Anda di halaman 1dari 32

WRAP UP SKENARIO 2

Blok Homeostasis dan Cairan


EDEMA

KELOMPOK A-02

Adhara Yasmine Aqila Pramono (1102019002)


Anastasya Bellindiva Amalia Putri (1102019016)
Ari Fajar Maulana (1102019030)
Carolin Aprilia Baslani (1102019044)
Desica Destya Putri (1102019058)
Faishal Arief Athallah Huda (1102019072)
Jean Kharismatik Perada (1102019100)
M. Usama Royhul Azhar (1102019114)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM


FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI
2019/2020

1
DAFTAR ISI

SKENARIO............................................................................................................................... 3

KATA SULIT .......................................................................................................................... 4

PERTANYAAN ....................................................................................................................... 4

JAWABAN ...............................................................................................................................
5

HIPOTESIS .............................................................................................................................. 6

SASARAN BELAJAR ............................................................................................................. 7

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN SUSUNAN SIRKULASI KAPILER ........................


8

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ALITAN CAIRAN KAPILER KE SEL-SEL


TUBUH .......................................................................................................................................
.......... 10

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN METABOLISME CAIRAN TUBUH BERLEBIH .


14

MEMAHAMI DAN MENJELASKAN EDEMA ................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
31

2
SKENARIO 2

Edema

Seorang laki-laki, usia 24 tahun berobat ke dokter dengan keluhan kaki dan perut
membengkak sejak 2 bulan yang lalu. Untuk mengurangi bengkak biasanya pasien
menaikkan kedua kakinya, tetapi sekarang tidak membantu. Tidak ada riwayat penyakit berat
lainnya. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya asites pada abdomen dan edema pada kedua
tungkai bawah. Hasil pemeriksaan laboratorium: kadar protein albumin di dalam plasma
darah 2.0 g/L (normal> 3.5 g/L), pemeriksaan lain dalam batas normal. Keadaan ini
menyebabkan gangguan tekanan koloid osmotic dan tekanan hidrostatik di dalam tubuh.
Dokter menyarankan pemberian infus albumin.

3
KATA SULIT

1. Asites : Pembengkkan pada sel perut akibat akumulasi cairan


2. Abdomen : Bagian tubuh antara thorax dan pelvis
3. Edema : Pengumpulan cairan secara abnormal diruang intraseluler tubuh
4. Infus albumin : Pemberian albumin kedalam pembuluh darah
5. Bengkak : Pembesar / protuberansi pada tubuh
6. Tekanan koloid osmotik : Tekanan osmotik yang dihasilkan oleh molekul yang tidak
dapat berdifusi, berupa koloid.
7. Albumin : Protein utama yang terdapat dalam plasma
8. Tekanan hidrostatik : Tekanan yang dihasilkan oleh cairan pada dinding pembuluh
darah
9. Koloid : Protein yang berukuran besar

PERTANYAAN

1. Fungsi albumin dalam tubuh?


2. Mengapa kadar albumin dalam darah menurun?
3. Apa factor penyebab edema?
4. Bagaimana cara penanganan edema?
5. Apa ciri-ciri edema?
6. Apa akibat gangguan tekanan koloid osmotic?
7. Mengapa saat menaikkan kaki dapat mengurangi edema. Sedangkan setelah 2 bulan
perlakuan tersebut sudah tidak berpengaruh?
8. Apa gejala pada edema?
9. Apa pengaruh pemberian infus albumin?

4
JAWABAN

1. – Berperan dalam kerja tekanan onkotik pada proses filtrasi glomerolus


- Menjaga keseimbangan cairan
- Transportasi dalam darah
- Antioksidan dalam darah

2. – Akibat produksi albumin yang tidak adekuat


- Katabolisme yang berlebih
- Kehilangan albumin dari tubuh

3. - Kekurangan albumin
- Vasokontriksi pada pembuluh darah

4. – Mengistirahatkan bagian tubuh yang mengalami pembengkakan


- Pemberian es / air dingin pada bagian edema
- Diberi bebat/tekanan
- Menempelkan bagian edema lebih tinggi dari posisi jantung
- Pemberian infus albumin

5. – Terjadi perubahan warna pada kulit (misal merah atau biru )


- Bengkak
- Kulit menjadi kencang / tidak elastis

6. Gangguan filtrasi glomerolus dimana cairan keluar dari intravaskular ke intertisial


7. Untuk memperlancar aliran darah
8. – Nyeri pada edema
- Kebas
- Demam
- gerakan terbatas
- Bengkak

9. Untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi lebih baik

5
HIPOTESIS

Laki-laki pada sekenario mengalami penimbunan cairan pada beberapa bagian tubuh
(edema). Edema adalah pengumpulan cairan secara abnormal diruang intraseluler tubuh
disebabkan oleh bebrapa faktor diantaranya kekurangan albumin dan vasokontriksi pada
pembuluh darah, sehingga terjadi gangguan pada tekanan onkotik dan gangguan pada filtrasi
glomerolus.

6
SASARAN BELAJAR

LO 1. Mengetahui dan Memahami Susunan Sirkulasi Kapiler

LO 2. Mengetahui dan Memahami Aliran Cairan Kapiler ke Sel-Sel Tubuh

LO 3. Mengetahui dan Memahami Metabolise Cairan Tubuh Berlebih

LO 3.1. Mekanisme

LO 3.2. Faktor yang mempengaruhi

LO 3.3. Hubungan antara tekanan osmotik dan tekanan hidrostatik dalam kapiler.

