Bab I Pendahuluan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Infeksi Post partum merupakan morbiditas dan mortalitas

bagi ibu pasca bersalin. (Saifuddin, 2006). Infeksi post partum

ialah infeksi yang terjadi pada traktus genitalia setelah persalinan

(Rayburn dan Carey, 2001). Secara umum suhu 38oC atau lebih

yang terjadi antara hari ke 2-10 post partum dan diukur per-oral

sedikitnya 4 kali sehari disebut sebagai morbiditas puerperalis.

Kenaikan suhu tubuh yang terjadi didalam masa post partum,

dianggap sebagai infeksi post partum jika tidak ditemukan sebab-

sebab ekstragenital. Infeksi post partum dapat disebabkan oleh

beberapa faktor predisposisi seperti hygiene, kelelahan, proses

persalinan bermasalah (partus lama/macet), persalinan traumatik,

kurang baiknya proses pencegahan infeksi, manipulasi yang

berlebihan dan dapat berlanjut ke infeksi dalam masa post partum

(Saifuddin dkk., 2002).

Faktor karakteristik Ibu sebagai penyebab kemungkinan

terjadinya infeksi post partum diantaranya adalah kurangnya

pengetahuan tentang vulva hygiene

1
dengan benar, faktor pendidikan ibu post partum, faktor sosial-

ekonomi, nilai dan kepercayaan (Saifuddin dkk., 2002).

Menurut WHO (World Health Organization), di seluruh

dunia setiap menit seorang perempuan meninggal karena

komplikasi yang terkait dengan kehamilannya, persalinannya, dan

nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari

atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena

kehamilan, persalinan, dan nifas. Angka Kematian Ibu (AKI) di

Indonesia saat ini masih merupakan yang tertinggi dibandingkan

dengan AKI di negara ASEAN lainnya. Survey Demografi dan

Kependudukan Indonesia (SDKI) 2002/2003, AKI sebesar

307/100.000 kelahiran hidup, sementara itu di negara tetangga

seperti Malaysia sebesar 36/100.000 kelahiran hidup, di Singapura

sebesar 6/100.000 kelahiran hidup, bahkan di Vietnam

160/100.000 kelahiran hidup (Depkes, 1998).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Propinsi NTT adalah

306/100.000 kelahiran hidup, tidak ada perkembangan dari tahun

2008 hingga 2009. Angka Kematian Ibu secara nasional yaitu

248/100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu (AKI) ini

disebabkan oleh perbedaan norma, nilai,

2
lingkungan dan kepercayaan masyarakat di samping infra struktur

yang ada. Hal penting lainnya adalah perbedaan kualitas pelayanan

kesehatan pada tiap tingkat pelayanan kesehatan (Arifin, 2003).

Tingkat kematian maternal di provinsi Nusa Tenggara Timur

(NTT) masih menjadi permasalahan utama dalam bidang

kesehatan. Data dari Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara

Timur tahun 2011 menunjukkan, dari 219,8 kasus kematian ibu

yang dilaporkan dari 7.947 kelahiran hidup, angka kematian ibu

tertinggi terdapat di Kabupaten Timor Tengah Selatan (Kab. TTS),

dengan 23 kasus. Sebanyak 15 kasus merupakan kematian ibu

bersalin. Di Kabupaten TTS terdapat 32 kecamatan dengan 28

Puskesmas. Angka kematian Ibu pada tahun 2011 di Kab. TTS

yaitu 289,4/100.000 kelahiran hidup dan merupakan penurunan

yang cukup signifikan dari tahun 2010 yaitu sebesar 595,3/100.00

kelahiran hidup. Namun demikian pencapaian ini masih cukup

jauh dari target nasional yaitu sebesar 125/100.000 kelahiran

hidup.

Penyebab timbulnya infeksi pada perineum adalah luka

yang diakibatkan oleh karena kurangnya vulva hygiene di daerah

luka jahitan perineum. Vulva hygiene tidak dijaga, akan

berdampak terhadap masuknya kuman dan bakteri sehingga akan

memudahkan terkena infeksi post partum. Di

3
RS Muhammadiyah Surabaya pada bulan Februari 2011, tercatat

sebanyak 116 Ibu post partum, dan sebanyak 82 orang wanita yang

mengalami infeksi perineum dikarenakan vulva hygiene yang

kurang baik, sehingga perawatan luka jahitan perineum kurang

optimal (Saifuddin dkk., 2002).

Menurut Setyaningrum (2001) salah satu faktor penting

dalam tingginya angka kejadian infeksi post partum adalah

pertolongan persalinan yang kurang steril dan pertolongan

persalinan yang dilakukan oleh dukun. Pada tahun 2003 persalinan

di Indonesia sebanyak 4.282.730 persalinan, dimana 3.132.464

(73,14%) merupakan persalinan yang dibantu oleh tenaga

kesehatan dan sebanyak 1.150.343 (26,86%) adalah persalinan

yang dibantu oleh dukun.

