Pelanggaran hak cipta ini terjadi ketika ada seseorang yang melanggar hak moral dan/atau hak
ekonomi dari pencipta karya. Dimana hak moral ini berkaitan dengan hak yang melekat seumur
hidup pada pencipta karya untuk mempertahankan integritas dan/atau memberikan atribusi
terhadap ciptaannya.
Sedangkan hak ekonomi adalah hak yang dimiliki pencipta karya untuk menikmati segala manfaat
ekonomi yang diperoleh atas ciptaan tersebut.
Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UU Hak Cipta, yang termasuk dalam contoh tindakan pelanggaran
terhadap hak moral dari hak cipta adalah sebagai berikut:
1. Tidak mencantumkan nama atau pencipta atau nama alias pencipta atas penggunaan
ciptaannya, contohnya mengupload foto hasil jepretan milik orang lain tanpa menyertakan
sumber dan/atau nama pemilik foto;
2. Mengubahan anak judul ciptaan, contohnya seorang penyanyi yang mendapatkan izin untuk
mennyayikan kembali lagu lawas, tetapi ia melakukan perubahan judul lagu;
3. Mengubah ciptaan sesuai dengan kebutuhan masyarakat baik melalui distorsi, mutilasi,
modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan diri atau reputasi pencipta; contohnya
seorang pengrajin batik yang menjiplak produk karya orang lain namun ternyata dengan
kualitas yang tidak sesuai.
Pelanggaran Terhadap Hak Ekonomi
Tindakan yang termasuk melanggar hak ekonomi adalah seseorang yang melaksanakan hak ekonomi
pencipta tanpa sepengetahuan atau seizin pencipta.
Berikut adalah contoh pelanggaran hak ekonomi sesuai dengan Pasal 9 ayat (1) dan 113 UU Hak
Cipta:
Sejatinya, UU Hak Cipta tidak secara tersurat menentukan sanksi yang dapat dikenakan atas
pelanggaran hak moral. Akan tetapi, dalam “Modul Kekayaan Intelektual Tingkat Dasar Bidang Hak
Cipta edisi 2020” menyatakan bahwa untuk menggugat orang yang sengaja melanggar hak moral,
maka pencipta dapat melakukan tuntutan atas ganti rugi terhadap pelanggaran tersebut ke
Pengadilan Niaga.
Sedangkan untuk pelanggaran hak cipta yang dilakukan terhadap hak ekonomi, sudah diatur sanksi
pidananya berdasarkan Pasal 72 UU Hak Cipta, yakni: