Anda di halaman 1dari 4

Resume skripsi

Nama :Cuf Syakirah

Npm: 1906104010072

1. Daya Terima Konsumen, Cookies, Tepung Kulit Kentang

Kentang dengan nama latin Solanum tuberosum L merupakan jenis tanaman yang umbinya terletak
di batang Produk makanan yang memakai bahan baku kentang sangat beragam sehingga membuat
kulit kentang terbuang dalam jumlah yang relatif banyak dan tidak dimanfaatkan. Kulit kentang
mengandung kalium dan antioksidan yang tinggi. Mengingat zat gizi kulit kentang sangat baik, maka
dapat dijadikan sebagai sumber nutrisi alami bagi tubuh dengan dicampurkan dalam produk
makanan seperti cookier Tujuan penelitian ini (1) untuk memperoleh resep standar cookies tepung
kulit kentang (2) untuk mengetahui daya terima konsumen terhadap cookies tepung kulit kentang
melalui uji organoleptik (3) untuk mengetahui kandungan zat gizi dalam cookies tepung kulit kentang
Penelitian ini menggunakan metode eskperimen dengan pendekatan kuantitaif. Teknik
pengumpulan data menggunakan uji pengamatan yang dilakukan oleh 5 narasumber, uji penerimaan
dilakukan oleh 30 konsumen, serta uji proksimat untuk mengetahui kandungan zat gizi. Data yang
diperoleh dinalisis menggunakan analisis varian (anava) satu jalur Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa narasumber memilih cookies perlakuan I dengan kode 136, dengan penggantian sebagian
tepung kulit kentang sebanyak 10%, dengan nilai rata-rata warna 23,2, aroma 23,7, tekstur 23,8, dan
rasa 24. Berdasarkan hasil uji penerimaan, untuk aroma, tekstur, dan rasa konsumen lebih memilih
cookies perlakuan I dengan kode 136, dengan penggantian sebagian tepung kulit kentang sebanyak
10% dengan skor rata-rata aroma 4,8, tekstur 4,7, dan rasa 4,7. Sedangkan untuk warna konsumen
lebih menyukai cookies perlakuan II dengan kode 252, dengan penggantian tepung kulit kentang
sebanyak 30%, dengan skor rata-rata 4,7. Berdasarkan uji laboratorium cookies tepung kulit kentang
mengandung 401,8 kkal, 87,08 % karbohidrat, 6,63 % protein, 2,99 lemak %, 2,21 % serat, 2,10 % air,
dan 1,20 % abu. Simpulan penelitian ini yaitu, narasumber dan konsumen memilih cookies perlakuan
I dengan kode 136, dengan penggantian tepung kulit kentang sebanyak 10%. Sedangkan dari segi
warna konsumen memilih cookies perlakuan II dengan kode 252, dengan penggantian tepung kulit
kentang sebanyak 30%. Kulit kentang mampu mengendalikan oksidasi lipid penyebab bau tengik,
sehingga perlu penelitian lebih lanjut mengenai daya simpan cookies tepung kulit kentang.

2. modifikasi resep bakpia, talas kimpul

Bakpia adalah makanan manis dan gurih yang sudah dikenal oleh masyarakat luas. Terlebih sangat
populer dikota Yogyakarta dan di Sabang dikenal dengan sebutan kue sabang Talas kumpul
merupakan sumber pangan yang penting karena selain sumber karbohidrat, protein, dan lemak,
talas juga mengandung beberapa mineral dan vitamin serta rendah glukosa yang aman di konsumsi
oleh penderita diabetes. Tujuan penelitian (1)Mengetahui karakteristik organoleptik (warna, aroma,
tekstur, dan rasa) bakpia dengan penambahan talas kimpul (2)Standarisasi resep bakpia dengan
penambahan talas kimpul (3)Daya terima konsumen terhadap bakpia dengan penambahan talas
kimpul (4)Mutu simpan bakpia dengan penambahan talas kimpul. Penelitian merupakan eksperimen
dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan uji pengamatan (Sensory
Evaluation) terhadap 5 orang Narasumber, uji penerimaan (Hedonic Scale) kepada 30 orang panelis
konsumen dan uji mutu simpan. Data uji pengamatan dianalisis dengan menentukan nilai rata-rata
(mean). Data uji penerimaan menggunakan analisis varian (anava) satu jalur. Berdasarkan hasil
penelitian penilaian narasumber yang tertinggi terhadap karakteristik organoleptik tekstur pada
bakpia penambahan talas 0 gr sedangkan warna, aroma dan rasa terdapat pada bakpia dengan
penambahan 75 gr. Hasil analisis penerimaan konsumen dari uji penerimaan konsumen terhadap
warna, tekstur dan rasa bakpia disukai dengan penambahan talas 75 gr, pada aroma konsumen
menyukai bakpia dengan penambahan talas 100 gr. Dari hasil penelitian bakpia dengan Penambahan
talas 75 gr dengan masa simpan 2 hari. Kesimpulan berdasarkan uji pengamatan dan penerimaan
organoleptik bakpia dengan penambahan talas lebih diterima dan disukai pada penambahan 75 gr.
Hipotesis yang diajukan diterima dibuktikan (H1) diterima karena adanya pengaruh terhadap
karateristik organoleptik, daya terima dan mutu simpan pada bakpia dengan penambahan talas.
Penelitian berikutnya dapat melakukan uji proksimat pada penelitian ini.

3. kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus), selai.

Kulit buah naga merah memiliki kandungan nutrisi, lemak, protein, dan serat pangan yang lebih
tinggi dibandingan kulit buah naga dari jenis lainnya, dan juga mudah dijumpai. Tujuan penelitian ini
adalah: (1) Memperoleh resep standar pembuatan selai kulit buah naga merah (Hylocereus
polyrhizus), (2) Mengetahui karakteristik organoleptik (warna, aroma, rasa, dan tekstur) pada selai
kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus), (3) Mengetahui daya terima konsumen terhadap
selai kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus), (4) Mengetahui Mutu simpan terhadap selai
kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah uji pengamatan (Sensory evaluation) yang dilakukan oleh 5 orang narasumber dan
uji penerimanan (Acceptability test) yang dilakukan oleh 30 orang panelis konsumen. Data dari uji
pengamatan dianalisis dengan cara mengetahui nilai rata-rata (mean) yang diperoleh dari
narasumber, sedangkan data dari uji penerimaan dianalisis dengan menggunakan analisis varian
(anava) satu jalur yang diperoleh dari panelis konsumen. Berdasarkan pengamatan diperoleh dari
narasumber diketahui selai kulit buah naga yang disukai adalah pada perlakuan kedua yaitu MS2,
dengan nilai rata rata warna 24, aroma 21,8, tekstur 22,4 dan rasa 23,2. Hasil penerimaan konsumen
menunjukan bahwa selai kulit buah naga yang disukai adalah perlakuan kedua yaitu MS2 dengan
nilai rata-rata pada warna 4,26, aroma 2,3, tekstur 3,43 dan rasa 4,2. Kesimpulan pada penelitian ini
bahwa selai kulit buah naga yang disukai narasumber panelis adalah perlakuan kedua yaitu MS2 baik
dari segi warna, aroma, tekstur, dan rasa Hipotesis penelitian ini diterima, dibuktikan dari H1
diterima karena terdapat pengaruh karakteristik organoleptik dan daya terima serta mutu simpan
terhadap selai dengan penambahan kulit buah naga. Kepada peneliti berikutnya disarankan untuk
melakukan penelitian kandungan gizi yang terdapat pada selai kulit buah naga merah (Hylocereus
polyrhiza).
4. cracter, daya terima konsumen, tepung ubi jalar ungu

Salah sata cara untuk mengatasi penggunaan gandum (tepung terigu) yang merupakan komoditas
impor Indonesia adalah dengan mengoptimalkan dan memanfaatkan penggunaan bahan pangan
lokal. Ubi jalar ungu merupakan salah satu bahan pangan lokal yang kaya akan zat gizi, khususnya
kandugan betakaroten dan serat pangan yang baik bagi kesehatan mata dan penderita diabetes.
Bahan pangan lokal ini dapat dijadikan berbagai produk berbahan terigu, termasuk cracker. Cracker
merupakan salah satu cemilan yang berbahan dasar terigu, tahan lama dan disukai masyarakat.
Penggunaan ubi jalar ungu pada pembuatan cracker adalah dengan mengolah ubi jalar ungu menjadi
tepung abi jalar ungu. Penambahan tepung ubi jalar ungu pada pembuatan cracker akan
menghasilkan cracker yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik
organoleptik, daya terima konsumen dan kandungan gizi cracker dengen penambahan tepung ubi
jalar ungu. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimen dengan menggunakan RAL
(Rancangan Acak Lengkap) 1 faktor yaitu perbandingan penggunaan tepung ubi jalar ungu dan 3
perlakuan dengan konsentrasi tepung ubi jalar yaitu Perlakuan I (0%), Perlakuan II (26,31%) dan
Perlakuan III (47,36%). Tempat dan waktu penelitian dilakukan di Laboratorium Tata Boga Prodi
PVKK Unsyiah, Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Unsyiah dan Laboratorium Teknologi
Hasil Pertanian Unsyiah. Teknik pengumpulan data karakteristik organoleptik (Scoring Scale), uji
preferensi (Hedonic Sacale) dan karakteristik kimiawi (Uji Proksimat). Karakteristik kimiawi meliputi
uji kandungan protein, lemak, air abu dan karbohidrat. Data dianalisis dengan menggunakan WMS
dan LSD pada taraf 0.05. Hasil penelitian diperoleh cracker pada perlakuan II (26,31% merupakan
perlakuan yang diterima oleh narasumber berdasarkan uji deskriptif dengan nilai rata-rata sebanyak
23 dari skala 1-25. Berdasarkan hasil penelitian uji preferensi konsumen terhadap cracker dengan
penambahan tepung ubi jalar ungu dengan nilai rata rata tertinggi terdapat pada cracker pada
perlakuan III (47,36%) dengan nilai 3,74 pada skala 1-5 Berdasarkan hasil analisis karakteristik kimia
pada cracker tepung ubi jalar ungu mengandung protein (8,17%), abu (1,18%), air (5,64%), lemak
(0,25%) dan karbohidrat (84,76%). Ubi jalar ungu memiliki kandungan proantioksidan (betakaroten)
yang baik sehingga perlu dilakukannya uji kandungan gizi terhadap cracker tepung ubi jalar ungu.

5. Standarisasi Resep, Bingkang Alpukat

Alpukat merupakan buah yang mengandung lemak tak jenuh 20 sampai 30 kali lebih banyak
dibandingkan buah lainnya yang baik untuk menurunkan kolestrol dan berenergi tinggi. Selain diolah
menjadi minuman, alpukat dapat diolah menjadi penganan seperti bingkang Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui (1) karakteristik organoleptik (warna, aroma, tekstur, dan rasa) pada bingkang
alpukat (2) memperoleh resep standar bingkang alpukat (3) mengetahui daya terima konsumen
terhadap bingkang alpukat (4) mengetahui daya simpan bingkang alpukat Metode yang digunakan
adalah metode eksperimen dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah uji pengamatan (Sensory Evaluation) yang dilakukan pada 7 orang
narasumber dan uji penerimaan (Acceptability Test) yang diuji cobakan kepada 30 orang panelis
konsumen Data dari uji pengamatan dianalisis dengan cara menentukan nilai rata rata (mean) total
yang diperoleh dari narasumber. Data dari uji penerimaan dianalisis dengan menggunakan analisis
varian (anava) satu jalur pada bingkang yang diperoleh dari narasumber dan panelis konsumen.
Berdasarkan pengamatan oleh narasumber diketahui bahwa, bingkang alpukat yang disukai adalah
pada perlakuan kedua (BASVI) dari segi warna 23.71, aroma 24.00, tekstur 23.42, dan rasa 23.00.
Hasil analisi penerimaan konsumen menunjukan bahwa bingkang alpukat yang disukai adalah
perlakuan kedua (BASVI) dengan nilai rata-rata pada warna 4.76, aroma 4.33, tekstur 4.43, dan rasa
4.43. Kesimpulan dari penelitian ini, bingkang yang disukai narasumber dan panelis konsumen
adalah perlakuan kedua (BASV1) baik dari segi warna, aroma, tekstur, dan rasa. Hipotesis penelitian
ini diterima dibuktikan dari H1 diterima karena terdapat pengaruh karakteristik organoleptik dan
daya terima konsumen terhadap bingkang dengan penambahan alpukat. Kepada peneliti berikutnya
disarankan untuk melakukan uji mikroba dan melakukan penelitian mengolah jenis penganan yang
lain berbahan dasar alpukat.

Anda mungkin juga menyukai