Anda di halaman 1dari 4

Naskah Drama

Pemain :

Ø  Astri

Ø  Tarjo

Ø  Ayu

Ø  Ibu Astri

Ø  pelakor

Adegan I

                Setelah lulus dari SMA, Astri pun meminta kepada orang tuanya agar ia diijinkan untuk
melanjutkan kuliah, tetapi karena alasan biaya ibunya pun menolak keinginan Rahmah dan justru
menyuruhnya untuk segera menikah.

Astri       : “Bu. Astri mau tanya sesuatu, boleh atau tidak?”

Ibu Astri : “Mau tanya apa nak?”

Astri       : “Habis lulus SMA ini, Astri mau lanjut ke kuliah ke Jakarta. Soalnya Astri sudah lulus di jurusan
ilmu sosial Bu.”

Ibu Astri : “Sudahlah nak, kamu nda usah bermimpi untuk sekolah tinggi-tinggi. Kamu ini kan
perempuan, biar kamu sekolah tinggi-tinggi kamu akhirnya harus jadi istri juga dan mengurusi
keluargamu. Alangkah baiknya jika kamu terima saja lamaran dari si Tarjo.”

Astri     : “Apa? Astri gak mau nikah sama Tarjo, bu. Bayangkan saja dia 10 tahun jauh lebih tua dari
Astri. Pokoknya Astri tetap tidak mau nikah sama dia.”

Ibu Astri : “Tapi dia adalah lelaki yang sudah mapan dan bapaknya itu orang terkaya di kampung kita,
kamu ini beruntung, dia mau sama anak perempuan miskin kayak kamu. Kalau kamu nikah sama dia,
siapa tau kamu bisa kuliah lagi, dia kan kaya jadi bisa biayai kamu kuliah.”

Adegan II

Setelah mendengar perkataan ibunya Astri pun mempertimbangkan lamaran dari Tarjo. Lalu dia
menceritakan hal ini ke teman dekatnya yaitu Ayu.

Astri : Assalamualaikum Ayu (sambil menelpon)

Ayu : Waalaikumussalam, iya kenapa Astri?

Astri : Begini yu, aku sudah minta izin ke Ibuku untuk melanjutkan kuliah di Jakarta tapi Ibu tak sanggup
membiayai kuliahku, dan aku disuruh untuk terima lamaran dari lelaki yang umurnya lebih tua 10 tahun.
Kata Ibu, mungkin setelah menikah dia bisa membiayai kuliah ku. Menurut kamu bagaimana Ayu?

Ayu : Hmm, ada benernya juga sih kata Ibumu. Tapi jangan sampai kamu menikah hanya untuk bisa
berkuliah nantinya. Sebaiknya dipikir-pikir dulu Astri

Astri : Iya yu

Ayu : Coba kamu sholat istikharah dulu Astri. Karena Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Jabir
RA, beliau mengatakan:

‫ور ُكلِّهَا َك َما يُ َعلِّ ُمنَا السُّو َرةَ ِم ْن ْالقُرْ آ ِن يَقُو ُل ِإ َذا هَ َّم َأ َح ُد ُك ْم بِاَأْل ْم ِر فَ ْليَرْ َك ْع‬ ‫ُأْل‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يُ َعلِّ ُمنَا ااِل ْستِخ‬
َ ِ ‫َكانَ َرسُو ُل هَّللا‬
ِ ‫َارةَ فِي ا ُم‬
َ ‫َر ْك َعتَي ِْن ِم ْن َغي ِْر ْالفَ ِري‬
ْ‫ض ِة ثُ َّم لِيَقُل‬

Artinya: "Rasulullah SAW mengajari para sahabatnya untuk sholat istikharah dalam setiap urusan
sebagaimana beliau mengajari surat dari Al-Qur'an. Beliau berkata: "Jika salah seorang di antara kalian
berniat dalam suatu urusan, maka lakukanlah shalat dua rakaat yang bukan shalat wajib, kemudian
berdoalah," (HR Bukhari).

Astri : Iya yu sebentar saya akan sholat meminta petunjuk kepada Allah, semoga saya diberikan
perunjuk oleh Allay ya yu.

Ayu : Aamiin.

Adegan III

                Setelah berpikir dan melakukan sholat istikharah Astri pun menerima lamaran Tarjo, dan Astri
masih memiliki keinginna untuk bisa kuliah lagi setelah menikah. Tetapi setelah mereka menikah yang
terjadi justru sebaliknya. Tarjo ternyata adalah seorang lelaki kasar dan tidak menghormati Astri sama
sekali.

Tarjo    : “Astri, astri..(berteriak)”

Astri     : “iya mas, ada apa?”

Tarjo    : “pijit, kaki aku sakit”

Astri     : “iya mas”

Tarjo     : “Kamu itu kalau jadi istri itu yang bener, liat suamimu kecapean langsung dipijitin”

Astri      : “iya baik mas. Hmmm.... anu mas, ada yang mau aku tanya (dengan ragu-ragu)”

Tarjo     : “mau tanya apa?”

Astri      : “aku, aku sebenarnya ada rencana mau kuliah lagi, supaya gampang cari kerja. Aku kan juga
mau cari kerjaan supaya bisa bantu mas tarjo cari uang, boleh kan?”

Tarjo     : “(tertawa terbahak-bahak) Wahahahahhahhaah... Apa? Nda salah Mau kuliah? buat apa?
Kamu tuh perempuan ngapain pake acara kuliah-kuliah segala, pake alasan mau cari kerja segala lagi.
Tugas kamu tuh sekarang jadi istri yang bener, lah sekarang aja kamu belum becus jadi istri. Udah sana
bikinin aku kopi dulu (sambil melayangkan jari telunjuknya di kepala astri).

(Astri pun beranjak pergi).

Tarjo    : “Astri-astri, ada-ada aja dia. Pake acara mau kuliah segala (menggelengkan kepala sambil
membuka koran dan membacanya)”

Adegan IV

                2 tahun kemudian, masih di tempat yang sama. Tarjo pun sedang membaca koran. Dan tiba-
tiba ada suara bayi menangis.

Tarjo      : “Astri, Astri, Astri (teriakan semakin kuat). Aduh istri gak becus itu kemana sih? dari tadi gak
nongol-nongol. Anak nangis kok dibiarin aja! Astri-Astri!”

(Astri pun datang)

Astri      : “iya ada apa mas?”

Tarjo     : “heh, telinga kamu itu rusak ya? (berteriak di dekat telinga Astri). Dari tadi, Anak kamu nangis
malah dicuekin. Ckckckckck, istri apaan kamu ini?”

Astri     : “saya habis dari pasar mas, beli sayur kesukaannya mas tapi nda ada.”

Tarjo    : “alaaaah,,, alesan kamu. Bilang aja tadi kamu ngegosip sama tetangga sebelah.”

Astri    : “Gak mas, benar saya tadi habis dari pasar. Lagian kalau Fatim nangis, mas kan bisa gendong dia
dulu sebentar, dia kan juga anak kamu”

Tarjo   : “Eh, mulai keterlaluan ya kamu, kamu coba ngajarin saya? (menarik rambut astri) Heh, saya itu
suami kamu, jadi semua perkataan saya harus kamu patuhi. ngerti?”

Astri    : “i.. i.. iya, ampun mas”


Tarjo   : “Kamu itu cuma orang rendahan, syukur-syukur aku mau nikahin kamu (mendorong Astri)”

Astri     : “Cukup mas, cukup. aku gak tahan lagi dihina, biar miskin tapi aku punya harga diri, biar aku ini
cuma perempuan tapi aku juga punya hak untuk hidup tenang.”

Tarjo    : “Apa kamu bilang? Plak (tangan Tarjo melayang), bilang sekali lagi, ayo bilang”

Astri      : “Aku ga mau lagi tinggal disini, aku mau keluar dari rumah ini.(sambil menangis ketakutan)”

Tarjo          : “plak, plak, (tarjo terus memukul Astri) dasar istri gak tau malu, bisanya Cuma nangis terus.
Udah dikasih hati minta jantung. Awas kalau kamu berani keluar dari rumah ini, aku gak akan segan- 
segan nyakitin kamu dan anak kamu itu. Ngerti kamu? (sambil menunjuk-nunjuk Astri)”

(Tarjo pun beranjak pergi, dan Astri hanya diam sambil menangis)

Adegan IV

         Ketika Astri sedang menangis tersedu-sedu, teleponnya berbunyi. Astri pun berusaha menahan
tangisnya, ia mengangkat telpon. Ternyata yang menelepon adalah Ayu, sahabat karibnya ketika masih
SMA.

Astri   : “Assalamua’laikum...Ha..halo..”

Ayu     : “Waalaikumussalam, Astri? ?”

Astri    : Ayu Kamu apa kabar?”

