Anda di halaman 1dari 14

Tri Joko Sri Haryono, “Integrasi Etnis Arab dengan Jawa dan Madura

di Kampung Ampel Surabaya” hal. 13-26.

Integrasi Etnis Arab dengan Jawa dan Madura


di Kampung Ampel Surabaya

Tri Joko Sri Haryono

trijoko.unair@gmail.com
(Antropologi FISIP- Universitas Airlangga, Surabaya)

Abstract
This article aims to describe about integration process between three ethnic, specially among is ethnic of
Arab, ethnic Java and ethnic Madura at the area Surabaya city, that is kampong of Ampel. Kampong of
Ampel by citizen of Surabaya known as kampong Arab, because most its ethnical of Arab. Other Ethnical
which also dwell kampong of Ampel for example is ethnic Java, Madura, Chinese, Pakistan, and India. This
Article based of result research into which conducted by last some years with observation technique and
indepth interview. Its result show that integration among is ethnic Arab with ethnic Jawa and Madura
happened in so many aspect. Among others, integration in the field of work, integration in educational and in
religious activity

Keywords: integration, ethnic, kampong, Arab, Jawa, Madura

Abstrak
Tulisan ini bermaksud untuk mendeskripsikan tentang proses integrasi antar etnik, khususnya antara
etnik Arab dengan etnik Jawa dan Madura di salah satu kawasan di kota Surabaya, yaitu di kampung
Ampel. Kampung Ampel oleh warga Surabaya dikenal sebagai kampung Arab, karena sebagian besar
penduduknya beretnis Arab. Etnis lain yang juga menghuni kampung Ampel antara lain etnis Jawa,
Madura, Cina, Pakistan, dan India. Tulisan ini didasarkan atas hasil riset yang dilakukan beberapa tahun
lalu dengan teknik observasi dan wawancara mendalam. Hasilnya memperlihatkan bahwa integrasi
antara etnis Jawa dengan etnis Arab terjadi dalam berbagai aspek kehidupan. Di antaranya, integrasi
dalam bidang pekerjaan, integrasi di bidang pendidikan dan integrasi dalam kegiatan keagamaan.

Kata kunci: integrasi, ethnis, kampung, Arab, Jawa, Madura

P
ara ahli ilmu sosial pada tahun suku-suku bangsa yang terjadi sejak ta-
1950 sampai 1960-an umumnya hun 1970-an, dan dengan adanya fakta
beranggapan kesukubangsaan ironis bahwa pertentangan etnis tidak
dan perasaan identitas etnis merupakan hanya terjadi pada negara-negara sedang
gejala tradisional, sehingga umumnya ha- berkembang atau negara-negara yang
nya menyangkut negara-negara berkem- dilanda krisis ekonomi, melainkan mene-
bang. Pandangan tersebut ternyata ber- robos negara-negara yang ekonomi maju
tentangan dengan meningkatnya konflik dan demokrasinya matang (Koentjara-

BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 13


Tri Joko Sri Haryono, “Integrasi Etnis Arab dengan Jawa dan Madura
di Kampung Ampel Surabaya” hal. 13-26.

ningrat, 1993: 2); karena itu pendirian nesia, dalam proses integrasinya dengan
dalam negara yang telah maju ekonomi- penduduk pribumi secara umum tidak
nya, keanekaragaman kebudayaan suku- ada masalah. Kendati demikian, perbin-
bangsa tidak akan mengganggu keten- cangan tentang proses integrasi etnis
traman negara karena penduduknya su- Arab sebagai salah satu etnis non pribumi
dah merasa puas dengan kemakmuran masih relevan untuk diperbincangkan, ka-
yang dicapai dan dapat berfikir rasional rena beberapa alasan: (1) dari segi fisik
dan praktis dipatahkan oleh peristiwa- ada perbedaan cukup menonjol antara
peristiwa konflik antar suku bangsa dan etnis Arab dengan penduduk pribumi; (2)
gerakan etnis yang dilancarkan untuk meskipun secara ekonomi umumnya me-
memisahkan diri, seperti yang kini terjadi reka tidak jauh berbeda dengan pendu-
di beberapa negara maju di Eropa duk pribumi di sekitarnya, tetapi biasa-
(Koentjaraningrat, 1982: 357). nya mereka melakukan kegiatan ekonomi
Indonesia, yang terkenal sebagai yang khas, sebagai pedagang; (3) dari segi
negara dengan keanekaragaman etnis ti- budaya juga terdapat perbedaan yang cu-
dak lepas dari persoalan tersebut. Secara kup menonjol, paling tidak perbedaan ter-
politis keragaman etnis memang dapat sebut cukup nampak di kampung Ampel,
menjadi suatu kekuatan, sebagaimana Surabaya. Ada pandangan (prejudice), ke-
Geertz (1981: 96) bahwa ciri khas struk- beradaan kampung Arab masih “eks-
tural Indonesia yang paling penting justru klusif”, relatif tertutup, dan sulit bergaul.
terletak pada perbedaan nilai, pandangan Terdapat pola budaya yang khas di
dan kemampuan bentuk-bentuk sosialnya perkampungan Arab ini, yang berbeda de-
untuk menyesuaikan diri. Di sisi lain, ngan perkampungan lain di Surabaya. Ke-
dengan keragaman etnis juga rawan mun- khasan ini ditandai oleh manifestasi aga-
culnya konflik. Konflik yang timbul antar ma Islam dalam kehidupan keseharian-
etnis dapat dilihat berdasarkan latar bela- nya. Misalnya, dalam melakukan kegiatan
kang sejarahnya. perdagangan, lebih berorientasi pada per-
Tulisan ini akan menyoroti kebera- alatan ibadah agama Islam; di dalam ber-
daan etnis Arab di Kelurahan Ampel Sura- komunikasi antar mereka beberapa di an-
baya dalam berintegrasi dengan pendu- taranya masih menggunakan bahasa
duk pribumi, khususnya etnis Jawa dan Arab; serta dalam berkesenian, cende-
Madura. Keberadaan etnis Arab di Indo- rung bernafaskan Islam. Namun demiki-

BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 14


Tri Joko Sri Haryono, “Integrasi Etnis Arab dengan Jawa dan Madura
di Kampung Ampel Surabaya” hal. 13-26.

an, sebagai bagian dari masyarakat maje- gang dan politik, dengan cara menjadi
muk kota Surabaya, juga terdapat dina- pendukung daerah-daerah yang muncul
mika dalam kehidupan mereka, akibat dan menyatakan diri sebagai kerajaan
pengaruh budaya kota. bercorak Islam, seperti Samodra Pasai.
Integrasi Etnis Arab: Diakronik Kedatangan pedagang Arab muslim
Awal kedatangan etnis Arab di ke Jawa juga tidak diketahui dengan pasti.
Indonesia tidak diketahui dengan pasti. Bukti konkrit kedatangan awal mereka di
Suatu sumber menyebutkan bahwa Jawa yang dapat ditemukan dalam batu
kedatangan mereka di Nusantara sudah nisan bertuliskan Fatimah binti Maimun
berlangsung sebelum agama Islam lahir. di Leran Gresik berangka tahun 475 H
Kedatangan mereka saat itu adalah untuk (1082 Masehi). Walaupun demikian
berniaga dengan mengambil hasil bumi bukan berarti merupakan bukti saat itu
dan diperdagangkan ke negara lain. telah terjadi Islamisasi di Jawa. Proses
Setelah adanya agama Islam mereka Islamisasi dapat diketahui lebih banyak
mulai mengemban dua tujuan sekaligus, dengan mengacu pada masa Majapahit
yaitu berdagang dan menyiarkan agama mencapai puncak kejayaan, yaitu sekitar
Islam. Karena itu barangkali dapat abad 13 masehi, terutama dengan pene-
dikatakan bahwa sebelum masa Islam muan beberapa nisan kubur bercorak
kontak yang terjadi antara etnis Arab Islam di Troloyo (Trowulan) dan Gresik.
dengan penduduk pribumi belum Penjelasan tersebut diperkuat data
mengarah pada proses integrasi yang etnografi Hasan Muarif Ambary yang
mendalam. menjelaskan telah terjadi kontak budaya
Kedatangan pedagang Arab yang para pedagang di Gresik, Tuban, Sura-
juga sebagai penyebar agam Islam di ber- baya, dan Madura. Terutama dikaitkan
bagai daerah di Indonesia tidak bersama- petunjuk tulisan Arab pada berbagai batu
an. Pada abad 7 dan 8 masehi di daerah nisan, yang diperkirakan mulai abad 14
Malaka sudah banyak dilalui pedagang berbagai material pemakaman didatang-
Arab yang berlayar ke Asia Tenggara dan kan dari luar Indonesia. Setelah akhir
Asia Timur. Sejalan dengan kelemahan abad 14 tulisan dengan bahasa Arab
Kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara, pe- tersebut telah menggunakan bahasa Jawa
dagang Arab dan para mubalighnya ber- (Grijn dan Robson, 1986: 25). Hal
kesempatan mengambil keuntungan da- tersebut membuktikan Islam waktu itu

BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 15


Tri Joko Sri Haryono, “Integrasi Etnis Arab dengan Jawa dan Madura
di Kampung Ampel Surabaya” hal. 13-26.

telah berakar kuat di Jawa, yang berarti menarik banyak pengikut. Banyak di an-
proses integrasi telah mengarah pada taranya yang kemudian menikah dengan
bentuk akulturasi. putri kalangan bangsawan.
Proses Islamisasi di Indonesia pada Proses Islamisasi juga dilakukan
awalnya melalui saluran perdagangan. melalui saluran kesenian, misalnya arsi-
Dengan melalui saluran perdagangan ter- tektur, pahat, ukir, musik, dan tari. Berba-
sebut ternyata menguntungkan, karena gai bangunan masjid sebagai pusat siar
dalam agama Islam tidak ada pemisahan agama menampakkan corak Islamnya
antara manusia sebagai pedagang dengan dengan bentuk arsitektur dan seni kali-
kewajibannya sebagai muslim untuk me- grafi. Penggunaan kesenian juga terlihat
nyampaikan ajaran kepercayaannya ke- dalam aktivitas perayaan agama seperti
pada orang lain. Hal yang menguntungkan gerebeg Maulud. Selain itu berbagai hi-
dalam proses Islamisasi ini karena para kayat dan babad yang ditulis dalam huruf
raja dan bangsawan turut terlibat dalam Arab menggunakan bahasa Jawa. Hal ini
perdagangan. Dengan penerimaan Islam menunjukkan bahwa para wali dalam me-
oleh raja dan bangsawan akan sangat mu- nyebarkan agama juga dilakukan melalui
dah untuk menyebarkannya kepada rak- kitab-kitab sastra. Berbagai upacara dan
yat biasa. Proses Islamisasi melalui per- kejadian yang berhubungan dengan kegi-
dagangan dipercepat keadaan politik atan sehari-hari telah dipadukan dengan
beberapa adipati pesisir yang berusaha unsur agama sedemikian rupa sehingga
melepaskan diri dari kekuasaan pusat menghasilkan corak budaya Indonesia
kerajaan. yang dapat diterima masyarakat tanpa
Saluran lain dalam proses Islami- banyak pertentangan.
sasi adalah melalui pendidikan, yaitu Perkawinan juga merupakan salah
melalui guru agama, mubaligh, dan ahli satu saluran dalam proses Islamisasi. Aki-
tasawuf. Para ahli tasawuf adalah guru bat perkawinan maka terbentuk ikatan
agama yang menjelajahi berbagai tempat kekerabatan antara keluarga pihak laki-
sebagai pengembara dengan menyebar- laki dengan pihak perempuan. Dalam ce-
kan aliran tertentu dalam agama Islam. rita babad, hikayat, dan cerita lisan sering
Cara hidupnya yang sederhana serta diperoleh keterangan tentang terjadinya
penghayatannya yang kuat terhadap cara perkawinan antara golongan Islam asing
hidup masyarakat yang dikunjungi telah dengan bangsawan pribumi. Dalam babad

BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 16


Tri Joko Sri Haryono, “Integrasi Etnis Arab dengan Jawa dan Madura
di Kampung Ampel Surabaya” hal. 13-26.

tanah Jawi misalnya, diceritakan perka- olah penduduk pribumi merupakan go-
winan putri Campa dengan Brawijaya. longan yang paling rendah tingkatannya.
Dalam cerita lain disebutkan seorang ula-
ma (Maulana Iskak) berhasil menyem- Integrasi Kampung Ampel
buhkan putri raja Blambangan kemudian Kampung ampel yang secara
menikah dengan putri tersebut dan ber- adminstratif terletak di kecamatan
putra Raden Paku atau Sunan Giri (Noto Semampir, oleh warga Surabaya dikenal
Susanto dan Basri, 1980: 28). sebagai kampung Arab, karena sebagian
Pada masa kolonialisme, proses besar warganya beretnis Arab. Etnis lain
integrasi mengalami banyak hambatan, yang juga menghuni kampung Ampel
terutama berkaitan dengan kebijakan antara lain etnis Jawa, Madura, Cina,
pemerintah kolonial dalam memisahkan Pakistan, dan India. Tidak ada data yang
status keturunan Arab dengan penduduk menunjukkan perincian jumlah penduduk
pribumi. Keturunan Arab dianggap ber- berdasarkan perbedaan etnis, namun
peran penting dalam penyebaran agama secara kasar dapat dikatakan bahwa etnis
dan sekaligus juga menjadi pelopor dalam Arab merupakan mayoritas, diikuti etnis
pemberontakan terhadap pemerintah ko- Jawa dan Madura.
lonial. Di samping itu banyak keturunan Kondisi kampung Arab amat padat,
Arab yang memonopoli beberapa tempat bangunan rumah berhimpitan satu
perdagangan di kepulauan Indonesia. dengan lainnya. Rumah-rumah berjajar
Hambatan lain terjadi dengan ada- rapat dan berhadapan dengan gang sele-
nya politik memecah belah yang dilaku- bar sekitar 2 hingga 3 meter. Arsitektur
kan oleh pemerintah Belanda, dengan rumah belum banyak berubah sejak ja-
cara memilah masyarakat yang ada di man Belanda. Pusat pemukiman adalah
bumi Indonesia ke dalam tiga kelas. Kelas kompleks dan makam Sunan Ampel.
satu adalah masyarakat Eropa yang ada di Suasana pemukiman bersifat khas
Indonesia; kelas dua golongan masyara- dibanding kampung lain di Surabaya.
kat “Timur Asing” meliputi berbagai etnis Kekhasan setidaknya nampak dengan
pendatang di Indonesia seperti Cina, In- adanya sapaan dalam bahasa Arab dan
dia, Pakistan, dan Arab; kelas tiga adalah lagu-lagu yang diperdengarkan dari
penduduk pribumi. Dengan adanya pemi- rumah warga. Dibanding masa-masa
lahan tersebut memperlihatkan seolah- sebelumnya, keadaan permukiman Arab

BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 17


Tri Joko Sri Haryono, “Integrasi Etnis Arab dengan Jawa dan Madura
di Kampung Ampel Surabaya” hal. 13-26.

kini memang banyak mengalami dan wawasan antara etnis Arab dengan
perubahan. Jawa. Dengan etnis lain, meskipun tidak
Sebagai salah satu etnis keturunan ada konflik dan masalah yang serius, na-
Asing di Indonesia, masyarakat keturunan mun agak sulit menjalin hubungan yang
Arab yang ada di kelurahan Ampel dalam akrab, terlebih dengan etnis Tionghoa.
beberapa hal ternyata belum bisa mele- Tentang pemilihan tempat pemu-
paskan sepenuhnya pola budaya dari ne- kiman, ada dua kecenderungan yang nam-
gara asalnya. Meskipun mereka merupa- pak pada etnis Arab di Ampel ini. Perta-
kan keturunan dari sekian generasi sebe- ma, berusaha untuk mempertahankan pe-
lumnya. Misalnya dalam perkawinan, se- milikan dan bertempat tinggal di daerah
bagian masyarakat Arab di kampung Am- tersebut dengan pertimbangan: dekat ke-
pel masih sulit beramalgamasi dengan ramaian; pertimbangan ekonomi, karena
etnis lain. sebagian besar menggantungkan hidup
Pada dasarnya etnis Arab mempu- dari kegiatan perdagangan; dekat dengan
nyai rasa toleransi yang tinggi dan ber- orang dari etnis yang sama sehingga per-
usaha untuk melakukan sesuatu yang ti- gaulan mudah dilakukan; dan lingkungan
dak menyinggung perasaan orang lain, se- yang cocok karena dekat dengan masjid.
hingga mereka dapat bergaul dengan Kedua, terutama ada pada etnis Arab yang
orang dari berbagai etnis. Namun dalam pendidikannya relatif lebih tinggi, justru
situasi yang kurang mendukung, pergaul- menginginkan bertempat tinggal di dae-
an itu bisa juga menjadi terbatas. Misal- rah lain, untuk meluaskan wawasan per-
nya, saat mereka merasa tersinggung atau gaulan sesuai dengan tingkat pendidikan
direndahkan harga dirinya. mereka, dan tidak terkungkung dalam
Kesamaan pemukiman sebagai lingkungan pergaulan yang demikian te-
lingkungan tempat tinggal merupakan sa- rus menerus. Dengan demikian ada sema-
lah satu faktor yang memungkinkan ter- cam pergeseran dalam pengelompokan
jadinya integrasi. Informan menuturkan, tempat pemukiman dari yang berdasar-
di kampung Arab ini etnis Arab lebih kan atas etnisitas menuju pembentukan
cenderung bergaul dengan etnis Jawa di- pengelompokan berdasarkan atas kelas
banding etnis lain. Salah satu faktor pe- atau strata sosial dan ekonomi. Walaupun
nyebab kecenderungan tersebut adalah ini merupakan gejala yang belum bersifat
adanya kesejajaran tingkat pendidikan umum dan meluas pada masyarakat di

BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 18


Tri Joko Sri Haryono, “Integrasi Etnis Arab dengan Jawa dan Madura
di Kampung Ampel Surabaya” hal. 13-26.

perkotaan, tetapi tanda-tanda ke arah itu antara penduduk pribumi ini yang tidak
sudah mulai nampak. Pembangunan pe- senang dengan keberadaan etnis Arab di
mukiman dalam bentuk real estate, meru- Indonesia.
pakan salah satu contoh gejala ke arah Sebaliknya, ada yang dengan mu-
pergeseran tersebut. dah dan dengan suka rela menerima etnis
Bagaimana reaksi dan penerimaan Arab. Seperti penerimaan golongan etnis
etnis Jawa dan Madura terhadap etnis Jawa dan Madura di Ampel yang beraliran
Arab, menurut informan, dapat dibedakan Syafi'i atau di bawah naungan organisasi
dalam dua kelompok. Pertama, kelompok NU, banyak yang memberikan penghor-
anti Arab. Kelompok ini tidak memper- matan khusus kepada etnis Arab. Bahkan
timbangkan kesamaan agama, walaupun ada kecenderungan untuk lebih memulia-
sebenarnya mereka juga penganut agama kan etnis Arab keturunan Sayid. Sikap ini
Islam. Ketidaksukaan terhadap etnis Arab nampak pada mereka yang mengharap-
ini barangkali dilatarbelakangi oleh faktor kan keturunan dari kelompok Sayid. Se-
sejarah, di mana pada masa penjajahan hingga beberapa orang dengan sukarela
Belanda, etnis Arab yang masuk dalam menyerahkan putrinya untuk diperisteri
golongan "Timur Asing" ini menduduki pria golongan Sayid. Hal ini didasari oleh
strata kedua dalam penggolongan masya- anggapan golongan Sayid merupakan ke-
rakat di Indonesia, sementara itu pendu- turunan nabi Muhammad SAW.
duk pribumi menduduki strata ketiga Sebagai bagian dari masyarakat
atau terakhir. Dengan demikian strata perkotaan, penduduk kelurahan Ampel
yang dimiliki etnis Arab lebih tinggi di- dari etnis manapun akan senantiasa ter-
banding pribumi. Dengan kedudukan le- pengaruh oleh budaya kota. Pengaruh ter-
bih tinggi ini kadang dimanfaatkan oleh besar terutama melanda pada kaum mu-
orang-orang dari etnis Arab untuk kepen- da, yang cenderung lebih mudah me-
tingannya sendiri, misalnya sebagai pem- nerima unsur unsur baru. Hal ini nampak
beri kredit dengan bunga yang tinggi, ada- terutama dalam perilaku kehidupan kese-
nya penguasaan tanah yang menimbulkan harian mereka. Misalnya dalam berpakai-
kecemburuan penduduk pribumi, bahkan an, banyak remaja putri yang tidak lagi
ada yang merasa memiliki perasaan su- mengenakan jilbab, termasuk juga gadis
perioritas dengan kedudukan yang lebih keturunan etnis Arab. Demikian pula para
tinggi tersebut. Dengan demikian ada di pemudanya, menjadikan arena "ngobrol"

BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 19


Tri Joko Sri Haryono, “Integrasi Etnis Arab dengan Jawa dan Madura
di Kampung Ampel Surabaya” hal. 13-26.

pada malam hari seringkali di-selingi keterangan informan diketahui sebagian


dengan minum-minuman keras, di besar penduduk Ampel bekerja
samping ada pula yang suka pergi ke dis- wiraswasta, yang meliputi perdagangan,
kotik. Dalam berbahasa pun ada semen- pertukangan, atau berbagai bentuk usaha
tara yang melakukan perubahan ucapan kecil yang dilakukan secara mandiri.
salam yang biasanya dengan menyebut Keterangan lebih lanjut yang me-
"assamulal'aikum" sering diubah menjadi nyebutkan adanya semacam pemilahan
"hallo" atau "hai" saat mereka menyapa jenis pekerjaan yang dilakukan oleh ber-
teman sebayanya. Tidak berarti bahwa bagai etnis yang ada di wilayah tersebut.
seluruh kaum muda di kampung Ampel Etnis Arab sebagai mayoritas umumnya
terpengaruh budaya kota, terbukti masih bekerja sebagai pedagang, antara lain
banyak pula remaja putri, bahkan mung- dengan membuka toko atau kios yang
kin kini semakin banyak lagi, yang memperdagangkan berbagai peralatan
mengenakan jilbab, banyak pemuda yang yang berkaitan dengan kepentingan iba-
tidak minum-minuman keras atau pergi dah agama Islam seperti: mukena, tasbih,
ke diskotik, dan perilaku-perilaku akibat sajadah, sarung, kopyah, kerudung, buku-
pengaruh budaya kota yang lain. buku agama Islam, kitab suci Al Qur'an,
Karena itu, di kampung Ampel ini kaligrafi, dan sebagainya. Di samping itu
ada pandangan yang mendua dalam peri- ada beberapa warga etnis Arab yang
laku budaya mereka, di satu sisi masih membuka warung makan. Usaha perda-
berifat konservatif, dalam arti ingin gangan yang dilakukan oleh etnis Arab
mempertahankan tradisi sebelumnya, sebagian dilakukan di sepanjang jalan dan
dan di sisi lain bersifat progresif berusaha sekitar masjid dan makam Sunan Ampel,
untuk mengikuti budaya masyarakat terutama untuk melayani peziarah dan
masa kini. wisatawan yang berkunjung.
Untuk etnis Jawa ada kecende-
Integrasi Berbagai Bidang Kehidupan rungan melakukan kegiatan di sektor-
a) Integrasi di bidang pekerjaan. sektor pertukangan seperti tukang batu,
Sebagai bagian dari kehidupan tukang kayu, tukang jahit, tukang becak,
masyarakat perkotaan, ada beragam bengkel sepeda motor, sopir, dan menjadi
pekerjaan yang dapat dilakukan oleh pegawai negeri atau karyawan swasta.
warga kelurahan Ampel. Berdasarkan Sementara itu etnis Madura umumnya

BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 20


Tri Joko Sri Haryono, “Integrasi Etnis Arab dengan Jawa dan Madura
di Kampung Ampel Surabaya” hal. 13-26.

juga berdagang, tetapi sebagian besar tidak memungkinkan bagi mereka untuk
melakukannya di pasar atau sebagai pe- berwiraswasta barulah mau bekerja di
dagang keliling. Untuk etnis Cina yang bawah perintah orang lain.
jumlahnya relatif sedikit kebanyakan ber- Namun dewasa ini telah terjadi
dagang berbagai barang keperluan se- perubahan. Ada kecenderungan orang
hari-hari atau sering disebut pedagang Arab tidak lagi hanya bergerak di sektor
kelontong. Pembagian tersebut di atas perdagangan, karena sektor perdagangan
sebenarnya tidak mutlak, misalnya ada dewasa ini lebih didominasi oleh etnis
sebagian orang Arab yang bekerja sebagai Cina. Orang Arab mulai memasuki sektor-
pegawai negeri, sementara ada juga orang sektor lain, terutama menjadi pegawai
Jawa yang bekerja sebagai pedagang. negeri atau perusahaan swasta. Sekarang
Dengan pemilahan bidang peker- ini banyak jabatan-jabatan strategis yang
jaan tersebut barangkali merupakan feno- diduduki etnis keturunan Arab. Sementa-
mena yang menarik untuk dicermati lebih ra itu, di pihak lain, etnis Jawa sekarang
lanjut, dan dapat dikaitkan dengan pem- ini juga semakin banyak yang berdagang
bahasan tentang integrasi. Kecenderung- berbagai jenis barang untuk keperluan
an etnis keturunan Arab bekerja di sektor peribadatan yang juga mengambil lokasi
perdagangan ini barangkali dapat dikait- di sepanjang jalan menuju masjid dan
kan dengan latar belakang sejarah. Seba- makam Sunan Ampel, yang dulunya dido-
gaimana diketahui bahwa kedatangan minasi oleh etnis Arab. Hal ini menyirat-
orang Arab ke Indonesia pada awalnya kan bahwa dalam aspek pekerjaan proses
adalah untuk berdagang, dan barangkali integrasi sudah sedemikian jauh.
jiwa pedagang ada pada etnis Arab ini.
Sehingga walaupun kini mereka hanya b) Integrasi di bidang Pendidikan.
merupakan keturunan dari beberapa ge- Bagaimana etnis Arab di kampung
nerasi sebelumnya, serta lahir dan mene- Ampel ini memandang pentingnya
tap di Indonesia, nampaknya jiwa dagang pendidikan, dapat dibedakan menjadi dua
mereka masih belum luntur. Bahkan ada golongan. Pertama, adalah mereka yang
pendapat di kalangan etnis Arab bahwa masih tergolong konservatif, yang
mereka merasa "tabu" untuk bekerja di cenderung membatasi, tingkat pendi-
bawah pimpinan orang lain, apalagi yang dikan anak-anaknya pada tingkat tertentu
bukan Arab, kecuali jika keadaan sudah saja, dan yang terpenting mereka

BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 21


Tri Joko Sri Haryono, “Integrasi Etnis Arab dengan Jawa dan Madura
di Kampung Ampel Surabaya” hal. 13-26.

membedakan tingkat pendidikan antara pul dengan sesama etnisnya saja. Tetapi
anak laki-laki dengan anak perempuan. ada pandangan lain yang melihat bahwa
Bahwa anak perempuan tidak perlu persoalan pergaulan ini tergantung dari
sekolah tinggi-tinggi karena tempat kerja orangnya yang bersangkutan, karena ba-
mereka di rumah. Karena itu pada nyak juga murid dari etnis Arab yang
golongan ini juga sangat membatasi tidak membatasi pergaulan hanya dengan
pergaulan antara anak gadisnya dengan murid dari sesama etnisnya saja, mereka
laki-laki lain di luar muhrimnya, misal juga bergaul akrab dengan murid dari
mereka dilarang menerima tamu laki-laki etnis Jawa atau Madura.
meskipun itu teman sekolahnya sendiri.
Kedua, golongan yang lebih maju, meman- c) Integrasi dalam Kegiatan Agama.
dang pendidikan anak demikian penting, Sebagai perkampungan yang
baik untuk anak laki-laki maupun anak mayoritas penduduk beretnis Arab, maka
perempuannya. Karena adanya golongan sebagian besar merupakan pemeluk
ini, maka ada kecenderungan bahwa war- agama Islam. Agama Islam dalam hal ini
ga etnis Arab mulai banyak yang berse- banyak menjadi acuan dalam pola pikir
kolah di sekolah umum yang ada di luar dan perilaku kehidupan sehari-hari,
daerah tersebut. Akibat berikutnya ada- terutama bagi etnis Arab sendiri. Kendati
lah mereka tidak lagi hanya bekerja di ada juga yang beragama lain, misalnya
bidang perdagangan, melainkan banyak agama Kristen yang banyak dianut oleh
juga yang kemudian bekerja di bidang- warga etnis Cina. Beberapa informan
bidang lain. menjelaskan bahwa agama tidak menjadi
Di Ampel ada beberapa lembaga masalah dalam kehidupan kemasya-
pendidikan yang didirikan etnis Arab. rakatan, yang penting agama masing-
Dengan murid berasal dari etnis Arab, masing jangan diganggu. Dilihat dari tata
etnis Jawa, dan etnis Madura. Berhubung cara menjalankan ibadah agama Islam,
yang dominan adalah murid etnis Arab, ada dua golongan etnis Arab yang ada di
maka ada sementara pandangan dari mu- kampung Ampel, yaitu: Arab Syech atau
rid etnis Jawa dan Madura bahwa per- Arab bukan Sayid dari Arab Baidluwi atau
gaulan etnis Arab di lingkungan pendidik- Arab Sayid. Perbedaanya, kalau Arab
an tersebut masih agak "eksklusif", dalam Syech tidak pernah melakukan atau
arti etnis Arab akan cenderung berkum- memperingati hari-hari besar Islam; tidak

BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 22


Tri Joko Sri Haryono, “Integrasi Etnis Arab dengan Jawa dan Madura
di Kampung Ampel Surabaya” hal. 13-26.