Data KBPM tahun 2010 di Desa Binaus Kecamatan Mollo

Tengah Kabupaten Timor Tengah Selatan, Jumlah Usia Subur

remaja putri dengan kisaran usia 12-17 berjumlah 53 orangg dan

Usia Subur 15-49 berjumlah 273 orang. Data dari Bidan Klinik

Desa Binaus, Pada tahun 2008 jumlah persalinan sebanyak 26

orang ibu, yang persalinan dibantu oleh bidan namun perawatan

post partum tetap dilakukan di rumah dan masih menggunakan

bantuan dukun. Hasil faktor infeksi post partum yang peneliti

lakukan

4
di Desa Binaus Kecamatan Mollo Tengah Kabupaten Timor

Tengah Selatan pada awal November 2011 didapatkan bahwa dari

kejadian infeksi ibu post partum sebagian besar ditangani oleh

keluarga dan dukun. Apabila kondisi kesehatan mereka sudah

memburuk dan tidak dapat diobati sendiri barulah mereka berobat

ke Bidan, Rumah Sakit.1

Morbiditas post partum yang umum dilaporkan adalah

infeksi vagina mengakibatkan infeksi uterus yang dapat

menyebabkan komplikasi lain atau menjadi ancaman bagi

kehidupan ibu. Morbiditas post partum belum diakui karena

sejumlah faktor termasuk pembatasan budaya, pendidikan, sosial-

ekonomi dan kurangnya akses terhadap layanan kesehatan

(Saifuddin AB, dkk. 2002). Selain itu, infeksi post partum

kemungkinan disebabkan karena penggunaan kompres panas

(tatobi) yang sudah menjadi tradisi Suku Timor secara turun

temurun.

Kompres panas (tatobi) merupakan salah satu tradisi suku

Timor. Awal munculnya tatobi dikarenakan kurangnya akses

terhadap layanan kesehatan dan sumber daya ekonomi sehingga

masyarakat lebih memilih menggunakan kompres panas (tatobi)

sebagai pengobatan ibu post partum

1
Berdasarkan hasil wawancara dari Bidan yang bertugas di Desa Binaus
Kecamatan Mollo Tengah Kabupaten Timor Tengah Selatan

5
yang merupakan pengobatan tradisional yang sudah menjadi

system kepercayaan mereka sejak turun temurun.

Kompres panas (tatobi) dilakukan dengan cara

memandikan ibu post partum menggunakan air panas mendidih

dengan suhu ±1000C yang kemudian dikompreskan ke tubuh ibu

yang sudah dilumuri minyak kelapa murni dengan tujuan

mengurangi rasa sakit dan pembengkakan pada daerah perineum,

mengeluarkan sisa darah kotor dari dalam tubuh agar tubuh tetap

kuat, menutup kembali jalan lahir. Namun di sisi lain kompres

panas juga dapat merugikan jika mengenai jaringan secara terus

menerus karena akan merusak sel-sel kapitel, menyebabkan

kemerahan, rasa perih, bahkan kulit menjadi melepuh (Potter,

2005). Oleh karena itu kompres panas harus digunakan dengan

hati-hati dan dipantau dengan cermat untuk menghindari cidera

kulit (Smeltzer & Bare, 2001).

Menurut dukun bersalin di Desa Binaus bahan yang

digunakan dalam pemberian kompres panas (tatobi) pada ibu post

partum adalah tenun Timor (Sarung, selimut, selendang) kain

biasa yang baru dan bersih. Kompres panas (tatobi) dilakukan

selama 40 hari yaitu pada pagi dan sore hari setelah ibu

melahirkan. Kompres panas (tatobi)

6
dilakukan di salah satu rumah tradisional di Kabupaten Timor

Tengah Selatan yang disebut sebagai rumah bulat (ume kbubu). 2

Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang ada di

atas, peneliti sangat tertarik untuk mengetahui gambaran kejadian

infeksi post partum pada ibu yang menggunakan kompres panas

(tatobi) di desa Binaus Kecamatan Mollo Tengah Kabupaten

Timor Tengah Selatan.

1.2 Fokus Penelitian

Kejadian infeksi pada ibu post partum yang menggunakan

kompres panas (tatobi) di Desa Binaus Kecamatan Mollo Tengah

Kabupaten Timor Tengah Selatan.

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran kejadian infeksi post partum pada

ibu yang menggunakan kompres panas (tatobi) di Desa Binaus

Kecamatan Mollo Tengah Kabupaten Timor Tengah Selatan.

2
Berdasarkan hasil wawancara dari salah satu dukun bersalin di Desa Binaus
Kecamatan Mollo Tengah Kabupaten Timor Tengah Selatan

7
1.4 Manfaat Penelitian

1. Secara Praktis

a) Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan

peneliti, khususnya tentang gambaran kejadian infeksi

post partum pada ibu yang menggunakan kompres panas

(tatobi) di Desa Binaus Kecamatan Mollo Tengah

Kabupaten Timor Tengah Selatan.

b) Institusi pendidikan keperawatan

Sebagai bahan dasar/evidence base dalam pembelajaran

praktik keperawatan maternitas khususnya tentang infeksi

post partum.

c) Tenaga Kesehatan

Dapat memberikan gambaran tentang perilaku ibu dengan

infeksi post partum, sehingga bagi tenaga kesehatan

khususnya perawat dapat mengembangkan kemampuan

dan keterampilan dalam memberikan pengetahuan tentang

pentingnya mengetahui masa post partum yang aman serta

penanganan ibu dengan infeksi post partum.

8
e) Peneliti selanjutnya

Sebagai masukan dan data pendukung bagi peneliti

selanjutnya yang akan melakukan penelitian terkait

permasalahan yang serupa.

2. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu

keperawatan khususnya keperawatan maternitas.

Anda mungkin juga menyukai