Anda di halaman 1dari 14

SKENARIO FILM MANTERA BARU

Draft 2.7

Ide Cerita dan Supervisi : Dimas ARIsandi


Penulis : Febrianiko Satria & Rachmat Hidayat
SCENE 1 : INT-EXT. SIANG. DAPUR-CAST : BAPAK DAN EMAK

BAPAK dan Emak sedang duduk melakukan aktifitas memasak air nira untuk di jadikan gula
merah, bapak dan emak secara bergantian mengaduk wajan yang berisi air nira yang di rebus.
Emak sesekali memperbaiki kayu bakar yang di gunakan. Emak sesekali mmengelus
pinggang, perutnya besar tanda hamil. Bapak melirik dan tersenyum. Bapak mengambil kayu
bakar untuk di masukkan ke tungku untuk mengganti kayu bakar yang telah habis. Kemudian
air nira yang sudah mengental diangkat wajannya, bapak dan emak secara Bersama
memasukkan air nira yang mengental kedalam cetakan gula aren. Tampak gula aren
berbentuk bundar.

CROSS CUT CETAKAN AREN KE GELAS KOPI

SCENE 2 : INT-EXT. NIGHT. KAFE-CAST : RACHMAN DAN REKAN BISNIS

Tampak gelas di meja berbentuk bundar. Tangan rahman mengangkat gelas. Mulut rahman
mulai menyeruput minumannya. Tampak rahman dan siska berbincang

RACHMAN
aroma dan rasanya beda ya, lebih aromatic
dan nggak begitu manis

SISKA
nah inilah kopi gula aren, warisan budaya
pangan kita yang telah di akui dunia.
(tersenyum). Namun sekarang
keberadaannya sudah mulai langka, banyak
petani aren yang sudah beralih ke tanaman
lain yang lebih populer dipasar. Ehmm
(berdehem).. maaf maaf malah kemana
mana.. jadi apa yang bisa saya bantu pak ?

RACHMAN
Jadi gini Siska. Saya di sini butuh bantuanmu
mengenai masalah perusahaan kami.

SISKA
Ada masalah apa itu, Pak?

RACHMAN
Saya butuh tambahan modal untuk
mengembangkan perusahaan perkebunan saya.
Bisakah kamu membantu saya untuk mencari
investor. Tolong lah saya sekali ini. Saya akan
memberikan komisi yang lumayan jika kamu
berhasil. (mencoba memegang tangan siska)

SISKA
1
Siska hanya terdiam, sambil melirik kearah
tangannya yang dipegang rahman.

Tampak dekat tangan rahman memegang tangan sinta.

CUT TO

SCENE 3 – EXT. DAY. KEBUN AREN – PAGI CAST AYAH DAN AMIN
FLASHBACK

(POV SHOT)Tampak tangan kecil amin digandeng oleh emak, emak melihat kearah amin
dan tersenyum. Terdengar suara ayah memanggil amin dari atas pohon, amin menoleh kearah
ayah. Ayah berpesan ke amin dari atas pohon.

Ayah
oi anak ku.. besok kalau bapak sudah
dakdo, kau harus biso nyanyikan mantera
perayu pohon iko... Tolong jagolah
pohonnyo yo ! (lalu memulai mantera).
Oiiii Anak itik betali rumbe. Rumbe betali
pisau raut. Aik setitik jadi sungai. Sungai
jadi aik lautan..
Tonggak tigo gedang aik lagi panjang lagi
berurai..
ikat janji ingkar janji ditumbang gajah
seberang lautan. (diulang)

Bapak mulai memukul mukul pohon dengan tongkat pemukul khas penyadap aren, dan
kemudian bersenandung sambil menggoyang dahan aren. Amin memalingkan wajah kearah
emak, tampak emak sedang memejamkan mata menikmati senandung ayah. Kemudian amin
memalingkan pandangan ke arah ayah lagi.
CUT TO

SCENE 4. EXT. DAY. KEBUN AREN CAST. AMIN, DAN MAK

Tampak dari dekat amin sedang bersenandung mantera di atas pohon. Terdengar suara emak
dari bawah pohon.

MAK
Oi lup, turun lah lagi, jangan di pakso, la
tuo batang tu

AMIN
bentar MAK,dikit lagi (jawab AMIN
kecewa)

AMIN terus bernyanyi dan memukul mukul pohon aren. Tampak luas perkebunan kelapa
sawit yang mengapit pohon- pohon aren milik keluarga amin.

CUT TO
2
SCENE 5. INT MOBIL. DAY. CAST RACHMAN DAN ARI

RACHMAN dan ARI di dalam mobil menyusuri perkebunan sawit, dari radio terdengar
berita yang membicarakan tentang dampak negative sawit, RACHMAN risih mendengarkan.

PEWARTA

Pemirsa, konflik agrarian yang terjadi di desa


Baya antara warga dan perusahaan PT SSD
sebagai efek dari Perluasan lahan perkebunan
kelapa sawit pada akhirnya akan
mengkonversi kawasan hutan dan lahan,
Sehingga akan menyebabkan degradasi lahan
dimana lahan mengalami penurunan
produktivitas. Saat ini kasusnya sedang dalam
tahap penyidikan oleh tim kepolisian.

Rachman merasa rishi mendengar acara dialog di radio. Rachman lalu


menyuruh Ari untuk mengganti siarannya.

RACHMAN
Ri ganti chanel radionya, sok paling bener aja
ngomongin lingkungan hidup

ARI
Siap bos

Ari mengganti chanel dengan lagu dangdut “duit” by AMRI MUSH. Kemudian ARI melihat
ke arah luar kaca merubah wajah dari kesal menjadi tersenyum.

CUT TO

SCENE 6. EXT KEBUN AREN. DAY – CAST RACHMAN, MAK AMIN, ARI DAN
AMIN

DARI jauh terdengar suara mobil semakin dekat masuk kedalam perkebunan, tak lama mobil
berhenti di depan perkebunan MAK . Dari dalam mobil keluar ARI yang kemudian
membukakan pintu mobil untuk RACHMAN, RACHMAN keluar sambal memegang helm
kuning lalu memakainya dari belakang serta memegang map yang berisi dokumen-dokumen
penting.

RACHMAN
assalamualaikum, maaf bu, dengan ibu AMIN
ya

MAK
waalaikumsalam, ha iyo benar, bapak ni siapo?
(membersikan tangan dan berjabatan tangan)

3
RACHMAN
ini bu saya RACHMAN dari PT. Sinar Sawit
Dunia, maksud dan tujuan saya kesini untuk
memberi penawaran membeli tanah ibu
kebetulan tanah ibu AMIN sudah di kelilingi
perkebunan perusahaan saya jadi perusahaan
saya ingin menggenapi luas perkebunannya”

MAK
Oh ini gawe yang beli kebun orang dusun ni,
emang berapo hargo tanah sayo pak”

RACHMAN
Ini bu menurut data saya ibu ada 8 tumbuk,di
setiap tumbuknya dihargai 5 juta sudah
termasuk pohon-pohon di atas nya, gimana
bu?

MAK
alangkah murahnyo dek, naik in lah lagi, tanah
ni lah warisan almarhum suami sayo pak, kalo
biso naikan lah lagi

RACHMAN
begini bu, ini udah harga penawaran paling
tinggi di antara orang dusun sini yang kami
beli kalo emang ibu berminat ibu bisa pakai
uang hasil penjualan untuk buka usaha lain,
lagian tanah ibu sudah di kelilingin
perkebunan sawit cepat atau lambat pohon
aren di sini pasti mati.(sambil melihat
sekliling)

MAK
udahlah jangan ngajari aku, baliklah kamu tu !

RACHMAN dengan wajah kesal meninggalkan MAK AMIN. Ketika berjalan RACHMAN
melihat AMIN yang sedang bernyanyi di atas pohon aren.

RACHMAN
Oy lup, ngapo kau masih nyanyi lagu tu,
lah ganti nyanyiannyo. Zaman sekarang ni
lagunyo ; duit duit. Duit duit... (sambil
sedikit menyanyikan lagu dangdut dengan
judul duit pencipta endang kurnia)

AMIN tidak menghiraukan perkataan RACHMAN. RACHMAN senang usai menganggu


AMIN melanjutkan masuk kedalam mobil.

CUT TO
4
SCENE 7. INT MOBIL PERKEBUNAN. DAY. CAST RACHMAN, ARI

Sambil mobil berjalan terdengar suara radio memutar reff lagu duit by AMRI MUSH.
RACHMAN memandangi perkebunan sawit dari dalam mobil dengan penuh harap
perkebunan ini akan menjadi besar, lamunan RACHMAN terhenti oleh suara klakson mobil
yaang di bawa ARI . Di luar mobil tampak para warga yang sedang blokade jalan sedang
berdebat dengan 2 karyawan perkebunan.

RACHMAN
Ada apa lagi ini kok bisa ada demo ri?
(wajah kesal RACHMAN memandang ke
luar mobil)

ARI
Itu pak warga sini yang di janjiin
perkerjaan dari perusahan kita.

RACHMAN
Kamu urus ri,jelasin sama mereka kita
lagi mendata warga warga yang
terdampak dari perusahaan kita.

ARI
Siap pak. (memegang pintu mobil)

RACHMAN
Satu lagi ri bilang sama mereka, kita akan
adakan hiburan malam besok

ARI keluar dari mobil lalu menutup pintu mobil, terlihat ARI berbincang dengan pendemo
tak lama pendemo mulai tenang, ARI kembali masuk ke dalam mobil .

RACHMAN
Gimana ri? Aman?

ARI
Aman pak, tapi bener ya pak kalo mereka
bakal dapat perkerjaan di perusahaan kita?
(ARI klakson para pendemo)

RACHMAN
Itu dia saya juga bingung ri, setiap saya Ingin
memasukan karyawan dari warga sini selalu
saja ada titipan-titipan gitu. Tau sendiri kan
Kalo titipan itu dak saya terima bisnis saya
bisa bahaya. Udah, kita kekantor saja dulu.
Pusing ri!

ARI
5
Siap pak. (mengangguk melihat spion atas)

RACHMAN dan ARI melanjutkan perjalanan ke kantornya.

CUT TO

SCENE 7B. EXT. PERKEBUNAN KELAPA SAWIT. CAST : PENDEMO, ARI,


RAHMAN.
Ari berusaha menenangkan pendemo. Ari menyampaikan pesan dari pak rachman.

ARI
Bapak-bapak sekalian harap tenang dulu ya. Nanti keluhannya akan saya sampaikan. Yang
jelas nanti malam ada pesta dangdutan oleh perusahaan untuk kita semua ya.
Cut to

SCENE 8. EXT PERKEBUNAN DAY CAST MAK DAN AMIN

AMIN masih di atas pohon sembari terus bernyanyi dan memukul aren , beberapa setelah itu
AMIN melihat jerigen yang masih kosong AMIN terus menerus melakukan kegiatan yang
sama. AMIN mengelap keringat nya lalu melihat EMAK yang masih memotong rumput di
bawah.

AMIN
MAK MAK MAK, lah benar belum aku ni
besyair?

EMAK
Udahlah ,turunlah lagi

AMIN
Aidah macam manolah lagi caroe biak aek ko
keluar

AMIN berfikir keras bagaimana cara mengeluarkan air aren tanpa mempedulikan MAK di
bawah

EMAK
Turun lah min, payo kito balik lagi

AMIN
Iyolah MAK
(AMIN turun pelan sambil berfikir)

AMIN pun turun dan pergi besama MAK meninggalkan perkebunan.

CUT TO

SCENE 9. INT KAMAR ARI NIGHT CAST ARI DAN MAK

6
AMIN berbARIng di kamar sambil berfikir bagaimana cara mengeluarkan air aren. DARI
luar rumah terdengar suara musik dangdut “DUIT” by AMRI MUSH yang mengganggu
AMIN, AMIN menutupi bantal tak lama terdengar suara MAK dARI luar memanggil AMIN.

MAK
Min ngapo dalam kamar terus, mending ke
kebun sawit tu na ado acara, sekalian antar
pesanan kue ni

AMIN
Haa acara apo tu MAK

MAK
Acara untuk kampung kito dari orang sawit,
pegi lah

AMIN
Iyolah MAK

AMIN pun bangun dari tempat tidur dan bergegas pergi ke pesta rakyat, AMIN menghampiri
MAK yang sedang melihat lihat berkas sertifikat, AMIN kemudian pamit.

AMIN
Pegi MAK, assalamualaikum

MAK
Waalaikum salam, jangan balik malam nian
yo.

CUT TO

SCENE 10a. EXT RAKYAT NIGHT CAST AMIN, BIDUAN DAN EXTRAS
PENONTON

Terdengar suara musik “DUIT” by AMRI MUSH dari kejauhan AMIN berjalan dengan
memegang kotak kue, warga warga pun lewat mengarah ke pesta rakyat, AMIN bediri tak
jauh dari pesta rakyat AMIN berdiri melihat biduan bernyanyi, tiba lah panitia dan AMIN
memberikan kue kepada panitia.

AMIN
Bang ko ha titipan EMAK

Panitia
Ha Iyo min, Makasih bilang EMAK, mano
EMAK kok dak datang?

AMIN
Dak tau bang tadi EMAK lagi sibuk bongkar
bongkar lemari.

7
Tiba tiba dari belakang datang seorang warga yang mabuk yang membawa AMIN naik ke
atas panggung sambil berjoget, sampai di atas AMIN diam melihat keliling sambil melihat
satu satu ekspresi terhanyut para warga yang berjoget memejamkan mata, AMIN teringat
akan peristiwa MAK yang memejamkan mata ketika ayahnya melantunkan mantra pohon
aren. Suasana seMAKin heboh dengan dipancing biduan.

Biduan
(bernyanyi lagu “DUIT” by AMRI MUSH,
kemudian mulai berbicara) Sawerannyo
tambah bang, ayo bang lebih heboh lagi
jogetnya bang.

AMIN melihat ke sekeliling, Amin yang terdesak maju ke dekat panggung kemudian
mengambil mic dari tangan biduan yang sedang asyik bergoyang dengan para tamu pria.
Amin kemudian melarikan diri menuju pohon aren.Biduan tidak menyadari, tapi beberapa
waktu kemudian dia menyadari bahwa mic yang dia pegang dari tadi tidak lagi dia pegang.
Biduan menjadi panik lalu meminta tolong para penonton untuk mencari micnya tetapi tidak
diperdulikan penonton sama sekali.

BIDUAN
Perhatian Bapak-Bapak semua, interupsi
bapak-bapak mic saya hilang. Ada yang
mencuri mic saya. Saya minta tolong siapapun
yang mencuri mic saya segera kembalikan mic
saya.

Tiba tiba terdengar suara cempreng seorang anak yang bernyanyi dangdut dari kejauhan.

CUT TO

SCENE 10b. EXT NIGHT KEBUN AREN CAST AMIN.

AMIN datang berlari membawa microphone. AMIN memanjat pohon aren. Sesampainya
diatas Amin menghidupkan mic. AMIN bernyanyi mengikuti lagu dangdut “DUIT” by AMRI
MUSH yang barusan saja dia dengar, sambil memukul mukul pelapah aren yang digantungin
diregen dengan pemukul khas penyadap aren yang selalu dia bawa.

AMIN
(Bernyanyi)

Amin lalu melihat ke tandan dan derigen. Tampak tandan dan dirigen kosong yang berkilau
disinari sinar rembulan yang sedang purnama. Amin begitu kecewa karena tidak ada
sedikitpun air keluar dari tandan. Amin lalu turun dari pohon dan berjalan dengan lunglai.

CUT TO

SCENE 11. EXT. DAY. LAPANGAN UPACARA. CAST: AMIN, 20 ORANG


EKSTRAS PESERTA UPACARA

8
Tampak hari itu matahari bersinar terik. Tampak suasana upacara bendera di hari senin di
sebuah sekolah. Upacara telah sampai pada tahap pengibaran bendera merah putih dan
menyanyikan lagu Indonesia raya. AMIN berdiri di barisan dua dari depan. AMIN melihat
sekeliling tampak teman temannya banyak memejamkan mata sambil menyanyikan lagu
Indonesia raya. Tiba tiba AMIN teringat peristiwa MAK yang memejamkan mata ketika
mendengarkan ayah bersenandung mantra aren. AMIN tersadar oleh suara kepala sekolah
yang menjadi pembina upacara memberikan amanatnya di depan barisan.

KEPALA SEKOLAH
Pahlawan...! Para pahlawan kita telah berusaha
mati-matian agar bendera merah putih bisa
berkibar. Mereka mengorbankan jiwa dan
raganya agar lagu Indonesia raya bisa
terdengar di seluruh Nusantara. Maka dari itu
tugas anak-anak sebagai generasi penerus
bangsa adalah mengisi kemerdekaan.
Merdeka!!!

AMIN memperhatikan dengan sangat teliti penjelasan dari Pembina Upacara. Penjelasan dari
Pembina upacara terasa membekas dalam diri AMIN.

CUT TO

SCENE 12. EXT. DAY. KEBUN AREN. CAST: AMIN

AMIN baru saja pulang dARI sekolah. Kebetulan pada hARI itu hARI senin sehingga
dia menggunakan topi dasi dan seragam sekolah merah putih. Dia teringat dengan upacara
bendera tadi di sekolah jadi dia ingin mencoba melakukan upacara bendera untuk pohon itu.
AMIN mengambil posisi bersiap seolah-olah menjadi komandan upacara untuk dirinya
sendiri

AMIN
Hormat, gerak!

AMIN lalu mengambil posisi hormat ke pohon aren itu seolah-olah pohon itu adalah tiang
bendera. Dia melakukannya dengan sangat serius. Selesai hormat dia menurunkan tangannya.

AMIN
Tegak, gerak!

Selesai hormat bendera, AMIN segera berlari dan memanjat pohon aren itu. Setelah sampai
dia menyanyikan lagu Indonesia Raya stanza II sembari memukul-mukul pohon itu

AMIN
Indonesia Tanah Yang Mulia, Tanah Kita yang
Kaya, Di sanalah Aku Berdiri, Untuk Slama-
lamanya,
Indonesia Tanah Pusaka, Pusaka Kita
Semuanya, MARIlah kita Mendoa, Indonesia
Bahagia,
9
Suburlah Tanahnya, Suburlah Jiwanya,
Bangsanya, Rakyatnya, Semuanya.
Sadarlah Hatinya, Sadarlah Budinya, Untuk
Indonesia Raya.

Setelah selesai bernyanyi dia menggesekkan ujung tandan dengan parang namun tak kunjung
air aren itu menetes. AMIN lalu turun dari pohon aren itu dengan wajah kecewa. Dia lalu
pulang ke rumahnya dengan lunglai. Tampak tandan yang telah dipotong berkilau karena
sinar matahari yang terik.

CUT TO

SCENE 13. INT. DAY. RUMAH AMIN. CAST: MAK DAN DUA DEBT COLLECTOR
Saat Amin sedang sekolah, datanglah debt collector ke rumah Amin. Mereka datang hendak
menagih hutang keluarga Amin yang tidak kunjung lunas.

MAK
Ngapoin kalian pagi-pagi datang ke siko? Kan
sudah ku bilang aku belum ado duit untuk
bayarnyo.

DEBT COLLECTOR 1
Namanya hutang itu wajib dibayar. Sekarang
kau tinggal pilih be mau rumah kau kami
bakar atau kau bayar hutang kau?

MAK
Ampunlah, Pak. Janganlah rumah sayo ini di
bakar, Pak. Sayo janjilah, Pak besok langsung
sayo bayar, Pak.

DEBT COLLECTOR 1
Besok ke besok. Omongan kau ni biso
dipegang dak?

MAK
Sayo janjilah, Pak besok sayo bayar
hutangnyo. Besok pasti adolah duitnyo.
DEBT COLLECTOR 1
Nah besok awas be kalau kami ke sini duitnyo
masih belum ado. Kami bakar rumah nih
kagek kalau masih belum bayar jugo.

Sekelompok Debt Collector itu lalu pergi dari rumah Amin. Amin datang ke heranan melihat
Maknya menangis.

SCENE 14. INT. NIGHT. KAMAR. CAST: AMIN DAN MAK

10
AMIN masih tertidur pulas di kamarnya. MAK AMIN masuk ke dalam kamar
membangunkan AMIN yang masih terlelap tidur. MAK berusaha membangunkan AMIN
dengan susah payah.

MAK
Min bangun. Bentar lagi subuh. Solatlah kau
lagi abis tu antar kue.

AMIN menggeliat. MAK terus berusaha membangunkan AMIN. Beberapa saat kemudian
AMIN bangun dARI tidurnya. Dia langsung bersiap mengambil sarung dan peci lalu pergi
berangkat untuk solat ke masjid.

CUT TO

SCENE 15. E/I.NIGHT. MASJID. CAST: AMIN DAN 10 ORANG EKSTRAS


JEMAAH MASJID

Suara beduk terdengar, masjid masih sepi. AMIN duduk didalam masjid sambil melihat
kedepan. Setelah beduk selesai dipukul, muazin yang berdiri mulai melantunkan azan subuh.
Dibelakang muazin tersebut nampak seorang kakek tua duduk membungkuk. AMIN
memperhatikan kakek tersebut. Tampak kakek itu memejamkan matanya sambil terus
membungkuk. AMIN melihat kearah muazin yang melantunkan azan. AMIN teringat kepada
ayahnya yang sedang melantunkan matera pohon aren.

CUT TO

SCENE 16. INT. NIGHT. RUMAH AMIN. CAST: MAK.

MAK duduk termenung di dalam kamarnya. Matanya jauh menerawang jauh. MAK lalu
membuka lemari dan mengeluarkan sertifikat tanah miliknya. MAK memegang sertifikatnya
begitu lama dan menoleh kemar amin yang di dalamnya tergantung seragam sekolah amin
dan symbol Pancasila yang miring.

CUT TO

SCENE 17. EXT. DAY. KEBUN AREN. CAST: MAK, AMIN, RACHMAN, 4
KARYAWAN MENGUKUR TANAH, 1 TUKANG MEMBAWA SINSO.

Pagi tiba, beberapa orang karyawan sawit tampak sedang mengukur tanah, tampak satu
petugas duduk sembari memegang sinso. Sementara itu Pak RACHMAN tampak sedang
berbicang dengan Bu AMIN.

RACHMAN
Terima kasih karena Ibu sudah sepakat
menjual tanah Ibu dan pohonnya ke kami.
Silakan tanda tangan perjanjian jual beli ini
sebagai bukti.

11
MAK AMIN mengambil berkas perjanjian jual beli tanah dari RACHMAN dan
menandatanganinya. Setelah ditandatangani, RACHMAN menyerahkan segepok uang dalam
amplop coklat.

MAK AMIN
Terima kasih, Pak.

RACHMAN lalu memberikan kode kepada anak buahnya untuk menebang pohon itu. Sinso
dihidupkan dan bergerak untuk menebang pohon aren. Tampak dekat satu pohon roboh
terpotong sinso.

CUT TO

SCENE 18. INT-EXT. DAY. RUMAH AMIN. AMIN.

AMIN sedang bersiap siap memakai seragam sekolah dan atribut lengkapnya. Setelah selesai
bersiap dia ingin pamit ke MAK, tapi MAK tidak ada dirumah.

AMIN
MAK... MAK (sambil mencari-cari) ai dimano
EMAK ni yo?

Tiba tiba terdengar suara sinso dan kemudian di ikuti suara batang roboh dari kejauhan.

AMIN
jangan-jangan! (expresi serius)

Setelah mengambil kayu pemukul khas penyadap aren, AMIN berlari keluar rumah menuju
asal suara.

CUT TO

SCENE 19. EXT. DAY. KEBUN AREN. CAST: MAK, AMIN, RACHMAN, 4
KARYAWAN MENGUKUR TANAH, 1 TUKANG MEMBAWA SINSO.

Tampak sinso dengan ganasnya memotong batang pohon. Beberapa pohon telah rubuh.
Tinggal batang terakhir yang sering dinaiki AMIN. Tampak pisau sinso mendekati batang
tiba-tiba AMIN berlari sambil berteriak.

AMIN
Oiii, jangan tebang oi...jangan tebang oi..
(sambil mendorong orang yang memegang
sinso ke belakang dan mengacungkan pemukul
khas penyadap aren keorang orang tu)

Setelah berhasil mendorong orang itu AMIN kemudian memanjat pohon itu. Sampai diatas
AMIN mulai memukul mukul dahan yang telah dipotong yang dibawahnya ada derigen,
sambil melantunkan azan. Sesekali ia melihat kearah derigen yang masih saja kosong, air
masih saja tak menetes. Orang orang hanya bisa melihat tanpa mengeluarkan sepatah kata
12
pun, orang yang memegang sinso melirik kearah bos sawit sambil menunjukan gestur
bertanya, bos sawit hanya menggelengkan kepala. Tampak Emak bingung sambil melihat
kerah AMIN diatas pohon dan kemudian melihat kearah kontrak ditangannya yang telah
ditanda tangani. AMIN terus memukul pohon tanpa berhenti. semakin lama pukulannya yang
awalnya kuat menjadi lemah. Suara azan yang awalnya nyaring dan cepat, perlahan-lahan
berhenti. Tampak AMIN terengah-engah.

SELESAI.

13

Anda mungkin juga menyukai