Anda di halaman 1dari 8

Protobiont (2020) Vol.

9 (2) : 109-116

PERTUMBUHAN BAWANG MERAH (Allium cepa var. Bauji)


PADA TANAH GAMBUT DENGAN PENAMBAHAN TRICHO-
KOMPOS KOTORAN BEBEK
Nova1*, Zulfa Zakiah1, Mukarlina1
1
Prog Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia
*
Email korespondensi: nova130797@gmail.com

Abstract

Shallots (Allium cepa var. Bauji) are plants that are included in the Liliaceae family. The dominance of
peatlands in West Kalimantan is one of the factors causing the low production of shallot plants. This study
aims to determine the effect and concentration of duck manure tricho-compost (TKB) on the growth of
shallot plants in peatlands. The research was conducted from July to October 2019. The compositions used
included distilled water, bran, dolomite, sugar, potato, duck dung, urea, TSP and KCL, Trichoderma
harzianum isolates, liquid Trichoderma starter, peat soil, and shallot bulbs (Allium cepa var. Bauji). The
study used a completely randomized design with six treatments in the form of negative control (-); 50 g of
TKB; 100 g of TKB; 200 g TKB; 400 g TKB and positive control (+). The results showed that there was a
significant effect between the application of tricho-compost duck manure on growth parameters. Tricho
compost treatment with 100 g of duck manure was the concentration with the best results on the growth of
shallots, with a height of 28.88 cm, number of leaves 19.88, total wetness of 15.99 g, wet tuber weight 5.37 g
and wet root weight 0.69 g.

Keywords: Bauji variety shallots, duck manure tricho-compost, growth, peat soil.

PENDAHULUAN BPTP Kalimantan Barat telah melakukan perco-


baan multilokasi varietas dan budidaya bawang
Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan
merah di lahan gambut. Varietas Bima, Bali Ijo,
anggota Liliaceae yang banyak dibudidayakan.
Brebes, Bauji, Super Philip, Thailand, Sumenep
Tanaman ini merupakan sayuran rempah yang
dan Kuning adalah varietas unggul bawang merah
digunakan sebagai bumbu penyedap masakan
yang telah dilepaskan berdasarkan SK Menteri
masyarakat Indonesia (Wibowo, 1992 dalam
Pertanian (Purbiati, 2012). Varietas yang sudah
Fatmawaty et al., 2015). Manfaat bawang merah
pernah diuji pada tanah gambut Kalimantan Barat
adalah sebagai sumber vitamin B dan C, protein,
salah satunya adalah varietas Bauji. Namun, pro-
lemak, karbohidrat, yang diperlukan oleh tubuh.
duksi varietas Bauji di tanah gambut masih belum
Tanaman bawang membentuk umbi, yang dapat
optimal karena kondisi kesuburan tanah gambut
membentuk tunas baru yang berasal dari
yang rendah. Ada beberapa upaya yang dapat di-
peranakan umbi (Rahayu dan Berlian, 1999 dalam
lakukan untuk meningkatkan kesuburan tanah
Fatmawaty et al., 2015).
gambut.
Kebutuhan bawang merah di Kalimantan Barat
Upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan
masih belum mencukupi sehingga harus
kesuburan tanah gambut adalah penggunaan pu-
didatangkan dari luar kalimantan. Salah satu
puk. Pemupukan dapat menggunakan bahan anor-
faktor yang memengaruhi rendahnya produksi
ganik dan organik. Pemupukan yang berasal dari
bawang merah di Kalimantan Barat adalah
bahan anorganik dalam waktu yang lama dan
kondisi tanah yang didominasi oleh lahan gambut.
secara terus menerus dapat menyebabkan ke-
Berdasarkan informasi dari Balai Besar Penelitian
rusakan tanah dan lingkungan. Sedangkan peman-
dan Pengembangan Sumber Daya Pertanian
faatan pupuk organik dapat menambah unsur hara,
(2008), luas lahan gambut yang terdapat di
selain itu bahan utamanya mudah didapat dan
Kalimantan Barat yang layak digunakan sebagai
tidak merusak lingkungan (Irwandi, 2000).
lahan pertanian sekitar 694.714 ha. Kendala
utama budidaya bawang merah dilahan gambut
Salah satu pupuk organik yang dapat digunakan
adalah sifat kimia tanah meliputi tingkat
adalah pupuk kompos. Pupuk kompos dapat ber-
keasaman, kejenuhan basa, kapasitas tukar kation,
asal dari kotoran hewan dan sisa tumbuhan. Salah
kandungan hara makro dan mikro yang rendah
satu jenis kotoran hewan yang dapat digunakan
(Nelvia, 2009 dalam Syamsi et al., 2015).

109
Protobiont (2020) Vol. 9 (2) : 109-116

untuk pembuatan pupuk kompos adalah kotoran digunakan diperoleh dari Lab UPTPH (Kalbar)
bebek dan mikroorganisme yang dapat dijadikan dan umbi bawang merah (Allium cepa var. Bauji)
bioaktivator adalah Trichoderma harzianum. dari Sentra Tani Sukorejo (Jawa Tengah).
Menurut Usman et al.,2012 bahwa kotoran
bebek/itik mempunyai kelebihan mempertahankan Rancangan Percobaan
kesuburan tanah dan melengkapi ketersediaan
Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan
unsur hara bagi pertumbuhan tanaman.
Acak Lengkap (RAL). Terdiri dari enam taraf
perlakuan dan empat ulangan, sehingga diperoleh
Penelitian Suwahyono (2004) dalam Herlina
24 unit percobaan. Perlakuan kontrol negatif atau
(2009) menjelaskan bahwa pemberian
tanpa TKB (A0), A1 (50 g TKB), A2 (100 g
Trichoderma harzianum pada tanaman alpukat
TKB), A3 (200 g TKB), A4 (400 g TKB) dan A5
dapat meningkatkan pertumbuihan akar dan daun.
(kontrol positif atau pupuk anorganik.
Hasil penelitian Sihombing et al. (2013) pem-
berian campuran vermikompos dan 3 g
Cara Kerja
Trichoderma menunjukkan hasil pengaruh nyata
terhadap tinggi dan bobot segar bawang merah per Pembuatan Stater Trichoderma harzianum cair
plot. Selanjutnya, hasil penelitian Siregar et al. Starter Trichoderma harzianum cair dapat dipero-
(2018) menjelaskan bahwa pemberian leh dengan cara kentang dipotong sebanyak 150 g,
Trichoderma dan beberapa pupuk kandang kemudian direbus dengan akuades sebanyak 1 L
(kotoran ayam, sapi dan kambing) terhadap sampai lembek/setengah matang. Kentang disa-
tanaman kacang panjang menunjukkan bahwa
ring, kemudian air ekstrak kentang diberi gula
dosis Trichoderma sebesar 20g/tanaman mem- pasir 300 g dan direbus kembali sampai men-
berikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, didih. Selanjutnya air ekstrak kentang gula dima-
jumlah polong pertanaman dan produksi per sukkan ke dalam botol. Selanjutnya isolat Tricho-
tanaman. Berdasarkan latar belakang di atas telah derma harzianum dikeluarkan dari tabung reaksi
dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian dan spora dicampurkan ke ekstrak kentang gula.
pupuk tricho-kompos kotoran bebek terhadap Selanjutnya ekstrak kentang gula difermen-tor
pertumbuhan tanaman bawang merah (Allium
selama 7 hari dan stater Trichoderma harzianum
cepa var. Bauji) pada tanah gambut. cair siap untuk digunakan (Majid et al., 2014).
METODE PENELITIAN Pembuatan Tricho-Kompos Kotoran Bebek
Waktu dan Tempat Penelitian Kompos dibuat dengan cara kotoran bebek yang
Penelitian dilaksanakan selama empat bulan dari sudah siap pakai sebanyak 20 Kg, dedak
bulan Juli-Oktober 2019 yang meliputi persiapan ditimbang sebanyak 4 Kg, stater Trichoderma
alat dan bahan, pelaksanaan penelitian, dan harzianum cair dikonsentrasikan dalam 2 liter air
pengamatan. Penelitian ini dilakukan di rumah dan gula pasir ½ Kg. Bahan- bahan yang sudah
kasa dan Laboratorium Biologi Jurusan Biologi, ditimbang dicampur satu persatu lalu diaduk
Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura, hingga rata dan dipercikkan air secukupnya untuk
Pontianak. Analisis tanah, analisis pupuk kompos menjaga tingkat kelembaban yang sesuai bagi
dengan kebutuhan kapur dilakukan di Laborato- pertumbuhan Trichoderma harzianum.
rium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Selanjutnya apabila bahan-bahan sudah tercampur
Pertanian Universitas Tanjungpura, Pontianak. merata maka ditutup menggunakan terpal dan
ditutup dengan rapi agar Trichoderma harzianum
Alat dan Bahan dapat tumbuh dengan baik.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
Persiapan Media Tanam
meliputi alat tulis, autoklaf, ayakan, bunsen,
fermentor, gelas ukur 500ml, jangka sorong, Tanah gambut yang diambil dari lahan yang
kamera, oven, polibag, penggaris, plastik bening, belum diolah. Pertama-tama tanah dikering
pisau, sendok semen, saringan, sendok makan, anginkan lalu dihaluskan menggunakan saringan
staples, termohigrometer, timbangan analitik, tanah kemudian disterilisasi menggunakan
timbangan duduk dan soil tester. Bahan bahan autoklaf. Tanah sebanyak 1,6 Kg/polibag
yang digunakan yaitu: akuades, dedak, dolomit, ditambahkan dengan dolomit sebanyak 82,57
gula, kentang, kotoran bebek diperoleh dari g/polybag tanah agar pH tanah mencapai 6,5
peternakan bebek milik warga, pupuk (Urea, TSP kemudian diinkubasi selama dua pekan (Rangkuti,
dan KCL) starter Trichoderma cair dan tanah 2017).
gambut. Isolat Trichoderma harzianum yang

110
Protobiont (2020) Vol. 9 (2) : 109-116

Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Tanaman Bawang Merah (Allium cepa var. Bauji) dengan
pemberian pupuk Tricho-Kompos Kotoran Bebek (TKB).
Perlakuan Rerata Tinggi Tanaman (cm) Rerata Jumlah Daun (helai)
Kontrol (-) 20,75±4,47ab 9,03±2,17a
bc
TKB 50 24,87±1,28 14,38±4,33bc
c
TKB 100 28,88±3,20 19,88±1,43d
c
TKB 200 27,34±1,08 16,56±0,95cd
c
TKB 400 26,86±2,59 14,81±1,39c
a
Kontrol (+) 18,68±1,17 9,72±1,27ab
Keterangan : *Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan
uji Tukey.

Penanaman Bawang Merah pada taraf 5% (Sastrosupadi, 2002). Data berat


basah daun menggunakan log10.
Penanaman bawang merah dilakukan dengan cara
memotong bagian apikal (ujung) sekitar 1/3 – 1/4
HASIL DAN PEMBAHASAN
dari panjang umbi. Bagian yang dipotong
mempercepat tunas bisa tumbuh. Kemudian umbi Hasil
bawang merah dibenamkan ke dalam tanah yang
Bawang merah var. Bauji dengan penambahan
sudah dibuat lubang kecil (Wibowo, 2009).
pupuk tricho-kompos kotoran bebek dapat
menunjukkan pengaruh nyata terhadap rerata
Pemeliharaan Tanaman
tinggi tanaman (F5,18 = 9.461, p = 0,000; Anova)
Pemeliharaan tanaman meliputi: penyiraman, dan jumlah daun (F5,18 = 13.662, p = 0,000;
penyiangan gulma dan pemupukan tanaman. Anova) tanaman bawang merah (Allium cepa
Penyiraman tanaman 2x sehari yaitu pagi hari var.Bauji). Berdasarkan hasil uji lanjut Tukey
sekitar pukul 07.00 WIB dan sore hari sekitar menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada
16.00 WIB. Penyiangan gulma dilakukan setiap 2 perlakuan pupuk tricho-kompos kotoran bebek
minggu sekali dengan mencabut tanaman gulma 100 g, 200 g dan 400 g pupuk tricho-kompos
yang tumbuh disekitar tanaman dan membunuh kotoran bebek tidak beda nyata dengan 50 g
hama yang hinggap (Toruan et al., 2015). tricho-kompos kotoran bebek dan kontrol negatif
Pemupukan merupakan pemupukan susulan. (-) tetapi berbeda nyata dengan kontrol positif (+).
Pupuk susulan berupa KCL, TSP dan urea. Parameter jumlah daun menunjukkan perlakuan
Pemupukan ini diberikan pada perlakuan kontrol 100 g pupuk tricho-kompos kotoran bebek
positif (A5). Pupuk TSP dan KCL diberikan berbeda nyata dengan kontrol negatif (-) tetapi
bersama-sama 2 minggu setelah tanam. tidak berbeda nyata dengan kontrol positif (+),
Pemberian pupuk urea dilakukan dua kali, yang tricho-kompos kotoran bebek 50 g, 200 g dan 400
pertama setengah bagian diberikan bersama pupuk g. Rerata tinggi tanaman tertinggi yaitu 28,88 cm
TSP dan KCL (2 minggu setelah tanam) dan dan rerata jumlah daun terbanyak yaitu 19,88
sisanya diberikan 4 minggu setelah tanam helai pada perlakuan 100 g pupuk tricho-kompos
(Rahayu dan Berlian, 2004). (Tabel 1).

Pemanenan Bawang Merah (Allium cepa var. Pemberian pupuk tricho-kompos kotoran bebek
Bauji) memberikan pengaruh nyata terhadap berat basah
tanaman (F5,18 = 4.481, p = 0,008; Anova), berat
Beberapa hari menjelang panen kegiatan pemeli-
basah akar (F5,18 = 3.224, p = 0,030; Anova), berat
haraan seperti penyiraman sudah dihentikan.
basah daun (F5,18 = 3.279, p = 0,028; Anova) dan
Pemanenan bawang merah dilakukan pada umur
berat basah umbi (F5,18 = 4.732, p = 0,006;
60 hari setelah tanam. Pemanenan dilakukan
Anova) tanaman bawang merah (Allium cepa var.
sekitar 60% daun menguning dan pangkal daun
Bauji). Berdasarkan hasil uji lanjut Tukey
jika dipegang sudah lemas (Wibowo, 2009).
menunjukkan bahwa untuk parameter berat basah
Analisis Data tanaman dan berat basah daun perlakuan 100 g
dan 400 g TKB berbeda nyata dengan kontrol
Data pertumbuhan tanaman bawang merah yang negatif tetapi tidak berbeda nyata dengan
telah diperoleh dianalisa dengan uji Analysis of perlakuan tricho-kompos 50 g, 200 g dan kontrol
Variance (ANOVA). Hasil uji ANOVA yang positif. Pelakuan 100 g TKB berbeda nyata
berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Tukey dengan kontrol negatif, namun tidak berbeda
nyata dengan perlakuan lainnya untuk parameter

111
Protobiont (2020) Vol. 9 (2) : 109-116

berat basah akar. Sedangkan untuk parameter parameter jumlah umbi (F5,18 = 12.557, p = 0,000;
berat basah umbi perlakuan 100 g TKB berbeda Anova) tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap
nyata dengan kontrol negatif dan kontrol positif diameter umbi (F5,18 = 2.220, p = 0,097; Anova)
tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanaman bawang merah (Allium cepa var. Bauji).
tricho-kompos 50 g, 200 g dan 400 g. Berat basah Berdasarkan hasil uji lanjut Tukey menunjukkan
tanaman, berat basah akar dan berat basah umbi bahwa jumlah umbi dengan pemberian pupuk
dengan hasil terbesar yaitu pada perlakuan 100 g tricho-kompos kotoran bebek dengan konsentrasi
tetapi untuk berat basah daun perlakuan 400 g 50 g, 100 g, 200 g dan 400 g berbeda nyata
yang memberikan hasil tertinggi dan tidak beda dengan kontrol negatif (-) dan kontrol (+) tetapi
nyata dengan perlakuan 100 g (Tabel 2). tidak berbeda nyata antar per-lakuan. Jumlah
umbi terbanyak yaitu 10 buah/ rumpun dan
Pemberian pupuk tricho-kompos kotoran bebek ukuran diameter umbi tertinggi yaitu sebesar 7,37
memberikan pengaruh nyata terhadap berat kering mm pada perlakuan tricho-kompos kotoran bebek
tanaman (F5,18 = 4.487, p = 0,008; Anova) dan sebanyak 100 g (Tabel 4).
berat kering daun (F5,18 = 4.569, p = 0,007;
Anova), tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap Pembahasan
berat kering akar dan berat kering umbi tanaman
bawang merah (Allium cepa var. Bauji). Hasil pengukuran tinggi tanaman bawang merah
Berdasarkan hasil uji lanjut Tukey menunjukkan (Allium cepa L var. Bauji) pada perlakuan 100 g,
bahwa pemberian pupuk tricho-kompos kotoran 200 g dan 400 g menunjukkan rerata tinggi
bebek dengan konsentrasi 200 g dan 400 g tanaman yang lebih baik dan berbeda nyata
berbeda nyata dengan kontrol negatif (-), tetapi dengan kontrol positif (Tabel 1). Hal ini
tidak berbeda nyata dengan 50 g, 100 g dan menunjukkan bahwa kandungan hara didalam
kontrol positif (+) untuk berat kering tanaman. media tanam yang berasal dari penguraian bahan
Berat kering daun menunjukkan bahwa pemberian organik oleh Trichoderma dapat meningkatkan
pupuk tricho-kompos kotoran bebek dengan pertumbuhan melalui pembelahan sel pada
konsentrasi 400 g berbeda nyata dengan kontrol meristem ujung tumbuh pucuk dan bakal daun.
negatif (-), tetapi tidak berbeda nyata dengan 50 g, Hal ini terbukti dari tinggi tanaman tertinggi yang
100 g, 200 g dan kontrol positif (+) (Tabel 3). diperoleh pada perlakuan 100 g TKB yaitu 28,88
cm (Tabel 1).
Penambahan pupuk tricho-kompos kotoran bebek
menunjukkan hasil pengaruh nyata terhadap

Tabel 2. Berat Basah Tanaman, Akar, Daun dan Umbi Tanaman Bawang Merah (Allium cepa var. Bauji) dengan
pemberian pupuk Tricho-Kompos Kotoran Bebek (TKB).*
Perlakuan Berat Basah Tanaman (g) Berat Basah Akar (g) Berat Basah Daun (g) Berat Basah Umbi (g)
Kontrol (-) 2,87±1,99a 0,20±0,15a 0,15±0,16a 0,89±1,02a
ab ab ab
TKB 50 11,86±8,24 0,57±0,23 0,74±0,40 3,67±1,84ab
b b b
TKB 100 15,99±1,38 0,69±0,11 0,97±0,16 5,37±1,76b
ab ab ab
TKB 200 13,25±9,13 0,49±0,08 0,80±0,50 3,58±2,54ab
b ab b
TKB 400 15,96±4,44 0,46±0,09 1,02±0,17 4,40±1,94ab
ab ab ab
Kontrol (+) 4,09±1,87 0,53±0,31 0,36±0,35 0,70±0,70a
Keterangan : *Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan
uji Tukey.

Tabel 3. Berat Kering Tanaman, Akar, Daun, Umbi dan Ratio tajuk/akar Tanaman Bawang Merah (Allium cepa var.
Bauji) dengan pemberian pupuk Tricho-Kompos Kotoran Bebek (TKB).*
Perlakuan Berat Kering Berat Kering Berat Kering Berat Kering Rasio tajuk/akar
Tanaman (g) Akar (g) Daun (g) Umbi (g)**
Kontrol (-) 0,21±0,14a 0,02±0,02ns 0,11±0,10a 0,08±0,09ns 5,50
ab ns ab
TKB 50 1,27±0,77 0,08±0,04 0,79±0,57 0,39±0,24ns 9,88
TKB 100 2,08±0,70ab 0,27±0,35ns 0,91±0,22ab 0,89±0,92ns 3,37
TKB 200 2,33±1,88b 0,10±0,02ns 0,90±0,53ab 1,33±1,36ns 9,00
TKB 400 2,50±0,78b 0,08±0,01ns 1,05±0,29b 1,36±0,78ns 13,13
Kontrol (+) 0,41±1,38ab 0,15±0,04ns 0,26±0,12ab 0,02±0,00ns 1,73
*
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan
uji Tukey.
**
ns: non-signifikan, tidak berperngaruh nyata berdasarkan analisis sidik ragam (Anova).

112
Protobiont (2020) Vol. 9 (2) : 109-116

Tabel 4. Jumlah Umbi (buah) dan Diameter Umbi (mm) Tanaman Bawang Merah (Allium cepa var. Bauji) dengan
pemberian pupuk Tricho-Kompos Kotoran Bebek (TKB).*
Perlakuan Jumlah Umbi Rerata Diameter Umbi
(buah/rumpun) (mm/rumpun)**
a
Kontrol (-) 3,00±2,45 4,71±3,40ns
b
TKB 50 10,00±2,70 5,54±1,33ns
b
TKB 100 9,25±0,96 7,37±2,22ns
b
TKB 200 8,00±2,16 3,09±1,91ns
b
TKB 400 8,00±1,41 5,49±1,91ns
a
Kontrol (+) 2,00±0,81 2,94±2,15ns
*
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan
uji Tukey.
**
ns: non signifikan, tidak berperngaruh nyata berdasarkan analisis sidik ragam (Anova).

Unsur hara N yang diberikan pada konsentrasi pu- memberikan hasil yang baik untuk jumlah daun
puk yang sesuai untuk pertumbuhan suatu jenis bawang merah varietas bauji di tanah gambut.
tanaman akan memberikan pengaruh terhadap pe-
ningkatan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah Pertumbuhan jumlah daun yang baik akan me-
daun. Menurut Wahyudi (2010) unsur N berfungsi mengaruhi berat basah tanaman. Jumlah daun ber-
untuk meningkatkan pertumbuhan batang dan hubungan dengan pengambilan cahaya dan karbon-
daun. Selain itu, Trichoderma yang ada dalam dioksida yang lebih efektif, sehingga laju foto-
tricho-kompos dapat menghasilkan hormon yang sintesis meningkat. Hasil fotosintesis akan dibawa
diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ta- ke bagian vegetatif tanaman yaitu akar, batang,
naman yaitu hormon auksin yang berfungsi me- daun dan umbi yang dapat memengaruhi pertum-
rangsang pemanjangan dan pembesaran sel terma- buhan dan perkembangan tanaman (Rahman et al.,
suk sel–sel meristem apeks pucuk dan primordial 2016).
daun. Menurut Wattimena (1988), auksin berperan
dalam membantu proses pembesaran dan peman- Perlakuan kontrol positif tidak berbeda nyata
jangan sel-sel pada organ vegetatif tumbuhan. dengan semua perlakuan tricho-kompos untuk
parameter berat basah tanaman, akar dan umbi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 100 g (Tabel 2). Hal ini diduga bahwa kandungan N, P
penambahan pupuk tricho-kompos kotoran bebek dan K pada tricho-kompos kotoran bebek setara
menghasilkan jumlah daun bawang merah dengan kandungan N, P dan K pada pupuk anor-
terbanyak yaitu sebesar 19,88 helai (Tabel 1). ganik sehingga memenuhi kebutuhan untuk per-
Kondisi ini disebabkan karena pada perlakuan tumbuhan tanaman bawang merah varietas Bauji.
pupuk tricho-kompos kotoran bebek sebanyak 100 Kandungan fosfor pada pupuk TSP sekitar 44-46
g mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara % dalam bentuk P2O5, pupuk urea mengandung N
makro yang berada didalam tanah terutama unsur tinggi yaitu sekitar 45-46 % sedangkan pupuk TSP
nitrogen dan fosfor sehingga meningkatkan mengandung 60 % K2O. Kondisi ini mengindikasi-
pertumbuihan vegetatif tanaman (jumlah daun). kan bahwa kandungan N, P dan K tersebut mampu
Kotoran bebek didalam tanah mampu mengurai meningkatkan pertumbuhan akar yang digunakan
unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan untuk penyerapan air ke dalam tubuh tumbuhan
tanaman pada proses pertumbuhan. sehingga berat basah meningkat.

Menurut Nyakpa et al., 1998 dalam Supariadi et Nilai C/N yang terkandung dalam pupuk tricho-
al. (2017) proses pembentukan daun dipengaruhi kompos kotoran bebek pada penelitian ini menun-
oleh peranan unsur N dan P. Unsur hara N dan P jukkan bahwa penguraian bahan organik dalam
berperan dalam pembentukan sel-sel baru dan kotoran bebek oleh Trichoderma berjalan dengan
penyusun utama senyawa organic pada tanaman. baik. Menurut Baehaki et al. (2019), penambahan
Tanaman yang kekurangan kedua unsur hara pupuk tricho-kompos yang diberikan telah mampu
tersebut dapat menyebabkan metabolism tanaman menguraikan beberapa unsur hara makro dan
terganggu sehingga proses pertumbuhan daun mikro yang terkandung dalam media tanah dan
menjadi terhambat. Hasil penelitian Supariadi et al. kotoran bebek yang dibutuhkan untuk pertum-
(2017) campuran pupuk kandang sapi dosis 30 buhan bawang merah. Pemberian tricho-kompos
ton/ha dan pupuk anorganik memberikan hasil berfungsi untuk mempercepat penguraian bahan
jumlah daun terbanyak yaitu 16,92 helai. Kondisi organik pada kotoran hewan sehingga hara men-
ini menunjukkan bahwa aplikasi pupuk tricho- jadi tersedia bagi tanaman (Ginanjar et al., 2016).
kompos kotoran bebek konsentrasi 100 g dapat

113
Protobiont (2020) Vol. 9 (2) : 109-116

Berdasarkan uji lanjut Tukey terhadap berat basah Berdasarkan hasil penelitian jumlah umbi ter-
daun, perlakuan 100 g tricho-kompos memberikan banyak yaitu 10 buah/rumpun pada pemberian pu-
hasil yang tidak berbeda nyata dengan 400 g puk tricho-kompos kotoran bebek 50 g tetapi tidak
tricho-kompos (Tabel 2). Kondisi ini me- berbeda nyata dengan perlakuan 100 g tricho-
nunjukkan bahwa unsur hara N, P dan K dalam kompos bebek. Hal ini diduga trichoderma dalam
tricho-kompos 100 g dapat membantu pertum- kompos kotoran bebek mampu memper-cepat
buhan akar bawang merah varietas Bauji sehingga dekomposisi bahan organik sehingga unsur hara
penyerapan air dan unsur hara oleh akar dari tanah mudah diserap oleh tanaman yang mampu
ke bagian tajuk meningkat. Pertumbuhan tajuk meningkatkan perkembangan bakal tunas dalam
yang baik akan menghasilkan berat basah daun setiap umbi tanaman. Hasil penelitian Purbiati et
yang baik. Menurut Gardner et al., (1991), berat al., (2012) yang menggunakan kombinasi pupuk
basah tajuk dipengaruhi oleh pengambilan air oleh dasar kandang ayam dosis 10 ton/ha (90,75
akar tanaman. Apabila tanaman kekurangan air g/polybag) dan pupuk anorganik pada pena-naman
selama pertumbuhan vegetatif maka daun bawang merah, hanya menghasilkan 5,70
ukurannya akan lebih kecil sehingga mem- umbi/rumpun. Apabila dibandingkan dengan apli-
pengaruhi sintesis klorofil begitu sebaliknya. kasi pupuk tricho-kompos pada penelitian ini me-
nunjukkan konsentrasi 50 g atau 100 g pupuk
Berat kering tanaman adalah parameter yang tricho kompos dapat memberikan hasil yang lebih
menunjukkan akumulasi biomassa fotosintesis baik untuk jumlah umbi bawang merah varie-tas
pada masing-masing bagian tanaman (Mahmood et Bauji di tanah gambut.
al., 2002). Perlakuan tricho-kompos hanya
memberikan pengaruh nyata terhadap berat kering Jumlah umbi juga ditentukan oleh faktor genetik
tanaman dan berat kering daun. Berat kering varietas dan ketersediaan unsur hara kalium (K)
tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan tricho- yang mencukupi untuk pembentukan umbi. Kalium
kompos 200 g dan 400 g sedangkan berat kering memiliki peranan yang sangat penting terutama
daun tertinggi diperoleh pada perlakuan tricho- dalam pembentukan, pemecahan dan translokasi
kompos 400 g. Hasil berat kering ini memberikan pati, sintesis protein mempercepat pertumbuhan
pengaruh pada nilai rasio tajuk:akar, dimana rasio jaringan tanaman dan meningkatkan kandungan
tajuk:akar tertinggi sebesar 13,13 diperoleh pada karbohidrat pada umbi bawang merah (Hakim et
perlakuan 400 g TKB (Tabel 3). al., 1986). Menurut Azmi et al., (2011) perbedaan
hasil jumlah umbi berbagai varietas disebabkan
Rasio tajuk akar yang tinggi menunjukkan bahwa karena fenotipik tanaman ditentukan oleh interaksi
bahan organik hasil fotosintesis lebih banyak antara genetik (varietas) dan lingkungan. Varietas
digunakan untuk pertumbuhan atas tanaman yang berdaya hasil tinggi disuatu tempat belum
(tajuk). Menurut Polnaya dan Lesilolo (2012), tentu memberikan hasil yang tinggi di tempat lain.
tingginya rasio tajuk akar disebabkan karena
kemampuan tanaman dalam pendistribusian hasil Semua perlakuan yang diberikan dalam penelitian
fotosintat ke tajuk lebih tinggi daripada ke bagian ini tidak berpengaruh nyata terhadap parameter
akar dan umbi. Hal ini diduga bahwa semakin diameter umbi bawang merah varietas Bauji (Tabel
meningkat jumlah tricho-kompos yang diberikan 4). Unsur hara kalium dalam pupuk tricho-kompos
maka dekomposisi unsur hara oleh Trichoderma diduga belum mencukupi untuk menambah keku-
dalam kompos (tricho-kompos) juga meningkat rangan unsur K dalam media tanah gambut, yang
untuk berat kering. Menurut Baehaki et al. (2019), dibutuhkan untuk pembentukan umbi bawang
meningkatnya berat kering pada setiap perlakuan merah. Menurut Uke et al. (2015) kalium
yang sesuai dengan banyaknya pemberian jumlah merupakan unsur hara esensial yang diperlukan
tricho-kompos, hal ini menunjukkan jumlah unsur tanaman, kalium berperan sebagai katalisator
hara yang tersedia bagi tanaman adalah hasil dalam perubahan protein menjadi asam amino,
penguraian Trichoderma didalam kompos yang pemecahan dan translokasi pati serta meningkatkan
meningkat. Hasil dekomposisi tesebut akan dapat kandungan karbohidrat pada bawang merah.
mempengaruhi jumlah hasil fotosintat yang dapat Menurut Woldetsadik (2003) dalam Entaunayah et
ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman. al. (2015) kalium yang diperlukan dalam perkem-
bangan umbi umumnya diserap oleh tanaman
Jumlah umbi per rumpun pada semua perlakuan umbi-umbian dalam jumlah yang banyak jika
konsentrasi tricho-kompos kotoran bebek membe- dibandingkan dengan unsur nitrogen.
rikan hasil yang tidak berbeda nyata (Tabel 4).

114
Protobiont (2020) Vol. 9 (2) : 109-116

DAFTAR PUSTAKA Polnaya, F & Lesilolo, MK, 2012, ‘Pengaruh


Konsentrasi Pupuk Green Tonik dan Waktu
Azmi, C, Hidayat, IM & Wiguna, G, 2011, ‘Pengaruh Pemberian Pupuk Terhadap Pertumbuhan Bibit
Varietas dan Ukuran Umbi Terhadap Kakao (Theobroma Cacao L.)’, Jurnal Budidaya
Produktivitas Bawang Merah’, J. Hort, vol. 21, Pertanian, vol. 8, no. 1, hal. 31-38
no. 3, hal. 206-213
Purbiati, T, 2012, ‘Potensi Pengembangan Bawang
Baehaki, A, Muchtar, R & Nurjasmi, R, 2019, ‘Respon Merah di Lahan Gambut’, Jurnal Litbang
Tanaman Bawang Merah Terhadap Dosis Pertanian, vol. 31, no. 3, hal. 113- 118
Trichokompos’, Jurnal Ilmiah Respati, vol. 10,
no. 1, hal. 28-34 Rahayu, E & Berlian, N.V.A, 2004, Bawang Merah,
Mengenal Varietas Unggul dan Cara Budidaya
BB Litbang SDLP (Balai Besar Penelitian dan Secara Kontinyu, Penebar Swadaya, Jakarta
Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian),
2008, Laporan Tahunan 008, Konsorsium Rahman, AS, Nugroho, A & Soeslistyono, R, 2016,
Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim ‘Kajian Hasil Bawang Merah (Allium
pada Sektor Pertanian, Balai Besar Penelitian Ascalonicum L.) di Lahan dan Polybag dengan
dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pemberian Berbagai Macam dan Dosis Pupuk
Pertanian, Bogor Organik’, Jurnal Produksi Tanaman, vol. 4, no.
7, hal. 538-546
Entaunayah, N, Barus, H & Adrianton, 2015, ‘Tanggap
Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah Rangkuti, NPJ, Mukarlina & Rahmawati, 2017,
(Allium ascalonicum L.) Varietas Lembah Palu ‘Pertumbuhan Bayam Merah (Amaranthus
pada berbagai Ukuran Umbi dan Dosis Pupuk tricolor L.) yang diberi Pupuk Kompos Kotoran
Kalium’, Agroland, vol. 22, no. 2, hal. 106-113 Kambing dengan Dekomposer Trichoderma
harzianum’, Protobiont, vol. 6, no.3, hal 18-25
Fatmawaty, AA, Ritawati, S & Said, LN, 2015, Sastrosupadi, A, 2002, Rancangan Percobaan Praktis
‘Pengaruh Pemotongan Umbi dan Pemberian Bidang Pertanian, Kanisius, Yogyakarta
beberapa Dosis Pupuk Npk Majemuk terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah Sihombing, C, Setiado, H & Hasyim, H, 2013,
(Allium ascolanicum L)’, Agrologia, vol. 4, no. ‘Tanggap Beberapa Varietas Bawang Merah
2, hal. 69-77 (Allium Ascalonicum L.) Terhadap Pemberian
Trichoderma sp’, Agroeko-teknologi, vol. 1, no.
Gardner, PF, Pearce, RB & Roger LM, 1991, Fisiologi 3, hal. 385-395
Tanaman Budidaya, UI-Press, Jakarta.
Siregar, R, S, Zulia, C, & Safruddin, 2018, ‘Pengaruh
Ginanjar, A, Yetti, H & Yoseva, S, 2016, ‘Pemberian Pemberian Dosis Trichoderma sp. dan Jenis
Pupuk Trichokompos Jerami Jagung terhadap Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan
Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah Produksi Tanaman Kacang Panjang (Vigna
(Allium Ascalonicum L.)’, JOM Faperta, vol.3, sinensis L.)’, Bernas Agricultural Re-search
no.1, hal. 1-11 Journal, vol. 14, no. 2, hal. 21-34

Hakim, N, Nyakpa, MY, Lubis, AM, Nugroho, SG, Supariadi, Yetti, H & Yoseva, S, 2017, ‘Pengaruh
Saul, MR, Diha MA, Hong, GB & Bailey, HM, Pemberian Pupuk Kandang dan Pupuk N, P dan
1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Universitas K Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Lampung, Bandar Lampung. Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)’, JOM
Faperta, vol. 4, no. 1, hal. 1-12
Herlina, L, 2009, ‘Potensi Trichoderma harzianum
sebagai Biofungisida pada Tanaman Tomat’, Syamsi, A, Nelvia & Puspita, F, 2015, ‘Respon Bawang
Biosaintifika, vol.1, no. 1, hal. 62-69 Merah (Allium Ascalonicum. L) terhadap
Pemberian Trichokompos TKKS Terformulasi
Irwandi, 2000, Metode Pembibitan Tanaman Kakao, dan Pupuk Nitrogen pada Lahan Gambut’,
PAU-IPB, Bogor Jurnal Photon, vol.6, no. 1, hal. 5-13

Mahmood, MM, Farooq, K, Hussain, A & Sher, R, Toruan, SMCL, Mukarlina & Lovadi, I, 2015,
2002, ‘Effect of Mulching On Growth And Yield ‘Pertumbuhan Bayam Kuning (Amaranthus
Of Potato Crop’, Asian J. of Plant Sci, vol. 1, no. blitum) dengan Pemberian Pupuk Organik Cair
2, pp. 122-133 Tumbuhan Paku Acrosthicum aureum,
Nephrolepis biserrata, dan Stenochlaena
Majid, A, Miharjo, PA & Usmadi, 2014, IbM Produksi palustris. Jurnal Protobiont, vol.4, no. 1, hal.
Biopestisida Trichoderma Harzianum di Pusat 190-196
Pemberdayaan Agens Hayati (PPAH) Ambulu
Jember, Universitas Jember, Jember

115
Protobiont (2020) Vol. 9 (2) : 109-116

Uke, KHY, Barus, H & Madauna, IS, 2015, ‘Pengaruh Wahyudi, 2010, Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran,
Ukuran Umbi dan Dosis Kalium terhadap Agro Media Pustaka, Jakarta
Pertumbuhan dan Hasil Produksi Bawang Merah
(Allium Ascalonicum L.) Varietas Lembah Palu’, Wattimena, GA, 1998, Zat Pengatur Tumbuh Tanaman,
Agrotekbis, vol. 3, no. 6, hal. 655–661 Lembaga Sumber Daya Informasi IPB, Bogor

Usman, MA, Anwar, S & Purbajanti, E.D, 2012, Wibowo, S, 2009, Budidaya Bawang: bawang putih,
‘Serapan Nitrogen dan fosfor Tanaman Eceng bawang merah dan bawang bombay, Penebar
Gondok Sebagai Sumber Daya Pakan Swadaya, Jakarta
Pada’’Perairan” Yang Mendapatkan Kotoran
Itik’, Animal Agriculture Journal, vol.1, no. 1,
hal. 797-805

116

Anda mungkin juga menyukai