Ayu      : “Baik, kamu gimana kabarnya? suara kamu kok beda? kamu habis nangis ya?”

Astri    : “gak, gak kok yu.”

Ayu      : “Kamu kenapa? cerita aja Astri.

Astri     : “Begini yu, aku takut sama suami aku yu, dia sering siksa aku, aku pengen cepet-cepet keluar
dari rumah ini tapi ga bisa.”

Ayu       : “Ya allah kasian banget kamu Astri. Kenapa kamu menutupi hal tersebut? Itu sudah masuk
tindak kriminal loh Astri, pokoknya besok kita harus ketemuan ya.”

Astri     : “Ja.. ja..jangan besok, suami aku ada di rumah, lusa bisa kan yu?”

Ayu    : “Iya bisa-bisa, sabar ya tri.. assalamualaikum”

Astri     : “kumsalam”

Adegan V

                Beberapa hari kemudian, Astri dan Ayu pun bertemu. Betapa terkejut Ayu melihat Astri yang
sudah babak belur karena KDRT yang dilakukan Tarjo, suaminya.

Ayu           : “Astagfirullahaladzim, tri. Apa ini semua perbuatan suami kamu. Ya Allah aku sampai gak
ngenalin wajah kamu.”

Astri          : “Aku gak apa-apa kok, ini udah biasa”

Ayu           : “Tri, ini tuh gak boleh dibiasain, lama-lama kamu tuh bisa mati tersiksa begini.”

Astri          : “Terus aku harus gimana yu? Kalau aku keluar dari rumah ini suami aku gak bakal diem aja.”

Ayu            : “Kamu tuh sebagai perempuan gak boleh lemah tri, kita sebagai perempuan punya hak
untuk hidup layak.

Astri           : “Apa? lapor polisi? jangan yu, jangan. Aku takut.”

Ayu        : “kamu jangan takut, ada aku, aparat kepolisian, undang-undang dan juga pemerintah. Ini tidak
bisa dibiarkan Astri

Astri : Iya yu, tapi kasihan Fatim yu.”

Ayu : "Hmm, sungguh malang nasib mu tri.”


Setelah berbicara dan bertemu dengan temannya, Astri sedikit merasa lega karena bisa menceritakan
semuanya pada temannya. Setibanya di rumah ia mendapat kabar buruk dari temannya.

Ayu. : Assalamualaikum tri

Astrid. : waalaikumussalam iya yu, ada apa?

Ayu. : Ada yang inginaku beritahu yu tapi kamu harus tenang dan tabah yah tri.

Astrid : "memangnya apa? Iya iya aku janji"

Ayu : "Aku tidak bermaksud untuk memperkeruh permasalahan rumh tangga kamu tapi aku melihat
suami kamu dengan perempuan lain saat aku bermain di kafe"

Astrid :" Kmu yakin itu suami ku?" (dengan tubuh yang lemas)

Ayu :" Iya, aku sudah memastikan dan itu benar dia adalah Tarjo, suamimu"

Seyelah mengetahui hal tersebut Ayu menangis dan tidak menyangka bahwa suaminya akan berbuat hal
seperti itu. Astrid hanya bisa menenangkan sahabatnya.

Adegan VI

         Astri pun mengambil semua pakaiannya dan pulang ke rumah Ibunya bersama anaknya. Lalu
menceritakan semua hal yang terjadi kepada Ibu nya, betapa sedihnya Ibu Astri setelah mengetahui
fakta pahit yang dialami oleh anaknya

Ibu Astri :”Ya allah Astri, kasihan kamu nak. Kenapa kamu baru cerita ke Ibu?

(Menangis tersedu”)

Astri : (Menangis dipelukan ibunya)

Ibu Astri : Ini semua salah Ibu nak, seharsnya ibu tidak menyuruhmu untuk menera lamaran lelaki bejat
itu nak.”

Astri : Tidak Ibu, ini bukan salah Ibu ini sudah takdir Astri Ibu.

Ibu Asri : Maafkan Ibu yah nak. Sebaiknya kamu bercerai saja dengan si Tarjo nak. Kamu sangat
menderita dan di surah an-Nisa’ (4) ayat 128 yang artinya: "Dan jika seorang wanita khawatir akan
nusyus atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan
perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih balk (bagi mereka)..."

Astri : Tapi bagaimana dgn Fatim Ibu?

Ibu Astri : Biarlah nak, Fatim tumbuh tanpa ayah,

Anda mungkin juga menyukai