Anda di halaman 1dari 5

NAMA : SAHNA

NIM : 146221013

FAKULTAS : FAKULTAS PERIKANAN DAN KEDOKTERAN

PRODI : AKUAKULTUR

RESUME PEMBUKAAN KULIAH PAI


Oleh : Dr. Udji Aisyah, M. Si

HEBAT adalah akronim dari Humble, Excellence, Brave, Agile, dan Transcedent.
Makna dari itu semua adalah sebagai mahasiswa kita harus memilki karakter yang rendah
hati, memiliki keunggulan dalam bidang masing-masing, kritis dan bertangung jawab,
tangkas dan responsive, serta memiliki cara berpikir melampaui apa yang ditemukan di
alam semesta/hubungan dengan Tuhan. Hal-hal tersebut tentu saja berkaitan erat dengan
ketaatan beribadah seorang individu dan makna HEBAT tersebut tidak hanya dimaknai
secara lahiriah, tetapi juga dimaknai secara batiniah.

Mengenai Mengapa dan Bagaimana Pendidikan Agama Islam ( PAI ) diajarkan di


Perguruan Tinggi, diharapkan mahasiswa dapat meraih pencapaian berupa menunjukkan
sikap positif terhadap Pendidikan Agama Islam ( PAI ); menjelaskan dan menyampaikan
argument akademik dan/atau professional mengenai tujuan dan fungsi PAI sebagai
komponen mata kuliah wajib umum pada program diploma dan sarjana. Kemudian,
Skenario Perkuliahan untuk PAI ini adalah dilaksanakan sebanyak 14 kali pertemuan,
masing-masing pertemuan sebanyak 2 sks/ 100 menit daring, 100 menit mandiri, 100 menit
tugas terstruktur; mengacu pada RPS; waktu pembelajaran didominasi oleh pendalaman
materi/diskusi yakni sebesar 60%; menggunakan metode pembelajaran synchronous dan
asynchronous; serta menggunakan buku referensi yang bisa didapatkan dengan mengakses
Aula; mahasiswa sudah mengisi identitas dan kuis sebelum hari H perkuliahan, sehingga
saat pertemuan berlangsung, kelas sudah bisa melakukan pendalaman materi; setiap selesai
kuliah daring, mahasiswa mereview hasil kuliah daring tersebut secara individual,
menjawab kuis, dan mengumpulkan tugas tersebut di Aula; pada pertemuan VII & XIV
mahasiswa berpartisipasi dalam kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW & Hari Santri
dengan tema Kebangsaan dan Keteladanan dan juga Tes Baca Al-Qur’an; setiap selesai
perkuliahan membaca surah Al-Ashr dan doa Kafaratul majlis; terakhir, ada evaluasi
perkuliahan berupa UTS, UAS, Tugas Individu ( kelompok/ mandiri ), dan soft skill/TBA.

Ketentuan umum dalam PDB adalah mahasiswa diwajibkan hadir 10 menit sebelum
kuliah dimulai, dosen berhak melarang peserta kulaih yang terlambat 15 menit setelah
kuliah dimulai, presensi kehadiran mahasiswa di setiap MK PDB minimal 90% ( jika tidak
mencapai 90% akan terkena cekal ), ijin tidak hadir saat perkuliahan dilakukan melalui
laman PPK2IPE dengan menyertakan bukti/dokumen. Lalu, ada kesepakatan bersama
selama perkuliahan PAI yaitu Mahasiswi diwajibkan untuk memakai jilbab dan Mahasiswa
diwajibkan memakai peci saat pembelajaran di kelas.
BRAINSTORMING

