Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN SGD 3 BLOK 2.

1
Kasus 3 SGD Mengapa anak saya tidak mengeluarkan kencing?
Seorang balita laki-laki berusia 3 tahun dibawa ibunya datang ke dokter dengan
keluhan tidak mengeluarkan air kencing. Anak tersebut sebelumnya panas dan oleh ibunya
diberi sirup penurun panas. Beberapa hari kemudian balita tersebut badannya sudah tidak
panas tetapi kemudian kencingnya makin sedikit sampai akhirnya tidak mengeluarkkan air
kencing. ibu tersebut khawatir karena melihat berita di TV bahwa ada zat Etilen glikol dan
Dietilen Glikol dalam sirup yang bisa berbahaya bagi ginjal dan tubuh.

PERTANYAAN KASUS 3
1. Jelaskan struktur histologi di ginjal yang berperan dalam pengendalian tekanan darah!
FINA DAN ARIQ
FINA
APARATUS JUXTAGLOMERULAR

a. Sel Granular Juxtaglomerularis


Merupakan modifikasi sel otot polos tunika media arteriol aferen.
Inti sel nya menjadi lebih bulat, RE kasar, kompleks golgi dan granula zimogenik
(menghasilkan renin)
Renin Angiotensin Aldosteron Sistem (RAAS):

Penurunan tekanan darah sistemik atau penurunan konsentrasi natrium dalam filtrat
merangsang sel jukstaglomerular untuk melepaskan enzim renin ke dalam aliran darah. Renin
mengubah protein plasma angiotensinogen menjadi angiotensin I yang selanjutnya diubah
menjadi angiotensin II oleh angiotensin-converting enzyme yang terdapat di sel endotel
kapiler paru. Angiotensin II menyebabkan vasokonstriksi arteri, sehingga tekanan darah
sistemik meningkat. Selain itu, angiotensin II merangsang pembebasan hormone aldosterone
dari korteks adrenal. Aldosteron terutama bekerja di sel-sel tubulus kontortus distal untuk
meningkatkan reabsorpsi ion natrium dan klorida dari filtrat glomerulus → tekanan darah
meningkat
b. Makula densa
Merupakan modifikasi dari TKD yang sel nya menjadi lebih kolumner

2. Jelaskan struktur histologi saluran kencing yang paling bawah! WINDA dan EGALITA
WINDA

PERBEDAAN URETHRA PADA PRIA DAN WANITA


LAKI-LAKI
1. Pars prostatika: epitel transisional
2. Pars membranosa: epitel kolumnar kompleks & pseudokompleks kolumner
3. Pars spongiosa/kavernosa: epitel pseudokompleks kolumner, squamous kompleks
pada glans penis
PEREMPUAN
Saluran dengan panjang 4 sampai 5 cm, awalnya dilapisi epitel transisional, lalu oleh
epitel squamous kompleks dan sejumlah area epitel pseudo-kompleks kolumner

EGALITA:
Struktur uretra
-pars prostatica: ketika menembus prostat
-pars membranacea: dari puncak prostat sampai bulbus kavernosum
-pars cavernosa: dari corpus cavernosum sMpai ujung glans penis
Secara histologis:
-tunika mukosa: membentuk lekukan berupa kelenjar tubuler bercabang disebut kelenjar
littre. Lamina propria: jp fibroelastis
-tunika muskularis: 2 lapis otot polos dengan bagian dalam longitudinal dan luar sirkular.

3. Apakah Etilen Glikol dan Dietilen glikol tersebut? RIZKY DAN ROFIQ
Etilen glikol dan dietien glikol merupaakn pelarut organik dengan rasa manis yang
kerap digunakan sebagai pengganti dari propilen glikol atau polietiken glikol. Kedua pelarut
tadi kerap disalahgunakan untuk pelarut obat dikarenakan kedua zat ini mengalami oksidasi
oleh enzim di tubuh. Ketika masuk tubuh mengalami oksidasi oleh enzim menjadi glikol
aldehil kemudian kembali dioksidasi menjadi asam glikol oksalat dan kemudian membentuk
lagi menjadi asam oksalat. Asam oksalat inilah yang memicu terbentuknya batu ginjal. Asam
oksalat ini berbentuk seperti kristal tajam yang dimana kalau dia berada di ginjal dia akan
menciderai ginjal. Dan juga dalam keadaan dimana tubuh kurang terhidrasi maka
pembentukan asam oksalat ini akan semakin cepat. (RIZKY)

Rofiq: Etilen Glikol merupakan cairan tidak berwarna, tidak berbau, dan memiliki rasa manis.
EG banyak digunakan dalam berbagai produk rumah tangga dan industri. The Food and
Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah menyetujui penggunaan etilen glikol
sebagai zat tambahan makanan tidak langsung, yaitu untuk digunakan sebagai komponen
dalam perekat kemasan. Saat ini etilen glikol memang tidak dikategorikan sebagai zat yang
dapat menyebabkan kanker pada manusia (karsinogenik), namun zat ini dapat
menyebabkan keracunan pada manusia. Uap EG yang terhirup dapat mengiritasi mata dan
paru-paru, namun tidak menyebabkan toksisitas sistemik. EG tidak diserap dengan baik
melalui kulit sehingga tidak dapat menyebabkan toksisitas sistemik. Paparan EG jangka
pendek (kurang dari 8 jam) menunjukkan gejala awal mabuk seperti pada keracunan etanol
tetapi tidak ada bau alkohol pada napas pasien/korban.
Sementara itu Dietilen Glikol (DEG) merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
kental dan higroskopik dengan rasa manis. Cairan tersebut biasa digunakan dalam berbagai
produk industri. DEG bersifat sangat toksik jika tertelan oleh manusia dalam jumlah besar,
serta mempengaruhi sistem saraf pusat (SSP), jantung, sistem pernapasan, hati, pankreas
dan ginjal, sehingga tidak diperbolehkan ada dalam produk obat dan makanan. DEG
berpotensi terdapat di dalam obat untuk manusia (misalnya: asetaminofen dan sulfanilamid),
baik disengaja/tidak sengaja sebagai cemaran obat yang dapat menyebabkan keracunan
pada manusia. Cemaran DEG juga dapat ditemukan pada gliserin, yang umum digunakan
sebagai pelarut dalam sediaan farmasi cair termasuk sirop asetaminofen.
Penggunaan dietilen glikol dan etilen glikol pada sediaan farmasi tidak diperbolehkan karena
efek toksik yang dapat ditimbulkan. Sebagaimana diketahui bahwa parasetamol dan
beberapa bahan aktif obat batuk sulit larut dalam air, oleh karenanya di dalam formulasi
digunakan kosolven untuk meningkatkan kelarutan bahan aktif tersebut. Beberapa kosolven
yang umumnya digunakan dalam sediaan sirop adalah gliserin, propilen glikol, polietilen
glikol, dan etanol. Penggunaan kosolven tersebut dibatasi konsentrasinya pada sediaan
farmasi karena sifatnya yang dapat menimbulkan efek toksik jika kadarnya melebihi batas
yang diperbolehkan.
Beberapa penyebab etilen glikol dan dietilen glikol dapat berada di dalam sediaan farmasi,
khususnya sirop parasetamol dan obat batuk, antara lain:
1. Penggunaan dietilen glikol pada sirop sebagai kosolven karena harganya yang lebih
murah dibandingkan kosolven lainnya yang diperbolehkan.
2. Penggunaan gliserin atau propilen glikol non-pharmaceutical grade sebagai kosolven
pada sediaan sirup
3. Penggunaan gliserin atau propilen glikol pharmaceutical grade sebagai kosolven yang
tidak dikendalikan kadar etilen glikol dan dietilen glikolnya.
(cewenya mark lee)

4. Apa sifat-sifat biokimiawi dari 2 zat tersebut di atas? FATTAN DAN JASMIN
JASMIN
Etilen glikol :
a. Tidak berwarna, berbau
b. Memiliki viskositas rendah : cairan bersifat higroskoopis
c. Menurunkan titik beku pelarutnya dengan menghambat pembentukan kristal es
d. lanjutin nanti ya aku mau bobo dulu

FATTAN
Dietilen glikol :
- cairan yang tidak berwarnapraktis tidak berbau
- beracun
- higroskopis dengan rasa yang manis
- Suatu zat disebut higroskopis jika zat itu mempunyai kemampuan menyerap
molekul air yang baik. Contoh zat-zat higroskopis adalah madu, gliserin, etanol,
metanol, asam sulfat pekat, dan natrium hidroksida (soda kaustik) pekat.

5. Apakah pengaruh dari 2 zat tersebut terhadap ginjal dan pembentukan batu ginjal?
NALA DAN SALSA

Nabila : Ketika masuk ke tubuh, senyawa ini mengalami oksidasi oleh enzim sehingga
menjadi glikol aldehid kemudian kembali dioksidasi menjadi asam glikol oksalat dan
kemudian membentuk lagi menjadi asam oksalat. Asam oksalat inilah yang memicu
membentuk batu ginjal.

—->Dietilen glikol dan etilen glikol ketika masuk ke tubuh akan mengalami oksidasi oleh
enzim sehingga menjadi glikol aldehid lalu menjadi asam glikol oksalat dan kemudian
membentuk lagi menjadi asam oksalat. Asam oksalat inilah yang memicu membentuk batu
ginjal, asam oksalat jika sudah mengkristal akan berbentuk seperti jarum tajam, Jika ke
ginjal akan jadi batu ginjal. Lalu kristalnya tajam akan mencederai ginjal, Jika kondisi ini
terjadi pada anak-anak yang notabene memiliki ukuran ginjal lebih kecil, dampak yang
ditimbulkan akan parah. Tidak hanya memapar di ginjal, efeknya juga bisa lari ke jantung
dan juga bisa memicu kematian yang cepat.

6. Bagaimanakah proses pembentukan urine? JASMIN DAN NISRINA


JASMIN
3 proses utama pembentukan urin:
1. Filtrasi glomerulus :
proses penyaringan besar-besaran plasma (hampir bebas protein) dari
kapiler glomerulus ke dalam kapsula bowman
• Membran glomerulus: fenestra lapisan endotel kapiler, membran/lamina basalis,
diafragma & celah lapisan epitel kapsula bowman.
• Membran: sangat permeabel thd air & kristaloid (solut bermolekul kecil), tidak
permeabel thd molekul besar, yaitu koloid (protein plasma)
2. Reabsorpsi tubulus :
perpindahan zat dari lumen tubulus menuju plasma kapiler peritubulus
99% cairan yang difiltrasi glomerulus diserap kembali oleh tubulus
(sebagian besar di tubulus proksimal), 1% diekskresi.
1. Bbrp senyawa asing yang difiltrasi tidak akan direabsorpsi, LFG yang
tinggi per hari membantu membersihkan plasma dari senyawa asing tsb.
2. LFG yang tinggi menyebabkan air & ion terfiltrasi dengan cepat. Ketika
filtrat melalui tubulus ginjal & memerlukan air & ion yg terfiltrasi tsb, maka
akan diserap kembali.
3. Sekresi tubulus :
perpindahan zat dari plasma kapiler menuju lumen tubulus Sekresi ialah perpindahan
molekul dari CES ke lumen tubulus nefron.
• Sekresi bergantung pada sistem transport membran; merupakan
transport aktif krn melawan gradien konsentrasi → sbgn besar mll transport aktif sekunder.
• Proses sekresi: difusi zat dari kapiler peritubulus ke interstisium → zat menuju lumen
tubulus dg menyebrangi tight junction antar sel (jalur
paraselular) atau melewati membran basolateral & membran apical
(jalur transelular).
• Sekresi K+ & H+ oleh nefron penting dalam homeostasis ion-ion tsb.
• Sekresi membantu nefron meningkatkan ekskresi s/molekul.
nisrina
FILTRASI GLOMERULUS Sewaktu darah mengalir melalui glomerulus, plasma
bebas-protein tersaring melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsula Bowman.
Dalam keadaan normal, 20% plasma yang masuk ke glomerulus tersaring. Proses
ini, dikenal sebagai filtrasi glomerulus, adalah langkah pertama dalam pembentukan
urine. Secara rerata, 125 mL filtrat glomerulus (cairan yang difiltrasi) terbentuk
secara kolektif melalui seluruh glomerulus setiap menit. Jumlah ini sama dengan 180
liter (sekitar 47,5 galon) setiap hari. Dengan mempertimbangkan bahwa volume
rerata plasma pada orang dewasa adalah 2,75 liter, hal ini berarti bahwa ginjal
menyaring keseluruhan volume plasma sekitar 65 kali sehari. Jika semua yang
difiltrasi keluar sebagai urine, semua plasma akan menjadi urine dalam waktu kurang
dari setengah jam! Namun, hal ini tidak terjadi karena tubulus ginjal dan kapiler
peritubulus berhubungan erat di seluruh panjangnya, sehingga bahan-bahan dapat
dipertukarkan antara cairan di dalam tubulus dan darah di dalam kapiler peritubulus.

Filtrasi Glomerulus (Penyaringan)


Filtrasi adalah proses penyaringan darah yg meloloskan molekul berukuran kecil
yang juga mengandung zat-zat berbahaya sisa metabolisme dan bersifat racun bagi
tubuh.
Filtrasi terjadi di badan malpighi yang terdiri atas glomerulus dan kapsula bowman
Glomerulus berfungsi untuk menyaring air, garam, asam amino, glukosa, urea dan
sebagainya
Hasil filtrasi di glomerulus akan mengalir menuju kapsula bowman dan menghasilkan
urine primer.
Urine primer mengandung air, glukosa, asam amino, garam/ion anorganik dan urea
dll tetapi tidak ada protein dan eritrosit (pd wnt ditanya sedang H atau tdk).

REABSORPSI TUBULUS Sewaktu filtrat mengalir melalui tubulus, bahan-bahan


yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus.
Perpindahan selektif bahan-bahan dari bagian dalam tubulus (lumen tubulus) ke
dalam darah ini disebut reabsorpsi tubulus. Bahan-bahan yang direabsorpsi tidak
keluar dari tubuh melalui urine tetapi dibawa oleh kapiler peritubulus ke sistem vena
dan kemudian ke jantung untuk diresirkulasi. Dari 180 liter plasma yang disaring per
hari, 178,5 liter, secara rerata, direabsorpsi. Sisa 1,5 liter di tubulus mengalir ke
dalam pelvis ginjal untuk dikeluarkan sebagai urine. Secara umum, bahan-bahan
yang perlu dikonservasi oleh tubuh secara selektif direabsorpsi, sementara bahan-
bahan yang tidak dibutuhkan yang harus dikeluarkan tetap berada di urine.
karenanya dipertahankan di dalam tubuh dan tidak diekskresikan di urine, meskipun
mengalir melewati ginjal.

. Reabsorpsi (Penyerapan Kembali)


Reabsorpsi menghasilkan urine sekunder dan terjadinya di tubulus kontortus
proksimal.
Urine primer yang terkumpul di kapasula Bowman masuk ke dalam tubulus kontortus
proksimal dan terjadi reabsorpsi.
Pada proses ini terjadi proses penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna bagi
tubuh dg nilai ambang substansi tinggi oleh dinding tubulus, lalu masuk ke pembuluh
darah yang mengelilingi tubulus.
Zat-zat yang diserap kembali oleh darah antara lain: glukosa, asam amino, dan ion-
ion anorganik (Na+, Ka+, Ca2+, Cl-, HCO3-, HPO43- dan SO43-)
Urine sekunder mengandung sisa metabolisme nitrogen dan urea.
Urine sekunder masuk ke lengkung henle. Pada tahap ini terjadi osmosis air di
lengkung henle descenden sehingga volume urine sekunder berkurang dan menjadi
pekat. Ketika urine sekunder mencapai lengkung henle ascenden, garam Na+
dipompa keluar dari tubulus, sehingga urine menjadi lebih pekat dan volume urine
tetap.

SEKRESI TUBULUS Proses ginjal ketiga, sekresi tubulus, adalah pemindahan


selektif bahan-bahan dari kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus. Proses ini
adalah rute kedua bagi bagi masuknya bahan ke dalam tubulus ginjal dari darah,
dengan yang pertama adalah melalui filtrasi glomerulus. Hanya sekitar 20% plasma
yang mengalir melalui kapiler glomerulus difiltrasi ke dalam kapsul Bowman; sisa
80% mengalir melalui arteriol eferen ke dalam kapiler peritubulus. Sekresi tubulus
merupakan mekanisme untuk mengeluarkan bahan dari plasma secara cepat
dengan mengekstraksi sejumlah tertentu bahan dari 80% plasma yang tidak terfiltrasi
di kapiler peritubulus dan memindahkannya ke bahan yang sudah ada di tubulus
sebagai hasil filtrasi.

3. Augmentasi (Pengendapan)
Urine sekunder dari lengkung henle ascenden akan masuk ke tubulus distal untuk
masuk tahap augmentasi (pengendapan zat-zat yang tidak dibutuhkan lagi oleh
tubuh).
Zat sisa yang dikeluarkan oleh pembuluh kapiler adalah ion hidrogen (H+), ion
kalium (K+), NH3 dan kreatinin. Pengeluaran ion H+ ini membantu menjaga pH yang
tetap dalam darah.
Selama melewati tubulus distal, urine banyak kehilangan air sehingga konsentrasi
urine makin pekat.
Selanjutnya urine memasuki pelvis renalis dan menuju ureter, kemudian dialirkan ke
vesica urinaria, untuk ditampung sementara waktu. Pengeluaran urine diatur oleh
otot-otot sfingter (pada ortu kadang terjadi inkontinensia urin). Kandung kemih hanya
mampu menampung kurang lebih 300 ml.
Hasil akhir dari tahap Augmentasi adalah urine yang sesungguhnya.
Urine sesungguhnya mengandung urea, asam, amonia, sisa-sisa metabolisme
protein, dan zat-zat yang berlebihan dalam darah seperti vitamin misalnya vit B dan
C, obat-obatan, hormon, serta garam mineral.
Jika terdapat bahan atau zat lain misalnya sel darah merah dan protein, maka hal
tersebut adalah indikasi bahwa terdapat masalah di ginjal atau salurannya.

7. Apakah yang dimaksud eGFR? Jelaskan ARIQ DAN WINDA


WINDA
● GFR : Laju filtrasi glomerulus merupakan suatu pemeriksaan fungsi ginjal untuk
menilai fungsi ekskresi ginjal, yang dapat diukur dengan perhitungan klirens ginjal.
● Klirens adalah volume plasma yang mengandung semua zat yang larut melalui
glomerulus serta dibersihkan dari plasma dan diekskresikan ke dalam urin, karena
itu nilai klirens mewakili fungsi glomerulus
● GFR (Glomelurus Filtration Rate) : tenaga filtrasi 25 mm Hg terbentuk 120 ml filtrat
glomelurus/menit
● GFR dewasa normal = 120 ml/menit
● Filtrat glomerulus berbeda dengan darah. Filtrat glomerulus adalah darah tanpa
protein dan sel darah.
● Filtrat glomerulus berbeda dengan urine, dalam hal komposisi kimianya dan
volume/menit.

8. Apakah yang dimaksud dengan nilai ambang substansi pada ginjal? EGALITA DAN
FINA
EGALITA:
Nilai ambang substansi ginjal: besar kecilnya reabsorbsi substansi oleh tubulus yang
tergantung kadarnya dalam darah (dipengaruhi apakah molekul itu masih dibutuhkan tubuh
atau tidak)
● Terbagi menjadi nilai substansi yang RENDAH dan TINGGI.
A. Rendah → lolos filtrasi ginjal , tetapi tidak diserap kembali
Contoh: kreatinin, urea, asam urat
B. Tinggi → lolos filtrasi dan diserap kembali (dibutuhkan oleh tubuh)
Contoh: glukosa, asam amino

FINA
a. Nilai ambang substansi rendah
- Lolos filtrasi tapi yang diabsorbsi dikit atau tidak sama sekali
- Contoh tambahan : Na, Cl, Mannitol, Inulin
b. Nilai ambang substansi tinggi
- Bila suatu substansi kadarnya normal dalam darah → hampir semua diabsorbsi
kembali oleh tubulus distal
- Bila kadarnya berlebihan dalam darah → substansi tersebut akan diekskresikan
melalui urin
Glukosa dalam urine : Glukosuria
Albumin dalam urin : Albuminuria
Protein dalam urine : Proteinuria

9. Bagaimanakah peran ginjal dalam keseimbangan asam basa? RIZKY, NALA DAN
FATTAN
FATTAN
Ginjal dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa yaitu melalui pengeluaran urin
yang asam atau basa. Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah asam dalam cairan
ekstraselular, sedangkan urin basa akan mengurangi jumlah basa dalam cairan
ekstraseluler. Perubahan pH dapat memberikan pengaruh terhadap beberapa organ tubuh.
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion hidrogen bebas dalam
cairan tubuh. Konsentrasi ion hidrogen sangat mempengaruhi proses metabolisme yang
berlangsung dalam tubuh karena hampir semua aktivitas enzim dipengaruhi oleh
konsentrasi ion hydrogen. Ginjal dalam mempertahankan pH darah agar tetap normal (7,4),
darah harus menyangga dan membuang kelebihan asam yang dibentuk oleh asupan
makanan dan metabolism tubuh. Ion bikarbonat mempengaruhi kapasitas dapar darah, ion
bikarbonat mudah disaring oleh glomerulus dan harus cepat dikembalikan ke darah untuk
mempertahankan pH yang tepat. Sekresi ion hidrogen oleh tubulus ginjal dalam filtrate
mencegah bikarbonat diekresikan ke dalam urin dan menyebabkan kembalinya ion
bikarbonat ke dalam plasma

Rizky
Jadi ginjal berperan dengan cara reabsorbsi ion bikarbonat. Ion bikarbonat akan
direabsorbsi kembali pada daerah tubulus kontortus distal atau jika masih kekurangan maka
ginjal akan mensekresi dari ion bikarbonat ini. Hal tersebut terjadi ketika darah bersifat
terlalu asam diakibatkan terlalu banyaknya dari ion H+ yang mengakibatkan ph darah
menurun. Ginjal akan teraktivasi untuk reabsorbsi dari ion bikarbonat atau HCO3- dan
nantinya akan bereaksi membuat h2co3 atau yang nantinya akan menjadi h2o dan co2.
Sumber: Hamm, L.L., Nakhoul, N. and Hering-Smith, K.S. (2015) “Acid-base homeostasis,”
Clinical Journal of the American Society of Nephrology, 10(12), pp. 2232–2242. Available at:
https://doi.org/10.2215/cjn.07400715.

10. Berilah contoh mekanisme bagaimana cara ginjal mengatasi gangguan pH darah.
NISRINA, ROFIQ, SALSA
Rofiq: Asidosis respiratorik : keasaman yg ada di darah. Bisa dari peningkatan H+ di darah
disertai penurunan buffer. Bisa jadi tingginya bukan karena H+, bisa karena asam folatil
seperti CO2. CO2 meningkat, HCO3 ditingkatkan. Reabsorbsi HCo3 meningkat

Alkalosis : CO2 menurun, HCO3 darahnya menurun, HCO3 ngga direabsorbsi

H2CO3 : HCO3- =1:20

Anda mungkin juga menyukai