Anda di halaman 1dari 4

Pengajaran bahasa Inggris untuk siswa sekolah menengah pertama dan atas di Indonesia diatur dan

dipandu secara rinci dalam Kurikulum K-13. Bimbingan berkisar dari pernyataan tujuan umum
hingga pengukuran dan evaluasi prestasi siswa. Dalam kurikulum K-13, pendekatan saintifik
diusulkan sebagai pendekatan utama untuk diterapkan dalam pengajaran mata pelajaran apapun
termasuk pengajaran bahasa Inggris. Pendekatan ini bercirikan lima kegiatan, yaitu (1) mengamati,
(2) Menanya, (3) mengasosiasikan, (4) bereksperimen, dan (5) berjejaring atau mengomunikasikan.
Dengan pendekatan ini, siswa diharapkan menjadi pembelajar bahasa Inggris yang aktif secara
kognitif. Pendekatan ini mengatur pedoman bagaimana kegiatan pengajaran dirancang dan
dilaksanakan. Selain pendekatan ini, kurikulum K-13 juga mensyaratkan pengajaran bahasa Inggris
harus berbasis genre. Istilah genre mengacu pada genre teks bahasa Inggris yang mengacu pada
pendekatan yang mencakup narasi, penghitungan ulang, argumen, teks prosedural, dll. Masing-
masing jenis genre ini memiliki struktur generik, fungsi sosial, dan fitur linguistiknya sendiri atau
lexico-grammar .

Genre ini juga dapat dianggap sebagai unit fungsi komunikatif dengan fungsi sosial tertentu, seperti
menceritakan, mendeskripsikan, berargumen, dll. Dalam kurikulum K-13 berbasis genre ditetapkan
sebagai pedoman untuk bahan ajar bahasa Inggris. . Setiap topik dalam pelajaran bahasa Inggris
diatur dalam genre teks bahasa Inggris yang berarti bahwa pengorganisasian topik pelajaran
dilakukan dalam peristiwa komunikatif tertentu dari fungsi sosial tertentu. Penggunaan dua
pendekatan: pendekatan saintifik sebagai pedoman kegiatan mengajar dan pendekatan berbasis
genre untuk bahan ajar bahasa Inggris, pengajaran bahasa Inggris dalam kurikulum K-13
dimaksudkan untuk menjadi pendekatan komunikatif dan oleh karena itu tujuan pengajaran Bahasa
Inggris kepada siswa SMP dan SMA Inggris adalah agar siswa dapat menggunakan bahasa Inggris
sebagai alat komunikasi dalam setiap peristiwa komunikatif.

Dalam kurikulum, RPP harus dirancang menjadi tiga bagian utama: bagian pengantar, utama, dan
penutup. Bagian pendahuluan terdiri dari tiga sub bagian yaitu: kegiatan motivasi, penjabaran
kompetensi yang ingin dicapai, dan deskripsi tujuan. Dalam kegiatan memotivasi, guru seharusnya
memotivasi siswa untuk mempelajari topik tersebut dengan sungguh-sungguh. Guru dapat
melakukan kegiatan memotivasi dengan memberi tahu siswa pentingnya menguasai topik dengan
menunjukkan penggunaannya dalam komunikasi kehidupan nyata. Hal ini juga dapat dilakukan
dengan mengaktifkan pengetahuan awal siswa tentang topik tersebut. Pengetahuan sebelumnya
tersebut dapat diperoleh dari pelajaran terkait sebelumnya atau dari sumber lain. Tujuannya adalah
untuk membuat topik lebih mudah bagi siswa untuk belajar.

Dalam penjabaran kompetensi tersebut, guru harus merumuskan dua jenis kompetensi, yaitu
Kompetensi Dasar atau kompetensi dasar yang dikenal dengan KD3. Dalam jenis kompetensi ini,
guru harus merumuskan pengetahuan yang berkaitan dengan topik yang diyakini dapat
memfasilitasi pengembangan keterampilan berbahasa. Jenis kompetensi kedua adalah KD4. Dalam
kompetensi ini, guru harus mengelaborasi keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan topik
yang harus dikuasai siswa. Kedua jenis kompetensi tersebut saling terkait. KD3 berfungsi sebagai
dasar pengembangan keterampilan (KD4).

Bagian kedua RPP, disebut sebagai kegiatan utama, menuntut guru untuk menerapkan pendekatan
saintifik. Pendekatan ini menuntut guru merancang kegiatan dalam rangkaian: (1) mengamati, (2)
menanya, (3) mengasosiasikan, (4) bereksperimen, dan (5) menjalin jejaring atau mengomunikasikan
(Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2014). Implementasi konstruk tersebut (pendekatan
saintifik, pendekatan berbasis genre, KD3 dan KD4) dan penggunaan komponen RPP lainnya, seperti
media pembelajaran, bahan ajar, tugas, dan penilaian dalam interaksi kelas (real classroom
teaching) membutuhkan guru bahasa Inggris untuk memiliki pengetahuan yang baik tentang mereka
dan keterampilan yang baik dalam mempraktikkan konstruksi. Itu bukan konstruksi yang mudah
untuk dipahami, juga tidak untuk diimplementasikan.

Rumitnya konstruk ini dan pengalaman penulis dalam membimbing guru bahasa Inggris untuk
disertifikasi dalam pelatihan mengajar guru mengembangkan keinginan untuk menemukan
kesalahpahaman mereka. Karena permasalahannya berkaitan dengan kurikulum, maka istilah
miskonsepsi akan ditelaah dari perspektif pelaksanaan pembelajaran, meskipun miskonsepsi itu
sendiri erat kaitannya dengan konsep bukan praktik (bukan praktik atau implementasi). Pengajaran
di kelas dianggap sebagai variabel proses dalam konsepsi pengajaran yang dikemukakan oleh Gage
(2009) dan merupakan salah satu dari empat variabel pengajaran. Pengetahuan guru dianggap
sebagai variabel pertanda dan pengetahuan itu dipraktikkan atau diimplementasikan dalam variabel
proses (pengajaran kelas nyata). Yang akan diimplementasikan dalam variabel proses tentunya
adalah apa yang dipahami oleh guru tentang konstruk dan komponen RPP K-13 lainnya. Inilah alasan
mengapa miskonsepsi diselidiki dengan mengambil data dari pengajaran di kelas.

Pendekatan Ilmiah dalam Pengajaran Bahasa Inggris

Pendekatan ilmiah seharusnya diterapkan dalam pengajaran sains kepada siswa. Pendekatan ini
menuntut pengajaran diimplementasikan dalam kegiatan-kegiatan berikut: (1) mengamati, (2)
Menanya, (3) mengasosiasi, (4) mencoba, dan (5) berjejaring atau mengomunikasikan. Obyek
pengamatan dapat berupa hewan, serangga, tumbuhan, dll. Berdasarkan pengamatan, peserta didik
mengajukan pertanyaan dan berdasarkan pertanyaan yang mereka buat dan asosiasikan dengan
pengetahuan awal mereka atau dengan informasi yang diperoleh dari referensi. Berdasarkan
kegiatan tersebut, mereka mengembangkan eksperimen untuk mendapatkan jawaban atas
kesenjangan antara apa yang diamati dan pertanyaan yang mereka ajukan.

Hasil eksperimen tersebut seharusnya dikomunikasikan atau dibagikan atau disebarluaskan kepada
teman-teman sekelasnya. Dengan pendekatan ini, pembelajar diharapkan dapat membangkitkan
rasa ingin tahu, menemukan apa yang diamati, menemukan informasi terkait, melakukan
penyelidikan dan mengkomunikasikan hasil. Peserta didik dilatih untuk menjadi seperti seorang
ilmuwan. Mereka tidak hanya diharapkan untuk mempelajari ilmu secara aktif. Pendekatan saintifik
bukan semata-mata pembelajaran aktif siswa (Peterson, 2012). Secara umum, demikianlah
penerapan pendekatan saintifik dalam pengajaran sains. Mengajar bahasa tentunya berbeda
dengan mengajar sains karena sains tidak persis sama dengan bahasa. Sifat ilmu tidak sama dengan
sifat bahasa. Kurikulum K-13 menuntut guru bahasa Inggris untuk menggunakan pendekatan
saintifik dalam mengajar bahasa Inggris. Karena hakikat bahasa tidak sama dengan hakikat sains,
tentunya penggunaan pendekatan saintifik dalam pengajaran bahasa Inggris perlu disesuaikan.
Bagaimana menerapkan pendekatan tergantung pada kreativitas guru dalam mengidentifikasi,
memilih dan menerapkan aspek pendekatan yang sesuai dengan tujuan pengajaran bahasa Inggris.
Dalam kegiatan observasi misalnya, guru harus kreatif memikirkan apa yang akan diamati, dan
pertanyaan apa yang diharapkan dapat diajukan oleh peserta didik. Setiap aspek kegiatan ilmiah: (1)
mengamati, (2) Menanya, (3) mengasosiasi, (4) bereksperimen, dan (5) berjejaring atau
mengomunikasikan perlu dimodifikasi dan diubah tanpa kehilangan hakikat pendekatan ilmiah. ,
yaitu the active cognitive engagement.

Genre Based Approach in the Teaching of English Genre, menurut Knap (2005) dapat dipahami
sebagai proses sosial pengaturan bentuk konstan dan kode gramatikal. Proses sosial dapat
diklasifikasikan ke dalam proses mendeskripsikan, menjelaskan, menginstruksikan, berargumen dan
menceritakan. Karena dapat dianggap sebagai proses, pembelajar bahasa Inggris dapat menerapkan
proses tersebut untuk menghasilkan teks genre tertentu serta untuk memahami teks genre tertentu.
Pengelompokan proses sosial ditandai dengan teks dengan struktur generik tertentu, fungsi sosial,
dan leksiko-tata bahasa.

Teks deskriptif, misalnya, memiliki struktur generik, fungsi sosial, dan tata bahasa leksiko yang
berbeda dengan struktur generik, fungsi sosial, dan tata bahasa leksiko narasi. Sebagai pendekatan
berbasis genre, genre seperti yang dijelaskan oleh Knapp (2005) diimplementasikan dalam
pengelompokan topik pelajaran yang diatur dan diatur dalam kurikulum mulai dari teks naratif,
deskriptif, argumentatif. Ini adalah beberapa topik pelajaran. Setiap teks memiliki struktur generik,
fungsi sosial dan leksiko-tata bahasa. Setelah topik teks deskriptif, misalnya, dipilih sebagai topik
pelajaran, maka itu akan menjadi penentu jenis teks apa yang akan ditugaskan kepada siswa untuk
dibaca atau ditulis, apa leksiko-tata bahasa (linguistik fitur ) untuk mengajar dan apa fungsi sosial
bagi siswa untuk melakukan. Dengan pendekatan ini, bahan ajar apa yang akan diajarkan diatur oleh
struktur generik yang dipilih.

Tujuan pengajaran bahasa Inggris kepada siswa, menurut kurikulum K-13, adalah agar siswa dapat
menggunakan atau menghasilkan bahasa baik secara lisan maupun bahasa tertulis dan untuk
memahami teks lisan dan tulisan dari berbagai genre. Pengetahuan guru tentang genre harus
digunakan untuk memfasilitasi kemampuan siswa untuk memahami teks tertulis atau lisan dari
genre tertentu. Dalam konsep pendekatan ini, pengetahuan tentang struktur generik teks deskriptif,
misalnya, harus digunakan untuk memfasilitasi pemahaman membaca siswa yang membaca teks
deskriptif (Oakhill, 2015).

Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan setiap komponen
dari struktur generik teks deskriptif. Menimbulkan pertanyaan seperti, bagaimana rupa kura-kura
itu? semoga dapat memudahkan pemahaman siswa tentang penampakan kura-kura yang
dideskripsikan dalam teks deskriptif. Sambil bertanya kepada siswa berapa dayung yang dimiliki
kura-kura? memfasilitasi pemahaman siswa tentang atribut kura-kura seperti yang dijelaskan dalam
teks deskripsi. Pengajaran membaca pemahaman teks dari berbagai genre mengharuskan siswa
untuk mengajukan pertanyaan berdasarkan keragaman struktur generik yang dimiliki teks.
Mengajarkan pemahaman membaca sebuah teks dengan pendekatan genre based tidak sama
dengan mengajarkan pemahaman membaca sebuah esai.

KD3 dan KD4 and Genre Based approach dalam Pengajaran Bahasa Inggris

KD singkatan dari Kompetensi Dasar atau Kompetensi Dasar sedangkan angka “3” mengacu pada
pengetahuan dan angka “4” mengacu pada keterampilan. Kurikulum K-3 percaya bahwa
keterampilan dibangun di atas pengetahuan. Untuk menguasai keterampilan membaca, seorang
siswa harus memiliki pengetahuan tentang membaca itu sendiri. KD dirumuskan dalam tujuan
pengajaran bahasa Inggris. Dengan kata lain, untuk mencapai tujuan pengajaran bahasa Inggris,
sekelompok KD harus dicapai. KD adalah blok bangunan tujuan.

Sebuah tujuan hanya dapat dicapai jika serangkaian KD terkait tercapai. KD adalah tujuan yang
lebih kecil dalam sebuah tujuan. Dalam pendekatan berbasis genre, topik pelajaran dapat menjadi
salah satu jenis genre teks, seperti teks deskriptif. Kompetensi dasar KD3 dan KD4 untuk topik ini
yang ingin dicapai oleh peserta didik dirumuskan sebagai blok bangunan dari tujuan yang lebih besar
dari pengajaran teks deskriptif untuk memproduksi dan memahami teks. Untuk mencapai
kompetensi tersebut (KD3 dan KD4) digunakan pendekatan saintifik yang disesuaikan dengan sifat
topik. Menyediakan teks deskriptif teks bagi siswa untuk membaca tugas mereka untuk menjawab
beberapa pertanyaan yang diajukan berdasarkan (1) fungsi sosial teks, seperti Apa yang dilakukan
penulis teks?, (2) pada penampilan objek yang dijelaskan dalam teks, seperti Bagaimana objek
tersebut terlihat seperti?, (3) pada atribut objek yang dijelaskan dalam teks, seperti Berapa banyak
… yang dimiliki objek?, (4) pada klasifikasi objek yang dijelaskan dalam teks, seperti (5) Apa itu
dijelaskan dalam teks. Pertanyaan-pertanyaan ini mengarahkan pengamatan siswa melalui
pemahaman teks deskriptif pada fakta bahwa teks memiliki struktur generik, bahwa struktur
generik terdiri dari bagian-bagian yang berbeda, seperti klasifikasi, atribut, penampilan, dll, yang
berbeda dari struktur generik.

Teks dengan genre yang berbeda, seperti narasi. Dengan kegiatan seperti itu, leksiko-tata bahasa
yang biasa digunakan dalam teks deskriptif dipaparkan kepada peserta didik. Pemaparan tersebut
diharapkan dapat memicu pengamatan pembelajar terhadap jenis struktur kalimat yang umum
digunakan dalam teks deskriptif serta kata, dan frasa yang umum digunakan. Pengetahuan dan
keterampilan yang dikembangkan melalui pemahaman teks tulis merupakan dasar untuk
menghasilkan teks tulis dan teks deskriptif lisan. Elaborasi ini menunjukkan keterkaitan antara
pendekatan berbasis genre, pendekatan saintifik, dan formulasi kedua KD tersebut. Dalam
implementasi kurikulum K-13 dalam pengajaran bahasa Inggris, guru harus menguasai interelasi dan
harus memiliki keterampilan untuk mempraktekkan interelasi dalam pengajaran bahasa Inggris.

Anda mungkin juga menyukai