Anda di halaman 1dari 3

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT.

Sejenak kita merenung bahwa kita di dunia ini tidak akan


lama. Semua yang ada di dunia ini tidak bisa bertahan lama di dunia ini. Orang sakit tidak bisa
bertahan lama, orang sehat tidak akan hidup lama, orang miskin tidak bisa berlama-lama di
dunia ini begitu juga orang-orang kaya juga tidak bisa berlama-lama di dunia ini. Kalaupun
orang itu dijadikan oleh Allah menjadi orang yang paling kaya di dunia ini, orang paling
berkuasa di dunia ini kelihatannya, orang yang paling sehat, orang paling bahagia, orang yang
paling sakti, sudah paling semua. Itupun dia juga tidak akan bisa berlama-lama di dunia ini.
Semua akan ditinggalkan, kerikil satu pun tidak akan dibawa. Maka kalau orang itu merenung
mau berpikir, betul-betul bodoh orang-orang yang membanggakan dunia ini. Orang yang
bangga dengan dunia ini bodoh. Hanya sebentar saja kemudian ditinggalkan semua. Setelah
diangkat jadi raja, diangkat ke kuburannya. Inilah manusia di dunia ini. Maka Allah SWT
pencipta alam semesta ini memberikan peringatan kepada manusia.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ْ ‫  با هّٰلل‬
‫ِ  ال َغر ُْو ُر‬ ْ ‫ِ  ح ٌّق   َفاَل    َت ُغرَّ َّن ُك ُم‬
ِ ‫  ال َح ٰيوةُ  ال ُّد ْن َيا  َۗ واَل    َي ُغرَّ َّن ُك ْم‬ َ
‫ٰۤيـا َ ُّيها  ال َّنا سُ   اِنَّ   وعْ دَ  هّٰللا‬
َ َ

"Wahai manusia! Sungguh, janji Allah itu benar, maka janganlah kehidupan dunia
memperdayakan kamu dan janganlah (setan) yang pandai menipu, memerdayakan kamu
tentang Allah."
(QS. Fatir 35: Ayat 5)

Jangan sekali-kali menipu kamu kehidupan di dunia ini, jangan sekali-kali menipu kamu si
penipu yaitu syaiton. Dunia ini menipu, kelihatannya seperti hebat, kelihatannya seperti besar
tapi hakikatnya kosong tidak ada apa-apanya.

Mana raja-raja yang dulu katanya hebat dulu? Mana raja Persia yang kekuasaannya separuh
dunia itu? Mana raja Romawi? Mana Brawijaya raja Majapahit? Mana patihnya yang namanya
Gajah Mada? Dimana? Seolah-olah tidak pernah hidup di dunia ini. Mana Bung Karno yang
katanya kalau berpidato bisa memukau semua orang? Dimana dia? Mana Pak Harto? Dimana
dia? Mana Gus Dur? Dimana dia? Sebentar lagi juga orang-orang akan bertanya, kita pun
seolah-olah tidak pernah hidup di dunia ini. Berlalu pergi.

Orang-orang biasa tidak bisa berlama-lama di dunia ini, orang yang luar biasa pun juga tidak
bisa berlama-lama di dunia ini. Sampai orang-orang suci para Nabi, para Rasul Alaihisolatu
wasalam pun juga tidak bisa berlama-lama di dunia ini. Karena apa? Karena memang manusia
diciptakan oleh Allah bukan untuk dunia ini. Masalahnya ini. Manusia diciptakan oleh Allah
adalah untuk kehidupan akhirat yang selama-lamanya. Sedangkan dunia ini fungsinya hanyalah
untuk ujian.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

‫  ال َغفُ ْو ُر‬ ْ ‫  وا ْل َح ٰيوةَ  لِ َي ْبلُ َو ُك ْم  اَ ُّي ُك ْم  اَحْ َسنُ    َع َماًل   َۗ وه َُو‬
ْ ‫  ال َع ِز  ْي ُز‬ ْ َ‫  خلَق‬
َ َ‫  ال َم ْوت‬ َ ْ‫ ٱلَّذِي‬
"yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun,"
(QS. Al-Mulk 67: Ayat 2)

Kehidupan dunia ini Allah jadikan sebagai ujian. Allah hendak menguji “ayyukum ahsanu
‘amala” mana yang paling baik di antara kamu amalnya. Tapi kita harus paham, Allah menguji
itu bukan karena Allah ingin tahu, Allah sudah tahu segala-galanya. Tetapi Allah menguji
supaya kita ini tahu. Supaya kita tahu siapakah orang yang paling baik amalnya, siapa yang
tidak baik amalnya. Supaya kita tahu siapa yang layak menjadi kekasih-kekasih Allah, masuk
dalam surga Allah dan siapa yang tidak.

Dunia ini diberikan untuk menguji kita, maka Nabi Sulaiman AS diberi oleh Allah kerajaan yang
luar biasa, kekuasaan yang luar biasa, rakyatnya dari kalangan manusia, dari kalangan jin,
bahkan binatang-binatang pun menjadi rakyatnya. Bagaimana kehebatan kerajaan Nabi
Sulaiman. Tapi Nabi Sulaiman paham bahwa ini bukanlah suatu kesuksesan, ini ujian.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

 ۗ   ْ‫  ربِّي‬ َ ‫  ه َذا  مِنْ    َفضْ ِل‬ ٰ ‫َّا  ر ٰا هُ  مُسْ َتقِ ًّرا  عِ ْندَهٗ    َقا َل‬َ ‫ك  ۗ  َفلَم‬ َ ُ‫ْك   َطرْ ف‬َ ‫  بهٖ    َق ْب َل  اَنْ   يَّرْ َتدَّ   ِالَي‬
ِ ‫ك‬ َ ‫  الـك ِٰتبِ  اَ َن ۡا ٰ  ا ِت ْي‬
ْ ‫َقا َل  الَّذِيْ   عِ ْندَهٗ   عِ ْل ٌم  م َِّن‬
ُ
َ َّ‫لِ َي ْبل َون ِْٓي َءاَ ْش ُكرُ  اَ ْم  اَ ْكفُرُ  َۗ و َمنْ    َش َك َر   َف ِا َّن َما   َي ْش ُكرُ  لِ َن ْفسِ هٖ   َۚ و َمنْ   َك َف َر   َف ِا ن‬
‫  ربِّيْ   غَ نِيٌّ    َك ِر  ْي ٌم‬

"Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, Aku akan membawa singgasana itu
kepadamu sebelum matamu berkedip. Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu
terletak di hadapannya, dia pun berkata, Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku,
apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barang siapa bersyukur, maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka
sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, Maha Mulia."
(QS. An-Naml 27: Ayat 40)

Ini adalah anugerah Tuhanku, karena hendak menguji, Tuhanku hendak menguji. Apakah saya
syukur, apakah saya kufur. Orang yang miskin itu juga diuji oleh Allah, orang yang kaya juga
diuji oleh Allah, orang yang sakit itu diuji oleh Allah, orang yang sehat itu pun juga diuji oleh
Allah. Semua dalam ujian. Siapakah yang lulus? Orang yang dalam keadaan sakit, keadaan
sehat, keadaan kaya, keadaan miskin tetap istiqomah hatinya bergantung pada Allah, istiqomah
menjalankan perintah Allah, istiqomah menjauhi larangan Allah. Inilah orang yang sukses.

Kalau orang kaya hatinya istiqomah bergantung kepada Allah, amalannya istiqomah dalam
syariat Allah, perintah-perintah Allah dikerjakan, larangan-larangan Allah ditinggalkan maka dia
lulus. Kalau orang miskin, sakit-sakitkan, tapi hatinya senantiasa tawajuh kepada Allah,
amalannya mengikuti sunnah Rasulullah, seluruh larangan-larangan Allah ditinggalkan. Ini
orang sukses. Kemudian tidak lama dihantar menuju tempat balasan, tempat kemuliaan yaitu
surga Allah SWT. Semoga termasuk kita. Aamiin.
Orang yang merasa sukses dengan dunia ini sedangkan dia imannya lemah atau rusak,
amalannya rusak maka itu seperti anak kecil masuk ujian sekolah. Dalam ujian itu oleh gurunya
anak kecil tadi dikasih kursi yang bagus/empuk, dikasih susu, gurunya tersenyum-senyum
sehingga anak kecil tadi salah paham, saya sudah sukses. Padahal waktu soal-soal ujian itu
dikeluarkan satu nomor pun tidak bisa menjawab, nilainya nol. Terus dia pulang ke rumah,
ditanya sama ibunya. Bagaimana nak ujiannya? Alhamdulillah sukses bu. Kamu kelihatannya
tidak pernah belajar kok bisa sukses? Iya, saya ini memang orang sukses. Bagaimana
ceritanya? Ceritakan pada ibu! Tadi kursinya empuk bu, dikasih susu sama pak guru dan pak
guru senyum-senyum saja, teman-teman juga melihat saya semua tersenyum, maka saya
sukses. Bisa mengerjakan soal ujian atau tidak? Lha kalau itu ga bisa bu, ga bisa, tapi saya
tetap sukses. Ooo.. kamu ini betul-betul anak yang tolol, sudah ga lulus tidak mengerti kalau
tidak lulus. Berarti kamu tolol.

Kelihatannya cerita ini lucu sekali sedangkan kebanyakan manusia itu nasibnya di dunia ini
seperti itu. Pokoknya kalau rumahnya sudah bagus, mobilnya bagus, sudah sukses. Bagaimana
pak kamu kabarnya? Alhamdulillah sudah sukses, rumah sudah ada, mobil ada, anak sudah
jadi sarjana semuanya, badan sehat, kurang apalagi? Sudah sukses saya. Sholat apa tidak
pak? Lha kalau itu belum, katanya. Nanti saja kalau sudah mau mati tak sholat. Inilah nasib
kebanyakan manusia. Padahal manusia dikirim ke dunia ini untuk ujian. Tidak dipikirkan
ujiannya lulus atau tidak, yang dipikirkan kursinya empuk atau tidak, makanannya enak atau
tidak. Padahal dikirim ke dunia ini untuk ujian. Tidak mikir ujiannya.

Lalu bagaimana supaya kita ini lulus ujian ini bagaimana? Ujian di dunia ini sebetulnya hanya
dua saja dan jawabannya sudah dikasih tahu oleh Allah SWT melalui Rasulullah SAW. Tapi
anehnya malah banyak yang tidak lulus. Apakah ujiannya itu? Pertama kali adalah ujian iman,
jawabannya adalah “Laa ilaha illallaah”. Yang kedua adalah ujian amal, jawabannya
“Muhammadur Rasulullah”. Ini kalau sudah mantab betul, sudah lulus, masuk surga. Lha wong
mudah saja lho pak, kok ya banyak orang yang ga bisa, bagaimana orang-orang itu? Lha iya.
Ini maksudnya bukanlah hanya sekedar ucapan. Bagaimana “Laa ilaha illallaah” ini tertanam
dalam hati, merasuk dalam hati, menjadi darah daging kita, keyakinan yang mantab, bahwa
yang berkuasa di alam semesta ini hanya Allah. Sehingga yang pantas disembah hanya Allah.
Makhluk tidak berkuasa, yang menciptakan makhluk itulah yang berkuasa. Raja-raja tidak
berkuasa, yang menciptakan raja-raja itulah yang berkuasa. Negara-negara tidak berkuasa,
presiden-presiden tidak berkuasa, yang menciptakan mereka itulah yang berkuasa. “Laa ilaha
illallaah”. Yang kelihatannya dari makhluk hakikatnya bukan dari makhluk, yang kelihatannya
dari makhluk, itu sebenarnya dari yang menciptakan makhluk “Laa ilaha illallaah”.

Anda mungkin juga menyukai