Anda di halaman 1dari 17

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Pasca Sarjana Magister Teknik Sipil


8 -15 W571700003 Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT.

TUGAS PERKULIAHAN
Metode dan Peralatan
Konstruksi Lanjut
Judul Tugas Tugas Besar 2 :
CPMK 4. Mampu memahami metode dan prinsip penggalian batu/
tanah, compressed air, dan penghancuran batu
CPMK 5. Mampu memahami prinsip kerja peralatan pompa air,
conveyor belt, dragline dan clamshell
CPMK 6. Mampu menjelaskan dan memahami Penanganan material
sisa
Deskripsi Ketentuan
Dalam tugas ini mahasiswa diminta : Tugas mandiri, diketik rapi pada kertas
 mampu menjelaskan dan memahami A4, dengan menggunakan huruf Times
Metode dan prinsip Penggalian batu New Roman ukuran 12, jarak baris 1.5
dan tanah spasi, margin kiri 4 cm, margin atas,
 mampu menjelaskan dan memahami bawah dan kanan masing masing 3 cm.
Prinsip kerja Compressed air dan Dapat melampirkan data data studi kasus
penghancuran batu sebagai lampiran.
 mampu menjelaskan dan memahami Kerjakan mengikuti pembagian tugas
Prinsip Kerja peralatan Pompa air pada tabel yang tertera dilembar soal.
dan conveyor belt Setelah selesai Tugas dapat diupload di
 mampu menjelaskan dan memahami POST atau di email dengan format PDF.
Prinsip penggunaan Dragline dan
Perhatikan batas waktu pengumpulan
clamshell
 mampu menjelaskan dan memahami
Penanganan material sisa

Luaran/Output Jadwal
Metode dan prinsip metoda kerja
pelaksanaan peralatan konstruksi yang Tugas dikumpulkan sebelum
digunakan dalam pekerjaan-pekerjaan pertemuan ke : 15
konstruksi serta perhitungan produktifitas
dan biaya. Produktivitas peralatan berat
yang menunjang keberlangsungan
proyek konstruksi.

Penilaian
Bobot Kriteria
Bobot nilai tugas 2 adalah 30 % Sesuai kentuan pada lembar soal
Bagian A – Diisi oleh Mahasiswa

Nama dan NIM (Nomor Induk Mahasiswa):


Kode Mata Kuliah
W571700003
Nama Dosen Jenis Asesmen:

Dr. Ir. Albert Eddy Husin, MT. Tugas Besar 2

Nama Mata Kuliah : Metode dan Peralatan Konstruksi Lanjut

Nomor Tugas / Judul: Tugas Besar 2

Durasi Tugas (Minggu) Jenis Tugas: % Tugas Diberikan pada:

1 Minggu Individu 30 % Pertemuan Ke 14

Bagian B – Diisi oleh Dosen Pengampu


Capaian Pembelajaran:
CPMK 4
Mampu memahami metode dan prinsip penggalian batu/tanah, compressed air, dan penghancuran batu
CPMK 5
Mampu memahami prinsip kerja peralatan pompa air, conveyor belt, dragline dan clamshell
CPMK 6
Mampu menjelaskan dan memahami Penanganan material sisa

Nilai
Komponen Penilaian Nilai Maks.
diberikan

1. Penjabaran serta ulasan pengertian dan teori teori yang disertai dengan 40
informasi yang menguatkan seperti bagan/ ilustrasi gambar/skema/ dll

2. Kesesuaian Isi terhadap obyek yang di Penjelasan Studi Kasus dari


jurnal yang runtut mulai dari permasalah, Analisa, Solusi pemecahannya 40
serta kesimpulan

3. Sistematika penulisan mengikuti ketentuan umum penulisan karya tulis 10


ilmiah, mudah di baca dan dimengerti.

4. Daftar pustaka sebagai sumber referensi penulisan makalah


10

Tanda Tangan Dosen: Tanggal: Total Total

100
Apakah ada penambahan waktu? Penguranan Keterlambatan Pengurangan Nilai Akhir
pengumpulan:
(Ya/ Tidak)

Kesepakatan pengumpulan: (Ya/ Tidak)

Bagian ini digunakan untuk memberi umpan balik atau informasi lain

Kriteria Penilaian
No Nilai Skala Kriteria
Kualitas isi pada level sempurna. Penjelasan tepat
1 A 80 - 100
Menjelaskan dan memaparkan secara runtut.
Kualitas isi pada level baik. Ulasan dan penjelasan masih ada yang kurang tepat.
2 B+ 74 - 79,99
Dapat mengulas secara runtut.
Kualitas isi pada level cukup. Ulasan dan penjelasan masih ada yang kurang
3 B 68 - 73,99
tepat. Dapat mengulas secara runtut.
Kualitas isi pada level kurang cukup. Ulasan dan penjelasan masih ada yang
4 C+ 64 - 67,99
kurang tepat. Dapat mengulas kurang runtut.

Kualitas isi pada level yang tidak bisa diterima. Ulasan dan penjelasan masih ada
5 C 56 - 63,99
yang kurang tepat. Tidak dapat mengulas secara runtut.

Kualitas isi pada level yang tidak bisa diterima. Ulasan dan penjelasan masih ada
6 D 45 - 55,99 yang kurang tepat. Tidak mengulas secara runtut dan tidak mengikuti kaidah
yang ada.
Kualitas isi pada level yang sama sekali tidak bisa diterima. Ulasan dan
7 E < 45 penjelasan masih ada yang kurang tepat. Tidak mengulas secara runtut dan tidak
mengikuti kaidah yang ada.

Tujuan Utama dari mempelajari metode pelaksanaan konstruksi adalah memahami dasar
dasar teknologi pelaksanaan dari berbagai jenis bangunan agar dapat mengikuti perkembangan
teknologi konstruksi yang semakin tepat dan cepat.
Metode Pelaksanaan Konstruksi adalah cara yang digunakan untuk mentransformasikan
sumber sumber daya (resources) menjadi produk produk yang dibangun ( constructed products)
dan bagaimana konstruksi mengaplikasikannya.
Posedur metode pelaksanaan konstruksi dapat didefinikan dengan menentukan metode
apa yang tepat (right method), peralatan yang tepat (right equipment), tenaga kerja yang tepat
(right labor) untuk melakukan pekerjaan pekerjaan yangmemenuhi unsur manajemen konstruksi

Soal Tugas 2:

1. Apa yang Saudara ketahui mengenai Penanganan Material Sisa dalam proyek konstruksi?
Jelaskan Fungsi dan Tujuannya! Penjelasan dapat dilengkapi dengan ilustrasi, gambar, tabel
maupun diagram.
(Bobot 30%)

2. Jelaskan dan uraikan Penanganan Material Sisa dalam proyek konstruksi. Carilah Jurnal
bereputasi (terindex scopus) mengenai implementasinya pada proyek konstruksi, berikan
Studi Literatur nya (Result, Methods, Strong, Weakness, and Novelty) yang lengkap dan
jelas.
(Bobot 70%)
Tugas 2

ADITYO BAMBANG WICAKSONO

55722010005

1. Apa yang Saudara ketahui mengenai Penanganan Material Sisa dalam proyek konstruksi?
Jelaskan Fungsi dan Tujuannya! Penjelasan dapat dilengkapi dengan ilustrasi, gambar,
tabel maupun diagram.
Jawaban:

Material Konstruksi

(Gavilan and Bemold,1994)

Consumable material Non- Consumable


material

Sisa Material Konstruksi

(Tchobanoglous et al, 1993,)

Demolition Waste Construction Waste

(Skoyles,1976)

Direct Waste Indirect Waste


- Transport and - Substitution
delivery waste waste
- Site Storage - Production waste
waste - Negligence waste
- Conversion waste
- Fixing waste

