Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan wahana yang sangat penting dalam mengembangkan
kompetensi peserta didik. Metode dan media pembelajaran merupakan dua aspek
yang saling berkaitan. Hal ini sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun
2003 pasal 17 ayat 1 yang menyebutkan bahwa “ Pendidikan dasar merupakan
jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.” Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Satuan Pendidikan (Tahun 2007
Semester I & II) dijelaskan bahwa “Tujuan Pendidikan adalah meletakan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.” Hampir semua orang
dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah
terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak menerima pendidikan dari orang
tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga
akan mendidik anak-anaknya. Begitu pula di sekolah dan perguruan tinggi, para
siswa dan mahasiswa dididik oleh guru dan dosen. Jadi, pendidikan dapat
dikatakan sebuah proses atau kegiatan yang dilakukan oeh manusia. Bila kita
pandang pendidikan sebagai sebuah proses, maka proses tersebut akan berakhir
pada tercapainya tujuan akhir pendidikan. Suatu tujuan yang hendak di capai oleh
pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang
terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan. Setiap lembaga memiliki
tujuan pendidikan yang berbeda-beda.
Abad 21 merupakan era digital yang ditandai dengan pesatnya
perkembangan teknologi dan informasi. Perkembangan teknologi dan informasi
ini mempengaruhi segala aspek kehidupan, tak terkecuali bidang pendidikan,
dimana teknologi menjadi bagian yang integral dengan kehidupan pebelajar.
Pesatnya perkembangan zaman ini juga berbanding lurus dengan perkembangan
masalah-masalah yang dihadapi, dimana masalah-masalah yang timbul menjadi
semakin kompleks dan diperlukan sumber daya manusia yang mampu
menghadapi masalah-masalah tersebut. Oleh karena itu, pendidikan pada abad ini
dituntut untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas unggul yang
mampu menghadapi tantangan global abad 21. Metode dan media pembelajaran
merupakan dua aspek yang saling berkaitan. Pemilihan suatu metode mengajar
akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang digunakan. Banyak aspek
yang harus diperhatikan dalam memilih media pembelajaranantara lain tujuan
pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan karakteristik peserta didik,
dan konteks pembelajaran. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu
fungsi utama media pengajaran adalah alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan
diciptakanoleh pendidik. Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi
pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat ini. Media pembelajaran dapat
meningkatkan motivasi dan minat peserta didik, media pengajaran juga dapat
membantu peserta didikmeningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan
menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan
informasi.
2

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengembangan teknologi pada abad 21 ?
2. Apakah manfaat TIK dalam pembeljaran abad 21 ?
3. Apa yang di maksud dengan teknologi pendidikan dan pembelajaran abad
21 ?
4. Apakah yang dimaksud dengan guru dan teknologi abad 21 ?
5. Apakah yang dimaksud dengan pengembangan E-learning dalam dunia
pendidikan ?

C. Tujuan Kegiatan
1. Agar dapat mengetahui pengembangan teknologi abad 21
2. Agar dapat mengetahui manfaat TIK dalam pembelajaran abad 21
3. Agar dapat mengetahui teknologi pendidikan dan pembelajaran abad 21
4. Agar dapat mengetahui guru dan teknologi abad 21
5. Agar dapat mengetahui pengembangan E-learning dalam dunia pendidikan
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengembangan Teknologi pada abad 21


Abad ke-21 disebut juga abad digital karena masifnya digitalisasi disegala
bidang. Ukuran transistor yang dapat diperkecil hingga berorde nanometer
membuat hampir semua perangkat yang digunakan oleh manusia dapat
diintegrasikan dengan komputer dan internet. Bidang penelitian populer pada
abad-21 atau saat ini diantaranya, komputer kuantum, terapi gen, teknologi nuklir,
teknik material, kecerdasan buatan, dan energi terbarukan.

Rover, merupakan robot buatan NASA yang bertugas untuk mengeksplorasi


permukaan Planet Mars.

1. Keberhasilan teknologi dibidang eksplorasi antariksa pada abad-21


diantaranya:
 Pendaratan robot explorasi di Mars
 Penemuan air di bulan
 Penemuan air di planet Mars
 Pendaratan pertama pesawat antariksa di komet
 Penemuan tujuh planet layak huni di luar tata surya

2. Keberhasilan teknologi di bidang fisika pada abad ke-21 diantaranya:


 Penemuan partikel Higgs-boson
 Penentuan umur alam semesta menjadi 13.8 milyar tahun
 Terdeteksinya gelombang gravitasi sesuai teori relativitas umum
Einstein

3. Keberhasilan teknologi di bidang medis pada abad ke-21 diantaranya:


 Pembentukan DNA buatan
 Penyelesaian proyek genom manusia
 pengembangan vaksin kanker serviks

4. Keberhasilan teknologi di bidang teknologi informasi pada abad ke-21


diantaranya:
 Pengembangan teknologi layar sentuh
 Jaringan 3G dan 4G LTE
 Pengaplikasian internet disegala bidang
4

B. Manfaat TIK dalam pembelajaran abad 21


Dalam proses pembelajaran abad 21, teknologi informasi dan komunikasi
merupakan alat bantu dalam upaya mencapai proses pembelajaran yang
mengutamakan kemampuan keterampilan kecakapan abad 21 yang harus dimiliki
oleh peserta didik. Banyak perangkat-perangkat teknologi atau aplikasi-aplikasi
berbasis teknologi informasi yang menunjang aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran untuk mencapai kemampuan kecakapan abad 21 seperti kecakapan
kreativitas, inovasi, komunikasi, kolaborasi, literasi informasi dan media, dan
sebagainya.
1. TIK dalam kreativitas siswa
Dalam pelaksanaan pembelajaran, sarana TIK dapat digunakan sebagai sarana
untuk meningkatkan kreativitas siswa. Siswa dapat memanfaatkan sara-sarana
teknologi informasi dan komunikasi atau aplikasi-aplikasi komputer dalam
aktivias pembelajarannya seperti Teknologi Internet yang dapat dimanfaatkan
siswa sebagai sumber belajar.
Dengan menggunakan teknologi internet, siswa dapat mengakses sumber-
sumber belajar yang ada di dalamnya dengan memanfaatkan halaman-halaman
sistus web yang menyediakan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh siswa.
Website pembelajaran siswa. Dengan teknologi internet, siswa dapat
mengakses berbagai informasi yg dibutuhkan sesuai dengan materi pembelajaran
yang dibahas dalam pembelajaran di sekolah, sehingga melatih kemandirian siswa
dalam mencari kebutuhan informasi serta meningkatkankreativitas siswa dalam
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang dapat dijadikan sumber
pembelajaran.
Aplikasi-aplikasi komputer yang merupakan bagian dari sarana teknologi
informasi dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kreativitas siswa dalam
pembelajaran. Salah satu aplikasi yang dapat dimanfaatkan siswa dalam
pembelajaran yaitu aplikasi presentasi seperti Microsoft Powerpoint, Lectora,
Macromedia Flash dan sebagainya. Dengan aplikasi-aplikasi tersebut akan
memicu kreativitas siswa dalam mengembangkan materi presentasi dimana siswa
dapat memanfaatkan teknologi multimedia yang dapat diintegrasikan pada
aplikasi-aplikasi tersebut, contohnya Aplikasi Microsoft Powerpoint untuk
pembelajaran
2. TIK dalam aktivitas kolaborasi siswa
Dalam proses belajar mengajar, siswa juga dapat memanfaatkan sarana
teknologi yang sudah tersedia untuk digunakan sebagai sarana kolaborasi dalam
pembelajaran di kelas. Salah satu aplikasi yang dapat dimanfaatakan dalam
aktivitas pembelajaran khususnya kolaborasi siswa yaitu aplikasi web jejaring
social (Social Network) seperti Facebook, Twitter, Frienster dan sebagainya.
Sebagai contoh aplikasi Facebook yang ada di dunia maya tidak hanya sekedar
aplikasi yang hanya dapat digunakan untuk berkomunikiasi dengan teman,
mencari teman update status dan sebagainya, tetapi dapat juga dimanfaatakan
dalam pembelajaran siswa. Dengan menggunakan web jejaring social Facebook
5

dapat dimanfaatakn sebagai media untuk melakukan diskusi pembelajaran jarak


jauh yang tentunya akan lebih menyenangkan dan mengasyikan. Contohnya
Media kolaborasi dengan Aplkasi Jejaring Sosial Facebook
3. TIK sebagai media komunikasi siswa dalam pembelajaran
Sarana teknologi informasi dan komunikasi juga dapat digunakan sebagai
media komunikasi siswa dalam kaitannya dengan pembelajaran. Salah satunya
dengan memanfaatkan fasialitas E-Mail (Electronic Mail) yang terdapat pada
jaringan internet. Dengan menggunakan e-mail siswa dapat berkomunikasi dengan
sesame siswa, dengan guru bahkan dengan stakeholder lain yang dapat membantu
proses pembelajaran siswa. Sebagai contoh, dengan menggunakan email siswa
dapat mengirimkan hasil tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya dengan
mengirimkan file-file lampiran tugas-tugasnya. Dengan menggunakan teknologi
email, siswa dapat mengirimkan hasil tugas yang diberikan guru kepada siswa
dengan cepat tanpa ada batasan waktu dan tempat. Contohnya Yahoo Mail
penyedia layanan e-mail

C. Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran abad 21


Dalam kerangka mempersiapkan manusia abad 21 yang hidup dalam nuansa
masyarakat pengetahuan dan mega kompetisi dengan gelombang perubahan yang
sedemikian cepat, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang tidak saja bersifat
deduktif tetapi juga induktif. Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang
mampu menjamin peserta didik memiliki keterampilan belajar dan berinovasi,
keterampilan menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja
dan bertahan dengan menguasai sejumlah keterampilan untuk hidup (life skills).
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan pilihan untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi warga masyarakat global, masyarakat
pengetahuan yang penuh dengan tantangan sekaligus peluang. Melalui pendekatan
pembelajaran saintifik yang menjadi satu paket kebijakan pendidikan, yaitu
Kurikulum 2013 adalah langkah strategis menyiapkan generasi emas bagi
Indonesia di kancah pergaulan dunia yang terbuka. Ada tiga konsep dasar yang
dibenamkan dalam Kurikulum 2013, yaitu keterampilan abad 21, pendekatan
saintifik, dan penilaian autentik (Murti, 2013).
Terkait dengan upaya mencari dan mengembangkan model pembelajaran
yang efektif untuk mempersiapkan peserta didik menghadapi masyarakat global,
teknologi pendidikan hadir memberikan solusi. Teknologi pendidikan adalah studi
dan praktik secara etis untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan
kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses dan sumber daya
teknologi secara tepat (Januszewski and Molenda, 2008). Teknologi pendidikan
merupakan terapan disiplin pengetahuan dengan suatu tujuan meningkatkan
belajar, pembelajaran, dan atau kinerja (Spector, 2016). Teknologi pendidikan
sebagai disiplin ilmu terapan, berkembang oleh adanya kebutuhan di lapangan
yaitu kebutuhan untuk belajar secara lebih efektif, efisien, luas, banyak, cepat, dan
fungsional (Haryono, 2008).
6

Pertanyaan yang perlu didiskusikan lebih lanjut adalah bagaimana teknologi


pendidikan berperan dan berkontribusi dalam pengembangan model-model
pembelajaran yang mampu membekali para peserta didik dengan sejumlah
kompetensi yang diperlukan dalam konteks masyarakat abad 21. Apa yang dapat
dikontribusikan oleh bidang teknologi pendidikan sebagai studi dan praktik dalam
mewujudkan kinerja pembelajaran yang mampu menyiapkan peserta didik
memperoleh peluang partisipasi di kancah masyarakat global yang penuh
tantangan dan peluang tersebut. Untuk mengawali bahan diskusi, berikut
diuraikan sepintas perihal kompetensi abad 21, pembelajaran untuk membekali
pesrta didik dengan kompetensi abad 21, dan peran teknologi pendidikan dalam
mengembangkan pembelajaran yang konstruktif terhadap pencapaian kompetensi
abad 21. Selanjutnya lontaran ide yang masih sangat terbatas ini biarlah menjadi
stimulan dan menginspirasi kepada semua yang terpanggil untuk terus
mengembangkan gagasan, mencari solusi atas persoalan, dan beraksi
membumikan teknologi pendidikan untuk kepentigan anak negeri.

1. Kompetensi Abad 21
Kompetensi lebih dari sekedar pengetahuan dan atau keterampilan, di
dalamnya mencakup kemampuan untuk memenuhi tuntutan yang kompleks,
merepresentasi dan memobilisasi sumber daya psikologis seperti keterampilan dan
sikap khusus (Ontario, 2016). Antara kompetensi dan keterampilan memang
sering digunakan secara bersamaan, tetapi memiliki makna yang sangat berbeda.
Kompetensi menunjuk pada kemampuan dalam mengaplikasikan capaian
pembelajaran (learning outcomes) secara adekuat dalam konteks pendidikan,
pekerjaan, personal atau pengembangan profesional. Kompetensi tidak terbatas
pada komponen kognitif seperti penggunaan teori, konsep, dan atau pengetahuan,
tetapi juga meliputi aspek-aspek fungsional keterampilan teknis, atribut
interpersonal, dan nilai etik. Semetara keterampilan – “skill” menunjuk pada
kemampuan dalam menyelesaikan tugas dan atau memecahkan masalah.
Pendidikan dan pembelajaran harus mampu mengotimalkan perkembangan
kompetensi peserta didik, menjamin nahwa perserta pada saatnya mampu hidup,
bekerja, dan berpartisipasi dalam masyarakat abad 21, masyarakat
berpengetahuan, dan masyarakat ekonomi global.

Kompetensi abad 21 secara substantif dapat dirumuskan sebagai berikut.


a. Kompetensi abad 21 berhubungan dengan perkembangan ranah kognitif,
interpersonal, dan intrapersonal. Secara konvensional kompetensi kognitif
yang meliputi berpikir kritis, analitis, dan problem solving dapat
diharapkan menjadi indikator kunci kesuksesan. Tetapi perubahan
ekonomi, teknologi, dan konteks sosial pada abad 21 menjadikan
kompetensi interpersonal dan intrapersonal lebih menentukan kesuksesan
seseorang. Perusahaan (para pemilik pekerjaan) semakin menghargai soft
skill seperti teamwork dan leadership skills (Ontario, 2016). Keterampilan
sosial seseorang menjadi faktor penentu pekerjaan, soft skills yang
7

dimiliki oleh orang muda berdampak pada prospek pekerjaan di masa


tuanya (Pellegrino and Hilton, 2012).
b. Kompetensi abad 21 memiliki manfaat yang terukur untuk beberapa area
kehidupan. Konpetensi kunci dapat diidentifikasi berdasarkan seberapa
memberi kontribusi terhadap pencapaian pendidikan, relasi, pekerjaan,
kesehatan dan kesejahteraan. Kompetensi ini berhubungan dengan berpikir
kritis, komunikasi, kolaborasi, kreativitas dan inovasi. Berpikir kritis
dalam hal ini dideskripsikan sebagai kemampuan untuk merancang dan
mengelola proyek, memecahkan masalah, dan membuat keputusan secara
efektif dengan memanfaatkan perangkat dan sumber yang bervariasi.
Berpikir kritis diperlukan untuk memperoleh, memproses, merasionalisasi,
dan mengkritisi berbagai informasi yang bertentangan untuk dipilih secara
tepat. Komunikasi menunjuk tidak hanya pada kemampuan berkomunikasi
secara efektif baik secara oral dan tulis dengan perangkat digital yang
bervariasi, tetapi juga keterampilan dalam mendengarkan (listening skills).
Kolaborasi yang dimaksud dalam hal ini adalah kemampuan untuk bekerja
dalam tim, belajar dari yang lain dan berkontribusi terhadap yang lain,
menggunakan keterampilan jejaring sosial, dan menunjukkan empati
dalam berkerja. Kolaborasi diperlukan untuk mengembangkan kecerdasan
kolektif, mengkonstruk makna, dan mencipta konten personal. Kreativitas
dideskripsikan sebagai pengejaran atas gagasan, konsep, produk baru
yangdibutuhkan oleh dunia. Inovasi merupakan elemen atau unsur dari
kreativitas dan sering dimaknai sebagai realisasi atas ide baru yang
selanjutnya mampu memberikan sumbangan berarti bagi kehidupan
(Ontario, 2016).
c. Kompetensi pada ranah intrapersonal memberikan sumbangan yang berarti
bagi kesejahteraan, pengembangan karakter, dan kesuksesan seseorang.
Kompetensi non akademik, kompetensi intrapersonal seperti ketekunan
(perseverance), ketabahan (grit), keuletan (tenacity), dan pola pikir
(mindset) memiliki hubungan yang kuat terhadap kapasitas individu dalam
menghadapi tantangan dan mencapai kesuksesan jangka panjang (Ontario,
2016).
d. Kompetensi berkenaan dengan metakognisi dan perkembangan pola pikir
merupakan esensi pencapaian kesuksesan di abad 21. Pemahaman tentang
bagaimana orang belajar dan seberapa dirinya mampu belajar, adalah hasil
pendidikan dan pembelajaran yang penting dalam menghantarkan
seseorang untuk mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Oleh karenanya
belajar tentang proses bagaiamana belajar perlu menjadi inti dan tujuan
pendidikan abad 21 (Ontario, 2016). Metakognisi dapat dipahami sebagai
kemampuan untuk memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan sikap
yang diperlukan untuk keperluan hidupnya (Schunk, 2012).
Kerangka internasional kompetensi abad 21 yang dirumuskan oleh The
Assesment and Teaching of 21st Century Skills (ATC21S) Project, meliputi;
8

 cara berpikir, terdiri atas kreativitas dan inovasi, berpikir kritis, problem
solving, dan membuat keputusan;
 cara bekerja, terdiri atas komunikasi dan kolaborasi;
 perangkat bekerja, terdiri atas literasi informasi, dan literasi TIK;
 hidup di dunia, terdiri atas kewarganegaraan lokal dan global,
keterampilan hidup dan karir (mencakup adaptif terhadap perubahan,
mengelola tujuan dan waktu, menjadi pembelajar mandiri, mengelola
kegiatan/projek, bekerja efektif dalam tim, fleksibel, membimbing dan
memimpin orang lain), tanggung jawab secara personal dan sosial
(Ontario, 2016).
Sementara Fullan and Scott (2014), Mengidentifikasi kompetensi abad 21 ke
dalam “The Six Cs”, yaitu;
 Character education, mencakup karakter jujur, pengaturan diri dan
tanggung jawab, tekun, empati untuk memberikan rasa aman dan
kebermaknaan bagi orang lain, percaya diri, kepribadian yang sehat dan
sejahtera, keterampilan hidup dan karir.
 Citizenship, mencakup aspek pengetahuan global, sensitifitas dan respek
terhadap budaya lain, aktif terlibat dalam kegiatan kemanusiaan dan
lingkungan.
 Communication, mencakup kemampuan berkomunikasi secara efektif baik
dalam bentuk oral, tulis, dan pemanfaatan perangkat digital, serta
keterampilan dalam mendengar.
 Critical thinking and problem solving, berpikir secara kritis dalam
merancang dan mengelola kegiatan (project), memecahkan masalah, dan
membuat keputusan dengan memanfaatkan perangkat digital dan sumber
yang bervariasi.
 Collaboration, mencakup kemampuan bekerja dalam tim, belajar dari
yang lain dan berkontrinbusi tehadap yang lain, keterampilan social
networking, dan empati terhadap perbedaan dalam bekerja.
 Creativity and imagination, mencakup kompetensi entrepeunership secara
ekonomi dan sosial, memperhatikan dan mendorong lahirnya berbagai ide
baru, dan kepemimpinan.

Dalam konteks menyiapkan generasi menjadi warganegara masyarakat global,


masayarakat informasi, dan masyarakat berpengetahuan, NEA (2012)
merekomendasikan tentang pentingnya pengembangan “Four Cs” untuk
melengkapi pelajaran inti (core subject) dari suatu program pendidikan. Four Cs
yang dimaksud adalah
Critial thinking and problem solving, di dalamnya mencakup kemampuan
berargumen secara efektif, berpikir sistemik, membuat pembenaran dan
keputusan, dan memecahkan masalah.
Communication, mampu menyampaikan pikiran dan gagasan secara
efektif dalam bentuk oral, tulis, dan non verbal lainnya, terampil
mendengar (listening skills), mampu menggunakan perangkat komunikasi
9

secara efektif dan fungsional, mampu berkomunikasi dengan berbagai


kalangan, berbagai tujuan, dan berbagai konteks budaya.
Collaboration, kemampuan bekerja secara efektif dalam tim, fleksibel dan
mau membantu untuk berkompromi demi tercapainya tujuan bersama, dan
mampu berbagi tanggung jawab dan menghargai kontribusi dari anggota
tim.
Creativity and Innovation, adalah kemampuan untuk berpikir kreatif,
bekerja secara kreatif dengan yang lain, mampu mengimplementasikan
ide-ide kreatif dalam praktik

2. Pembelajaran untuk Membelajarkan Kompetensi Abad 21


Pembelajaran adalah proses menjadikan orang belajar. Pembelajaran adalah
suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar
(Miarso, 2004), malakukan pengubahan pengetahuan, keterampilan, strategi,
keyakinan, sikap, dan perilaku (Schunk, 2012). Usaha menjadikan orang lain
belajar dapat dilakukan oleh seseorang atau tim yang memiliki kemampuan dalam
merancang, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, dan menilai proses dan
sumber belajar. Pembelajaran mengandung makna yang lebih dari pengajaran
sebagaimana dipahami sebagai penyajian bahan ajar. Belajar adalah suatu proses
mental yang bersifat personal, berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan untuk menghasilkan perubahan-perubahan dalam kemampuan, sikap,
keyakinan, pengetahuan, dan atau keterampilan (Spector, 2016). Hal ini
menunjukkan secara jelas bahwa belajar adalah suatu proses untuk menghasilkan
sesuatu.
Membelajarkan kompetensi abad 21 kepada peserta didik adalah sebuah
keniscayaan. Pembelajaran yang dikembangterapkan pada abad 21 adalah
pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi secara utuh, tidak saja
membekali peserta didik dengan sejumlah core subject sesuai peminatan, tetapi
juga perlu membekali dengan kompetensi non akademik yang lebih bersifat
interpersonal dan intrapersonal. Pembelajaran yang dikembangkan harus
mengarah pada upaya memberdayakan peserta didik, yaitu mampu membantu
pertumbuhan dan perkembangan daya kekuatan untuk melakukan sesuatu (power
to), membangun kerjasama (power with), dan mengembangkan kekuatan dalam
diri pribadi (power within). Pembelajaran harus dapat membantu seseorang untuk
dapat memiliki kemampuan berpikri, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
guna mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan mengembangkan
keterampilan tertentu sesuai dengan kebutuhan. Hal ini diperlukan agar orang
mampu mengambil tanggung jawab atas kehidupannya, memberi inspirasi agar
orang dapat mengembangkan perasaan harga diri dan kesediaan untuk mengambil
sikap, berani bersikap kritis terhadap dirinya, dan reflektif terhadap tindakan-
tindakannya. Di samping itu pembelajaran juga harus membantu seseorang untuk
membangun kemampuan bekerjasama dengan orang lain, solidaritas atas dasar
komitmen pada tujuan dan pengerttian bersama, memecahkan masalah bersama
10

demi tercapainya kesejahteraan bersama. Pembelajaran harus dapat


menumbuhkembangkan suatu caring society, komunitas persaudaraan yang
memperhatikan kepentingan semua pihak. Selanjutnya pembelajaran juga harus
mampu berfungsi sebagai pemberdayaan kekuatan batin seseorang,
mengembangkan potensi dalam diri seseorang untuk menjadi kekuatan yang
mampu menumbuhkan harga diri, kepercayaaan diri, dan harapan akan masa
depannya (Sastrapratedja, 2004).
Untuk mewujudkan model pembelajaran yang relevan dan kondusif untuk
menyiapkan peserta didik menjadi wargaegara masyarakat gobal, masyakatat
informasi, dan masyarakat pengetahuan abad 21, diperlukan langkah dan atau
strategi sebagai berikut.
1) Fokus pembelajaran pada praktik belajar lebih dalam (deeper learning) dan
belajar kemitraan baru. Belajar lebih dalam adalah proses dimana individu
menjadi mampu mengambil apa yang dipelajari dari satu situasi dan
mengamplikasikannya pad situasi lain. Belajar lebih dalam melibatkan
lintas kompetensi kognitif, interpersonal, dan intrapersonal. Pembelajar
adalah mitra bagi eserta didik dalam proses belajar lebih dalam melalui
proses eksplorasi, keterhubungan pada dunia nyata yang lebih luas
(Ontario, 2016).
2) Strategi pembelajaran mengaplikasikan strategi pedagogi yang mendukung
praktik deeper learning dan kemitraan baru. Untuk menyiapkan peserta
didik mampu mencapai kesuksesan dalam masyarakat pengetahuan dan
ekonomi yang dinamis yang dicirikan dengan kompleksitas, tidak
terprediksi, keterhubungan global, perubahan yang sekaligus peluang,
pembelajaran harus bergeser dari model pembelajaran langsung ke arah
model pembelajaran penemuan (inquiry based model). Pembelajaran
berbasis masalah merupakan salah satu strategi yang dapat dikembangkan,
pembelajar tidak hanya mempresentasikan informasi tetapi dalam jangka
panjang juga menjadikan peserta didik lebih terampil dalam pemecahan
masalah (Ontario, 2016).
3) Pemanfaatan teknologi diarahkan pada upaya membantu peserta didik
dalam mengembangkan keterampilan teknologis sebagai bagian dari
kompetensi abad 21. Pemanfaatan teknologi dalam dimensi produk
maupun proses diarahkan untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik
dalam proses belajar dan peningkatan pecapaian prestasi. Teknologi
memungkinkan individu oleh memperoleh akses informasi (real-time
data), memberikan simulasi tentang suatu objek sebagaimana adanya (real
world), dan peluang untuk terkoneksi dengan berbagai objek belajar sesuai
minat. Teknologi dapat membantu dalam asesmen perkembangan
performansi peserta didik, memfasilitasi proses komunikasi dan kolaborasi
(Ontario, 2016).
4) Pendidikan informal dan belajar pengalaman berperan penting dalam
mengmebangkan kompetensi peserta didik. Artinya pembelajaran yang
dikembangterapkan bagi peserta didik harus mempertimbangkan
11

pengalaman belajar yang diperoleh di luar kelas, dan perlu


mengembangkan berbagai aktivitas untuk memperkaya pengalaman
belajar peserta didik di luar kelas (Ontario, 2016).
5) Assesmen dilakukan dengan pendekatan pedagogik transformatif.
Assesmen yang dikembangkan untuk mendukung keberhasilan proses
pembelajaran berorientasi pada pencapaian kompetensi abad 21, adalah
yang mampu menjangkau seluruh aspek capain pembelajaran(Ontario,
2016). Assesmen autentik memungkinkan untuk mengkur capaian
pembelajaran secara komprehensif, mulai dari dimensi kognisi,
keterampilan, hingga sikap dan sistem nilai, tidak hanya beorientasi pada
produk (capaian hasil) semata, tetapi juga dari dimensi proses
pencapainya.
6) Dukungan infrastruktur pembelajaran berperan penting dalam pencapaian
komptensi abad 21. Ruang fisik di mana dan kapan peserta didik
melakukan proses belajar menjadi faktor pendukung yang signifikan.
Ruang fisik (physical space) mencakup aspek desain yang fleksibel,
memfasilitasi keterhubungan yang konstruktif, konfigurasi perpustakaan
yang menjadi pusat belajar, dan desain yang memudahkan berhunungan
dengan dunia luar, dengan komunitas yang labih luas Ontario, 2016).
Dengan langkah dan atau strategi di atas, diharapkan dapat mewujudkan suatu
model pembelajaran yang mampu menjadikan peserta didik aktif belajar untuk
membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai tuntutan perubahan dan
tantangan jaman. Keaktifan peserta didik dalam pembelajaran dicirikan oleh aktif
dalam berpikir – mind on dan aktif dalam berbuat – hand on (Suparno, 2002).
Kedua bentuk keaktifan ini saling terkait. Tindakan riil peserta didik dalam
pembelajaran adalah hasil keterlibatan berpikir terhadap objek belajar,
pengalaman dari hasil tindakan diolah dengan menggunakan kerangka pikir dan
pengetahuan yang sudah dimiliki untuk membangun sebuah pemahaman baru.
Dengan demikian peserta didik mengembangkan pengetahuan dan bahkan
mengubah pengetahuan sebelumnya menjadi lebih baik, lebih lengkap, dan lebih
komprehensif. Lebih dari itu berangkat dan pengetahuan dan pemahaman
barunya, peserta didik melakukan pengolahan dan refleksi yang dapat melahirkan
suatu tindakan lain sebagai perwujudan dari keingintahuannya yang terus
berlanjut. Proses aktif belajar yang ditumbuhkan dalam pembelajaran merupakan
proses yang tiada henti (Haryono, 2005).

3. Peran Teknologi Pendidikan


Teknologi pendidikan adalah studi dan praktik secara beretika untuk
memfasilitasi belajar dan peningkatan kinerja melalui penciptaan, pemanfaatan,
dan pengelolaan aneka sumber dan teknologi secara tepat (Januszewski and
Molenda, 2008). Teknologi pendidikan merupakan bidang yang berkepentingan
dengan usaha memudahkan proses belajar dan peningkatan kinerja melalui
perancangan, pengembangan, pemroduksian, pendayagunaan, dan pengelolaan
sumber dan teknologi secara tepat. Teknologi pendidikan merupakan bidang ilmu
12

terapan yang mengintegrasikan secara sinergis beberapa disiplin ilmu dengan


maksud memudahkan terjadinya proses belajar, meningkatkan mutu
pembelajaran, dan meningkatkan kinerja. Proses studi (pengkajian) dan praktik
dalam teknologi pendidikan harus dilakukan secara bertetika. Teknologi
pendidikan adalah proses bersistem dalam membantu memecahkan masalah
belajar manusia sepanjang hayat, di mana saja, kapan saja, dengan cara apa saja,
dan oleh siapa saja (Miarso, 2004).
Masalah belajar utama yang sering menjadi kendala dalam pelaksanaan tugas
profesional pendidik adalah berkenaan dengan proses membelajarkan konsep
abstrak, konsep yang rumit/kompleks, peristiwa yang sudah lewat, pemahaman
terhadap bahan yang diceramahkan, memberikan pengalaman langsung dan
pengalaman berinteraksi dengan objek yang terlalu besar atau kecil. Permasalahan
belajar dalam konteks mikro ini dapat diatasi dengan menerapkan prinsipprinsip
teknologi pendidikan, seperti pemanfaatan media yang relavan dalam proses
pembelajaran, pengembangan model pembelajaran yang tepat sesuai karakteristik
peserta didik dan kompetensi yang akan dicapai, dan pendayagunaan aneka
sumber belajar yang tersedia. Pemecahan masalah belajar yang terjadi di ruang-
ruang kelas pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan teori dan praktik
teknologi pendidikan (Haryono, 2008). Dalam konteks membelajarkan
kompetensi abad 21, peran teknologi pendidikan dapat diwujudnyatakan dalam
aplikasi fungsi penciptaan, pemanfaatan, dan pengelolaan sumber dan teknologi
untuk meningkatkan mutu pembelajaran dalam jangka pendek dan peningkatan
kinerja sebagai capaian pembelajaran jangka panjang. Untuk mengembangkan
kompetensi abad 21 dibutuhkan model pembelajaran yang fokus pada belajar
lebih dalam (deeper learning) dan kemitraan baru (new partnership) dengan
strategi pedagogi yang lebih luas, didukung dengan pemanfaatan dan pengelolaan
aneka sumber dan teknologi secara tepat dan fungsional. Ini semua adalah
tantangan yang sekaligus peluang bagi bidang teknologi pendidikan untuk
menunjukkan eksistensi dan peran strategisnya.
Terapan teknologi pendidikan berpotensi mendorong berkembangnya sistem
pembelajaran yang lebih inovatif, pendayagunaan produk kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk mendukung aktivitas pembelajaran, dan
berkembangnya pola pembelajaran yang bervariasi. Sistem pembelajaran inovatif
sebagai bentuk terapan teknologi pendidikan, telah berhasil diciptakembangkan
dan beberapa diantaranya dilembagakan dalam sistem pendidikan nasional. Sistem
pendidikan terbuka seperti SMP Terbuka, SMA Terbuka, Universitas Terbuka
adalah bentuk riil dari terapan teknologi pendidikan dalam inovasi pembelajaran
yang telah melembaga dan menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional.
Sistem pembelajaran jarak jauh, pembelajaran berbasis web, e-learning adalah
terapan teknologi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan belajar yang prospektif
ke depan seiring laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama
dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (Haryono, 2008).
Terkait dengan model pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi abad
21, para teknolog pendidikan ditantang untuk mampu menciptakembangkan
13

berbagai rancangan pembelajaran yang efektif bagi tercapainya suatu proses


belajar yang mendalam dan terbangunnya kemitraan baru, rancangan
pembelajaran yang fungsional memberikan pengalaman pemecahan masalah,
mengembangkan kemampuan untuk berbuat, bekerja dengan orang lain, dan
kekuatan batin peserta didik. Berangkat dari rancangan pembelajaran yang
dikembangkan, teknolog pendidikan harus juga mampu mengembangkan dan
meproduksi perangkat pembelajaran (bahan ajar, media, dan alat ukur
keberhasilannya) yang diperlukan. Setelah itu teknolog pendidikkan masih harus
melakukan uji kelayakan dan keefektivan atas produk yang berhasil
diciptakembangkan. Jauh sebelum melakukan perancangan, pengembangan,
pemroduksian, dan penerapan suatu karya, teknolog pendidikan juga harus
melakukan pengkajian baik secara konseptual teoretik maupun praksis empirik
lapangan. Bidang teknologi pendidikan memiliki peran strategis dalam
mewujudkan pembelajaran abad 21 yang yang harus mengembangkan kompetensi
kognitif, interpersonal, dan intrapersonal, membekali peserta didik dengan core
subject yang kuat dilengkapi dengan kompetensi non akademik yang sangat
diperlukan dalam lapangan kerja pada era global, masyarakat informasi, dan
masyarakat pengetahuan. Kompetensi berpikir kritis dan pemecahan masalah,
komunikasi, kolaborasi, kreatif dan inovatif menjadi faktor determinan terhadap
keberhasilan seeorang dalam kehidupan dan perjalanan karirnya. Melalui fungsi
penciptaan, pemanfaatan, dan pengelolaan aneka sumber dan teknologi secara
tepat, teknologi dapat berkontribusi secara bermakna dalam upaya mewujudkan
pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi akademik dan non
akademik sesuai tuntutan perubahan.

D. Guru dan Teknologi abad 21


Selain STEM kami juga belajar berbagai pendekatan yang dibutuhkan
dalam memenuhi tuntutan kompetensi abad 21 dan pemanfaatan ICT dalam dunia
pendidikan. Pada abad 21 kehidupan sudah tidak dapat terlepas dari teknologi,
sebagai contoh  mungkin anda tidak terlalu khawatir apabila ketika meninggalkan
rumah anda lupa membawa uang atau dompet. Sebaliknya anda akan panik ketika
anda sadar bahwa anda tidak membawa smartphone yang setiap hari anda
gunakan. Kasus tersebut menunjukan bahwa teknologi seberanya sudah bukan
merupakan hal yang asing bagi kita sebagai guru. Dr. Liman Anthony
memberikan materi pentingnya pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan.
Namun kenyataannya banyak guru yang belum mengoptimalkan manfaat dari
teknologi walaupun sudah berada dalam genggaman. Sebagai contoh masih guru
harus pergi menempuh jarak yang jauh hanya untuk mengantar file berupa daftar
nilai maupun dokumen yang lainnya, padahal jika file tersebut dapat dikirim
sekejap mata jika mau memanfaatkan email atau whatsapp.
Saat ini tidak ada alasan bagi guru tidak dapat memanfaatkan teknologi,
minimal untuk memudahkan pekerjaan baik berupa menulis atau sekedar
mengirim file. Perkembangan teknologi yang begitu cepat melahirkan berbagai
macam inovasi dalam dunia pendidikan mulai dari aplikasi untuk memudahkan
14

guru dalam membuat media pembelajaran, memberikan evaluasi, hingga Learning


Management System.
Berbagai aplikasi di atas tentu akan sangat bermanfaat jika guru mau
menggunakannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pemanfaatan
teknologi tentu saja berbeda antara sekolah yang berada di kota dengan segala
fasilitas lengkap dan di desa bahkan pedalaman dengan segala keterbatasanya.
Jika di kota teknologi dapat masuk ke ruang kelas bahkan hingga dapat
menghubungkan dengan ruang kelas di luar negeri, maka di daerah 3T teknologi
paling tidak dapat dimanfaatkan guru untuk memudahkan membuat media
pembelajaran. Sebagai contoh di sekolah yang terletak di daerah 3T tanpa listrik
dan Internet yang memadai, saya mencoba untuk meningkatkan minat siswa
dalam membaca dan belajar matematika, guru mencoba membuat komik instan.
Komik tersebut berisi mengenai asyiknya belajar matematika dengan tokoh cerita
adalah siswa kami sendiri. Membuatnya pun sangat mudah, cukup mengunduh
aplikasi Comic Strip di PlayStore anda dapat membuat komik dengan cepat dan
mencetaknya hanya dengan printer.
Masih banyak teknologi yang dapat dimanfaakan guru dalam menunjang
pembelajaran. Oleh karena itu di abad 21 ini guru yang bertugas di daerah 3T
sekalipun tidak ada alasan untuk tidak memanfaatkan teknologi. Mengutip
perkataan dari Dr. Ray Clifford bahwa ‘teknologi tidak ada menggantikan guru,
tetapi guru yang tidak menggunakan teknologi akan segera tergantikan”, membuat
kita sadar bahwa tuntutan dunia pendidikan saat ini tidak dapat terlepas dari
kemampuan guru dalam memanfaatkan teknologi.

1. Tantangan Guru Abad 21


Guru pada abad 21 dan abad selanjutnya ditantang untuk melakukan
akselerasi terhadap perkembangan informasi dan komunikasi. Pembelajaran di
kelas dan pengelolaan kelas, pada abad ini harus disesuaikan dengan standar
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Menurut Susanto (2010), terdapat 7 tantangan guru di abad 21, yaitu :
 Teaching in multicultural society, mengajar di masyarakat yang memiliki
beragam budaya dengan kompetensi multi bahasa.
 Teaching for the construction of meaning, mengajar untuk mengkonstruksi
makna (konsep).
 Teaching for active learning, mengajar untuk pembelajaran aktif.
 Teaching and technology, mengajar dan teknologi.
 Teaching with new view about abilities, mengajar dengan pandangan baru
mengenai kemampuan.
 Teaching and choice, mengajar dan pilihan.
 Teaching and accountability, mengajar dan akuntabilitas.
Lebih lanjut, Yahya (2010) menambahkan tantangan guru di Abad 21 yaitu:
 Pendidikan yang berfokus pada character building
15

 Pendidikan yang peduli perubahan iklim


 Enterprenual mindset
 Membangun learning community
Kekuatan bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan
bertindak (hard skills- soft skills). Guru yang mampu menghadapi tantangan
tersebut adalah guru yang profesional yang memiliki kualifikasi akademik dan
memiliki kompetensi-kompetensi antara lain kompetensi profesional, kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial yang kualifaid.
a. Kompetensi profesional
Kompetensi profesioanal sekurang-kurangnya meliputi :
 Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya
 Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi
 Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran
 Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi
 Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas
b. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik sekurang-kurangnya meliputi:
 Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual
 Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan
kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya
 Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik
 Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
 Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaranYang mendidik
 Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik
dalam pembelajaran
 Merancang pembelajaran yang mendidik
 Melaksanakan pembelajaran yang mendidik
 Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran
c. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya meliputi:
 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa
 Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai
teladan bagi peserta didik dan masyarakat
 Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian, dan bertutur bahasa
yang baik
16

 Mengevaluasi kinerja sendiri


 Mengembangkan diri secara berkelanjutan
d. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial sekurang-kurangnya meliputi:
 Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, orang tua
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat
 Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan
masyarakat
 Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal,
regional, nasional dan global
 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri
 Memiliki sikap, perilaku, etika, tata cara berpakaian dan bertutur bahasa
yang baik
Guru yang profesional selain memiliki empat kompetensi tersebut di atas,
menurut Prof.Dr.Haris Supratno memiliki ciri-ciri profesional sebagai berikut.
 Memiliki wawasan global holistik
 Memiliki daya ramal ke depan
 Memiliki kecerdasan, kreatifitas dan Inovasi
 Memiliki kemampuan bermasyarakat
 Menguasai IPTEK
 Memiliki jiwa dan wawasan kewirausahaan
 Memiliki akhlakul karimah
 Memiliki keteladanan
 Bekerja secara efisien dan efektif
 Menguasai bahasa asing

2. Karakteristik Guru Abad 21


Perubahan paradigma pendidikan tidak dapat dilepaskan dari peran guru
karena berbagai informasi terkini senantiasa mengalir kepada siswa atas kerja
keras yang dilakukannya. Bahwa di luar itu ada media lain yang membantu siswa
bukan berarti peran guru harus ditiadakan.
Harus diakui dalam maraknya arus informasi pada masa kini, guru bukan
lagi satu-satunya sumber informasi tetapi merupakan salah satu sumber informasi.
Meskipun demikian, perannya di dalam proses pendidikan masih tetap diperlukan,
khususnya yang berkenaan dengan sentuhan-sentuhan psikologis dan edukatif
terhadap anak didik. Oleh karena itu, pada hakekatnya guru itu dibutuhkan oleh
setiap orang dan semua orang sangat mengharapkan kehadiran citra guru yang
ideal di dalam dirinya. Untuk itu, guru akan lebih tetap berperan sebagai pendidik
17

sekaligus berperan sebagai manager atau fasilitator pendidikan, sehingga guru


harus sanggup merencanakan, melaksanakan dan mengawasi sumber daya
pendidikan agar supaya peserta didik dapat belajar secara produktif.
Abad 21 menuntut peran guru yang semakin tinggi dan optimal. Sebagai
konsekuensinya, guru yang tidak bisa mengikuti perkembangan alam dan zaman
akan semakin tertinggal sehingga tidak bisa lagi memainkan perannya secara
optimal dalam mengemban tugas dan menjalankan profesinya. Guru di abad 21
memiliki karakteristik yang spesifik dibanding dengan guru pada abad-abad
sebelumnya. Adapun karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut :
 Memiliki semangat juang dan etos kerja yang tinggi disertai kualitas
keimanan dan ketakwaan yang mantap.
 Mampu memanfaatkan iptek sesuai tuntutan lingkungan sosial dan budaya
di sekitarnya.
 Berperilaku profesional tinggi dalam mengemban tugas dan menjalankan
profesi.
 Memiliki wawasan ke depan yang luas dan tidak picik dalam memandang
berbagai permasalahan.
 Memiliki keteladanan moral serta rasa estetika yang tinggi.
 Mengembangkan prinsip kerja bersaing dan bersanding.
Masih terkait dengan harapan-harapan yang digayutkan di pundak setiap guru, H.
Muhammad Surya, Ketua Umum Pengurus Besar PGRI, mengemukakan ada
sembilan karakteristik citra guru yang diidealkan. Masing- masing adalah guru
yang
 Memiliki semangat juang yang tinggi disertai kualitas keimanan dan
ketaqwaan yang mantap.
 Mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan
tuntutan lingkungan dan perkembangan iptek.
 Mampu belajar dan bekerja sama dengan profesi lain
 Memiliki etos kerja yang kuat
 Memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan jenjang karir
 Berjiwa profesionalitas tinggi
 Memiliki kesejahteraan lahir dan batin, material dan nonmaterial
 Memiliki wawasan masa depan
 Mampu melaksanakan fungsi dan peranannya secara terpadu
Untuk dapat berperilaku profesional dalam mengemban tugas dan menjalankan
profesi maka terdapat lima faktor yang harus senantiasa diperhatikan, yaitu :
 Sikap keinginan untuk mewujudkan kinerja ideal
 Sikap memelihara citra profesi
 Sikap selalu ada keinginan untuk mengejar kesempatan-kesempatan
profesionalisme.
 Sikap mental selalu ingin mengejar kualitas cita-cita profesi
18

 Sikap mental yang mempunyai kebanggaan profesi


Kelima faktor sikap mental ini memungkinkan profesionalisme guru menjadi
berkembang.Karakter ideal serta perilaku profesional tersebut tidak mungkin
dapat dicapai apabila di dalam menjalankan profesinya sang guru tidak didasarkan
pada panggilan jiwa.

3. Ciri-ciri Guru Abad 21


Menghadapi tantangan abad 21, diperlukan guru yang benar-benar
profesional. Tilaar (1998) memberikan ciri-ciri agar seorang guru terkelompok ke
dalam guru yang profesional. Masing-masing adalah :
 Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang
 Memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat peserta didik
 Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat
 Sikap profesionalnya berkembang secara berkesinambungan
 Menguasai subjek (kandungan kurikulum)
 Mahir dan berketrampilan dalam pedagogi (pengajaran &
pembelajaran)
 Memahami perkembangan murid-murid dan menyayangi mereka
 Memahami psikologi pembelajaran (cognitive psychology)
 Memiliki kemahiran konseling

4. Kecakapan Utama Guru Abad 21


Sesuai dengan Undang-udang, guru dan dosen harus mempunyai berbagai
kompetensi, diantaranya adalah kompetensi pedagogik, kompetensi akademik,
kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Disamping empat kompetensi
tersebut, dalam membantu para siswa beradaptasi terhadap perubahan sosial dan
teknologi di abad ke 21 ini guru juga harus mempunyai kecakapan utama yang
yang meliputi:

1) Akuntabilitas dan Kemampuan Beradaptasi


Sebagai seseorang yang dapat ditiru, apapun yang dikerjakan dan
diucapkan harus dapat dipercaya oleh orang lain. Dalam menjalankan tanggung
jawab pribadi mempunyai fleksibilitas secara pribadi, pada tempat kerja, maupun
dalam hubungan dengan masyarakat sekitarnya. Disamping itu guru harus mampu
menetapkan dalam mencapai standar dan tujuan yang tinggi baik untuk dirinya
sendiri maupun untuk orang lain, dan yang tidak kalah pentingnya guru juga harus
mampu memaklumi kerancuan yang dilakukan oleh anak didiknya.
2) Kecakapan Berkomunikasi
19

Kecakapan yang kedua ini sangat penting bagi guru. Betapapun pintarnya
seorang guru jika tidak mempunyai kecakapan ini maka tidak akan mampu
mentransfer ilmu kepada anak didiknya. Kecakapan ini meliputi : memahami,
mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan
isi baik secara lisan, tulisan, maupun menggunakan multimedia.

3) Kreatifitas dan Keingintahuan Intelektual


Selama ini pembelajaran yang dilakukan guru berlangsung monoton. Salah
satu penyebabnya adalah tidak adanya kreatifitas dan keingintahuan intelektual
guru. Dia mengajar hanya bermodalkan teori keguruan yang ia peroleh sekian
puluh tahun yang lalu. Kecakapan kreatifitas dan keingintahuan intelektual
tersebut mencakup : mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan
gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan responsif terhadap
perspektif baru dan berbeda.
4) Berpikir Kritis dan Berpikir dalam Sistem
Kecakapan berpikir kritis merupakan proses berpikir dan bertindak
berdasarkan fakta yang telah ada, apapun yang akan dilakukan dimulai dari
identifikasi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul dari suatu
perbuatan tersebut, berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam
memahami dan membuat pilihan yang rumit serta selalu memahami dan menjalin
interkoneksi antara sistem.
5) Kecakapan Melek Informasi dan Media
Agar proses pembelajaran yang dilakukan guru di kelas menarik dan
menantang, maka di era globalisasi dan tanpa batas seperti sekarang ini guru harus
mampu menganalisa, mengakses, mengelola, mengintegrasi, mengevaluasi, dan
menciptakan informasi dalam berbagai bentuk dan media.
6) Kecakapan Hubungan AntarPribadi dan Kerjasama
Sebagai makhluk sosial yang hidup di tengah-tengah masyarakat, guru
juga dituntut harus mampu menunjukkan kerjasama berkelompok dan
kepemimpinan, mampu beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab,
mampu bekerja secara produktif dengan yang lain, mampu menempatkan empati
pada tempatnya, serta mampu menghormati perspektif yang berbeda dengan
pendiriannya.
7) Identifikasi Masalah, Penjabaran, dan Solusi
Dalam menghadapi masalah sekecil apapun guru tidak boleh ceroboh
dalam menanggapinya. Oleh sebab itu guru dituntut untuk mempunyai
kemampuan dalam menyusun, mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan
masalah dengan baik.
20

8) Pengarahan Pribadi
Sebagai guru tentu setiap harinya menghadapi siswa yang perilakunya
bermacam-macam. Oleh karena itu guru dituntut memiliki kemampuan dalam
memonitor pemahaman diri dan mempelajari kebutuhan yang diperlukan dalam
pembelajaran, menemukan sumber-sumber belajar yang tepat, serta mentransfer
pembelajaran dari satu bidang ke bidang lainnya.

9) Tanggung Jawab Sosial


Orang tua/masyarakat menyekolahkan anaknya di suatu sekolah
mempunyai harapan agar anaknya berubah, baik dari segi prilaku maupun
kecakapan kompetensinya. Oleh sebab itu sebagai seorang yang dituntut
mempunyai kompetensi sosial, maka tanggung jawab dalam bertindak guru harus
mengutamakan kepentingan masyarakat yang lebih besar, menunjukkan perilaku
etis secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan antarmasyarakat.
5. Keterampilan Guru Abad 21
Menurut International Society for Technology in Education karakteristik
keterampilan guru abad 21 dimana era informasi menjadi ciri utamanya, membagi
keterampilan guru abad 21 kedalam lima kategori, yaitu :
1) Mampu memfasilitasi dan menginspirasi belajar dan kreatifitas siswa,
dengan indikator diantaranya adalah sebagai berikut :
Mendorong, mendukung dan memodelkan penemuan dan pemikiran
kreatif dan inovatif.
Melibatkan siswa dalam menggali isu dunia nyata (real world) dan
memecahkan permasalahan otentik menggunakan tool dan sumber-sumber
digital.
Mendorong refleksi siswa menggunakan tool kolaboratif untuk
menunjukan dan mengklarifikasi pemahaman, pemikiran, perencanaan
konseptual dan proses kreatif siswa.
Memodelkan konstruksi pengetahuan kolaboratif dengan cara melibatkan
diri belajar dengan siswa, kolega, dan orang-orang lain baik melalui
aktifitas tatap muka maupun melalui lingkungan virtual.

2) Merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan asessmen era


digital, dengan indikator sebagai berikut :
Merancang atau mengadaptasi pengalaman belajar yang tepat yang
mengintegrasikan tools dan sumebr digital untuk mendorong belajar dan
kreatifitas siswa.
Mengembangkan lingkungan belajar yang kaya akan teknologi yang
memungkinkan semua siswa merasa ingin tahu dan menjadi partisipan
aktif dalam menyusun tujuan belajarnya, mengelola belajarnya sendiri dan
mengukur perkembangan belajarnya sendiri.
21

Melakukan kostumisasi dan personalisasi aktifitas belajar yang dapat


memenuhi strategi kerja gaya belajar dan kemampuan menggunakan tools
dan sumber-sumber digital yang beragam.
Menyediakan alat evaluasi formatif dan sumatif yang bervariasi sesuai
dengan standar teknologi dan konten yang dapat memberikan informasi
yang berguna bagi proses belajar siswa maupun pembelajaran secara
umum.

3) Menjadi model cara belajar dan bekerja di era digital, dengan indikator
sebagai berikut :
Menunjukkan kemahiran dalam sistem teknologi dan mentransfer
pengetahuan ke teknologi dan situasi yang baru.
Berkolaborasi dengan siswa, sejawat, dan komunitas menggunakan tool-
tool dan sumber digital untuk mendorong keberhasilan dan inovasi siswa.
Mengkomunikasikan ide/gagasan secara efektif kepada siswa, orang tua,
dan sejawat menggunakan aneka ragam format media digital.
Mencontohkan dan memfasilitasi penggunaan secara efektif daripada tool-
tool digital terkini untuk menganalisis, mengevaluasi dan memanfaatkan
sumber informasi tersebut untuk mendukung penelitian dan belajar.

4) Mendorong dan menjadi model tanggung jawab dan masyarakat digital,


dengan indikator diantaranya sebagai berikut :
Mendorong, mencontohkan, dan mengajar secara sehat, legal dan etis
dalam menggunakan teknologi informasi digital, termasuk menghagrai hak
cipta, hak kekayaan intelektual dan dokumentasi sumber belajar.
Memenuhi kebutuhan pembelajar yang beragam dengan menggunakan
strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan memberikan akses
yang memadai terhadap tool-tool digital dan sumber belajar digital
lainnya.
Mendorong dan mencontohkan etika digital tanggung jawab interkasi
sosial terkait dengan penggunaan teknologi informasi.
Mengembangkan dan mencontohkan pemahaman budaya dan kesadaran
global melalui keterlibatan/partisipasi dengan kolega dan siswa dari
budaya lain menggunakan tool komunikasi dan kolaborasi digital.

5) Berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan profesional,


dengan indikator sebagai berikut :
Berpartisipasi dalam komunitas lokal dan global untuk menggali
penerapan teknologi kreatif untuk meningkatkan pembelajaran.
Menunjukkan kepemimpinan dengan mendemonstrasikan visi infusi
teknologi, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bersama dan
penggabungan komunitas, dan mengembangkan keterampilan
kepemimpinan dan teknologi kepada orang lain.
22

Mengevaluasi dan merefleksikan penelitian-penelitian dan praktek


profesional terkini terkait dengan penggunaan efektif daripada tool-tool
dan sumber digital untuk mendorong keberhasilan pembelajaran.
Berkontribusi terhadap efektifitas, vitalitas, dan pembaharuan diri terkait
dengan profesi guru baik di sekolah maupun dalam komunitas.

6. Peranan Guru Abad 21


Tuntutan dunia internasional terhadap tugas guru memasuki abad ke-21
tidaklah ringan. Guru diharapkan mampu dan dapat menyelenggarakan proses
pembelajaran yang bertumpu dan melaksanakan empat pilar belajar yang
dianjurkan oleh Komisi Internasional UNESCO untuk Pendidikan, yaitu :
 Learning to know
 Learning to do
 Learning to be
 Learning to live together
Jika dicermati keempat pilar tersebut menuntut seorang guru untuk kreatif,
bekerja secara tekun dan harus mampu dan mau meningkatkan kemampuannya.
Berdasarkan tuntutan tersebut seorang guru akhirnya dituntut untuk berperan lebih
aktif dan lebih kreatif.
Guru tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan sebagai produk, tetapi
terutama sebagai proses. Dia harus memahami disiplin ilmu pengetahuan yang ia
tekuni sebagai ways of knowing. Karena itu lebih dari sarjana pemakai ilmu
pengetahuan tetapi harus menguasai epistimologi dari disiplin ilmu tersebut.
Guru harus mengenal peserta didik dalam karakteristiknya sebagai pribadi
yang sedang dalam proses perkembangan, baik cara pemikirannya, perkembangan
sosial dan emosional, maupun perkembangan moralnya. Guru harus memahami
pendidikan sebagai proses pembudayaan sehingga mampu memilih model belajar
dan sistem evaluasi yang memungkinkan terjadinya proses sosialisasi berbagai
kemampuan, nilai, sikap, dalam proses memperlajari berbagai disiplin ilmu.
Lebih jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan
dengan aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self
oriented), dan dari sudut pandang psikologis. Dalam hubungannya dengan
aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai :
a) Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan
b) Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa
suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan.
c) Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus
diajarkannya.
d) Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik
melaksanakan disiplin.
23

e) Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar


pendidikan dapat berlangsung dengan baik.
f) Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk
mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang
akan menjadi pewaris masa depan.
g) Penterjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk
menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
kepada masyarakat.

Di pandang dari segi diri pribadinya (self oriented), seorang guru berperan
sebagai:
1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara
terus menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya.
3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap
peserta didik di sekolah.
4. Model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus
dicontoh oleh para peserta didik.
5. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan
akan merasa aman berada dalam didikan gurunya.
Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai :
1. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang memahami
psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik.
2. Seniman dalam hubungan antarmanusia (artist in human relations), artinya guru
adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan
antarmanusia, khususnya dengan para peserta didik sehingga dapat mencapai
tujuan pendidikan.
3. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu membentuk atau
menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai tujuan
pendidikan.
4. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang mampu
menciptakan suatu pembaharuan bagi membuat suatu hal yang baik.
5. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru bertanggung
jawab bagi terciptanya kesehatan mental para peserta didik

E. Pengembangan E-Learning dalam Dunia Pendidikan


24

Salah satu bidang yang memperoleh dampak dari kemajuan teknologi


informasi dan komunikasi adalah bidang pendidikan. Banyak lembaga pendidikan
yang menggu-nakan terobosan proses pembelajaran melalui teknologi informasi
dan komunikasi. Dengan memanfaatkan teknologi internet, ruang dan waktu
bukan lagi menjadi pem-batas peserta didik untuk belajar. Materi atau bahan
pembelajaran bisa didapatkan oleh pembelajar melalui berbagai sumber di
internet. Perubahan pembelajaran secara konvensional yang mengutamakan
metode ceramah, telah beralih menjadi sistem pe-nyampaian bahan pembelajaran
modern yang mengutamakan peran pembelajar dan pemanfaatan teknologi
komputer dan internet. Pemanfaatan teknologi komputer dan internet untuk
pendidikan telah melahirkan terobosan baru dalam pembelajaran yang dikenal
dengan e-learning.
E-learning terdiri dari dua bagian yaitu “e” yang merupakan singkatan dari
‘elektronik’ dan ‘learning’ yang berarti pembelajaran. Menurut Glossry
(Darmawan, 2014, p. 62): e-learning adalah sistem pendidikan yang
menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan
media internet, jaringan komputer, maupun komputer stand alone. Dengan e-
learning proses pembelajaran diharapkan akan lebih dapat mening-katkan hasil
belajar peserta didik. E-learning sebagai suatu istilah baru dalam beberapa akhir
dekade ini sudah mampu mengubah gaya dan sistem pem-belajaran di beberapa
lembaga pendidikan. Kemunculan E-learning memungkinkan adanya virtual
classroom (kelas virtual) dan distance learning (pembelajaran jarak jauh).
Layanannya pun semakin menarik dengan adanya aplikasi email, chat, video call,
video streaming, social networking, dan lain sebagainya. Kelengkapan aplikasi
dan tools yang canggih, memungkinkan e-learning dapat diimplementasikan di
semua jenjang pen-didikan. Teknologi tersebut harus diman-faatkan dengan
maksimal mengingat kema-mpuan dalam pengiriman informasi yang sangat cepat.
E-learning saat ini banyak digunakan oleh beberapa lembaga pendidikan,
baik perguruan tinggi maupun sekolah-sekolah yang berbasis formal maupun non-
formal. Nampaknya di Indonesia, lembaga formal dinilai lebih maju dibandingkan
dengan lembaga nonformal. Kemajuannya dapat dilihat dari
ketidaktertinggalannya dalam penggunaan e-learning, namun bukan berarti
lembaga nonformal harus selalu tertinggal.
Dengan berbagai paparan di atas, maka penulis ingin mereview beberapa
jurnal tentang e-learning yang memang memberikan dampak perubahan pada
dunia pendidikan pada khususnya di abad 21, sehingga dapat kita kaji bersama
tentang kelebihan, kekurangan, sistem e-learning, efektivitas e-learning dan
beberapa hal yang terkait dengan e-learning.

1. Metode Penelitian 
No. Judul Metode
1. Pengembangan E-Learning Metode penelitian ini mengunakan metode
Berbasis Moodle Dalam penelitian dan pengembangan atau disebut
Meningkatkan Pemahaman Research and Development (R & D) Model
Lagu Pada Pembelajaran pengembangan yang digu-nakan oleh peneliti
Bahasa Inggris mengadopsi model pengembangan multimedia
25

pembelajaran yang dikembangkan oleh Alessi


dan Trollip (2001, p. 410).
Penelitian ini adalah penelitian pengembangan
(Research and Development), yang
Pengembangan E-Learning menghasilkan sebuah produk berupa e-
Mata Pelajaran Geografi learning pada mata pelajaran Geografi untuk
2. Untuk Meningkatkan Hasil peserta didik kelas X SMA. Model
Belajar  Peserta Didik Kelas pengembangan ini yang digunakan oleh
X SMA peneliti mengadopsi model pengembangan
dan desain pengembangan yang dikem-
bangkan oleh Alessi & Trollip (2001).
Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan (Research and Development)
yang menghasilkan sebuah produk berupa e-
Tahsin pada Program Learning Qur’an for All
Pengembangan E-Tahsin (LQA) Rumah TahfidzQu Yogyakarta. Waktu
Sebagai E-Learning Pada penelitian ini, yaitu semenjak pra survei
3. Program Learning Quran For hingga uji coba produk adalah dilakukan
All (LQA) Rumah Tahfidzqu mulai Agustus 2015 hingga Agustus 2016 di
Yogyakarta Rumah TahfidzQu Yogyakarta.
Target/sasaran penelitian ini adalah santri
Rumah TahfidzQu Yogyakarta Program
Learning Quran for All (LQA) yang belum
mendapatkan kuota regular.
E-Learning and Students’ Metode penelitian ini adalah kuantitatif
Motivation: A Research dengan menggunakan lima hipotesis. Dengan
4. Study on the Effect of E- subjek penelitian adalah mahasiswa British
Learning on Higher University  dan mahasiswa Universitas
Education Helwan di Mesir.
The Effectiveness of E-
Learning: An Explorative Metode yang digunakan dalam jurnal ini
and Integrative Review of adalah studi literatur dan studi empiris. Studi
5. The Definitions, literatur mengacu pada metodologi dan studi
methodologies and Factors empiris mengacu pada studi yang akan
that Promote e-Learning membawa pada studi literatur.
Effectiveness
The Role E-Learning, The
Advantages and Makalah ini adalah review tentang keunggulan
6. Disadvantages of Its dan kelemahan daripada e-learning yang dapat
Adoption in Higher dikaji dalam ranah pendidikan.
Education
E-Learning and its Effects on Makalah ini adalah review tentang E-
7. Teaching and Learning in a Learning dan pengaruhnya terhadap
Global Age pengajaran dan pembelajaran di era global.
8. E-Learning System and Makalah ini adalah review tentang pengunaan
26

e-learning dalam dunia pendidikan dan


Higher Education
keunggulan menggunakan e-learning.
Makalah ini adalah studi review yang
dilakukan dengan menggunakan database
Medline dan CINAHL dan mesin pencari
Google. Kuncikata-kata yang digunakan
The Effectiveness of E- adalah e-learning, pembelajaran dan
9. Learning in Learning; A efektivitas. Menurut tujuan penelitian, hasil
Review of The Literature yang didapat terbatas pada dokumen dalam
bahasa Inggris, serta ulasan artikel dan meta-
analisis. Dengan demikian, 38 dokumen
termasuk artikel, buku, dan halaman web
dipelajari.
Tahap pertama dari proyek penelitian ini
bertujuan untuk memahami bagaimana peserta
didik melihat sistem e-learning,
penggunaannya dan karakteristik utama serta
hambatannya. Kerangka kerja yang digunakan
E-Learning: The Recipe For pada tahap pertama dari proyek penelitian ini
10.
Success didasarkanpada bidang makro berikut: sikap
terhadap e-learning, alat e-learning, dan sosial
demografi. Berdasarkan bidsng makro ini,
peneliti memberikan kuisioner kepada 100
responden. Analisis data yang digunakan
adalah analisi univarat dan bivarat.

2. Hasil Penelitian
No. Judul Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa produk
e-learning berbasis Moodle dalam peningkatan
pemahaman lagu pembelajar-an bahasa Inggris
Pengembangan E-Learning
untuk siswa SMK kelas X efektif dalam
Berbasis Moodle Dalam
meningkatkan hasil belajar, hasil dari
1. Meningkatkan Pemahaman
penelitian dan pengembangan be-rupa produk
Lagu Pada Pembelajaran
e-learning berbasis Moodle un-tuk
Bahasa Inggris
meningkatkan meningkatkan kemam-puan
listening pada pembelajaran bahasa Inggris
untuk siswa SMK kelas X yang da-pat diakses
melalui elearning4betterenglish. com.
2. Pengembangan E-Learning Hasil penelitian dan pembahasan  ini adalah
Mata Pelajaran Geografi sebagai berikut: (1) Kelayakan produk e-
Untuk Meningkatkan Hasil learning berdasarkan hasil uji alpha oleh ahli
Belajar  Peserta Didik Kelas materi 1 terhadap seluruh indikator yang
X SMA divalidasi diperoleh skor rata-rata 4,19 dengan
kategori “sangat baik” dan validasi ahli materi
27

2 terhadap seluruh indikator yang divalidasi


diperoleh skor rata-rata 4,33 dengan kategori
‘’sangat baik’’.  Kelayakan produk e-learning
berdasarkan hasil uji alpha oleh ahli media 1
terhadap seluruh indikator yang divalidasi 
diperoleh skor rata-rata 4,19 dengan kategori
“sangat baik” dan divaliadi ahli media 2
terhadap seluruh indikator yang divalidasi
diperoleh skor rata-rata 4,03 dngan kategori
“sangat baik”’. Hasil penilaian pengguna e-
learning oleh peserta didik diperoleh skor rata-
rata 4,5 dengan kategori “sangat baik”.
Terdapat perbedaan hasil belajar dan perbedaan
kemandirian antara kelas eksperimen dan kelas
control setelah proses pembelajaran.
Hasil analisis data dan pembahasan yang telah
disampaikan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut: (1) hasil dari penelitian dan
pengembangan produk e-Tahsin dihasilkan
sesuai dengan model pengembangan Alessi dan
Trollip melalui tahap perencanaan,
perancangan dan pe-ngembangan serta dapat
diakses melaui si-tus elearning.tahfidzqu.com;
Pengembangan E-Tahsin
(2) kelayakan produk e-Tahsin berdasarkan
Sebagai E-Learning Pada
hasil uji alpha oleh ahli materi dan ahli media
3. Program Learning Quran
serta hasil uji beta menunjukkan kategori
For All (LQA) Rumah
moderate;
Tahfidzqu Yogyakarta
 (3) hasil evaluasi sumatif terhadap pengguna-
an e-Tahsin berdasarkan skor nilai pretest dan
postest menunjukkan bahwa e-Tahsin dianggap
efektif. Secara rinci hasil evaluasi sumatif
menunjukkan kategori almost perfect pada
aspek minat, menunjukkan kategori substantial
pada aspek respon dan menun-jukkan kategori
sangat baik pada aspek kompetensi.
4. E-Learning and Students’ Hasil studi dari jurnal ini menyatakan bahwa e-
Motivation: A Research learning bisa jadi sukar memotivasi siswa
Study on the Effect of E- karena keterbatasan kontak pribadi antara
Learning on Higher siswa dan guru. Namun hal ini dapat
Education diminimalisir dengan sebuah evaluasi yang
dilakukan siswa terhadap sistem dan siswa
sehingga motivasi yang diharapkan dapat
dilakukan dengan sebuah proses evaluasi dan
perbaikan. Dari informasinya tersebut, seorang
guru dapat mengidentifikasi sejumlah strategi
untuk melibatkan siswa dan membuat mereka
tetap termotivasi.Yang terpenting, harus
28

diperhatikan lebih banyak teknologi tidak


selalu mengarah pada hasil belajar yang lebih
baik.
Untuk memahami apa yang membuat solusi e-
Learning efektif, makalah ini menganalisis
The Effectiveness of E-
faktor-faktor yang mempromosikan efektivitas
Learning: An Explorative
e-Learning. Faktor-faktor ini dikategorikan
and Integrative Review of
menurut konteks di mana solusi e-Learning
5. The Definitions,
digunakan, artefak (solusi e-Learning itu
methodologies and Factors
sendiri) dan individu yang menggunakan
that Promote e-Learning
artefak. Selanjutnya, kategorisasi lebih lanjut
Effectiveness
menjadi faktor-faktor kunci menghasilkan
model untuk memandu desain e-Learning.
Jurnal ini membahas tentang konsep dan
definisi e-learning, jenis dari e-learning,
menggunakan e-learning dalam dunia
pendidikan, dan keuntungan serta kekurangan
e-learning tesebut. Elearning melibatkan
penggunaan alat-alat digital untuk mengajar
dan belajar. Itu memanfaatkan alat teknologi
The Role E-Learning, The untuk memungkinkan pelajar belajar kapan
Advantages and saja dan di mana saja. Ini melibatkan pelatihan,
6. Disadvantages of Its pengiriman pengetahuan dan memotivasi siswa
Adoption in Higher untuk berinteraksi satu sama lain, serta
Education bertukar dan menghormati sudut pandang yang
berbeda. Ini memudahkan komunikasi dan
meningkatkan hubungan yang berkelanjutan
belajar. Meskipun ada beberapa tantangan yang
dibahas, literatur berusaha menjelaskan peran
e-learning khususnya dan bagaimana eLearning
telah membuat dampak yang kuat dalam proses
belajar mengajar.
E-learning adalah pasar yang besar dan terus
berkembang dengan potensi besar dalam
pendidikan tinggi. (Means et al, 2009). Dalam
studi empirisnya dari tahun 1996 dan 2008
disimpulkan bahwa siswa yang menggunakan
E-Learning and its Effects e-learning memiliki kinerja yang lebih baik
7. on Teaching and Learning daripada siswa yang tidak menggunakan e-
in a Global Age learning. Siswa yang berprestasi adalah mereka
yang menerima blended learning. Untuk
memaksimalkan potensi ini, implementasi e-
learning harus berusaha untuk memenuhi
kebutuhan dan keprihatinan semua kelompok
pemangku kepentingan sebanyak mungkin.
8. E-Learning System and Jurnal ini membahas tentang penggunaan e-
29

learning  dalam pendidikan, berbagai macam


alat yang digunakan dalam e-learning di
Higher Education
unversitas, kelebihan serta kekurangan
menggunakan e-learning.
Belajar dan mengajar adalah masalah yang
perlu dipertimbangkan lebih lanjut. Setiap hari
di kota-kota besar seperti Teheran, biaya besar
dibayarkan untuk siswa komuter perkotaan,
polusi dan kebisingan lingkungan, dan biaya
pendidikan. Selain itu, efek merusak dari
migrasi antar kota dan internasional tidak boleh
diabaikan. Pemerintah harus menyediakan
infrastruktur yang sesuai, seperti jalur Internet
berkecepatan tinggi, perangkat keras yang
The Effectiveness of E- nyaman dan tidak mahal dan perangkat lunak,
9. Learning in Learning; A dukungan pendiri ilmiah dari proyek-proyek
Review of The Literature ilmiah ini dan promosi e-learning di antaranya
orang untuk menciptakan lahan subur untuk
pertumbuhan dan promosi tingkat ilmiah
negara. Meskipun e-learning ada di awal dan di
awal gerakannya menuju masa depan, tidak
bisa diabaikan, dan latar belakang diperlukan
untuk penggunaannya harus disediakan.
Dengan tinjauan literatur, ditemukan bahwa e-
learning memiliki dampak signifikan terhadap
belajar dan mengajar dan harus
dipertimbangkan.
10. E-Learning: The Recipe For Hasil pemaparan jurnal ini adalah:
Success 1.     Paradigma pendidikan telah bergeser dari
guru-sentris untuk model pelajar-sentris.
Lingkungan belajar yang baik berpusat pada
peserta didik, berpusat pada pengetahuan,
berpusat pada penilaian, dan berpusat pada
masyarakat. Dalam e-learning konteks, ini
menyiratkan bahwa peserta didik berharap
untuk menerima Kualitas tinggi belajar.
Menurut hasil penelitian ini, kualitas
pembelajaran yang tinggi adalah dijamin ketika
sistem e-learning mudah digunakan,
memungkinkan mengakses konten yang sama
pada platform yang berbeda dan memastikan
tingkat emosi yang baik dan komunikasi sosial
antara pembelajar lain dan guru fisik.2.    
Adopsi sistem e-learning yang sukses
membutuhkan definisi strategi dan tujuan
pembelajaran secara keseluruhan,khususnya:
memperkaya kualitas pembelajaran;
30

memberikan akses ke konten dan sumber daya;


meningkatkan komunikasi; menjamin otonomi.
3.     Temuan awal penelitian ini
mengungkapkan dimensi sosial dari sistem e-
learning sangat penting untuk membuka
potensi sepenuhnya.4.     Penelitian ini
mengatakan bahwa responden mengharapkan
untuk menyediakan sistem e-learning isi dan
peluang untuk mempraktikkan dan melatih
pengetahuan yang diperoleh dan dibahas
selama kursus. Peserta didik harus dapat
menggunakan sistem tidak hanya sebagai
platform yang kuat untuk berbagi konten dan
materi, tetapi juga sebagai tambahan
lingkungan untuk secara mandiri mengevaluasi
kemajuan mereka.5.     Peserta didik merasakan
solusi mobile dan non-desktop lebih baik
daripada yang tradisional.
31

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari penjabaran pada Bab Tinjauan Pustaka, kita dapat menyimpulkan
bahwa Pendidikan merupakan wahana yang sangat penting dalam
mengembangkan kompetensi peserta didik. Metode dan media pembelajaran
merupakan dua aspek yang saling berkaitan. Pemilihan suatu metode mengajar
akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang digunakan. Dalam proses
pembelajaran abad 21, teknologi informasi dan komunikasi merupakan alat bantu
dalam upaya mencapai proses pembelajaran yang mengutamakan kemampuan
keterampilan kecakapan abad 21 yang harus dimiliki oleh peserta didik. Banyak
perangkat-perangkat teknologi atau aplikasi-aplikasi berbasis teknologi informasi
yang menunjang aktivitas siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai
kemampuan kecakapan abad 21 seperti kecakapan kreativitas, inovasi,
komunikasi, kolaborasi, literasi informasi dan media, dan sebagainya.
Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK) atau dalam Bahasa Inggris
dikenal dengan istilah Information and Communication Technologies (ICT)
merupakan media alat bantu untuk melakukan kegiatan seperti pemrosesan,
manipulasi, pengelolaan, dan transfer informasi. ICT sangat diperlukan dalam
pembelajaran di era sekarang ini. Dengan prinsip pengguna ICT yang efektif dan
efisien, optimal, menarik, dan merangsang daya kreativis. Pengguna ICT dalam
pembelajaran antara lain sebagai tutorial, eksplorasi, alat aplikasi, dan
komunikasi. Penerapan ICT dalam dunia Pendidikan adalah berupa buku elektrik
dan E-Learning. Peran ICT di abad 21 akan dimainkan oleh Guru, guru memiliki
tantangan pada abad 21 dengan adanya ICT, guru harus menguasai perkembangan
ICT baik dari perkembangan kecil hingga terbesar karena persaingan dalam dunia
Pendidikan pada abad 21 semakin pesat.

Anda mungkin juga menyukai