Anda di halaman 1dari 10

“PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN

BAHASA JEPANG MATERI KEHIDUPAN SEHARI-HARI”

OLEH : ERAWATI, S.Pd

A. LATAR BELAKANG

Kurikulum 2013 digulirkan dengan tujuan mempersiapkan insan Indonesia untuk

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang produktif , kreatif,

inovatif, dan afektif serfta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Secara singkat dapat dikatakan bahwa

kurikulum 2013 bertujuan menyiapkan siswa memiliki kompetensi atau kemampuan

untuk dapat menjalani kehidupannya dengan baik di abad 21 ini. Untuk menunjang

implementasi Kurikulum 2013 pemerintah telah menerbitkan sejumlah peraturan menteri

yang menjadi rujukan penerapan Kurikulum 2013, diantaranya adalah Permendikbud

No.20/2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Permendikbud No.21 tentang Standar

Isi, Permendikbud No.22 tentang Standar Proses, Permendikbud No.23 tentang Standar

Penilaian, dan Permendikbud No.24 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.

Persaingan dan kompleksitas permasalahan di abad 21 membutuhkan individu

yang kreatif dan mampu untuk belajar dari kondisi lingkungan yang dialami. Karena itu,

keterampilan untuk belajar dan berinovasi adalah salah satu keterampilan yang harus

dimiliki oleh individu yang hidup pada abad 21 ini. Kompetensi ini dapat dicapai dengan

mengubah paradigma pada pelaksanaan pembelajaran yang selama ini sudah

dilaksanakan yang sebagian besar berpusat pada guru (teacher centered) berubah

menjadi berpusat pada siswa (student centered).


Tentu saja mengubah paradigma yang sudah berlangsung lama dalam proses

pembelajaran di Indonesia tidaklah mudah. Implementasi kurikulum 2013 dalam proses

pembelajaran menuntut guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyajikan materi

pembelajaran, bagaimana agar pembelajaran dapat merangsang kemampuan berpikir

kritis dan analitis siswa, sehingga pembelajaran diharapkan berada pada level yang lebih

tinggi baik pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Mata pelajaran bahasa Jepang sebagaimana mata pelajaran lainnya yang diajarkan

di sekolah, juga diharapkan mampu mengubah paradigma pembelajarannya dengan

tujuan untuk mempersiapkan siswa memiliki kompetensi abad 21. Terutama bila melihat

kenyataan semakin terbukanya pasar kerja yang kompetitif lintas negara yang menuntut

penguasaan bahasa asing sebagai salah satu nilai tambah yang harus dimiliki siswa untuk

dapat masuk ke dalam persaingan global. Tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa Jepang

menjadi kompetensi yang penting untuk dikuasai oleh siswa. Tetapi di lapangan selama

ini, setelah penerapan Kurikulum 2013 banyak sekolah menengah yang mengurangi jam

bagi mata pelajaran bahasa Jepang, bahkan banyak juga yang sama sekali menghilangkan

mata pelajaran bahasa Jepang. Sehingga ada kesan bahwa Kurikulum 2013 tidak

mengakomodir kepentingan pasar industri dan tidak relevan dengan kompetensi yang

sebenarnya dibutuhkan siswa di abad 21 ini. Stigma yang selama ini melekat bahwa

bahasa asing “hanya” mata pelajaran tambahan atau mata pelajaran “pilihan” semakin

diperparah dengan kedudukan bahasa Jepang dalam struktur Kurikulum 2013 sebagai

salah satu mata pelajaran peminatan yang dapat dipilih atau tidak oleh siswa.

Disamping itu bertahun-tahun pengajaran bahasa Jepang di kelas telah

membentuk pola yang stagnan dan menoton, akibat dari terlalu bergantungnya guru

terhadap buku ajar yang dipakai, selalu diawali dengan mengajarkan kosa kata, pola

kalimat dan penjelasan tata bahasa, lalu latihan. Pembelajaran konvensional

menyebabkan keterampilan berbahasa asing yang dimiliki siswa tidaklah aplikatif.


Demikian juga dengan lokasi atau wilayah sekitar sekolah yang bukan merupakan daerah

wisata atau daerah industri, adalah salah satu faktor yang membuat siswa berpikir bahwa

penguasaan bahasa asing bukanlah sesuatu yang penting sehingga motivasi belajar siswa

pada mata pelajaran bahasa Jepang menjadi rendah.

Dari sekian banyak materi bahasa Jepang yang ada dalam silabus kurikulum 2013

materi kehidupan sehari-hari merupakan materi yang selama ini dianggap paling sulit

oleh sebagian besar siswa. Terutama pada sub pokok bahasan penggolongan kata kerja,

khususnya perubahan kata kerja dari bentuk –masu ke dalam bentuk –te.

Dari pengalaman mengajar bertahun-tahun peneliti selalu menemukan kesulitan

bagaimana siswa dapat memahami perubahannya, bukan menghapalkan perubahannya.

Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba menerapkan kegiatan pembelajaran

berbasis HOTS pada materi ini. Dalam proses pembelajaran berbasis HOTS paling

sedikit harus melibatkan 5M, yang meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi, menalar dan mengkomunikasikan. Peneliti memilih model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) yang dianggap sulit untuk diterapkan dalam penelitian

mata pelajaran bahasa, karena karakteristik penemuannya yang lebih cocok dengan mata

pelajaran sains. Dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam

pengajaran bahasa Jepang maka diharapkan siswa dapat mengembangkan pemikiran

analitisnya, kreatifitasnya, dapat memahami materi dengan baik, dan yang lebih penting

adalah bagaimana siswa dapat benar-benar berperan aktif dalam pembelajaran yang lebih

menyenangkan, sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

B. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang situasi di atas, kondisi yang ada saat ini adalah:

1. Proses belajar mengajar bahasa Jepang di kelas masih berjalan menoton

2. Belum ditemukan strategi pembelajaran yang tepat


3. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered)

4. Metode yang digunakan kebanyakan adalah ceramah dan drill

5. Kurangnya kesadaran pentingnya kemampuan berbahasa Jepang

6. Rendahnya motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Jepang

7. Rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Jepang khususnya

materi kegiatan sehari-hari, sub pokok bahasan penggolongan kata kerja

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang

ada dapat dirumuskan:

1. Bagaimana pembelajaran berbasis HOTS dengan menggunakan model Problem

Based Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

2. Bagaimana pembelajaran berbasis HOTS dengan menggunakan model Problem

Based Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam materi

kegiatan sehari-hari.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Ingin mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

terhadap motivasi belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1 Krangkeng dalam mata

pelajaran bahasa Jepang materi kehidupan sehari-hari, sub pokok bahasan

perubahan bentuk kata kerja

2. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dalam materi kehidupan

sehari-hari sub pokok bahasan penggolongan kata kerja setelah diterapkannya

pembelajaran berbasis HOTS dengan model Problem Based Learning.


D. RUANG LINGKUP RENCANA PENELITIAN

Ruang lingkup dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah masalah peningkatan

motivasi dan prestasi belajar siswa

2. Penelitian tindakan kelas ini dikenakan pada siswa kelas XI sesuai materi dalam

silabus kurikulum 2013 dimana materi kehidupan sehari-hari ada di kelas XI

3. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Krangkeng

Kabupaten Indramayu

4. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2018-2019

5. Penelitian tindakan kelas ini dibatasi pada kompetensi dasar

3.3 Menggambarkan tentang kehidupan sehari-hari (mainichi no seikatsu) sesuai

dengan konteks penggunaannya pada teks interaksi transaksional lisan dan tulis

dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan

4.3 Menggunakan ungkapan yang menggambarkan tentang kehidupan sehari-hari

(mainichi no seikatsu) sesuai dengan konteks penggunaannya pada teks interaksi

transaksional lisan dan tulis dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks,

dan unsur kebahasaan

E. KERANGKA KONSEP

1. Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi

adalah kegiatan berpikir yang melibatkan level kognitif hirarki tinggi dari

taksonomi berpikir Bloom. Secara hirarki taksonomi Bloom terdiri dari enam

level, yaitu knowledge (recall or locate information), comprehension (understand

learned facts), application (apply what has been learned to new situation),

analysis (“take apart” information to examine different parts), synthesis (create or


invent something; bring together more than one idea) dan evaluation (consider

evidence to support conclusions). Dafik , 2014, dafik-fkip-unej.org

Dalam hirarki tersebut maka yang masuk dalam kategori HOTS adalah level

analysing dan evaluating yang dikategorikan dalam critical thinking dan yang

terakhir creating dikategorikan dalam creative thinking. Kemudian, bagaimana

mewujudkan HOTS ini dalam pembelajaran bahasa Jepang? Disinilah dituntut

kemampuan guru dalam menguasai materi dan menyusun strategi pembelajaran

sedemikian rupa dengan mencari pendekatan atau model pembelajaran yang tepat

sesuai materi dan dapat membuat kegiatan pembelajaran di kelas yang mampu

menumbuhkan kemapuan berpikir kritis dan kreatif dengan pengarahan dan

pembimbingan yang tepat dari guru. Pembelajaran berbasis HOTS bila dipahami

betul konsepnya maka dapat diterapkan pada semua mata pelajaran, bukan hanya

mata pelajaran sains saja.

2. Problem Based Learning (PBL) adalah metode pengajaran yang bercirikan

adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar

berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh

pengetahuan (Duch, 1995)

F. TARGET YANG AKAN DICAPAI

Target yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu:

1. Meningkatnya motivasi belajar siswa dalam materi kehidupan sehari-hari

khususnya dan mata pelajaran bahasa Jepang pada umumnya.

2. Meningkatnya prestasi belajar siswa dalam materi kehidupan sehari-hari mata

pelajaran bahasa Jepang


G. INDIKATOR KEBERHASILAN

Indikator keberhasilan yang menunjukkan bahwa tujuan penelitian telah tercapai adalah:

1. Minimal 70% siswa aktif berinteraksi dalam kelompok, data didapat melalui

proses pengamatan selama pembelajaran oleh peneliti dan kolaborator.

2. Minimal 70% siswa mencapai Standar Ketuntasan Minimal, data didapat setelah

menganalisis hasil tes

3. Skor rata-rata tes tertulis minimal 75, data didapat setelah menganalisis hasil tes

tertulis

H. PROSEDUR PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan melakukan

perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, dan kompetensi atau situasi

pembelajaran. Waktu pelaksanaan menyesuaikan dengan jadwal mengajar peneliti di

kelas XI yaitu 4 jam pelajaran perminggu. Sehingga RPP akan dibuat dengan alokasi

waktu 4jp.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Tiap-tiap siklus

dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain dalam

faktor-faktor yang diselidiki.

Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dapat dijabarkan dalam uraian berikut:

1. Perencanaan

Kegiatan ini meliputi:

a. Berdasarkan rumusan masalah peneliti menetapkan alternatif tindakan

yang dapat diambil untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar

siswa dalam mata pelajaran bahasa Jepang materi kegiatan sehari-hari

b. Membuat perencanaan pengajaran yang mengembangkan daya berpikir

kritis siswa dan kreatifitas

c. Membuat dan melengkapi alat/media pembelajaran


d. Membuat lembar observasi, dan

e. Mendesain alat evaluasi

2. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan

pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan, yaitu dengan mengikuti alur

model pembelajaran Problem Based Learning:

a. Orientasi siswa kepada masalah

Pertama dijelaskan dulu tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh guru

yaitu siswa dapat menggambarkan tentang kegiatan sehari-hari sesuai

dengan konteks penggunaannya. Selanjutnya diajukan suatu masalah yang

harus dipecahkan siswa, yaitu disajikan sebuah percakapan mengenai

kegiatan sehari-hari. Dalam percakapan tersebut ada kalimat yang

menyatakan satu kegiatan dan ada kalimat yang menyatakan beberapa

kegiatan yang berurutan. bagian kata kerja dan objeknya digarisbawahi.

Siswa harus memperhatikan bagian yang telah digarisbawahi, sebagai

masalah yang harus dipecahkan. Apa perbedaan kalimat yang menyatakan

satu kegiatan dan kalimat yang menyatakan beberapa kegiatan.

Bagaimana perubahan kata kerja untuk menyatakan kegiatan yang

berurutan.

b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran

Siswa diarahkan untuk membentuk kelompok, masing-masing kelompok

akan menerima lembar kerja yang harus dikerjakan secara bertahap dan

bersama-sama, guru membimbing siswa mengorganisasikan tugas belajar

masing-masing anggota kelompok terkait masalah yang disajikan.

c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok


Guru melakukan usaha untuk mendorong siswa dalam mengumpulkan

informasi yang relevan dengan masalah, mendorong siswa memanfaatkan

secara maksimal seluruh sumber yang bisa didapat, baik dari

perpustakaan, maupun browsing. Guru membimbing siswa dalam

menemukan sumber yang tepat dan merekomendasikan pencarian dengan

memberikan keywords yang tepat sehingga siswa terarah dalam

melakukan penyelidikan.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil penyelidikan

Guru mengamati dan membimbing siswa menyelesaikan lembar kerja

berdasarkan hasil penyelidikan yang telah didapat dari berbagai sumber,

dan memastikan setiap anggota kelompok berperan dalam menyelesaikan

lembar kerja. Masing-masing kelompok diberi kesempatan menyajikan

hasil diskusi dengan menyelesaikan lembar kerja secara benar, dan

kelompok yang lain bersama-sama memberi pendapat dan penilaian

terhadap penampilan kelompok lain

e. Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa dalam melakukan refleksi ataupun evaluasi

terhadap penyelidikan mereka dalam setiap proses yang mereka gunakan

Di akhir pelaksanaan tidakan diadakan tes tertulis selama kurang lebih 10

menit.

3. Observasi

Dalam tahap ini dilaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan

menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan

4. Refleksi

Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan dan dianalisis.


Evaluasi dilakukan setelah satu tahapan tindakan untuk melihat hasil yang sudah

dicapai. Evaluasi berdasarkan pada data yang sudah dikumpulkan, baik berupa data

kualitatif maupun kuantitatif.

Data kualitatif berasal dari pengamatan selama pelaksanaan tindakan dan

wawancara. Data kuantitatif berasal dari angket, cheklist, atau daftar isian yang telah

disiapkan saat perencanaan kegiatan. Data ini mencakup tiga aspek yang diamati

yaitu aspek kognitif, psikomotor dan sikap dari siswa

Anda mungkin juga menyukai