Anda di halaman 1dari 2

Tafsir Surat Al-Anbiya’ Ayat 35 Tentang

Ujian Hidup
Manusia seringkali lupa bahwa ujian tak selalu menyakitkan dan menyengsarakan. Makna ujian
sebetulnya cukup luas. Orang yang diberi jabatan dan tercukupi kebutuhan materi, itu juga
termasuk ujian.

Bila manusia memahami akan ketentuan Allah yang telah digariskan di alam raya ini maka ia
akan sadar dan mengetahui akan keagungan-Nya. Dia Maha Sempurna dan Maha Bijaksana,
terutama dalam hal menciptakan semua makhluk-Nya. Terdapat banyak hikmah dan tujuan yang
harus diungkap oleh manusia agar dirinya menjadi makhluk yang bersyukur kepada-Nya.

Allah berfirman dalam Surat Al-Anbiya’ Ayat 35 yang berbunyi:

َ‫ت ۗ َونَ ْبلُو ُكم بِال َّش ِّر َو ْال َخي ِْر فِ ْتنَةً ۖ َوِإلَ ْينَا تُرْ َجعُون‬
ِ ْ‫س َذاِئقَةُ ْال َمو‬
ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬

Artinya:

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu
dikembalikan. (QS. Al-Anbiya’: 35).

Menurut Imam Ar-Razi dalam tafsir Mafatih al-Ghaib, setiap makhluk yang bernyawa pasti akan
merasakan kematian dan  dalam kehidupan di dunia, Allah menguji kepada manusia dengan
berbagai ujian baik berupa kenikmatan, kelapangan rizki, mudah menjalankan ketaatan maupun
berupa musibah yang menyengsarakan seperti sakit, kekurangan harta benda, kematian dan
lainnya.

Hal ini bertujuan agar manusia termotivasi dan selalu berusaha menjadi manusia terbaik dalam
kebaikan, terpuji akhlaknya, paling banyak amalnya, dirinya termasuk orang yang syukur atau
kufur karena pada prinsipnya kehidupan dunia ini ibarat sebuah kompetisi yang akan dicari para
pemenangnya.

Menurut Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya, saat manusia melakukan ketaatan ataupun
kemaksiatan itu juga termasuk sedang diuji. Ia mau bersyukur atas nikmat Allah berupa
kesehatan sehingga mampu menjalankan ketaatan tersebut. Begitu juga saat melakukan maksiat,
dirinya sedang diuji seberapa mampu menjauhi hal yang terlarang serta berusaha untuk
menyadarinya dengan bertaubat.

Dari sini penjelasan ini, manusia tak pantas untuk menyombongkan diri dengan segala kelebihan
yang ia miliki karena pada hakikatnya semuanya milik Allah serta akan kembali kepada-Nya dan
manusia akan diminta pertanggungjawaban atas segala perbuatan yang ia lakukan.

Anda mungkin juga menyukai