Penanganan Sisa Material


Konstruksi

Reduce Reuse Recycle

- Prevention
- Minimalization
Sisa material konstruksi dapat artikan sebagai segala jenis material yang berasal dari bagian alam di
bumi yang dipindahkan, diolah ke suatu tempat untuk kemudian digunakan pada proses konstruksi baik
pada suatu lokasi atau antar dengan berbagai kemungkinan yang dapat timbul antara lain kerusakan,
kelebihan, tidak terpakai , tidak sesuai dengan spesifikasi atau hasil dari proses konstruksi (Al
Moghany,2006).
Penggunaan material dalam proses konstruksi, menurut Gavilan and Bemold(1994) dibagi menjadi dua
yaitu Consumable material merupakan material konstruksi yang pada akhirnya akan menjadi bagian
dari struktur fisik bangunan (Contoh: semen, agregat, baja tulangan, dll.) serta Non-consumable
material merupakan material penunjang dalam proses konstruksi, dan bukan merupakan bagian dari
fisik bangunan, biasanya material ini bisa dipakai ulang dan pada akhir proyek akan menjadi sisa
material juga (contoh: perancah, bekisting, dll).
Menurut Gavilan and Bemold(1994) penggunaan material konstruksi pada akhirnya akan berakhir pada
empat posisi yaitu struktur fisik bangunan, kelebihan material (leftover), pemakaian ulang pada proyek
lain (reuse) , atau menjadi sisa material atau waste. Sisa material ini atau yang biasa kita sebut waste
material dikategorikan dua bagian (Tchobanoglous et al, 1993) yaitu demolition waste adalah sisa
material yang timbul dari hasil pembongkaran proses renovasi atau penghancuran bangunan lama serta
construction waste adalah sisa material konstruksi yang berasal dari proses pembangunan atau renovasi
bangunan.
Menurut (Skoyles,1976) construction waste dapat digolongkan kedalam dua kategori berdasarkan
tipenya yaitu direct waste adalah sisa material yang timbul di proyek karena rusak, hilang dan tidak
dapat digunakan lagi (misal : transport and delivery waste, site storage waste, conversion waste, and
fixing waste) serta indirect waste adalah sisa material yang terjadi di proyek karena volume pemakaian
volume melebihi volume yang direncanakan, sehingga tidak terjadi sisa material secara fisik di lapangan
dan mempengaruhi biaya secara tersembunyi (hidden cost)(misal substitution waste, production waste,
dan negligence waste).
Dalam hasil penelitian Bossink dan Bowers(1996) , menyimpulkan sumber dan faktor penyebab terjadi
sisa material konstruksi tertera pada tabel dibawah ini.
Penanganan sisa material konstruksi dilakukan berdasarkan pada waste hirerarchy:

Pertama yang dilakukan adalah Reduce atau pengurangan material konstruksi bisa dilakukan dengan
dua cara yaitu prevention (pencegahan) merupakan usaha yang dilakukan untuk mengurangi
penggunaan material yang dapat menghasilkan sisa material konstruksi (contoh: pembuatan shop
drawing yang detail dan lengkap agar tidak terjadi kesalahan pembuatan, pengontrolan volume aktual
di lapangan sebelum pemesanan readymix concrete, pemesanan readymix concrete pada perusahaan
penyedia jasa readymix yang kualitas betonnya terjamin, serta mengatur jadwal pengiriman readymix
sesuai dengan kondisi di lapangan) serta minimalization (minimalisasi) merupakan usaha yang
dilakukan untuk mengurangi sisa material konstruksi (contoh: merencanakan Bar Bending Schedule
agar waste besi sedikit, merencanakan penggunaan beton precast agar mengurangi waste material
beton).
Kedua Reuse (penggunaan ulang) merupakan usaha untuk menggunakan kembali material konstruksi
dalam bentuk yang sama (contoh: pemisahan sisa material konstruksi berdasarkan jenis pekerjaan dapat
mempermudah kontraktor untuk melakukan penggunaan ulang berdasarkan tujuannya untuk proyek
yang sama atau yang akan datang). Penggunaan ulang material akan membuat kontraktor lebih
berhemat dalam pemakaian material baru.
Ketiga Recycle merupakan proses daur ulang sisa material konstruksi menjadi suatu produk baru yang
memiliki nilai guna dan nilai jual. Proses daur ulang pada umumnya hanya dapat dilakukan terhadap
material tertentu yang sifatnya dapat didaur ulang antara lain contoh karet, aspal, beton, besi, cat,
plastik, kayu, pipa PVC, kertas packaging, besi baja, kaca, keramik, aluminium, seng.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk melakukan daur ulang antara lain yaitu pertama melakukan
memasukkan persyaratan pada saat prakualifikasi mengenai pengalaman kontraktor dalam mengurangi
sisa material, dan memilih kontraktor berdasarkan track record dalam perencanaan pengelolaan sisa
material pada proyek-proyek sebelumnya, kedua mengidentifikasi dan mendaftar material konstruksi
yang dapat didaur ulang, serta merencanakan teknik penanganan, penyimpanan, atau pemindahan
material yang masih dapat didaur ulang dan terakhir memilih sisa material konstruksi yang bernilai jual
kembali tinggi serta menjadwalkan proses daur ulang sisa material konstruksi. Contoh : penggunaan
waste construction agregat sampah beton untuk menjadi beton recycle.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hwang dan Yeo (2011) penanganan sisa material konstruksi
berfungsi untuk penghematan biaya dan memaksimalkan keuntungan, mengurangi permintaan lahan
tempat pembuangan sampah, peningkatan manajemen sumber daya, meningkatkan citra perusahaan
ramah lingkungan, peningkatan produktivitas dan kualitas. Sedangkan untuk tujuan dari penanganan
sisa material konstruksi adalah kita dapat memahami dan memperhatikan fungsi dan nilai suatu material
, menjadi konstruksi yang efisien dan efektif secara biaya dan waktu , melatih keakuratan dalam
memahami standar dimensi material dan sistem metode konstruksi dalam mengurangi waste, serta
menjadikan konstruksi yang berkelanjutan.
2.Jelaskan dan uraikan Penanganan Material Sisa dalam proyek konstruksi. Carilah Jurnal
bereputasi (terindex scopus) mengenai implementasinya pada proyek konstruksi, berikan Studi
Literatur nya (Result, Methods, Strong, Weakness, and Novelty) yang lengkap dan jelas

Jawaban:

Jurnal 1
Judul :

Tujuan:
Untuk menyajikan metode klasifikasi sederhana untuk agregat daur ulang dari limbah
campuran C&D yang dapat membantu pemilihan aplikasi penggunaan ulang yang sesuai
dengan kualitasnya.
Metode Penelitian:
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif literatur yang ada ditinjau untuk
mengidentifikasi pengujian standar yang sesuai dan persyaratan untuk sifat fisik limbah C&D,
di mana metode klasifikasi yang disederhanakan menurut sifat fisik dasar dikembangkan untuk
meningkatkan evaluasi tersebut. Untuk validasi awal, sekelompok sepuluh sampel agregat daur
ulang diuji dan prosedur ini diterapkan untuk menentukan kualitasnya sehubungan dengan
potensi penggunaan agregat bernilai rendah. . Rekomendasi selanjutnya dapat dibuat dengan
memilih perawatan sederhana untuk meningkatkan kualitas agregat daur ulang ini dan
meningkatkan potensi penggunaannya.
Pengantar:
Limbah C&D umumnya terdiri dari beberapa jenis limbah, seperti: beton, keramik/batu bata,
tanah, dan kontaminan seperti gipsum/plester, kaca, kayu, bahan bitumen, logam atau plastik.
Sifat limbah C&D bervariasi menurut proporsi jenis limbah ini, dan valorisasi dapat
dikompromikan jika kontaminan ini melebihi 1% dari total massa . Karena ketidakkonsistenan
dan kinerja variabel dari bahan sumber, penelitian telah dilakukan yang telah mengembangkan
sistem klasifikasi untuk agregat daur ulang. Hal ini memungkinkan material untuk
dikategorikan berdasarkan kesesuaiannya untuk penggunaan tertentu dibandingkan dengan
agregat primer. Hal ini menyebabkan kurangnya kepercayaan pada kualitas bahan limbah daur
ulang dan berkontribusi pada stigma bahwa agregat daur ulang CDW bernilai rendah. Dan
pada penelitian Xu et al. (2019) memaparkan bahwa penggabungan agregat beton daur ulang
dalam campuran beton dapat menyebabkan sifat mekanik beton karena karakteristik yang
lebih rendah.Oleh karena itu dilakukan pencarian Prosedur bertujua untuk meningkatkan
manufaktur agregat daur ulang,.
Masalah:
Aplikasi untuk agregat daur ulang dari limbah konstruksi dan pembongkaran dapat memakan
waktu dan mahal , sehingga dapat menghambat implementasi penggunaan agregat dari sisa
material konstruksi dan pembongkaran. Hal ini dikarenakan tidak ada prosedur untuk
mengklasifikasikan penggunaan material agregat daur ulang.
Solusi:
Skala Potensi Agregat multi-level (Fisik) (AP(P)) digunakan sebagai prosedur sederhana dan
hemat biaya untuk mengklasifikasikan limbah agregat daur ulang .Untuk memvalidasi AP(P),
sekelompok sampel agregat daur ulang campuran diuji komposisi, kepadatan, kandungan
halus, penyerapan air, dan ketahanan beku-cair.

Definisi skala AP(P) menggunakan tiga langkah: pertama tinjauan menyeluruh atas aturan
spesifikasi material yang diterapkan untuk agregat alami dan daur ulang untuk penggunaan
yang berbeda; kedua pemilihan tes fisik yang paling tepat yang dapat mewakili karakterisasi
agregat terbaik; dan terakhir, pembuatan skor AP(P) dicapai untuk perbandingan sampel
limbah C&D. Penelitian dipandu oleh anggota tim proyek berpengalaman dalam limbah C&D,
ilmu material, teknik dan konstruksi, yang berkontribusi pada pengembangannya.
AP(P) yang diusulkan mengadopsi pendekatan referensi skala untuk memungkinkan
perbandingan dan untuk menetapkan batas menurut standar dan interval kesesuaian. Dalam hal
ini, standar yang digunakan yang berlaku untuk beton struktural dan perkerasan jalan
digunakan untuk menentukan batas:

Hasilnya dibandingkan dengan standar industri dan dikategorikan sebagai: Sangat Baik, Baik,
Dapat Diterima, Buruk, atau Sangat Buruk – dengan sengaja, klasifikasi diadaptasi secara
merata ke lima kategori ini untuk semua tes termasuk untuk penyederhanaan dalam aplikasi,
dan berbeda dari A biasa klasifikasi ke C, A ke D atau A ke G, sesuai Tabel , untuk menghindari
kebingungan antara demarkasi. Batas kategori diberikan pada tabel.
Pada tahap kedua, sepuluh agregat daur ulang limbah campuran C&D diambil sampelnya dan
diuji, diklasifikasikan dan dibandingkan menggunakan skor AP(P). Selain itu, dua sampel
agregat primer/alami juga dievaluasi sebagai sarana untuk perbandingan dan evaluasi AP(P).
Sampel diberi skor dan diklasifikasikan menurut AP(P) seperti yang dirancang. Aplikasi
potensial diidentifikasi, dan kepatuhan dibandingkan dengan undangundang saat ini sesuai
dengan tes yang dikembangkan.
Komposisi jenis limbah dalam sampel yang dianalisis menunjukkan bahwa tanah galian secara
konsisten merupakan unsur yang paling banyak ditemukan dalam sampel yang diuji dengan
hasil rata-rata 55,84%. Jenis limbah terbanyak kedua dan ketiga adalah beton dan keramik,
masing-masing sebesar 24,55% dan 11,51%. Sisanya dianggap sebagai kontaminan (seperti
kayu, gipsum, bitumen dan lain-lain), yang persentasenya tinggi dan secara substansial dapat
mempengaruhi karakteristik agregat daur ulang
Tabel diatas menunjukkan kesesuaian dari sepuluh sampel limbah C&D dan agregat primer
untuk aplikasi yang dipertimbangkan sebelumnya, mulai dari beton struktural hingga lapisan
pipa. Dalam tabel ini, sampel diklasifikasikan menurut hasil pengujian dan mengikuti standar
yang sesuai. Penerimaan diidentifikasi dengan warna hijau, sedangkan penolakan dengan
warna merah

Seperti yang dapat diamati dari Tabel diatas , peningkatan yang signifikan dapat dicapai pada
nilai AP(P) dari setiap sampel jika perlakuan yang berbeda diterapkan. Dalam kasus pencucian
agregat kasar daur ulang dan proporsi pencampuran hingga 20%, hasil yang diperoleh berubah
menjadi Kelas B di hampir semua sampel (agregat primer yang dipertimbangkan untuk
campuran ini, PA2, secara formal dievaluasi sebagai kelas B; Skor yang lebih tinggi dapat
diperoleh jika dicampur dengan agregat primer Kelas A. Hasil ini membuktikan potensi
penggunaan agregat daur ulang untuk tujuan nilai yang lebih tinggi dan dampak konsumsi
agregat primer, sehingga mengurangi eksploitasi sumber daya alam.
Kesimpulan:
Penelitian ini telah menunjukkan prosedur sederhana untuk secara efektif mengklasifikasikan
agregat daur ulang dari limbah campuran C&D berdasarkan sifat-sifatnya untuk
menggambarkan aplikasi potensialnya. AP(P) mengusulkan penerapan empat pengujian
sebagai cara untuk menjadi pendekatan evaluasi yang hemat biaya, yaitu: densitas, kandungan
halus (untuk gerbang agregat halus dan kasar), penyerapan air, dan ketahanan beku/cair.
Jurnal 2
Judul :

Tujuan:
Mengetahui pemanfaatan (recycle) limbah konstruksi dan demolition untuk perbaikan tanah
lempung lunak
Metode Penelitian:
Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif , peneliti melakukan percobaan
membandingkan hasil pengujian tanah yang berbeda pada bubuk Sisa Material Konstruksi dan
Demolition dicampur dengan sampel tanah dengan perbandingan kandungan yang berbeda.
Pengantar:
Construction Demolition Waste telah menjadi perhatian yang signifikan karena biaya
pengelolaannya dan dampak negatifnya terhadap lingkungan .Construction Demolition Waste
memiliki konsekuensi lingkungan, termasuk pencemaran tanah, pencemaran air, hilangnya
kesuburan tanah, perubahan iklim, efek rumah kaca, kesehatan masyarakat, dan berkurangnya
ruang public. Diketahui bahwa sampah yang dihancurkan juga berkontribusi terhadap masalah
pemanasan global, yang berkontribusi pada peningkatan iklim ekstrem, CDW menmpatoi
36%-40% dari jumalh total limbah pada didunia. Selain itu, konstruksi bangunan selalu
mendapat masalah pada tanah lunak . Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan
pemanfaatan limbah untuk perbaikan tanah lunak dengan bubuk sisa material konstruksi dan
penghancuran dalam bentuk serbuk mortar dalam prosentasi yang berbeda.
Masalah:
Sisa material konstruksi dan penghancuran menempati persentase limbah terbesar pada total
limbah didunia ,perlunya pemanfaatan limbah . Selain itu , konstruksi bangunan sering terjadi
masalah tanah dasar yg lunak .
Solusi:
Pada penelitian ini pemanfaatan limbah konstruksi dilakukan untuk memperbaiki tanah lunak
dengan melakukan percobaan campuran tanah dengan serbuk mortar material sisa konstruksi
dalam proporsi yang berbeda dan dilakukan pengujian kekuatan tanah.

Pada Grafik plastisitas Casagrande yang ditunjukkan pada Gambar diatas menggambarkan
sampel tanah asli sebagai tanah lempung plastisitas rendah. Saat tanah bercampur dengan 10%
CDW, posisi titik sampel bergerak ke kiri bawah pada grafik plastisitas seiring dengan
penurunan batas cair dan indeks plastisitas menjadi 33,78% dan 13,55%. Dengan penambahan
20% 30%, dan 40% CDW, posisinya bergerak lebih jauh dan batas cair dan indeks plastisitas
menjadi 31,25% dan 13,28% untuk 20% CDW, 30,25% dan 13,17% untuk 30% CDW, dan
28,85% dan 13,87% untuk 40% CDW , masing-masing. Sampel tanah asli dan campuran tanah-
CDW jatuh di zona yang sama dari tanah lempung plastisitas rendah tetapi menunjukkan nilai
LL dan PI yang lebih rendah. CDW mortar berbutir halus yang digunakan dalam penelitian ini
mengandung pasir dan semen sehingga kelas tanah tidak berubah melainkan penurunan batas
Atterberg. Karena sifat partikel CDW yang non-plastis, penambahan CDW dalam persentase
yang berbeda pada sampel tanah lempung menurunkan batas cair dan indeks plastisitas,
sehingga mengurangi pengembangan tanah dan risiko patah pondasi yang lebih rendah.
Penurunan total pada akhir pengujian lengkap ditemukan sebesar 4,09 mm dan 3,56 mm untuk
tanah asli dan tanah dengan 40% CDW, masing-masing. Sampel tanah yang mengandung 10%
CDW, 20% CDW, dan 30% CDW memiliki nilai penurunan sebesar 3,83 mm, 3,75 mm, dan
3,73 mm, masing-masing. Semakin banyak kandungan CDW dalam sampel tanah, semakin
sedikit penurunan yang ditemukan pada akhir pembebanan, sedangkan sampel tanah yang
mengandung 40% CDW memiliki penurunan minimum di antara variasi yang digunakan dalam
penelitian ini. Data penurunan berubah secara signifikan setelah memasukkan kolom CDW
dengan pola segitiga dan persegi ke dalam sampel tanah. Sampel tanah dengan kolom CDW
dalam pola grid segitiga dan persegi masing-masing mengalami penurunan 2,87 mm dan 2,90
mm, yaitu sekitar 30% lebih kecil dari sampel tanah asli. Menambahkan bubuk CDW ke massa
tanah membuat sampel lebih tahan terhadap beban dan menghasilkan penurunan yang lebih
rendah.
Kesimpulan:
Pemanfatan material Construction Demolition Waste pada bubuk dapat meningkatkan
kekuatan tanah dengan mencampurkan 40% bubuk CDW dengan tanah dapat menurunkan nilai
batas cair dan batas plastis yang rendah, settlement pada campuran tanah dan bubuk CDW
dapat berkurang 30% lebih kecil dari penurunan tanah asli., dan dapat mempercepat proses
konsolidasi dalam waktu singkat. Berdasarkan hasil penelitian, CDW daur ulang dapat
diterapkan untuk memperbaiki tanah lunak
Kelebihan & Kekurangan Jurnal 1&2
Kelebihan
Jurnal 1 Jurnal 2
Metode penelitian jelas dan terperinci Metode penelitian jelas dan terperinci
Penelitian berfokus pada pembuatan Penelitian berfokus pada pemanfaatan
prosedur agar recycle waste construction recycle waste construction and
and demolition bisa lebih murah dan demolition untuk perbaikan tanah
efektif
Sampel penelitian bervariasi Pembuktian dilakukan dengan dilakukan
perbedaan sampel

Hasil penelitian berupa prosedur dan Hasil penelitian berupa jumlah %


tabel klasifikasi penggunaan limbah untuk campuran yang
efektif

Kekurangan
Jurnal 1 Jurnal 2
Analisis mengurangi biaya dan waktu Jenis material limbah yang digunakan tidak
karena prosedur baru tidak dijelaskan secara dijelaskan detail untuk campuran
detail
Klasifikasi hanya dilakukan untuk Implementasi penggunaan untuk konstruksi
penggunaan agregat daur ulang untuk nyata belum diverifikasi sehingga data
produk beton belum akurat
Referensi penelitian sebelumnya masih Dampak hanya menjelaskan dalam segi
kurang untuk meningkatkan validasi material saja , tidak dijelaskan secara
penelitian manfaat secara biaya dan waktu

Kesimpulan
Penanganan limbah konstruksi bisa dilakukan dengan melakukan recycle pada limbah dapat
dipergunakan untuk aplikasi penggunaan modifikasi material . Namun penanganann limbah
konstruksi ini masih termasuk suatu hal yang dianggap sulit dan memerlukan metode yang
rumit sehingga biaya mahal dan waktu yang lama . prosedur klasifikasi material agregat daur
ulang dalam penggunaan material dapat memudahkan pemanfaatan limbah yang efektif .
Saran
Saran pada penanganan limbah konstruksi sebaiknya dilakukan kompleks dengan metode
reuse,reduce dan recycle agar pengurangan limbah lebih kompleks. Perlu dilakukan analisis
biaya dan waktu dalam proses implementasi pemanfaatan limbah agar dapat mengubah
persepsi pemanfaatan limbah sisa konstruksi.
Daftar Pustaka
Al-Moghany, Managing and Minimizing Construction Waste in Gaza Strip. The Islamic
University of Gaza,2006 Gaza.
Brook, K.A., Adams, C., and Demsetz, L.A. “Germany’s construction and demolition debris
recycling infrastructure: What lessons does it have for the U.S.? Sustainable construction Proc.
1st Conf. Of CIBTG 16, C.J. Kibert, ed., Ctr. For Constr. and Envir., Gainesville, Fla., 1994.
pp 647-656.
Bossink, B. A. G., and Brouwers, H. J. H., Construction waste: Quantification and source
evaluation, Journal of Construction Engi-neering and Management, March 1996. pp. 55– 60.
Gavilan, R. M., and Bernold, L. E., Source evaluation of solid waste in Building construc-tion,
Journal of Construction Engineering and Management, September 1994. pp.536 – 552.
Hwang, and Yeo., Perception on benefits of construction waste management in the Singapore
construction industry. Engineering Construction & Architectural Management , July 2011. Vol
18(4):394-406
J. Xu, Z. Chen, Y. Xiao, C. Demartino, J. Wang, Recycled Aggregate Concrete in FRP-
Confined Columns: A Review of Experimental Results, Compos. Struct. 174 (2017) 227–291.
Juan A Ferriz et al., A cost-effective recycled aggregates classification procedure for
construction and demolition waste evaluation, Construction and Building Materials Volume
324, 21 March 2022, 126642
Tchobanoglous, G., Theisen, H., and Vigil, S.A., Integrated solid management, McGraw-Hill.
Inc., New Jersey. 1993
Skoyles, E.F., Material wastage: A misuse of resources, Building Research and Practice,
July/April 1976, pp. 232–243
S, Islam et al., Improvement of consolidation properties of clay soil using fine-grained
construction and demolition waste, Journal Heliyon, October,2022. Vokume 8 (10), e11029

Anda mungkin juga menyukai