1. Mengapa PAI perlu diajarkan di Perguran Tinggi ?

Seperti yang sudah kita tahu, bahwa dulu sekali pernah muncul kritik pedas dari
masyarakat yang ditujukan kepada peran dan eksistensi perguruan tinggi di
Indonesia, kritik tersebut menyatakan bahwa Perguruan Tinggi di Indonesia tidak
ada bedanya dengan proyek “Menara Gading”, yang bermakna perguruan tinggi
hanya berorientasi pada kemegahan dirinya dan melupakan peran nyata dalam
menyelesaikan berbagai permasalahan masyarakat, bangsa, dan negara. Perguruan
Tinggi yang demikian diibaratkan seperti kampus di atas awan, berada di awang-
awang dan tidak bersentuhan dengan masalah riil kemasyarakatan, kebangsaan, dan
kenegaraan. Dan untuk menghindari hal tersebut, maka diajarkanlah PAI di
Perguruan Tinggi. Selain itu, dari segi psikologis, negara kita adalah negara yang
memiliki keberagaman dari berbagai bidang dan untuk menjaga kerukunan antar
sesama, maka di Perguruan Tinggi juga wajib diajarkan pendidikan agama untuk
menjaga keberagaman antar mahasiswa. Adanya perbedaan konseptual antar
manusia juga menjadi faktor perlunya PAI di Perguruan Tinggi supaya manusia
yang ber-Tuhan tidak terpengaruh dengan ajakan dan ajaran yang tidak benar, baik
dari ajaran yang menyimpang maupun kelompok yang tidak mempercayai Tuhan.
Kemudian, dari segi sosial-budaya, masyarakat muslim Indonesia menghendaki
Perguruan Tinggi yang ada sejalan dengan budaya bangsa yang religius, yang
berarti meskipun tidak semua masyarakat muslim itu taat, mereka masih
mengedepankan agama dan pengamalan ajaran agama. Lalu, dari segi historis,
Indonesia memiliki dua sistem pendidikan yakni pesantren dan sekolah. Masing-
masing dari sistem tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan, sehingga untuk
mengurangi kelemahan dari masing-masing sistem, digabungkanlah kedua sistem
tersebut menjadi Perguruan Tinggi yang mengajarkan PAI dalam pembelajaran
perkuliahan. Yang terakhir, adanya Pancasila dan undang-undang lainnya menjadi
landasan filosofis dan yuridis yang kuat terhadap eksistensi PAI di Perguruan
Tinggi.

2. Apa landasan filosofi yang menjadi latar belakang pelaksanaan pembelajaran


agama Islam di Perguruan Tinggi ?

Pelaksanaan PAI di Perguruan Tinggi memilki dasar filosofis yang kuat. Dimana
dasar tersebut ditinjau dari berbagai aspek yang ada. Salah satunya adalah
Pancasila. Terutama sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Ini
menandakan bahwa setiap individu wajib mentaati agama yang dia anut, dan untuk
mencegah adanya penyimpangan dalam menjalankan ketaatan tersebut diperlukan
pendidikan dalam suatu sekolah atau perguruan tinggi. Selain itu ada sumber yuridis
yang juga menjadi latar belakang pelaksanaan PAI tersebut yakni UUD 1945 ( hasil
amandemen ), UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No.
17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-
2025, PP No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
2010-2014, PP No. 19 tahun 2005 sebagaimana diubah dengan PP No. 032 tahun
2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan UU No. 12 Tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi. Dan terakhir, ada landasan religius yang bersumber dari ajaran
Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Ayat-ayat tersebut adalah Q.S An-Nahl/16 : 125
dan Q.S Ali Imran/ 03 : 104.

3. Ke mana arah dan tujuan yang hendak dicapai ?

Arah dan tujuan yang hendak diacapai adalah wujud insan kamil, yakni manusia
yang telah berhasil mencapai ketakwaan dan menghadap Allah dalam
ketakwaannya. Selain itu Syahidin (2003), mengungkapkan tujuan khusus PAI di
Perguruan Tinggi adalah sebagai berikut :
 Membentuk manusia yang bertakwa, yaitu manusia yang patuh dan taat
kepada Allah dalam menjalankan ibadah dengan meneaknkan pembinaan
akhlak.
 Melahirkan para agamawan yang berilmu. Yang berarti tidak hanya paham
mengenai urusan ibadah dan ketakwaan pada Allah tetapi juga mampu
memilki kecerdasan intelektual di bidang lain dan tetap sejalan dengan
kaidah keagamaan.
 Tercapainya keimanan dan ketakwaan pada mahasiswa serta tercapainya
kemampuan menjadikan ajaran agama sebagai landasan penggalian dan
pengembangan disiplin ilmu yang ditekuninya. Karena hal tersebut selalu
berjalan beriringan sehingga kita tidak bisa hanya fokus pada bidang yang
kita tekuni dan meninggalkan ajaran agama.
 Menumbuhkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan
disiplin serta cinta terhadap agama dalam berbagai kehidupan.

4. Apa kontribusi yang dapat diberikan mahasiswa setelah mengikuti


pembelajaran agama Islam?

 Memiliki kesadaran posisi terhadap kekuasaan Allah Yang Maha Esa dam
mampu mengendalikan diri dalam pendalaman IPTEK.
 Mewujudkan nilai-nilai tauhid yang digabungkan dengan kemampuan
intelektual akademis dalam kehidupan sehari-hari untuk kesejahteraan diri
dan masyarakat.
 Menguasai konsep tentang perilaku-perilaku mulia dan mampu
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai