Anda di halaman 1dari 6

Menanam Batu Bara

Alam yang terus saja menua dan kian rusak oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Tak ada yang
lebih penting dari uang.

Bagian 1

Suasana panggung redup. Di panggung ada sepasang petani dalam sebuah rumah tua yang kurang
layak untuk di huni. Pak Arman dan Bu Tina

Arman : “alhamdulillah sawah kita tidak kekurangan air,padinya juga sudah mulai tinggi,
semogananti hasil panennya juga bagus (duduk menikmati kopi buatan sang
bu”,ya
istri,melepas lelah setelah seharian di sawah)

Tina : “Iya alhamdulillah pak” (duduk di samping suaminya, memegang topi) tani suaminya

Arman : “Oiya bu, Tadi bapak liat ada beberapa orang mengamati lingkungan di sekitar sawah
kita bu. Mereka memegangs kerta
dan menunjuk kesana kemari. Sepertinya
mereka
orang-
orang kaya,tapi untuk apa mereka ada disanabertanya
ya bu?” (kepada istrinya
sambil sesekali menyeruput kopinya), ia penasaran dengan b
orang-orang
er jas hitam
menggunakan helm kerja dan memegang kertas sambil menunjuk
emari kesana
yang k

ia lihat tadi.

Tina : “Sudahlah pak itu urusan mereka, ayo kita masuk makan pak” (lekas berdiri dan
mengajak suaminya masuk makan .malam)

Mereka masuk untuk makan malam. Panggung kembali gelap

Bagian 2

Di sebuah ruang rapat. Ada Pemerintah dan Asistennya yang sedang rapat dengan pihak perusahaan tambang
batubara. Mereka saling berjabat tangan dan memulai pembicaraan.

Pengusaha : “Terima kasih atas waktunya pak. Kami butuh 100 hektare lahan untuk awal membuka
pertambangan, kalau nanti hasilnya banyak kami akan memperluas lagi” ( sambil mengajukan
secarik kertas yang berisi perjanjian/izin)

Pemerintah : “Tapi di daerah itu ada banyak sawah dan rumah-rumah warga. Bagaimana pekerjaan dan tempat
tinggal mereka pak?” bertanya tentang nasib warga yang berada di daerah tersebut.

Pengusaha : “Tenang pak kami sudah menyiapkan tempat relokasi dan akan merekrut mereka untuk bekerja
dengan kami. Hidup mereka akan jauh lebih baik jika perusahaan berhasil membuka lahan
tersebut.”nampak bijak dengan menjanjikan hidup para petani akan lebih baik, mengeluarkan
amplop dari sakunya dan meletakkannya dibawah kertas perjanjian tadi.
Pemerintah :” Baguslah kalau begitu nanti saya akan berbicara dengan warga di sana. Terima kasih
atas kerja samanya pak” menandatangani izin dan berjabat tangan.

Mereka berjabat tangan, saling berterima kasih dan berpelukan. Meninggalkan ruangan Bagian 3

Ditengah sawah dibawah terik matahari. Para petani beristirahat untuk makan siang. Arman dan
istrinya sedang bersiap untuk menyantap makan siangnya. Ia melihat Rahman dan Halim yang juga
sedang beristirahat tak jauh
tem
dari
patnya.

Arman : “Rahman,
Halim mari sini kita makansama”
sama-
Arman melambaikan tangannya
memanggil mereka makan bersamanya

Tina -sama” tambah istrinya


:”Ayo pak makan sama

Rahman dan Raihan mengiyakan


ajakan Arman dan istrinya. Mereka berdua bergegas.

Arman :”Gimana padinya pak?”

Rahman : “alhamdulillah bagus pak irigasi juga lancar” sambil masakan bu Tina
menikmati
Halim :”Bagus pak. Makanan nya juga he” melahap masakan bu Tina
heenak

Mereka menikmati makan


g sasian
mbil sesekali bercanda. Tiba-tiba datang 2 orang berpakaian rapi
sambil membawa beberapa tumpuk kertas.

Pemerintah“Assalamualaikum
: pak,bu.” Menyapa para petani

Petani : “Waalaikumsalam bu” sahut para petani.

Pemerintah :”begini pak, besok ada pertemuan dengan kementerian pertanian di balai desa, ini
surat undangannya” membagikan lembaran undangan.

Arman :”oiya baik bu” jawab Arman menerima undangan tersebut.


Dua orang tadi bergegas pergi.

Bagian 4

Di balai desa. Kursi-kursi tersusun rapi. Arman dan petani lainnya memasuki balai desa dan mengisi kursi-kursi
tersebut. Tak lama kemudian, beberapa orang berpakaian rapi memasuki balai desa dan mengisi kursi merah
yang berada paling depan. Mereka adalah pihak pemerintah dan perusahaan beserta para asistennya.

Pemerintah : “assalamualaikum bapak, ibu sekalian. Disamping saya ini adalah direktur utama salah

satu perusahaan besar minyak bumi. Mereka mau membuka lahan di daerah kita ini” sambutan
dari pihak pemerintah
Pengusaha : “Baik bapak,ibu. Kami ingin membuka lahan di daerah ini, kami sudah dapat izin dari pemerintah.
Kalian juga bisa bekerja di perusahaan kami nantinya. Kami akan tetap membeli lahan bapak ibu yang masuk dalam
area pertambangan dengan harga yang sudah di sepakati sebagai ganti rugi. Dan setelah nanti perusahaan berjalan
kami akan memberikan bantuan perbulan sebesar 500 ribu per keluarga.Bagaimana apakah bapak ibu setuju jika kami
membuka tambang di daerah ini? Kalian bisa tetap bisa bercocok tanam tanpa terganggu aktivitas tambang kami”
Para petani merasa tertarik dengan
penawaran yang diberikan pengusaha , mereka saling berbisik
Memberikan penawaran

Arman : “gimana bu, lumayan bu” berbisik kepada istrinya

Tina h agak ragu pak tapi ya terserahajalah”


:”saya masi bapak balas
s tina

Mereka menyetujui pembangunan tambang tersebut dan satu per satu menandatangani perjanjian
setelah itu mereka diberi amplop
kom
untuk
pensasi katanya. Dan pergi meninggalkan balai desa.

Bagian 5

Hari silih berganti. 1 bulan berlalu kendaraan-kendaraan besar beserta alat berat berseliweran di
sekitar area persawahan. Para petani sibuk mengurus padinya yang 3 bulan lagi akan panen.

Rahman :”Mereka punyak banyak uang ya


mob ilnya besar-besar. Lumayan pak 500 ribu
pak,
melihat ke arah pertambangan
perbulan hehe”

Arman semoga hidup


:”Haha iya pak alhamdulillah itakbisa lebih baik lagi”
juga melihat ke arah
yang sama.

Di sisi lain si pengusaha beserta 2 asistennya sibuk mengawasi para pekerja.

agar para petani menyetujui pembangunan tambang tersebut..


Pengusaha :”lihat mereka, penuh lumpur. Sangat mudah mempengaruhi mereka. Enak saja mau dapat 500 ribu
perbulan tanpa kerja, kasihan mereka” tertawa melihat para petani di tengah sawah berbicara
kepada 2 asistennya

Asisten 1 :”betul pak mereka mau saja dibohongi” ikut tertawa (melihat para petani) Namun asisten 2

mengamati dan merasa iba melihat para petani tersebut.

Panggung kembali gelap.

Bagian 6

Pemerintah dan asistennya duduk sambil minum teh.

Pemerintah : “ sebagai pemerintah harus selalu memberikan yang terbaik kepada rakyat,
mementingkan kehidupan rakyat. Kita harus selalu berusaha mencari hal-hal yang bisa
meningkatkan kehidupan rakyat. Kita dari rakyat, Dipilih oleh rakyat, dan bekerja untuk rakyat.”

Asisten :”benar pak”

Tiba-tiba telepon pemerintah berdering ternyata dari si pengusaha batu bara


Pemerintah : “Halo pak? Iya pak..ada apa? 50 hektare lagi pak? Beres pak, masih nomor rekening
yang sama ya pak, oke pak saya tunggu ya”

Bergegas meninggalkan panggung.

Bagian 6

Muncul 2 orangpetani. Seperti biasa memeriksa padi yang mereka tanam. Mereka terkejut separuh
sawah mereka tertutup oleh seng dan besi.

Rahman : “han kenapa setengah sawah kita dipagari seperti


itu ya?” terkejut melihat sawahnya
tertutup oleh seng dan besi

Halim :”iya man, coba liat, kok padi-


padinya mengering, airnya juga berwarna hitam pak”
melihat padi yang kualitasnya tidak seperti
sebelumnya, juga air yang tercemar oleh
limbah buangan tambang.

Rahman kalau seperti ini terus


:” waduh gawat ini, kita bisa gagal panen ” cemas melihat
sawahnya

Arman dan istrinya datang menghampiri Rahman dan Halim

Arman :”ada apa ini?


” bertanya kepada rahman dan raihan

Rahman :”kenapa semua jadi seperti ini? Sawah milik sendiri malah di tutup dan dicemari”

Halim :”uang bulanan yang katanya 500 ribu juga menjadi 100 ribu saja”

Arman :”sepertinya mereka mempermainkan kita, mereka mengingkari kesepakatan” Tina juga terkejut

melihat kondisi sawah yang tercemar dan setengahnya tertutup seng.

Mereka berteriak mengajukan protes kepada pihak perusahaan yang ada dibalik pagar. Namun tak seorangpun
pihak perusahaan merespon mereka. Rahman dan Halim melempar batu ke area tambang. Namun tidak
berpengaruh sedikitpun. Mereka bersepakat untuk membawa masalah tersebut ke jalur hukum.
Bagian 7

Suasana redup. Hakim masuk ke dalam ruangan. Di dalam sudah ada para petani. Kemudian pengusaha beserta
asistennya memasuki ruangan.

Pengusaha :”pak Hakim yang terhormat, mereka sudah sepakat dan menyetujui aktivitas pertambangan yang
kami lakukan. Mereka juga sudah menandatangani perjanjian tapi mereka malah mengganggu aktivitas kami dengan
melempar batu pak” menunjukkan
Hakim mempelajari isi perjanjian tersebut.

Rahman :”Tidak pak! Mereka mengingkari perjanjian


merekaitu,
merebut dan merusak sawah
kami! Itu sumber penghasilan kami,
tidak m
juga
emberi uang bulanan sesuai
kesepakatan. Mereka meni...

Hakim ! Saudara Rahman dan Saudara Halim bersalah! Kalian telah


:”Cukup! Hentikan
mengganggu aktivitas perusahaan dan mengingkari perjanjian!
ian harus dihukKal
um!
Masukkan mereka ke penjara! (mengetuk palu)

Petugas datang dan membawa mereka dari ruangan

Rahman dan Halim


berteriak “Kami tidak bersalah!hukum
Jangankami! Mereka yang penipu...”
suara mereka perlahan lenyap..

Di dalam ruangan tersisa pengusaha dan hakim. Mereka saling berjabat tangan lalu pengusaha pergi
meninggalkan ruangan

Hakim nya mereka bisa membayarku lebih


:” petani yang malang, seandai pengudari
saha itu,
mereka pasti akan aku menangkan
tidak a
dan
kan kupenjarakan. Hahaha sudahlah”
meninggalkan ruangan.

bukti perjanjian dan membawanya ke meja hakim.

Bagian 8

Sepasang petani duduk di pinggir sawah sambil meneteskan air mata. Memikirkan nasib mereka, sawah
mereka direbut dan mereka gagal panen, janji manis perihal bantuan 500 ribu juga hanya omong kosong.

Nurani : Petani yang malang. Hidup di negara yang kaya namun masih serba kekurangan. Hidup di negara
hukum namun hukumnya diperjual belikan. Hutan-hutan di babat habis, tak sedikitpun takut alam
akan murka. Sedangkan bumi dan langit, hutan dan ladang, danau dan sungai,gunung dan laut
adalah sekolah yang sangat baik. masihkah harapan tumbuh diantara limbah-limbah tambang?
Masihkah harapan hidup setelah cinta dan alam di pisahkan? Semua perihal waktu. Tentang Nurani
yang terbuang.
*Isi Rimba Tak Ada Lagi Tempat Berpijak*
Raung buldozer gemuruh pohon tumbang
Berpadu dengan jerit isi rimba raya
Tawa kelakar badut-badut serakah
Tanpa HPH berbuat semaunya
Lestarikan alam hanya celoteh belaka
Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu?
Oh, mengapa?

O-ho-o-o jelas kami kecewa


Menatap rimba yang dulu perkasa
Kini tinggal cerita
Pengantar lelap si buyung

Bencana erosi selalu datang menghantui


Tanah kering-kerontang banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia

Lestarikan hutan hanya celoteh belaka


Lestarikan hutan mengapa tidak daridulu saja?

O-ho-o-o jelas kami kecewa


Mendengar gergaji tak pernah berhenti
Demi kantong pribadi
Tak ingat rezeki generasi nanti

Bencana erosi selalu datang menghantui


Tanah kering-kerontang banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia

Bencana erosi selalu datang menghantui


Tanah kering-kerontang banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia

Bencana erosi selalu datang menghantui


Tanah kering-kerontang banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia

Bencana erosi selalu datang menghantui


Tanah kering-kerontang banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia

Anda mungkin juga menyukai