik) kemampuan sensomotorik terjadi adanya pengendalian kegiatan

jasmani melalui pusat syaraf, urat syaraf dan otot-otot yang terkoordinasi,

sedangkan motorik halus terfokus pada pengendalian gerakan halus jari-jari

tangan dan pergelangan tangan.

Berpijak dari konsep tersebut Hurlock (2000: 150), menyatakan

bahwa motorik halus sebagai pengendalian koordinasi yang lebih baik yang

melibatkan kelompok otot yang lebih untuk menggenggam, melempar dan

menangkap bola.

Daeng Sari (1996: 121), menyebutkan bahwa yang disebut motorik

halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau

halus, gerakan ini menuntut koordinasi mata dan tangan dan kemampuan

pengendalian gerak yang baik yang memungkinkannya untuk melakukan

ketepatan dan kecermatan dalam gerakannya.

5
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dalam penelitian ini

yang dimaksud dengan kemampuan motorik halus adalah ketangkasan atau

penguasaan keterampilan tangan anak yang dinyatakan dalam bentuk skor

ceklist kemampuan motorik seperti ketrampilan mencocok dan menempel

gambar (gambar sudah disediakan oleh guru).

2. Faktor yang Mempengaruhi Motorik Halus

Motorik anak dapat berkembang dengan baik dan sempurna perlu

dilakukan stimulasi yang terarah dan terpadu. Adapun faktor yang

mempengaruhi perkembangan motorik halus anak diantaranya menurut

Hurlock (2000: 154) factor yang mempengaruhi perkembangan motorik

adalah sifat dasar genetik termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan sehingga

anak yang IQ tinggi menunjukkan perkembangan motoriknya lebih cepat

dibandingkan dengan anak normal atau di bawah normal. Adanya dorongan

atau rangsangan untuk menggerakkan semua kegiatan tubuhnya akan

mempercepat perkembangan motorik anak.

Menurut Lutan (1988: 322), faktor yang mempengaruhi motorik halus

adalah:

a. Faktor internal adalah karakteristik yang melekat pada individu

seperti tipe tubuh, motivasi atau atribut yang membedakan seseorang

dengan orang lain.

b. Faktor eksternal adalah tempat di luar individu yang langsung

maupun tidak langsung akan mempengaruhi penampilan sesorang,

misalnya lingkungan pengajaran dan lingkungan sosial budaya.

Berdasarkan pendapat di atas maka dalam penelitian ini faktor yang

mempengaruhi kemampuan motorik halus adalah kondisi mental yang lema

menjadi hambatan belajar perkembangan motorik halus dan kondisi

6
lingkungan sosial yang negatif akan merigikan anak, sehingga kurangnya

dorongan, rangsangan, kesempatan belajar dan pengajaran yang tidak sesuai

dengan kondisi siswa yang terhambat.

3. Mencocok

Mencocok adalah salah satu kegiatan yang ada di kurikulum

pengajaran PAUD yang meliputi TK. Mencocok adalah kegiatan melubangi

bagian tepi sebuah obyek gambar dan biasanya menjadi sasaran atau

barusan yang dicocok atau ditusuk dengan menggunakan alat jarum atau

bantal busa (http://pondokedukatif.com).

Obyek gambar telah dibuat alat bantunya berupa titik – titik

sehingga anak akan mudah menempatkan jarum di titik tersebut. Setelah

gambar selesai dicocok secara menyeluruh maka akan diperintahkan

untuk melepaskan obyek gambar tersebut dan menempelkannya pada

media telah ditentukan. Aktifitas permainan ini merangsang anak untuk

lebih kreatif.

4. Menempel

Menempel adalah proses lanjutan dari mencocok. Proses dalam

menempel menmpunyai tujuan motorik yang sangat nyata, karena dalam

menempel potongan gambar perlu ketelitian, kesabaran, ketrampilan

dalam proses menempel gambar (http://staff.uny.ac.id).

Untuk kegiatan menempel gambar telah disediakan tempat yang

biasanya sudah ada batasn – batasannya, yaitu ruang kosong yang

bentuknya sama dengan bentuk ruang yang dicocok.

