Anda di halaman 1dari 14

Materi Keberagaman Budaya Di Indonesia

Kekayaan bangsa Indonesia disebabkan karena berbagai suku bangsa yang ada
dan tinggal di Indonesia. Kekayaan itu beragam bentuknya. Beberapa di antaranya
berbentuk bahasa daerah, rumah tradisional, pakaian adat, dan kesenian daerah
berupa tari, alat musik, dan lagu. Keragaman budaya yang ada di Indonesia ini
datang dari berbagai kebudayaan lokal yang terus tumbuh dan berkembang.
Menariknya, kebudayaan yang sudah ada sejak dulu ini terus dilestarikan oleh
masyarakat setempat hingga saat ini. Berikut macam keragaman budaya di di
Indonesia beserta penjelasannya.

1. Bahasa Daerah
Seluruh masyarakat Indonesia, tepatnya setiap suku bangsa umumnya
menggunakan bahasa daerah setempat untuk berkomunikasi. Ini artinya,
keragaman suku yang ada di Indonesia ini menghasilkan bahasa yang beragam.
Ada ratusan bahasa daerah di Indonesia. Bahasa daerah yang paling banyak
digunakan di Indonesia adalah bahasa Jawa. Hal ini karena sebagian besar
penduduk Indonesia adalah suku Jawa. Keragaman bahasa daerah yang dimiliki
oleh masyarakat ini tidak akan menimbulkan masalah antarsuku bangsa. Kenapa?
Hal ini karena dalam komunikasi antarsuku bangsa digunakan bahasa Indonesia
yang telah mampu mempersatukan perbedaan bahasa daerah.
2. Rumah Adat
Hampir setiap suku bangsa mempunyai bentuk rumah sebagai tempat tinggalnya
yang berbeda-beda satu sama lain. Hingga kini, rumah adat masih terus
dipertahankan, baik dari segi kegunaan, fungsi sosial, hingga fungsi budayanya.
Bangunan rumah setiap suku bangsa disesuaikan dengan kondisi alam. Nama
rumah adat setiap daerah pun berbeda.Berikut nama beberapa rumah adat dari
berbagai daerah di Indonesia:
- Aceh: Rumah Aceh, Rumah Krong Bade
- Jambi: Rumah Panggung
- Jawa Barat: Rumah Kasepuhan
- Kalimantan Selatan: Rumah Banjar
- Papua: Honai.
3. Pakaian Adat
Pakaian adat tradisional Indonesia merupakan salah satu kekayaan budaya yang
dimiliki oleh negara Indonesia. Banyaknya suku-suku dan provinsi yang ada di
wilayah negara Indonesia membuat negara kita memiliki beragam pakaian adat.
Pakaian adat di Indonesia memiliki ciri-ciri khusus dalam pembuatan atau dalam
mengenakan pakaian adat tersebut. Berikut beberapa nama pakaian adat dari
berbagai daerah di Indonesia:
- Sumatra Utara: Ulos
- Bangka Belitung: Paksian
- DI Yogyakarta: Kebaya Ksatrian
- Sulawesi Tengah: Baju Nggembe
- Maluku: Baju Cele
4. Kesenian Daerah
Kesenian daerah di Indonesia ada bermacam-macam bentuknya. Mulai dari tari
daerah, alat musik daerah, hingga lagu daerah. Setiap daerah punya kesenian
daerah yang memiliki karakteristiknya. Kesenian itu masih terus dilestarikan dan
dikembangkan hingga kini. Contoh tari daerah di Indonesia seperti tari serimpi
dari Yogyakarta, tari Piring dari Minangkabau, hingga tari Kecak dari Bali.
Contoh alat musik daerah di Indonesia, antara lain angklung di Jawa Barat,
Kolintang di Sulawesi Utara, hingga Sasando di Nusa Tenggara Timur. Contoh
lagu daerah di Indonesia, yakni kicir-kicir dari DKI Jakarta, Bungong Jeumpa dari
Aceh, hingga Apuse dari Papua.

SUMBER
Fransiska Viola Gina. 2023. Dapat diakses melalui
https://bobo.grid.id/read/083725422/macam-macam-keragaman-budaya-
di-wilayah-indonesia-materi-kelas-5-sd-tema-8?page=all [diakses pada
tanggal 24 Oktober 2023]
Keragaman budaya adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia .
keragaman budaya Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat di pungkiri
keberadaanya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain
kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari
berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari
berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada di daerah tersebut.
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia
mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah
pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai
jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan yang dirangkai sejak dulu.
Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompok
sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di
dunia. Labuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan misalnya
telah membuka diri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada
saat itu. Hubungan antar pedagang gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti
yang penting dalam membangun interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia.
Singgungan-singgungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya
elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi dengan perbedaan. Disisi yang lain
bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal
ditengah-tengah singgungan antar peradaban itu.
Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal terbesar di
pulau – pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi
geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran
rendah, pedesaan, hingga perkotaan.
Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok
sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Pertemuan=pertemuan
dengan budayaan luar juga mempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada
di Indonesia. Kemudian juga berkembang dan meluasnya agama-agama besar di
Indonesia turut mendukung perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga
mencerminkan kebudayaan agama tertentu. Bias di katakana bahwa Indonesia
adalah salah satu Negara dengan tingkat keanekaragaman budaya atau tingkat
heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragamanbudaya kelompok
sukubangsa namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban,
tradisional hingga ke modern, dan kewilayahan.
Dengan keanekaragaman kebudayaan Indonesia dapat dikatakan mempunyai
keungulan di bandingkan dengan Negara lainnya. Indonesia mempunyai potret
kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Dan tak kalah pentingnya, secara social
budaya dan politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika
interaksi antar kebudayaan yang di rangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan
di jalin tidak hanya meliputi antar kelompok sukubangsa yang berbeda,namun
juga meiliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnya kapal-kapal portugis
di banten pada abad pertengahan missal nya telah membuka diri Indonesia pada
lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang
Gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun
interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singungan-singungan peradaban
ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam
berinteraksi dengan perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu
menelisik dan mengembangkan budaya local di tengah-tengah singgunagn antar
peradaban itu.

Bukti Sejarah
Sejarah membuktikan bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara
berdampingan ,saling mengisi, dan ataupun berjalan secara parallel. Misalnya
kebudayaan kraton atau kerjaan yang berdiri sejalan secara parallel dengan
kebudayaan berburu meramu kelompok masyarakat terentu. Dalam konteks
kekinian dapat kita temui bagaimana kebudayaan masyarakat urban dapat berjalan
parallel dengan kebudayaan rural atau pedesaan, bahkan dengan kebudayaan
berburu meramu yang jauh hidup terpencil. Hubunganhubungan antar kebudayaan
tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai “Bhineka Tunggal Ika” , dimana
bisa kita maknai bahwa konteks keanekaragamanya bukan hanya mengacu
kepada keanekaragaman kemlompok sukubangsa semata namun kepada konteks
kebudayaan.
Didasari pula bahwa dengan jumlah kemlompok sukubangsa kurang lebih
700’an suku bangsa di seluruh nusantara, dengan berbagai tipe kelompok
masyarakat yang beragam, serta keragaman agamanya, masyarakat Indonesia
adalah masyarakat majemuk yang sesunguh nya rapuh. Rapuh dalam artian
dengan keragaman perbedaan yang di milikinya maka potensi konflik yang di
punyai juga akan semakin tajam. Perbedaan=perbedaan yang ada dalam
masyarakat akan terjadi pendorong untuk mempekuat isu konflik yang muncul di
tengahtengah masyarakat dan keragaman kebudayaan

Faktor-Faktor Penyebab Keberagaman Budaya Indonesia


Ada 3 (tiga) faktor utama yang mendorong terbentuknya keberagaman
budaya Indonesia sebagai berikut:

1. Latar Belakang Historis


Dalam perjalanan sejarah menyebutkan bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia berasal dari Yunani (wilayah Cina Bagian Selatan). Sebelum tiba di
Nusantara mereka berhenti di berbagai tempat dan menetap dalam jangka waktu
yang lama, bahkan mungkin hingga beberapa generasi. Selama bermukim di
tempat-tempat tersebut, mereka melakukan adaptasi dengan lingkungannya.
Mereka mengembangkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan-
keterampilan khusus sebelum melakukan perjalanan. Dengan perbedaan
pengalaman dan pengetahuan telah menyebabkan timbulnya perbedaan suku
bangsa dengan budaya yang beranekaragam di Indonesia.
2. Perbedaan Kondisi Geografis
Perbedaan-perbedaan kondisi geografis telah melahirkan berbagai suku
bangsa dan keberagaman budaya Indonesia. Hal itu berkaitan dengan : Pola
kegiatan ekonomi, Perwujudan kebudayaan yang ada contohnya: nelayan,
pertanian, kehutanan, dan perdagangan. Sehingga mereka akan mengembangkan
corak kebudayaan yang khas dan cocok dengan lingkungan geografis mereka
tanpa mengganggu kebudayaan yang lainnya.

3. Keterbukaan terhadap Kebudayaan Luar

Bangsa Indonesia adalah contoh bangsa yang terbuka. Hal ini dapat dilihat
dari besarnya pengaruh asing dalam membentuk keanekaragaman masyarakat di
seluruh wilayah Indonesia.
Pengaruh asing pertama yaitu ketika orang-orang India, Cina, dan Arab di
susul oleh bangsa Eropa. Bangsa tersebut datang membawa kebudayaan yang
beranekaragam.
Daerah-daerah yang relatif terbuka, khususnya daerah pesisir paling cepat
megalami perubahan. karena:

 Dengan semakin banyaknya sarana dan prasaranatransportasi,

 Hubungan antar kelompok semakin intensif dan

 Semakin sering mereka melakukan pembauran

Sementara daerah-daerah yang terletak jauh dari pantai umumnya tidak


banyak terpengaruh budaya luar, sehingga kebudayaannya berkembang dengan
corak khas.
Contoh: jakarta salah satu contoh kota pelabuhan, memiliki corak kebudayaan
yang cukup beragam yaitu dengan adanya Budaya Betawi memiliki sedikit
budaya Cina, Arab, dan India. Hal ini diakibatkan oleh beragamnya orang yang
datang/singgah di kota ini sehingga terjadinya pembauran kebudayaan.

Manfaat Keberagaman Budaya

Tidak semua negara memiliki keberagaman budaya seperti yang dimiliki oleh
negara Indonesia. Dengan demikian, keberagaman budaya memberikan manfaat
bagi bangsa kita.
Beberapa manfaat keberagaman budaya, sebagai berikut :

1. Dalam bidang bahasa, kebudayaan daerah yang berwujud dalam bahasa


daerah dapat memperkaya perbendaharaan istilah dalam bahasa Indonesia.

2. Dalam biang pariwisata, potensi keberagaman budaya dapat dijadikan objek


dan tujuan pariwisata di Indonesia yang bisa mendatangkan devisa.

Masalah yang Timbul akibat Keberagaman Budaya


Secara sosiologis, masyarakat multikultural adalah masyarakat yang
memiliki keanekaragaman budaya.
Menurut Naskun, adanya keanekaragaman budaya tersebut membuat
masyarakat multikultural memiliki karakteristik umum sbb :

1. Adanya sub-sub kebudayaan yang bersifat saling terpisah.

2. Kurang berkembangnya sistem nilai bersama atau konsensus.

3. Berkembangnya sistem nilai masing-masing kelompok sosial yang dianut


secara
relatif rigid dan murni.

4. Sering timbul konflik-konflik sosial atau kurangnya integrasi.

Menurut Pierre L. Van den Berghe, masyarakat multikultural memiliki


karakteristik umum sebagai berikut:

1. Terjadinya segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering


memiliki subkebudayaan yang satu sama lain berbeda.

2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga yang bersifat


nonkomplementer.

3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap


nilai-nilai yang bersifat dasar.

4. Secara relatif, seringkali mengalami konflik-konflik di antara kelompok


yang satu dengan yang lainnya.

5. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan ketergantungan


di dalam bidang ekonomi.

6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain.

Keberagaman merupakan suatu keadaan yang dapat mendatangkan


fenomena baru yang positif dan negatif (tidak diinginkan). Namun jika keduanya
kita telusuri dan kita kaji lebih jauh, merupakan gejala-gejala yang wajar terjadi
dalam masyarakat. Selain membawa manfaat, keberagaman budaya pun memiliki
dampak negatif dengan dasar berbeda-beda itu tidak dapat bergaul satu sama
lainnya. Potensi terpendam untuk terjadinya konflik karena ketegangan antar suku
bangsa dan golongan tidak bisa diabaikan begitu saja.
Menurut J. Ranjabar, hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya konflik
pada masyarakat Indonesia sbb:

1. Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain. Contoh:


konflik Aceh dan Papua.

2. Apabila terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup


antara kelompok yang berlainan suku bangsa. Contoh: konflik yang terjadi
di sambas.

3. Apabila terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah


suku terhadap warga suku bangsa lain. Contoh: konflik yang terjadi di
sampit.

4. Apabila terjadi potensi konflik terpendam, yang bertikai secara adat.


Contoh: konflik antar suku di papua.

5. Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat


diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk konflik, sbb:

a. Konflik Rasial

Konflik yang diakibatkan dari perbedaan-perbedaan dalam diri mereka


terhadap individu dan ras lainnya. Pertentangan rasional bukan saja
disebabkan oleh perbedaan ciri-ciri fisik saja, tetapi kadang-kadang
juga diperuncing oleh perbedaan dan benturan dalam hal sosial,
ekonomi, politik, atau karena jumlah ras tertentu lebih banyak dari ras
lainnya.

b. Konflik Antar Suku Bangsa

Bahasa yang digunakan menjadi perbedaan antar suku bangsa, ada


juga perbedaan adat istiadat dalam pergaulan sehari-hari, kesenian
yang dikembangkan, sistem kekerabatan yang dianut, dan penguasaan
tekhnologi.
Konflik ini terjadi terlebih jika keduanya mengalami kemunduran
dalam beberapa hal, misalnya dalam hal ekonomi yang diikuti oleh
kecurigaan-kecurigaan terhadap suku tertentu atas penguasaan sumber-
sumber ekonomi politik.

c. Konflik Antar Agama


Keanekaragaman agama yang dianut seringkali mendatangkan
perbedaanperbedaan, baik dalam cara berpakaian, bergaul, peribadatan,
adat pernikahan, hukum waris, kesenian, dan atribut-atribut keagamaan
lainnya. Jika para pemeluknya tidak menghayati secara mendalam dan
benar inti dari ajaran-ajaran yang terkandung dalam agama-agama mereka,
akan sangat potensial untk terjadinya konflik, bahkan sampai pada tingkat
konflik politik. Konflik seperti ini juga sangat dipengaruhi oleh
keseimbangan jumlah penganut agama tertentu dalam suatu masyarakat.
Masyarakat Indonesia terdri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di
lebih dari 13 ribu pulau. Setiap suku bangsa memiliki identitas sosial,
politik, dan budaya yang berbeda-beda. Seperti bahasa yang berbeda, adat
istiadat serta tradisi, sistem kepercayaan, dan sebagainya. Dengan identitas
yang berbeda-beda ini, kita dapat mengatakan bahwa Indonesia memiliki
kebudayaan lokal yang sangat beragam.

Beberapa Contoh Keberagaman Budaya Lokal Indonesia


Berikut ini pembahasan mengenai beberapa contoh budaya lokal di
Indonesia:

1. Kebudayaan Lokal Masyarakat Sunda

Secara administratif, suku bangsa Sunda sebagian besar mendiami


propinsi Jawa Barat. Sistem kekerabatan suku bangsa Sunda mengenal
sistem Parental, yaitu mengikuti garis keturunan kedua orang tua, ayah,
dan ibu. Bahasa percakapan yang dipakai adalah bahasa Sunda. Bahasa
ini mengenal tingkatan dari bahasa yang paling halus sampai kasar.
Bahasa Sunda berkembang di daerah Priangan, seperti di Ciamis,
Tasikmalaya, Garut, Sumedang, Bandung, Sukabumi, dan Cianjur.
Bahasa sunda yang tidak halus berkembang di daerah Banten,
Karawang, Bogor, dan Cirebon. Bahasa Sunda yang dipakai oleh
masyarakat Badui do Banten Selatan disebut bahasa Sunda Buhun
(Kuno).
Masyarakat Sunda memiliki beragam kesenian tradisional. Alat
musik tradisional masyarakat Sunda adalah angklung. Alat musik Sunda
juga memiliki pertunjukan seperti reog, calung, wayang golek,gendang
pencak, dan sejumlah tarian-tarian seperti tari jaipong dan tari topeng.
Kesenian tradisional tersebut umumnya dipertunjukkan pada upacara
selamatan pernikahan, sunatan, meruwat rumah, dan syukuran.
2. Kebudayaan Lokal Masyarakat Tengger

Suku tengger merupakan salah satu sub kelompok orang Jawa


yang mendiami wilayah sekitar Pegunungan Bromo, Jawa Timur.
Masyarakat mempunyai ciri khas yang dapat dilihat dari dialek bahasa,
upacara adat yang berdasarkan sistem kepercayaannya, serta perilaku
yang sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. Dalam kehidupan orang
Tengger mempunyai kebiasaan mengangkat orang luar menjadi warga
baru atau sesepuh masyarakat Tengger. Proses pengangkatan ini
dilakukan melalui upacara wisuda yang dipimpin oleh ketua adat atau
kepala dukun.
Sebagian masyarakat Tengger beragama Hindu Mahayana. Setiap
tahun, mereka mengadakan upacara Kasodo, yaitu upacara dalam rangka
pengiriman kurban kepada leluhur yang ada di Kawah Gunung Bromo.
Puncak upacara Kasodo berlangsung tepat pada tengah malam, yaitu
berupa pemilihan dukun-dukun baru. Setelah itu, dilakukan pelemparan
Ongkek (persembahan penduduk) ke kawah Bromo. Acara ini
mengakhiri keseluruhan upacara Kasodo yang berlangsung hingga subuh
menjelang matahari terbit.
3. Kebudayaan Lokal Masyarakat Batak

Suku bangsa Batak adalah salah satu suku bangsa yang melindungi
Pulau Sumatera. Suku bangsa ini dikenal masyarakat sebagai perantau
karena banyak yang mengadu nasib ke berbagai daerah terutama di kota-
kota besar. Meskipun tersebar di berbagai daerah, suku bangsa Batak
dikenal sangat menjunjung tinggi kebudayaan sekalipun tidak tinggal di
kampung halamannya.
Suku bangsa Batak memiliki beragam kesenian tradisional. Dalam
seni ukir dapat dilihat pada motif-motif pakaian adat serta tiang-tiang
rumah adat yang memiliki srti simbolis tertentu. Selain itu, terdapat
berbagai lagu-lagu daerah dan tari-tarian. Tarian tradisional yang cukup
terkenal adalah tarian Mandula dan tari Sekar Sirih. Tari Mandula adalah
tarian rakyat Simalungun saat menyambut panen, sedangkan tari Sekar
Sirih adalah tarian menyambut tamu.
4. Kebudayaan Lokal Masyarakat Bugis