LO 4. Mengetahui dan Memahami Edema

LO 4.1. Definisi

LO 4.2. Mekanisme

LO 4.3. Faktor

LO 4.4. Penyebab (etiologi)

LO 4.5. Klasifikasi

LO 4.6. Ciri-ciri

LO 4.7. Manifestasi klinis

LO 4.8. Pemeriksaan

LO 4.9. Penanganan

7
LO 1. Mengetahui dan Memahami Susunan Sirkulasi Kapiler

Definisi

Kapiler darah adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama
(pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteroid ke venula). Kapiler ini memiliki
diameter antara 4 – 9 mikrometer, hampir tidak cukup besar untuk aliran sel darah merah. Zat yang
terlarut lemak, seperti oksigen dan karbondioksida, melewati kapiler ke ruang interstitial dengan
berdifusi menembus sel endotel.

Kapiler adalah setiap pembuluh halus yang menghubungkan arteriol dan venula. dindingnya
berlaku sebagai membran semipermiable untuk pertukaran berbagai substansi antar darah dan cairan
di jaringan.

Fungsi

 Tempat terhubungnya arteri dan vena


 Wadah terjadinya pertukaran cairan, makanan, elektrolit, hormon, dan bahan-bahan lainnya 
 Filtrasi pada ginjal 
 Absorbsi sekret kelenjar 
 Absorbsi nutrisi pada usus
 Membuang sampah terhadap sel-sel disekitarnya 

Susunan

Dinding kapiler tersusun dari satu lapisan uniselular sel-sel endotel dan dikelilingi oleh suatu
membran basal yang sangat tipis di sisi luar kapiler. Total ketebalan dinding kapiler hanya sekitar
0,5 µm. Diameter interna kapiler besarnya 4 sampai 9 µm, yaitu ukuran yang cukup besar untuk
dapat dilewati oleh sel darah merah dan sel darah lainnya.

Kapiler tersusun atas selapis sel endotel yang berasal dari mesenkim, melingkar dalam bentuk
tabung, mengelilingi ruang silindris, garis tengah rata-rata kapiler berkisar dari 7 sampai 9 µm.

Pori-pori kapiler pada beberapa organ mempunyai sifat khusus :


 Di dalam otak yaitu sel endotel kapiler sangat rapat, jadi hanya molekul yang sangat kecil
yang dapat masuk / keluar dari jaringan otak.
 Di dalam hati yaitu antara sel endotel kapiler lebar terbuka sehingga hampir semua zat yang
larut dalam plasma dapat lewat dari darah masuk ke hati.

8
 Di dalam berkas glomerulus ginjal yaitu terdapat fenestra ( lubang ) yang langsung menembus
bagian tengah sel endotel sehingga banyak zat yang dapat di filtrasi melewati glomerulus
tanpa harus melewati celah di antara sel endotelia.

Pada rangkaian mesentrium, darah memasuki kapiler melalui arteriol dan meninggalkan
arteri melalui venula. Darah yang berasal dari arteriol akan memasuki metarteriol atau arteriol
terminalis dan yang mempunyai struktur pertengahan antara arteriol dan kapiler. Sesudah
meninggalkan metarteriol, darah memasuki kapiler yang berukuran besar disebut saluran istimewa
dan yang berukuran kecil disebut kapiler murni. Sesudah melalui kapiler, darah kembali ke dalam
sistemik melalui venula.
Arteriol sangat berotot dan diameternya dapat berubah beberapa kali lipat. Metarteriol
tidak mempunyai lapisan otot yang bersambungan, namun mempunyai serat-serat otot polos yang
mengelilingi pembuluh darah pada titik-titik yang bersambungan.
Pada titik dimana kapiler murni berasal dari metarteriol, serat otot polos mengelilingi
kapiler yang disebut dengan sfingter prekapiler yang dapat membuka dan menutup jalan masuk ke
kapiler.
Venula ukurannya jauh lebih besar daripada arteriol tapi lapisan ototnya lebih lemah.

9
LO 2. Mengetahui dan Memahami Aliran Cairan Kapiler ke Sel-Sel Tubuh

Pada tubuh kapiler terdistibrusi dalam jumlah yang sangat luar biasa banyak (perkiraan
berkisar dari 10 hingga 40 miliar kapiler), tersedia luas permukaan total yang sangat besar
untuk proses pertukaran (diperkirakan 600 m2). Meskipun memiliki luas yang sangat besar
pada saat-saat tertentu kapiler hanya mengandung 5% dari volume darah total (misal pada
saat tubuh tidak melakukan aktivitas yang berat). Darah lebih lambat di kapiler daripada di
bagian lain sistem sirkulasi. Percabangan kapiler yang ekstensif mengakibatkan lambatnya
aliran darah melalui kapiler.

10
Pada kapiler terdapat pori yang berisi air yang memungkinkan lewatnya bahan larut-air
yang terbagi berdasarkan ukuran pori-porinya. Adapun urutannya berdasarkan dari yang
paling regang yaitu :
 Pada otak terdapat kapiler dengan sel-sel endotel yang disatukan dan tertaut dengan
erat sehingga terdapat pori. Taut ini mencegah pertukaran bahan transkapiler antara
sel-sel dan karenanya membentuk bagian dari sawar darah otak-protektif.
 Pada bagian otot rangka dan jaringan paru, bahan larut air (missal ion, glukosa, dan
asam amino) mulai mampu menembus kapiler, karena adanya pori yang berisi air,
terbentuk dengan lebar sekitar 4 nm.
 Pada organ ginjal dan usus halus (duodenum) pori kapiler terlihat lebih besar dengan
ukuran 20-100 nm yang dinamakan dengan fenestrasi. Jalan tembus melewati sel ini
penting dalam pergerakan cairan cepat menyebrangi kapiler dari organ-organ ini
selama pembentukan urine dan penyerapan makanan yang dicerna
 Pada sel endotel sel hati bersifat diskontinu mereka tidak berhubungan dekat seperti
halnya kapiler kontinu yaitu mereka tidak berhubungan dekat seperti halnya kapiler
kontinu. Celah antar sel pada kapiler ini berisar 10-1000 nm yang menimbulkan celah
yang sangat besar. Celah dikapiler diskontinu membentuk saluran yang besar yang
dinamakan sinusoid.

Pada sistem sirkulasi kapiler bekerja berdasarkan dua mekanisme, yaitu :


1. Difusi

Pada dasarnya pada proses ini terjadi penurunan gradien konsentrasi dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah, adapun mekanisme ini terjadi sebagai mekanisme utama
bagi tiap-tiap zat terlarut (missal nutrisi, O 2). Proses ini mendorong perpindahan tiap zat
terlarut dalam arah untuk menembus dinding kapiler. Dinding kapiler tidak membatasi
(permeable) lewatnya semua kontituen kecuali bagi protein plasma, tingkat pertukaran
ditentukan berdasarkan besarnya gradien konsentrasi darah dan sekiitar.
2. Bulk Flow

Pada proses ini terjadi proses distribusi volume CES antara kompartemen
intravaskuler dan cairan interstisium. Selain itu, berbagai konstituen cairan cair dan
semua terlarut akan berpindah secara bersamaan. Dinding kapiler berfungsi sebagai
penyaring, dimana pori pada kapiler berisi air. Ketika tekanan yang berada di dalam
kapiler melebihi tekanan diluar, maka cairan yang berada di dalam akan terdorong keluar
melalui pori yang dikenal prosesnya sebagai ultrafiltrasi. Sebagian protein plasma akan
tertahan tetap pada kapiler, walaupun ada yang lolos maka akan ditanggulangi oleh sistem
limfe. Namun, pada saat tekanan yang berada diluar lebih kecil dari pada tekanan yang
diluar maka akan mengakibatkan perpindahan cairan neto terdorong ke dalam dari cairan
insterstisium ke dalam kapiler melalui pori, proses ini dikenal dengan reabsorpsi. Pada
saat serangkaian ini terjadi ada gaya-gaya yang mempengaruhi terhadap pergerakan

11
cairan, karena adanya perbedaan tekanan hidosattik dan tekanan onkotik antara plasma
dan cairan interstisium. Gaya ini dinamakan ”Gaya Straling”. Adapun gaya-gaya yang
dihasilkan ada 4 jenis, yaitu :
a. Tekanan darah kapiler (PHc), merupakan tekanan cairan atau tekanan hidrostatik
yang dihasilkan oleh darah pada bagian dalam dinding kapiler. Tekanan ini
cenderung mendorong cairan keluar dari kapiler ke dalam cairan interstisium.
Pada saat memasuki cairan insterstisium tekanan yang dihasilkan akan berangsur-
angsur berkurang dari 37 mmHg akan turun menjadi 17 mmHg yang disebabkan
oleh adanya gesekan darah dengan pembuluh arteriol yang beresistensi tinggi di
hulu.
b. Tekanan osmotic koloid plasma (HπP), dikenal sebagai tekanan onkotik merupakan
gaya yang disebabkan oleh dispersi koloidal protein-protein plasma, tekanan ini
medorong cairan ke dalam kapiler. Pada proses ini terbentuk perbedaan
konsentrasi plasma yang lebih tinggi disbanding konsentrasi air daripada cairan
interstisium. Perbedaan ini mengakibatkan efek osmotic yang cenderung
memindahkan air dari daerah konsentrasi air tinggi di cairan interstisium ke
daeran konsentrasi air yang lebih rendah (konsentrasi plasma tinggi) di
plasma.Kontituen plasma tidak memiliki osmotic sehingga pada plasma dan
interstisium akan selalu setara atau konstan yaitu sebesar 25mmHg.
c. Tekanan hidrostatik cairan interstisium (HIF), mmerupakan tekanan cairan yang
terjadi pada bagian luar dinding kapiler oleh cairan interstisium. Tekanan ini
cenderung mendorong cairan masuk ke dalam kapiler.
d. Tekanan osmotic koloid interstisium (HπIF) merupakan gaya yang mungkin
memang tidak berperan secara signifikan pada bulk flow. Pada gaya ini memiliki
fungsi dalam mendorong cairan yang berada pada dalam kapiler keluar menuju
cairan interstisium.

Dapat disimpulkan bahwasannya dari keempat tekanan yang ada pada gaya
starling memiliki kecenderungan yang masing masing ada perbedaan dan kesamaan.
Dua tekanan yang cenderung mendorong cairan supaya keluar kapiler yaitu tekanan
darah kapiler dan tekanan osmotic koloid interstisium. Dua tekanan yang lain
mendorong cairan dari cairan interstisium ke dalam kapiler yaitu tekanan osmotic
koloid plasma dan tekanan hdrostatik cairan interstisium.

(PHc + HπIF) > (HπP + HIF)

12
Pada saat kasus tertentu akan terjadi dimana protein plasma mampu menembus pori
pada kapiler dan keluar ke dalam cairan interstisium, saat inilah sistem limfe yang merupakan
bagian dari sitem sirkulasi bekerja. Dimana protein plasma yang keluar dari cairan
interstisium akan dibantu oleh sistem limfe dalam menunjukkan jalan supaya bisa kembali
lagi ke dalam kapiler. Melalui pembuluh limfe awal dan pengubahan nama cairan menjadi
cairan limfe yang dilanjutkan akan menuju pada saluran venula yang mengindikasikan
bahwasannya protein plasma yang keluar tidak akan ada yang keluar dari saluran
intravaskuler dan tetep menetap didalam pembuluhnya.

13
LO 3. Mengetahui dan Memahami Metabolise Cairan Tubuh Berlebih

LO 3.1. Mekanisme

Pergerakan cairan tubuh, cairan tubuh tidak statis, cairan dan elektrolit berpindah dari
satukompartemen kekompartemen lain untuk memfasilitasi proses proses yang terjadi
didalamtubuh, seperti oksigenasi jaringan, respon terhadap penyakit, keseimbangan asam
basa, danrespon terhadap terapi obat. &airan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi,
osmosis,transportasi aktif, atau filtrasi. Perpindahan tersebut bergantung pada permeabilitasm
embrane sel atau kemampuan membrane untuk ditembus cairan dan elektrolit.

1. DIFUSI

 Suatu proses ketika materi padat, partikel, seperti gula didalam cairan, berpindah dari daerah
berkonsentrasi tinggi kekonsentrasi rendah, sehingga distribusi partikeldidalam cairan
menjadi merata atau partikel akan melewati membrane sel yang permeabeterhadap subtansi
tersebut.

2. OSMOSIS

 Perpindahan pelarut murni, seperti air, melalui membran semipermeable


yang berpindah dari larutan yang memiliki konsentrasi solute rendah ke larutan yang
memiliki konsentrasi solute tinggi. Kecepatan osmosis tergantung pada konsentrasi solute di
dalam larutan, suhu larutan, muatan listrik solute, dan perbedaan antara tekanan osmosis yang
dikeluarkan oleh larutan.

3. FILTRASI

Suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat larut secara bersamaan sebagai respon
terhadap adanya tekanan cairan. Proses ini bersifat aktif di dalam bantalan kapiler. Tekanan
hidrostatik adalah tekanan yang di hasilkan oleh suatu likuiddi dalam sebuah ruangan.

14
 

4. TRANSPOR AKTIF

Merupakan suatu mekanisme mengenai sel-sel yang mengabsorbsi glukosa dan substansi -


substansi lain untuk melakukan aktivitas metabolic. Memerlukan aktivitas metabolic dan
pengeluaran energi untuk menggerakan berbagai materiguna menebus membrane sel.

Hal ini memungkinkan sel menerima molekul yang lebih besar dari sel tersebut, selain itu sel
dapat menerima atau memindahkan molekul dari daerah berkonsentrasi rendah ke konsentrasi
tinggi. Contoh transport aktif adalah pompa natrium dan kalium.

Pengaturan Cairan Tubuh

1. Asupan cairan terutama diatur melalui mekanisme rasa haus. Pusat pengendalian rasa


haus barada di dalam hipotalamus di otak. Stimulus fisiologis utama terhadap pusat rasa 
hausa dalah peningkatan konsentrasi plasma dan penurunan volume darah. Sel-sel
reseptor yang disebut osmoreseptor secara terus menerus memantau osmolalitas. Apabila
kehilangan cairan terlalu banyak, osmoresptor akan mendeteksi kehilangan tersebut dan
mengaktifkan pusat rasa haus. Akibatnya, seseorang akan merasa haus kemudian
mencariair. Factor lain yang mempengaruhi pusat rasa haus adalah keringnya membrane
mukosafaring dan mulut, angiotensin II, kehilangan kalium, dan factor-faktor psikologis.

2. Haluaran Cairan. Cairan terutama di keluarkan melalui ginjal dan saluran


gastrointestinal. Pada orang dewasa, ginjal setiap menit menerima sekitar 12 ml plasma
untuk di saring dan memproduksi urine sekitar 4 ml dalam setiap jam atau totalnya
sekitar 1,5 l dalam satu hari. Jumlah urine yang
di produksi ginjal dipengaruhi oleh hormone antidiuretik dan aldosteron. Hormone-
hormonini mempengeruhi ekskresi air dan natrium serta distimulasi oleh perubahan
volume darah.0ehilangan air melalui kulit terutama diatur oleh system saraf simpatis,
yang mengaktifkan kelenjar keringat.

3.  Hormon. Hormone utama yang mempengaruhi keseimbangn cairan dan elektrolit adalah
ADH dan aldosteron keadaan kekurangan air akan meningkatkan osmolalitas darah dan

15
keadaan iniakan di respon oleh kelenjar hipofisis dengan melepaskan ADH. ADH akan
menurunkan produksi urine dengan cara meningkatkan reabsorbsi air oleh tubulus ginjal.

LO 3.2. Faktor yang mempengaruhi

Aspek Biokimia

Jika konsentrasi protein plasma sangat menurun, cairan tidak ditarik kembali kedalam
kompartmen intravaskular tetapi ditimbun di dalam ruang jaringan ekstravaskular dan
menjadi edema. Salah satu penyebab edema adalah defisiensi protein. Edema jaringan lunak
yang disebabkan tekanan osmotik koloid intravaskular yang menurun juga berasal dari
pengaruh konsentrasi albumin yang rendah.

Patofisiologi

Jika tekanan hidrostatik kapiler dan tekanan onkotik intersisial yang memindahkan cairan
dari vaaskular ke ekstravaskular lebih besar daripada tekanan hidrostatik interstisial dan
tekanan onkotik kapiler yang memindahkan cairan dari ekstravaskular ke vaskular maka hal
ini dapat menyebabkan pembengkakan jaringan lunak di ekstravaskular (interstisial).

Aspek Fisiologi

Pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstisium dikenal sebagai edema.


Penyebab edema secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:

1. Penurunan Konsentrasi protein plasma, menyebabkan penurunan tekanan osmotik


koloid plasma.
2. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler, memungkinkan lebih banyak (dari
biasanya) protein plasma keluar dari kapiler ke cairan interstisium disekitarnya.

16
3. Peningkatan tekanan vena
4. Penyumbatan pembuluh limfe

FAKTOR AKIBAT KONDISI KLINIS

Tekanan hidrostatik  plasma Darah yang terhambat Gagal jantung


kapiler meningkat kembali kevena dapat
Gagal ginja
menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler. Akibatnya Obstruksi vena
cairan akan banyak masuk Kehamilan
kedalam jaringan → edema

Tekanan osmotik koloid Konsentrasi plasma Malnutrisi


plasma menurun protein berkurang → tekanan
Diare kronik 
osmotik koloid plasma
menurun → air  berpindah Luka bakar 
dari plasma masuk kedalam Sindroma nefrotik 
jaringan → edema
Sirosis

Permeabilitas kapiler Peningkatan permeabilitas Infeksi bakteri


meningkat kapiler menyebabkan
Reaksi alergi
terjadinya kebocoran
membran kapiler sehingga Luka bakar 
protein dapat berpindah dari Penyakit ginjal akut:
kapiler masuk ke ruang Nefriris
interstitial

Retensi Natrium meningkat Ginjal mengatur ion natrium Gagal jantung


dicairan ekstrasel oleh.
Gagal ginjal
Fungsi ginjal dipengaruhi
oleh aliran darah yang Sirosis hati
masuk. Bila aliran darah Trauma (fraktur,

17
tidak adekuat akan terjadi operasi,luka bakar)
retensi natrium dan air →
Peningkatan produksi
edema
hormon kortikoadrenal:
(Aldosteron,
kortison,hidrokortison)

Drainase limfatik menurun Drainase limfatik berfungsi Obstruksi limfatik


untuk mencegah kembalinya (kanker sistem limfatik)
protein ke sirkulasi. Bila
terjadi gangguanlimfatik
maka protein akan masuk ke
sirkulasi, akibatnya tekanan
koloid osmotik plasma
akanmenurun → edema

Faktor-faktor penentu terhadap terjadinya kelebihan cairan:

1. Perubahan hemodinamik dalam kapiler yang memungkinkan keluarnya cairan
intravaskular ke dalam jaringan interstisium

Hemodinamik dipengaruhi oleh :


a. Permeabilitas kapiler 
b. Selisih tekanan hidrolik dalam kapiler dengan tekanan hidrolik dalam intersisium
c. Selisih tekanan onkotik dalam plasma dengan tekanan onktik dalam intersisium.

2. Retensi natrium di ginjal


Retensi natrium dipengaruhi oleh :
a. Sistem renin angiotensin-aldosteron
b. Aktifitas ANP
c. Aktifitas saraf simpatis
d. Osmoreseptor di hipotalamus

18
 Edema di kapiler terjadi bila terjadi peningkatan permeabilitas dinding kapiler
yang memungkinkan lebih banyak protein plasma keluar dari kapiler ke cairan
intersitium disekitarnya terjadi penurunan tekanan osmotik koloid plasma
yang menurunkan tekanan cairan intersitium yang
menurunkan tekanan ke arah dalam sementara peningkatantekanan osmotik
koloid cairan intersitium yang disebabkan oleh kelebihan protein dicairan
intersitium meningkatkan tekanan ke arah luar edema lokal.

 Edema terjadi di limfe bila terjadi penyumbatan pembuluh limfe karena


kelebihan cairan yang di filtrasi keluar tertahan di cairan intersisium dan tidak
dapat dikembalikan ke dalam melalui sistem limfe.

Penyebab dan koreksi kelebihan air

Kelebihan volume CES dapat terjadi jika Na dan air tertahan dengan proporsi yang
lebih kurang sama seiring dengan terkumpulnya cairan isotonik berlebihan di CES(hipervole
mia) maka cairan akan berpindah ke kompartemen cairan interstitial > Edema.
Kelebihan cairan volume selalu terjadi sekunder akibat peningkatan kadar Na tubuh totalyang
akan menyebabkan terjadinya retensi air.

Penyebab volume CES berlebihan :

a. Mekanisme pengaturan yang berubah


b.Gagal jantung
c.Sirosis hati
d.Sindrom nefrotik 
  e. Gagal ginjal

Gejala :
a. Distensi vena jugularis
b.Peningkatan tekanan yang sentral
c.Peningkatan tekanan darah
d.Denyut nadi penuh /kuat

19
e.Edema perifer dan periobita
f.Asitesis
g.Efusi pleura
h.Edema paru akut
i.Penambahan berat badan secara cepat

LO 3.3. Hubungan antara tekanan osmotik dan tekanan hidrostatik dalam


kapiler.

Tekanan koloid osmotik

Tekanan osmotik koloid (tekanan onkotik) adalah tekanan osmotik yang dihasilkan oleh
molekul koloid yang tidak dapat berdifusi, misalnya protein, yang bersifat menarik air ke
dalam kapiler dan melawan tekanan filtrasi. Perpindahan cairan dari ruang intravaskular ke
interstisium atau sebaliknya sangat dipengaruhi oleh kadar albumin dalam plasma. Pada
keadaan normal, albumin tidak dapat keluar dari pembuluh darah. Albumin adalah protein
utama di dalam plasma (80% protein plasma), memberikan 85% tekanan onkotik plasma.
Protein plasma menghasilkan tekanan onkotik sekitar 25 mmHg. Efek osmotik packed red
blood cells adalah nol karena sel darah berada dalam suspensi bukan di dalam solution,
sehingga tidak bereaksi dengan air.

Tekanan Hidrostatik

Tekanan hidrostatik adalah tekanan di dalam pembuluh darah yang sangat ditentukan oleh
tekanan darah. Tekanan ini semakin menurun ke arah perifer.

Hubungan antara tekanan osmotik dan tekanan hidrostatik dalam kapiler.

Pergerakan cairan antara kapiler dan jaringan tubuh terutama ditentukan oleh tekanan
hidrostatik dan osmotik koloid (tekanan onkotik) yang terutama berasal dari protein darah.
Tekanan onkotik relatif stabil, berkisar 25 mmHg. Filtrasi cairan di awal kapiler disebabkan
oleh tekanan hidrostatik yang melebihi tekanan onkotik. Pada kapiler bagian proksimal (dekat

20
arteriol) tekanan hidrostatik 40 mmHg. Air didorong dari plasma ke dalam cairan interstisium
dengan tekanan 15 mmHg, sehingga terjadi filtrasi cairan secara terus-menerus dari kapiler
ke interstisium. Pada bagian distal kapiler tekanan hidrostatik turun menjadi 10 mmHg.
Sebagian besar air dari cairan interstisium ditarik kembali ke dalam plasma dengan tekanan
15 mmHg. Sebagian besar cairan yang difiltrasi di kapiler bagian proksimal kembali ke darah
di kapiler bagian distal karena tarikan tekanan onkotik. Cairan yang tertinggal, disalurkan
melalui saluran limfe. Sisa air yang ditampung melalui sistem limfatik dibawa kembali ke
sistem vena.

Hukum starling: “Kecepatan dan arah perpindahan air dan zat terlarut antara kapiler dan
jaringan dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik dan osmotik masing masing kompartemen.”

∘Tekanan Hidrostatik Kapiler ( Pc )

Tekanan cairan/hidrostatik darah yang bekerja pada bagian dalam dinding kapiler. Tekanan
ini mendorong cairan dari membran kapiler untuk masuk ke dalam cairan interstisium. Secara
rata rata, tekanan hidrostatik di ujung arteriol kapiler jaringan adalah 37 mmHg dan semakin
menurun menjadi 17 mmHg di ujung venula.

∘Tekanan Koloid Osmotik Kapiler ( π c )

Disebut juga tekanan onkotik, yaitu suatu gaya akibat dispersi koloid protein protein plasma.
Tekanan ini mendorong gerakan cairan ke dalam kapiler. Plasma punya konsentrasi protein
yang lebih besar dan konsentrasi air yang lebih kecil daripada di cairan interstisium.
Perbedaan ini menimbulkan efek osmotik yang mendorong air dari daerah dengan
konsentrasi air tinggi di cairan interstisium ke daerah dengan air yang berkonsentrasi rendah )
konsentrasi protein lebih tinggi ) dari plasma. Tekanan koloid osmotik plasma rata rata adalah
25 mmHg.

∘Tekanan Hidrostatik Cairan Interstisium ( Pi)

Tekanan ini bekerja di bagian luar dinding kapiler oleh cairan interstisium. Tekanan ini
mendorong cairan masuk ke dalam kapiler. Tekanan hidrostatik cairan

21
interstisium dianggap 1 mmHg.

∘Tekanan Osmotik Koloid Cairan Interstisium ( π i)

Sebagian kecil protein plasma yang bocor ke luar dinding kapiler dan masuk ke

ruang interstisium dalam keadaan normal akan dikembalikan ke dalam darah melalui sistem
limfe. Tetapi apabila protein plasma bocor secara patologis, protein yang bocor menimbulkan
efek osmotik yang akan mendorong perpindahan cairan keluar dari kapiler dan masuk ke
cairan interstisium.

Filtrasi sepanjang kapiler terjadi karena ada tenaga Starling : perbedaan tekanan

hidrostatik intravaskuler dan interstisiil, dan perbedaan tekanan koloid-osmotik

intravaskuler dan interstisiil. Maka aliran cairan :

K ( Pc+ πi) – ( Pi+ πc )

K = koefisien filtrasi kaplier

Pc = tekanan hidrostatik kapiler = 37 mm Hg

π i = tekanan hidrostatik interstitial = 17 mm Hg

π c = tekanan koloid – osmotik kapiler = 25 mm Hg

i = tekanan koloid – osmotik interstisiil = diabaikan

 Jadi yang difiltrasi per hari sebanyak 24 liter/hari, 85% diserap kembali dan 15%

masuk saluran limfe.

 Pada jaringan yang tidak aktif, kapiler kolaps dan aliran darah mengambil jalan

22
pintas dari arteriol langsung ke venula.

Dengan demikian, dua tekanan yang cenderung mendorong cairan keluar kapiler adalah
tekanan darah kapiler dan tekanan osmotik koloid cairan interstisium. Dua tekanan yang
cenderung mendorong cairan masuk kedalam kapiler adalah tekanan osmotik koloid plasma
dan tekanan hidrostatik cairan interstisium. 

LO 4. Mengetahui dan Memahami Edema

LO 4.1. Definisi

Dalam bahasa Inggris pembengkakan adalah Edema yang berasal dari bahasayunani yaitu
Dropsy atau semacam penyakit yang merupakan akumulasi abnormalcairan di bawah kulit
atau dalam satu atau lebih rongga tubuh. Edema (bengkak) adalah pembengkakan karena
penumpukan cairan pada exstremitas maupun padaorgan dalam tubuh.

Edema adalah gelembung cairan dari beberapa organ atau jaringan yang merupakan
terkumpulnya kelebihan cairan limfe, tanpa peningkatan umlah sel dalammempengaruhi
jaringan. Edema bisa terkumpul pada beberapa lokasi pada tubuh,tetapi biasanya terdapat
pada kaki dan pergelangan kaki (Aethur C. Guyton)

Edema adalah peningkatan cairan intertisil dalam beberapa organ. Umumnya jumlah cairan
interstisil, yaitu keseimb angan homeostatis. Peningkatan sekresicairan ke dalam interstisium
atau kerusakan pemebersihan cairan ini juga dapatmenyebabkan edema (Ida Bagus Gede
Manuaba).

 Edema(oedema) atau sembab adalah meningkatnya volume cairanekstraseluler dan
ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam
sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringanikat longgar dan rongga-rongga badan).
Oedema dapat bersifat setempat (lokal) danumum (general). Oedema yang bersifat lokal
seperti terjadi hanya di dalam rongga perut (ascites), rongga dada (hydrothorax) (Wheda,
2010).

LO 4.2. Mekanisme

23
Cairan edema diberi istilah transudat, memiliki berat jenis dan kadar proteinrendah, jernih
tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yangencer atau mirip gelatin
bila mengandung di dalamnya sejumlah fibrinogen plasma.

Oedema bisa bersifat lokal dan bisa menyebar. Oedema lokal bisa terjadi padakebanyakan
organ dan jaringan-jaringan, bergantung pada penyebab lokalnya edema yang menyebar
mempengaruhi seluruh bagian tubuh tapi yang paling parah mungkintubuh bagian bawah
karena adanya gravitasi yang menarik air ke bawah sehinggaterakumulasi di bagian bawah
tubuh misalnya oedema pada exstremitas bawah,terjadi hanya di dalam rongga perut
(hydroperitoneum atau ascites), rongga dada(hydrothorax), di bawah kulit (edema subkutis
atau hidops anasarca), pericardium jantung (hydropericardium) atau di dalam paru-paru
(edema pulmonum).