7
Penempelan dengan menggunakan lem merupakan kegiatan

yang perlu mendapat bimbingan oleh pendidik secara ekstra, sabar dan

teliti. Sebab menempel adalah kegiatan pengembangan yang memiliki

ranah – ranah yang sangat nyata, artinya kemampuan – kemampuan yang

diharapkan pada tujuan pengembangan dalam kegaiatan ini akan cepat

Nampak.

5. Metode dalam Mencocok dan Menempel

Metode yang digunakan oleh guru adalah salah satu kunci pokok

dalam keberhasilan dalam suatu kegiatan belajar yang dilakukan

oleh anak. Pemilihan metode yang digunakan harus relevan

dengan tujuan, penguasaan konsep, materi dan kegiatan yang

akan dilakukan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode eksperimen. Metode Eksperimen adalah cara

memberikan pengalaman kepada peserta didik dalam

mengadakan percobaan terhadap sesuatu dan mengamati

akibatnya.

Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran

yang ditandai dengan kegiatan mencoba mengerjakan sesuatu,

mengamati dan melaporkan proses percobaan tersebut. Dalam

metode ini guru perlu mengkonkretkan penjelasan yang diberikan

kepada anak disuruh mencobanya sendiri dengan bimbingan guru.

Selain itu, metode eksperimen juga efektif digunakan dalam

8
pengembangan kemampuan motorik halus, seperti kegiatan

melipat, mencocok, menggunting dan lain sebagainya.

B. KERANGKA BERFIKIR

Berdasarkan pada masalah dari studi awaal peneliti merencanakan

tindakan perbaikan pembelajaran. Rencana tindakan perbaikan pembelajaran

mengacu pada model port lewin (2006:21) yaitu sebagai berikut:

1. Tahap perencanaan

2. Tahap Pelaksanaan

3. Tahap Observasi

4. Tahap Refleksi

Secara rinci dapat dilihat melalui gambar berikut:

Studi Awal

Kasus Pemahaman Konsep Indentifikasi masalah


Rendah Analisis Masalah
Rumusan Masalah

Siklus 1 Merencanakan PTK


Tahap Perencanaa
Tahap Pelaksanaan
Tahap Observasi
Tahap refleksi

Belum Berhasil

Merencanakan PTK Siklus 2


Tahap Perencanaa
Tahap Pelaksanaan
Tahap Observasi
Tahap refleksi

Selesai Berhasil

Bagan Kerangka Berfikir Menurut Kurt Lewin

9
Dari bagan di atas dapat dideskripsikan sebagai berikut : Peneliti

melakukan studi awal untuk mendapatkan kasus sebagai bahan melaksanakan

penelitian tindak kelas. Model yang digunakan dalam PTK mengacu pada

Kurt Lewin yang menyatakan bahwa PTK terdiri dari empat komponen yaitu :

(1) Tahap Perencanaan, (2) Tahap Pelaksanaan, (3) Tahap Observasi (4)

Tahap Refleksi. Langkah selanjutnya kasus yang diperoleh dari studi awal itu

di indentifikasi masalahnya, dianalisis, dan dirumuskan masalahnya.

C. HIPOTESA TINDAKAN

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka hipotesa yang peneliti

ajukan adalah sebagai berikut:

 Metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar anak dalam

mencocok dan menempel di TK PGRI 2 Sambong Kec. Punggelan

Kab. Banjarnegara.

D. INDIKATOR DAN KRITERIA KEBERHASILAN

Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan kemampuan

dalam kegiatan kreativitas mencocok dan menempel adalah sebgai berikut :

(1) Anak senang dengan kegiatan mencocok, (2) Anak percaya diri dalam

menyelesaikan tugasnya, (3) Anak bangga dengan hasil karyanya, (4) Saling

menghargai, (5) Punya rasa ingin tahu, (6) Punya krativitas.

Criteria untuk mengukur tingkat keberhasilan upaya peningkatan

pembelajaran adalah sebagai berikut :

 Kriteria nilai anak adalah sebagai berikut : skor 1 - 3 rendah, skor 4 -

6 sedang, dan skor 7 - 8 tinggi.

 Prose perbaikan pembelajaran dinyatakan dinyatakan berhasil jika

75% dari keseluruhan jumlah anak dalam kelas sudah memperoleh

nilai kriteria keberhasilan tinggi.

10

Anda mungkin juga menyukai