Suku bangsa Bugis adalah suku bangsa yang mendiami wilayah


Sulawesi Selatan. Sejak dahulu suku Bugis dikenal sebagai suku bangsa
Pelaut, sehingga mereka juga tinggal di daerah-daerah luar Sulawesi
Selatan. Di beberapa daerah, seperti di Flores dan Kalimantan, suku
bangsa Bugis membentuk perkampungan sendiri. Pada naskah-naskah
kuno bangsa Bugis, huruf yang dipakai adalah aksara Lontara. Setelah
masuknya pengaruh Islam pada abad ke-17, naskah-naskah kebanyakan
ditulis dalam aksara bahasa Arab, yang disebut aksara Serang.
Kesenian msyarakat Bugis dapat dilihat dari bentuk arsitektur
rumah dan ukirukiran pada tiang atau gerbang rumah. Selain itu, dapat
dilihat pada bentuk-bentuk kerajinan rumah tangga seperti tenunan
sarung yang sudah cukup dikenal luas di Indonesia serta seni tarik suara
dan tarian.
5. Kebudayaan Lokal Masyarakat Dayak
Suku bangsa Dayak dianggap sebagai suku bangsa asli Pulau
Kalimantan. Masyarakat Dayak mengenal sistem ambilineal, yaitu
mengikuti garis keturunan laki-laki dan perempuan. Sebagian besar anak
laki-laki atau perempuan yang sudah menikah akan tetap tinggal
bersama orang tuanya. Inilah yang membentuk keluarga luas
(ultralokal). Masyarakat Dayak tidak melarang anak perempuannya
menikah dengan laki-laki suku bangsa lain asalkan mereka mau tinggal
bersama keluarga
istrinya.
Masyaraka Dayak memiliki beragam kesenian, baik seni musik,
tarian, seni ukir, ataupun tenun. Alat musik tradisional yang biasa
dipakai umumnya terbuat dari bambu atau kayu yang dimainkan dengan
cara dipikul berirama mengikuti tarian dan lagunya. Tarian-tarian
masyarakat Dayak antara lain tari Tambun, Balean Dades, dan Bungai.
Tarian tersebut pada umumnya dibawakan ketika upacaraupacara adat.
Seni ukir dapat dilihat pada tiang-tiang rumah yang diukir dengan tangan
dan memiliki simbol-simbol tertentu. Selain itu, seni ukir masyarakt
Dayak berupa patung-patung yang terbuat dari kayu. Sedangkan kain
tenun yang terkenal terbuat dari bahan kapas dan kulit kayu.
6. Kebudayaan Lokal Masyarakat Lio

Masyarakat Lio adalah kelompok penduduk yang menempati Pulau


Flores, NTT. Kelompok yang sangat penting adalah kelompok yang
disebut “SUKU”.
Kelompok ini dikatakan mewujudkan struktur piramidal, yang
dipuncaknya duduk kepala suku yang secara turun-temurun dijabat oleh
anak laki-laki sulung. Selain berstatus sebagai “orang tua”, ia juga
sebagai “ahli waris”.
Masyarakat Lio mengembangkan berbagai kesenian tradisional.
Dalam seni pahat dan arsitektur dapat dilihat pada bentuk rumah adat
yang disebut Sao Ria. Selain itu, mereka juga membuat patung yang
disebut Anadeo yang dikeramatkan sebagai penunggu ruah adat. Mereka
juga menghasilkan hasil kain tenun tradisional dengan motif yang khas
pada kain sarung, selimut, dan selendang.
7. Kebudayaan Lokal Masyarakat Asmat

Daerah kebudayaan masyarakat Asmat meliputi daerah


pegunungan Papua Selatan. Suku bangsa Asmat umumnya
dikelompokkan atas Asmat Hilir dan Asmat
Hulu. Suku bangsa Asmat Hilir hidup di dataran rendah di sepanjang
pantai yang
masih diselimuti hutan dan rawa. Suku bangsa AsmatHulu hidup di
daerah dataran tinggi yang berbukit-bukit dengan padang rumput yang
cukup jelas.
Keluarga-keluarga suku bangsa Asmat umumnya tinggal di rumah-
rumah panggung yang disebut tsyem. Sebuah kelompok kekerabatan
Asmat terdiri atas 1015 tysem yang mengelilingi sebuah rumah adat
yang di sebut yew. Yew berfungsi sebagai rumah keramat dan tempat
upacara keagamaan.
Masyarakat Asmat juga mengenal pemimpin adat yang disebut
aipem. Pemimpin adat biasanya orang-orang yang pandai, bijaksana, dan
kuat. Orang yang pandai dalam berburu. Orang yang pandai dalam
membuat patung (wow-iptis) akan menjadi pemimpin para pembuat
patung.
Kesenian masyarakat Asmat identik dengan kepercayaan dan
upacara-upacara keagamaan terutama seni ukir patung, topeng, dan
perisai.
8. Kebudayaan Masyarakat Minangkabau

Daerah asal kebudayaan minangkabau seluas propinsi Sumatera


Barat. Tersebar juga di beberapa tempat di Sumatera dan juga di Malaya.
Garis keturunan masyarakat Minangkabau diperhitungkan menurut garis
matrilineal (Suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan
berasal dari pihak ibu) kesatuan keluarga yang terkecil adalah Paruik.
Lawan dari matrilineal adalah patrilineal yaitu suatu adat
masyarakat yang menyatakan alur keturunan berasal dari pihak ayah.
Penganut adat patrilineal di Indonesia sebagai contohnya adalah suku
Batak, suku Rejang, dan suku Gayo.
9. Kebudayaan Masyarakat Aceh

Yang termasuk ke dalam budaya aceh yaitu daerah yang tergabung


ke dalam bagian utara pulau Sumatera, juga meliputi wilayah Simeuleu,
We, Breuh, dan pulau-pulau lain yang ada di sekitarnya. Desa bagi orang
Aceh disebut Gampong.
Setiap gampong terdiri atas 100-500 rumah.
10. Kebudayaan Masyarakat Jawa

Stratifikasi sosial dalam masyakat Jawa mendapat pengaruh dari


Kraton. Dimana kaum bangsawan dan keturunannya serta pegawai
pemerintahan dan kaum terpelajar (priyayi) menempati posisi lapisan
sosial atas, sementara petani di desa dan masyarakat kebanyakan yang
digolongkan dalam Wong Cilik. Pada lapisan tingkat kepala desa
(petinggi) dibantu oleh beberapa bawahannya, yaitu

 Carik : bertindak sebagai sekretaris desa

 Kamitua : bertindak sebagai kepala dukuh/kampung

 Kebayan : berperan sebagai humas internal desa yang


menyampaikan segala hal terkait kebijakan kepala desa untuk
menyampaikan kepada masyarakatnya.

 Kaum/Modin : mengurusi soal perkawinan, masalah keagamaan,


dan kematian
11. Kebudayaan Masyarakat Bali

Ada dua (2) bentuk masyarakat bali, yaitu masyarakat Bali Aga dan
Bali Majapahit. Masyarakat Bali Aga, masyarakat yang kurang
mendapat pengaruh dari kebudayaan Jawa-Hindu dari Majapahit dan
umumnya mendiami daerah-daerah pegunungan. Sedangkan Masyarakat
Bali Majapahit, pada umumnya tinggal di daerah-daerah dataran dan
menjadi mayoritas Bali.
12. Kebudayaan Masyarakat Bugis-Makassar

Kebudayaan ini mendiami bagian terbesar wilayah selatan Pulau Sulawesi.


Dalam berkomunikasi, orang Bugis menggunakan bahasa Ugi dan orang
Makasar menggunakan bahasa Mangasara.

Anda mungkin juga menyukai