Sedangkan edema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan edemadi banyak
tempat dinamakan edema umum (general edema). Kenaikan tekananhidrostatik terjadi pada
gagal jantung, penurunan tekanan osmotic terjadi sindromnefrotik dan gagal hati. Hal ini
biasanya mengajarkan bahwa fakta-fakta inimenjelaskan terjadinya oedema dalam kondisi
ini. Penyebab oedema yang umumseluruh tubuh dapat menyebabkan oedema dalam berbagai
organ dan peripherally.Sebagai contoh, gagal jantung yang parah dapat menyebabkan oedema
paru, efusi pleura, asites dan oedema perifer, yang terakhir dari efek yang dapat juga berasal
dari penyebab kurang serius

LO 4.3. Faktor

1. Berkurangnya protein dari plasma


- Gangguan hati, gangguan ginjal, malnutrisi protein
- Tekanan onkotik (OPc) menurun

2. Meningkatnya tekanan hidrostatik kapiler


- Gagal jantung, kegagalan pompa vena : paralisis otot, latihan, peningkatancurah
jantung.
- Tekanan hidrostatik (HPc) meningkat

3. Meningkatnya permeabilitas kapiler

24
- Respon inflamasi, trauma
- Peningkatan OPi dan penurunan OPc

4. Hambatan pembuluh limfatik


Filariasis limfatik, adalah sumbatan kelenjar getah bening peningkatan Opi
5. Pengurangan tekanan osmotic
Hal ini diakibatkan oleh kehilangan albumin serum yang berlebihan atau pengurangan
sintesis albumin serum. Penyebab terpenting peningkatan kehilangan albumin adalah
suatu penyakit ginjal tertentu yang disertai permeabilitas tidak normal pada
albumin. Karena keseimbangan cairan tergantung pada sifat osmotik proteinserum
maka keadaan yang disertai oleh penurunan konsentrasi protein ini dapat
mengakibatkan edema. Pada sindrom nefrotik sejumlah besar protein hilang
dalamurin dan penderita menjadi hipoproteinemia. Hipoproteinemia pada hepar
dapat berupa sirosis hati.
6. Retensi natrium dan air
Retensi natrium terjadi jika ekskresi natrium dalam urine lebih kecil daripada yang
masuk. Karena konsentrasi natrium yang tingi akan terjadi hipertonik.
Hipertonikakan menyebabkan air ditahan sehingga jumlah CES bertambah
dan terjadilahedema.

LO 4.4. Penyebab (etiologi)

1. Adanya kongesti
Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan hidrostatik
intra vaskula (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskulaoleh kerja
pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium.
Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar danrongga badan
(terjadi edema).

2. Obstruksi limfatik 
Apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan),
maka cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk
ke dalam saluran limfe akan tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering terjadi

25
akibat mastek-tomi radikal untuk mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau
akibat tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe. Selain itu, saluran dan
kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga
menyebabkanedema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau kaki
gajah/elephantiasis).

3. Permeabilitas kapiler yang bertambah


Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat dilalui oleh air
dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya
sedikitatau terbatas. Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada limfe. Daya
permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut.
Pada keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap
endotel, permeabilitas kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar
kapiler,sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan
osmotic cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan
yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas
kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik.

a) Hipoproteinemia
Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya daya
ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembeskeluar vaskula
sebagai cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapat diakibatkan kehilangan darah
secara kronis oleh cacing Haemonchuscontortus yang menghisap darah di dalam
mukosa lambung kelenjar (abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang
menimbulkan gejalaalbuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar bersama
urin) berkepanjangan. Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum

b) Tekanan osmotic koloid


Tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehinggatidak
dapat melawan tekanan osmotic yang terdapat dalam darah. Tetapi pada keadaan
tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya
jika permeabilitas kapiler bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotic jaringan da

26
pat menyebabkan edema. Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari
tekanan jaringan (tissue tension). Tekanan ini berbeda-beda pada berbagai jaringan.
Pada jaringan subcutis yang renggang seperti kelopak mata, tekanan sangat rendah,
oleh karena itu pada tempat tersebut mudah timbul edema.

c) Retensi natrium dan air 


Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada yang
masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi hipertoni.
Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan ekstraseluler dan
ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah. Akibatnya terjadi edema. Retensi
natrium dan air dapat diakibatkan oleh factor hormonal(penigkatan aldosteron pada
cirrhosis hepatis dan sindrom nefrotik dan pada penderita yang
mendapat pengobatan dengan ACTH, testosteron, progesteronatau estrogen).

Derajat terjadinya oedema:


1+ : menekan sedalam 2mm akan kembali dengan cepat
2+ : menekan lebih dalam (4mm) dan akan kembali dalam waktu 10-15 detik
3+ : menekan lebih dalam (6mm) akan kemabli dalam waktu >1 menit,
tampak bengkak
4+ : menekan lebih dalam lagi (8mm) akan kembali dalam waktu 2-5menit, tampak
sangat bengkak yang nyata.(Radiologi.rsnajls.org)

LO 4.5. Klasifikasi

Edema dapat dibedakan menjadi 3:

1. Edema idcalisata ( edema local) hanya sebatas pada organ pembuluh darah tertentu
terdiri dari:
 Ekstermitas ( unilateral) pada vena atau pembuluh darah limfe
 Ektermitas ( bilateral) biasanya pada ekstermitas bawah
 Muka ( facial edema)
 Asites ( Cairan rongga peritoneal)
 Hidrotoraks ( cairan di rongga pleura)

27
2. Edema Generalisata ( Edema umum) pembengkakkan yang terjadi pada seluruh tubuh
atau sebagian besar tubuh pasien. Biasanya terjadi pada
 Gagal jantung
 Sirosis hepatis
 Gangguan ekresi
3. Edema organ
Adalah suatu pembengkakkan yang terjadi didalam organ. Misalnya, hati, jantung
ataupun ginjal. Edema akan terjadi di organ-organ tertentu sebagai bagian dari
peradangan seperti dalam faringtis, tendonitis atau panciatitis, sebagai contoh. Organ-
organ tertentu mengembangkan edema melalui mekanisme jaringan tersebut.

Organ Spesifik oedema

Oedema akan terjadi pada organ tertentu sebagai bagian dari peradangan seperti pada
faringitis, tendonitis atau pankreatitis, misalnya organ-organ tertentu
mengembangakan jaringan oedema melalui mekanisme khusus. Contoh oedema pada
organ tertentu yaitu:

1) Cerebal oedema adalah akumulasi cairan ekstraseluler dalam otak. Ini dapatterjadi
pada metabolik beracun atau tidak normal dan kondisi negara seperti
lupussistemik. Ini yang menyebabkan mengantuk
atau pulmonary oedematerjadiketika tekanan di pembuluh darah di paru-paru
dinaikkan karena obstruksi untuk penghapusan darah melalui vena paru- paru. Hal
ini biasanya disebabkan oleh kegagalan ventrikel kiri jantung dapat juga terjadi
pada penyakit ketinggian ataumenghirup bahan kimia beracun, menghasilkan
oedema paru dan sesak nafas. Efusi pleura dapat terjadi ketika cairan juga
mneumpuk di rongga pleura.

2) Oedema juga dapat ditemukan dalam kornea mata dengan glukoma, konjungtivitis
berat atau keratitis atau setelah operasi. Itu mungkin menghasilkan warna
lingkaran cahaya disekitar lampu-lampu terang.

28
3) Oedema di sekitar mata disebut priorbital oedema atau kantung mata.
Periorbital jaringan yang paling trasa bengkak segera setelah bangun, mungkin kar
enaredistribusi gravitasi cairan dalam posisi horizontal.

4) Oedema pada exstremitas bawah sering terjadi pada pasien dengan gagal jantung,
hal ini ada tiga faktor penyebab yaitu sebagai berikut: jika terjadi tekanan
venasentral naik ke saluran kelenjar toraks kemudian perintah untuk
mengalirkancairan ke jaringan akan terhambat, adanya gagal jantung berat yang
merupakansalah satu kondisi yang paling melelahkan bagi penderita sehingga
cenderungmenghabiskan waktu untuk duduk untuk membuat bernafas lebih
mudah danmenggantungkan kaki mereka bergerak di lantai. Immobilitas yang
paling umummenjadi faktor penyebab oedema pada exstremitas bawah.

LO 4.6. Ciri-ciri

 Bengkak pada jaringan langsung dibawah kulit


 Kulit mengkilap atau merengang
 Kulit yang mempertahankan lesung setelah ditekan selama beberapa detik
 Peningkatan ukuran perut
 Berat badan naik, bendungan vena di leher

LO 4.7. Manifestasi klinis

1. Cari tahu penyebab edema. Edema merupakan gejala suatu penyakit, oleh sebab itu
harus diketahui lebih dulu penyebab edemanya.
2. Tirah baring dengan mengangkat kaki ke tempat yang lebih tinggi. Tirah baring dapat
memperbaiki efektofitas diuretika pada pasien yang berhubungan dengan hipertensi
porta yang bisa menyebabkan aldosterone menurun.
3. Diet rendah natrium <500mg/hari
4. Stocking suportif dan elevasi kaki
5. Restriksi cairan <1500ml/hari

29
6. Pengobatan pada penyakit yang mendasar : diuresis yang berlebihanmenyebabkan
pengurangan volume plasma, hipotensi perfusi yang inadekuat sehingga diuretic harus
diberikan dengan hati-hati.
7. Pemberian Diuretik:
a. Pada gagal jantung
 Hindari overdosis karena dapat menurunkan curah jantung dan
menyebabkan azotemia prerenal
 Hindari diuretic yang bersifat hipokalemia karena dapat
menyebabkan intoksikasidigitalis
b. Pada sirosis hati
 Spirono, akton dapat menyebabkan asidosis dan hyperkalemia
 Dapat pula ditambahkan diuretic golongan tiazid
 Deplesi volume yang berlebihan dapat menyebabkan gagal ginjal,
hyponatremia dan alkalosis
c. Pada sindron nefrotik
 Pemberian albumin dibatasi hanya pada kasus yang berat.

LO 4.8. Pemeriksaan

 Inspeksi
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat pada daerah edema biasanya, bentuk paru
seperti kdom (abdmen cekung dan sedikit tegang), varieses didekau usus, varieses
didekat tungkai bawah dan sebagainya
 Palpasi
Menekan dengan ibu jari bagian yang bengkak dan diamati waktu pengembaliannya
( pitting non pitting)

LO 4.9. Penanganan

 Mengonsumsi makanan sehat, hindari makanan yang dikemas dan diproses dengan
kandungan garam yang tinggi.
 Hindari merokok dan minum alkohol.
 Rutin melakukan olahraga ringan, yang dapat membantu mencegah pembengkakan.

30
31
DAFTAR PUSTAKA
 http://www.ilmukedokteran.net/Daftar-Masalah-Individu/edema.html
 www.artikelsiana.com/2014/12/pengertian-fungsi-ciri-pembuluh-kapiler.html
 https://www.academia.edu/28503014/cairan_tubuh_manusia

 mayo Clinic,2014
 https://www.academia.edu/36543413/PATHOLOGY_-_EDEMA

 Sherwood.L., (2016). Human Physiology : From Cell to System. 9th ed.,


Cengage Learning, Boston

32

Anda mungkin juga menyukai