mengenal acara thiba'an, yaitu mau berpartisipasi dalam kegiatan untuk


pembacaan ayat-ayat Al Qur'an dengan penghormatan nabi Muhammad SAW.
dilagukan bersama-sama; tidak melaksa- Implikasi lebih jauh dengan adanya
nakan acara selamatan seperti mitoni, penggolongan etnis Arab ini dapat
empat puluh hari, sebagaimana upacara menimbulkan konflik laten antar kedua
religi masyarakat Jawa. Sedangkan Arab golongan tersebut, dan akibat berikutnya
Sayid adalah sebaliknya, mereka melaksa- justru menguntungkan dalam proses in-
nakan peringatan hari-hari besar Islam, tegrasi antar etnis. Secara umum etnis
melakukan upacara-upacara kematian, Arab akan mempunyai keterikatan yang
dan sebagainya. Secara umum pembeda- lebih dengan sesama etnis Arab. Tetapi di
an kedua golongan tersebut kalau di lain pihak dengan adanya perbedaan pa-
Indonesia diidentikan dengan pembagian ham dalam kegiatan peribadatan agama
organisasi Islam Muhammadiyah untuk Islam tersebut akan memungkinkan ter-
golongan Arab Syech, dan NU untuk Arab jadinya keterikatan yang lebih besar pada
Sayid. etnis Arab dengan etnis non-Arab yang
Dengan adanya dua penggolongan mempunyai paham sama, dibanding
tersebut, walaupun seolah-olah dalam ke- dengan keterikatan etnis Arab dengan
hidupan sehari-hari tidak ada masalah, sesama etnis Arab sendiri. Hal ini ter-
tetapi bila dicermati lebih jauh ada hal- utama nampak pada mereka yang lebih
hal yang perlu dikemukakan yang mem- mementingkan ikatan dalam organisasi
bedakan keduanya. Misalnya bagi Arab atau lembaga keagamaan dibanding ikat-
Syech, dengan adanya peziarah ke masjid an kekerabatan atau kesamaan etnis.
dan makam Sunan Ampel dipandang Ikatan dalam organisasi keagamaan mem-
membawa pengaruh yang kurang baik, buat mereka cenderung lebih dekat dan
menurut keyakinan Arab Syech perilaku akrab dengan orang-orang yang sepaham
mereka dianggap syirik, menyekutukan atau mempunyai organisasi yang sama.
Allah, karena terlalu mengkultuskan Misalnya golongan Arab Syech yang tidak
Sunan Ampel. Sementara Arab Sayid me- suka melaksanakan upacara hari besar
mandang hal tersebut merupakan hal agama Islam atau upacara kematian, bisa
yang lazim dan tidak dilarang dalam jadi mereka lebih dekat dengan orang-
agama. Golongan Arab Sayid sebaliknya orang non-Arab yang aktif dalam organi-
melihat bahwa Arab Syech tidak pernah

BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 23


Tri Joko Sri Haryono, “Integrasi Etnis Arab dengan Jawa dan Madura
di Kampung Ampel Surabaya” hal. 13-26.

sasi Muhammadiyah, dibanding dengan misalnya dalam bentuk konflik terbuka


orang Arab sendiri. dan serius.
Implikasi yang lain dengan peng- Kondisi ini berbeda halnya dengan
golongan tersebut juga nampak pada keberadaan etnis Cina yang hingga de-
asimilasi dalam perkawinan. Walaupun wasa ini masih cukup rawan untuk ter-
ada kecenderungan untuk terjadinya per- jadinya konflik dan permasalahan. Ken-
kawinan antar sesama etnis Arab, namun dati demikian, tidak ada salahnya jika
dengan perbedaan paham dalam kegiatan keberadaan etnis Arab ini diperbincang-
peribadatan lebih memungkinkan pada kan, mengingat mereka merupakan salah
mereka untuk memilih pasangan dari satu etnis non-pribumi yang dari segi ciri-
non-Arab. Beberapa informan dari Arab ciri fisiknya ada beberapa perbedaan
Sayid misalnya ada yang menyatakan yang menonjol apabila dibanding dengan
bahwa mereka justru lebih suka memilih penduduk pribumi, di samping ada ke-
pasangan hidup dari etnis Jawa dibanding khasan yang lain dalam beberapa pola
dengan Arab Syech, dengan alasan dita- budayanya.
kutkan akan muncul pertentangan dalam Proses integrasi etnis Arab dengan
masalah tata cara menjalankan ibadah di penduduk pribumi sebenarnya sudah di-
kemudian hari. Hal ini barangkali ada mulai sejak mereka pertama kali mema-
pada orang-orang Arab Sayid yang begitu suki bumi Indonesia, lebih khusus lagi
fanatik pada golongannya. Keadaan ini pada saat mereka melakukan perdagang-
ditunjang oleh adanya sementara orang an sambil menyebarkan agama Islam. Hal
pada etnis Jawa yang senang ini nampak pada begitu meluasnya pe-
mendapatkan menantu Arab Sayid, nyebaran agama Islam di Indonesia, yang
karena masih keturunan nabi Muhammad kemudian menjadi agama bagi mayoritas
SAW. penduduknya.
Hal ini semua tidak lepas dari
Kesimpulan pengaruh dan upaya integrasi atau Islami-
Keberadaan etnis Arab, sebagai sasi yang dilakukan oleh para pedagang
salah satu etnis "asing" yang masuk ke Arab. Proses integrasi mengalami sedikit
Indonesia sebenarnya selama ini hampir hambatan masa kolonialisme Belanda,
tidak pernah ada masalah dalam proses yang dengan politik memecah belah,
integrasi dengan penduduk pribumi, memisahkan etnis keturunan Arab yang

BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 24


Tri Joko Sri Haryono, “Integrasi Etnis Arab dengan Jawa dan Madura
di Kampung Ampel Surabaya” hal. 13-26.

dimasukkan sebagai warga kelas dua, dalam pekerjaan berdagang perlengkapan


dengan etnis pribumi sebagai warga kelas peralatan peribadatan.
tiga. Dewasa ini proses integrasi masih Integrasi dalam bidang pendidikan
berlangsung terus, khususnya di kam- juga nampak dengan semakin banyaknya
pung Ampel, yang mayoritas penduduk- warga etnis Arab yang bersekolah di
nya berasal dari etnis keturunan Arab. sekolah-sekolah umum di luar daerah
Kesamaan pemukiman sebagai lingkung- Ampel. Sebaliknya lembaga-lembaga pen-
an tempat tinggal merupakan salah satu didikan yang ada di kampung Ampel yang
faktor yang memungkinkan terjadi proses didirikan oleh warga etnis Arab dengan
integrasi. murid yang mayoritas etnis Arab juga
Integrasi nampak dalam pergaulan banyak dimasuki oleh murid-murid dari
terutama dengan etnis Jawa, karena etnis Jawa dan Madura.
adanya kesejajaran tingkat pendidikan Sementara itu integrasi dalam ke-
dan wawasan pengetahuan. Sedangkan giatan keagamaan terlihat dengan adanya
dalam hal pemilihan tempat untuk pemu- penggolongan etnis Arab ke dalam dua
kiman ada pergeseran dari pola penge- golongan, yang identik dengan keberada-
lompokan berdasarkan etnisitas ke pe- an dua organisasi besar Islam di Indo-
ngelompokan berdasarkan strata sosial nesia, yaitu golongan Arab Syech yang
ekonomi. identik dengan Muhammadiyah
Dalam bidang pekerjaan proses sedangkan Arab Sayid identik dengan NU.
integrasi juga menuju ke arah semakin Dengan adanya penggolongan ini ada
menipisnya pemilahan jenis pekerjaan kecenderungan se-makin mempercepat
berdasarkan latar belakang etnis. Pada proses integrasi karena adanya kesamaan
masa lalu ada kecenderungan etnis Arab paham. Hal ini tampak misalnya pada
untuk bekerja di sektor perdagangan, mereka yang lebih mementingkan
sedangkan pada masa kini jenis pekerjaan persamaan paham dan ikatan organisasi
yang dilakukan semakin meluas ke sektor dibanding dengan ikat-an kekerabatan
lain. Sebaliknya pada etnis yang lain, etnis atau kesamaan etnis.
Jawa misalnya, semakin banyak yang Implikasi yang lain juga nampak
menekuni pekerjaan yang dahulu hanya dalam asimiilasi perkawinan, dalam hal
dilakukan oleh etnis Arab, antara lain ini walaupun ada kecenderungan terjadi
perkawinan sesama etnis Arab, tetapi de-

BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 25


Tri Joko Sri Haryono, “Integrasi Etnis Arab dengan Jawa dan Madura
di Kampung Ampel Surabaya” hal. 13-26.

ngan adanya perbedaan paham dalam Koentjaraningrat (1993), Masalah Kesu-


kubangsaan dan Integrasi Nasional.
kegiatan peribadatan lebih memungkin-
Jakarta. UI Press.
kan terjadi perkawinan pada mereka
Koentjaraningrat (1982), “Lima Masalah
yang memiliki paham yang sama walau Integrasi Nasional”, Masalah-
masalah Pembangunan Bunga
berbeda etnisnya.
Rampai Antropologi Terapan,
Apa yang dapat dikemukakan un- Koentjaraningrat (ed.) Jakarta.
LP3ES.
tuk memproyeksikan terjadinya proses
Saifuddin, Achmad Fedyani (1986),
integrasi antara etnis Arab dengan etnis Konflik dan Integrasi: Perbedaan
Jawa dan Madura, secara singkat dapat Faham dalam Agama Islam. Jaka-rta:
CV Rajawali.
dikemukakan di sini bahwa proses inte-
grasi tersebut semakin mengarah pada
bentuk akulturasi maupun dalam bentuk
munculnya budaya baru. Dalam arti, dua
atau tiga masyarakat dengan latar bela-
kang budaya yang terlibat dalam proses
integrasi masing-masing tidak berada
dalam keadaan dominan dan sub-ordinat,
melainkan akan muncul budaya Baru
yang dapat diterima oleh semua etnis
yang terlibat dalam proses integrasi.

Daftar Pustaka

Barth, Fredrik (1988), Kelompok Etnik


dan Batasannya. Jakarta. UI Press.
Geertz, Hildred (1981), Aneka Budaya dan
komunitas Indonesia. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Grijns, C.D & Robson SO (1986), Cultural
Contact and Textual Interpretati-on.
Dordrecht-Holland Cinnamis-on-
USA:Foris Publication.
Jahja, H. Junus (1990), Garis Rasial dan
Garis Usang: Liku-liku Pembauran.
Jakarta: Bakom PKB

BioKultur, Vol.II/No.1/Januari-Juni 2013, hal. 26

Anda mungkin juga menyukai