Anda di halaman 1dari 22

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

HIMPUNAN MAR’AH RIFA'IYAH

BAB I
NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN

Pasal 1
Nama dan Waktu

Organisasi ini bernama Himpunan Mar’ah Rifa’iyah disingkat dengan HIMMAH yang didirikan
pada tanggal .........H bertepatan dengan ....M di ...... untuk waktu yang tidak terbatas.

Pasal 2
Kedudukan

HIMMAH berkedudukan di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.

BAB II
ASAS, AQIDAH, DAN SIFAT

Pasal 3
Asas

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, HIMMAH berasaskan kepada Pancasila.

Pasal 4
Aqidah

HIMMAH beraqidah Islamiyah yang berhaluan Ahlussunah wal Jamaah yang dalam bidang
Ushul mengikuti madzhab Imam Abu Hasan Al Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al Maturidi;
dalam bidang fiqih mengikuti salah satu dari madzhab empat Imam yaitu Hanafi, Maliki,
Syafii’i, dan Hambali serta dalam bidang Tasawuf mengikuti Imam Abu Qosim Junaidi Al
Baghdadi.

Pasal 5
Sifat

HIMMAH adalah organisasi yang bersifat keagamaan, kepemudaan, kebangsaan,


kemasyarakatan dan otonom yang bernaung di bawah Organisasi Rifa’iyah.
BAB III
TUJUAN DAN FUNGSI

Pasal 6
Tujuan

HIMMAH didirikan untuk:


1. Terbentuknya pribadi yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap
dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya
2. Komitmen memperjuangkan kesinambungan dakwah KH. Ahmad Rifa’i, sesuai ajaran
Islam Ahlussunnah wal jama’ah
3. Komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Pasal 7
Fungsi

1. HIMMAH berfungsi sebagai wadah penyalur ide dan gagasan serta kegiatan
keanggotaannya dalam mempersiapkan generasi demi terwujudnya masyarakat yang
adil dan makmur.
2. HIMMAH berfungsi sebagai sarana komunikasi antar perempuan muda Rifaiyah.
BAB IV
USAHA

Pasal 8

1. Menghimpun dan membina Perempuan Muda Rifa’iyah dengan sifat dan tujuan HIMMAH
serta peraturan perundang-undangan HIMMAH yang berlaku
2. Melaksanakan usaha kegiatan:
a. Memupuk dan mengembangkan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathoniyah dan
ukhuwah insaniyah.;
b. Memupuk dan mengembangkan rasa cinta dan setia kepada ajaran yang
disampaikan KH. Ahmad Rifa’i;
c. Mempertinggi mutu ilmu pengetahuan dan IPTEK
d. Menumbuhkembangkan kepada Anggota rasa percaya diri, sikap dan perilaku
kreatif, inovatif dan proaktif serta tanggung jawab;
e. Menumbuhkembangkan jiwa dan sikap kewirausahaan;
f. Memupuk dan mengembangkan kepemimpinan.
3. Kegiatan-kegiatan tersebut dalam pasal 8 (1) dilaksanakan melalui :
a. Mengadakan kemitraan, kerjasama dengan Organisasi kepemudaaan lain untuk
memupuk dan mengembangkan semangat kepeloporan dan pengabdian kepada
agama, bangsa dan negara;
b. Mengadakan kerjasama dengan instansi pemerintah maupun swasta untuk
berpartisipasi dalam pembangunan nasional;
c. Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan, pelatihan dan kegiatan;
d. Mengadakan usaha-usaha lain yang sesuai dengan tujuan HIMMAH dan tidak
bertentangan dengan syariat Islam dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

BAB V
ATRIBUT

Pasal 9
Lambang HIMMAH berbentuk.........
Dengan filosofi :
1.
2.
3.
BAB VI
ANGGOTA DAN KADER

Pasal 9

1. Anggota HIMMAH adalah seluruh perempuan muda Rifa’iyah yang telah berusia
minimal 15 tahun dan maksimal 30 tahun.
2. Kader HIMMAH adalah Anggota HIMMAH yang minimal telah mengikuti proses
pengkaderan dasar dan atau pernah/sedang menjadi pengurus HIMMAH.

Pasal 10
Hak dan Kewajiban

1. Setiap anggota mempunyai hak dan kewajiban.


2. Hak dan kewajiban tersebut diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB VII
ORGANISASI

Pasal 11

Organisasi HIMMAH terdiri dari jenjang sebagai berikut :


a. Pimpinan Pusat (PP)
b. Pimpinan Wilayah (PW)
c. Pimpinan Daerah (PD)
d. Pimpinan Cabang (PC)
e. Pimpinan Komisariat (PK)
f. Pimpinan Ranting (PR)
Pasal 12
Wilayah Kepemimpinan

1. Pimpinan Pusat (PP) meliputi seluruh wilayah kepemimpinan


2. Pimpinan Wilayah (PW) meliputi wilayah Provinsi
3. Pimpinan Daerah (PD) meliputi wilayah Kabupaten/Kota
4. Pimpinan Cabang (PC) meliputi wilayah Kecamatan
5. Pimpinan Komisariat (PK) meliputi wilayah lembaga Sekolah atau Pesantren
6. Pimpinan Ranting (PR) meliputi wilayah Desa /Kelurahan

BAB VIII
PERMUSYAWARATAN DAN REFERENDUM

Pasal 13
Permusyawaratan

Permusyawaratan dalam organisasi HIMMAH terdiri dari:


1. Kongres
2. Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas)
3. Rapat Kerja Nasional (Rakernas)
4. Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas)
5. Musyawrah Wilayah (Muswil)
6. Musyawarah Pimpinan Wilayah (Muspimwil)
7. Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil)
8. Musyawarah Daerah (Musda)
9. Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspimda)
10. Rapat Kerja Daerah (Rakerda)
11. Musyawarah Cabang (Muscab)
12. Rapat Kerja Cabang (Rakercab)
13. Musyawarah Komisariat (Muskom)
14. Rapat Kerja Komisariat (Rakerkom)
15. Musyawarah Ranting (Musran)
16. Rapat Kerja Ranting (Rakerran)
17. Kongres Luar Biasa (KLB)
18. Musyawarah Wilayah Luar Biasa (Muswilub)
19. Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub)
20. Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscablub)
21. Musyawarah Komisariat Luar Biasa (Muskomlub)
22. Musyawarah Ranting Luar Biasa (Musranlub)

Pasal 14
Referendum

Dalam menghadapi hal-hal yang luar biasa, HIMMAH dapat


menyelenggarakan Referendum.

BAB IX
PENDAPATAN

Pasal 15
Pendapatan

Pendapatan HIMMAH diperoleh dari :


a. Iuran Anggota
b. Sumbangan Masyarakat yang tidak mengikat.
c. Sumber lain yang halal, tidak mengikat, dan tidak bertentangan dengan perundang-
undangan yang berlaku.
d. Usaha Dana, badan usaha / Koperasi yang dimiliki HIMMAH.
BAB X
ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 16
Anggaran Rumah Tangga
HIMMAH

1. Anggaran Dasar HIMMAH dijabarkan lebih lanjut didalam Anggaran Rumah Tangga
HIMMAH.
2. Anggaran Rumah Tangga HIMMAH ditetapkan Pimpinan Pusat HIMMAH dan tidak boleh
bertentangan dengan Anggaran Dasar HIMMAH.

BAB XI
PEMBUBARAN

Pasal 17
Pembubaran

1. HIMMAH hanya dapat dibubarkan melalui Kongres HIMMAH dengan persetujuan PP


Rifaiyah.
2. Kongres tentang pembubaran HIMMAH diusulkan sekurang-kurangnya oleh 2/3 jumlah
wilayah.
3. Kongres untuk membicarakan usulan pembubaran HIMMAH dinyatakan sah jika dihadiri
oleh utusan sekurang-kurangnya 2/3 jumlah Daerah.
4. Usulan pembubaran HIMMAH diterima oleh Kongres jika disetujui dengan suara bulat.
5. Jika HIMMAH dibubarkan, maka penyelesaian harta benda milik HIMMAH ditetapkan
oleh Musyawarah yang mengusulkan pembubaran itu.

BAB XII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 18
Perubahan Anggaran Dasar

1. Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan dalam Kongres yang dihadiri oleh
perutusan Daerah sekurang-kurangnya 2/3 jumlah Wilayah.
2. Usulan perubahan Anggaran Dasar HIMMAH diterima Kongres jika disetujui oleh
sekurang-kurangnya ¾ dari jumlah suara yang hadir.

BAB XIII
PENUTUP

Pasal 19
Penutup

Anggaran Dasar HIMMAH ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.


RANCANGAN PERUBAHAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMMAH

BAB I
ATRIBUT

Pasal 1
1. Lambang HIMMAH, Bendera, Mars dan Seragam
2. Untuk lebih jelasnya atribut diatur dalam peraturan organisasi

BAB II
KEANGGOTAAN

Pasal 2

1. Anggota Biasa adalah semua Perempuan Muda Rifaiyah yang memenuhi


persyaratan sebagai berikut:
a. Berusia 15 hingga 30 tahun,
b. Sanggup mematuhi AD/ART dan peraturan organisasi serta mengikuti kegiatan-
kegiatan yang ditentukan Organisasi
2. Kader adalah anggota yang telah mengikuti dan dinyatakan lulus Pengkaderan Dasar
dan follow up nya atau yang pernah/sedang menjadi pengurus HIMMAH
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA

Pasal 3

Setiap anggota berkewajiban :


a. Memahami dan melaksanakan hasil-hasil musyawarah.
b. Bersikap setia dan loyal terhadap semua kebijakan yang ditetapkan oleh organisasi.
c. Menghadiri musyawarah dan rapat-rapat.
d. Melakukan dinamisasi organisasi dan masyarakat secara sehat dan mulia.

Pasal 4

Setiap anggota berhak :


a. Memperoleh perlakuan yang sama dalam Organisasi.
b. Memperoleh perlindungan, bimbingan dan pembelaan dari Organisasi.
c. Memilih dan dipilih.
BAB IV
PEMBERHENTIAN ANGGOTA

Pasal 5

1. Pemberhentian anggota merupakan tindakan yang dapat menghilangkan hak dan


kewajiban seseorang anggota untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai
anggota HIMMAH.
2. Pemberhentian anggota dilakukan apabila :
a. Meninggal dunia
b. Berhalangan secara tetap, sehingga tidak memungkinkan untuk dapat melaksanakan
tugasnya sebagai anggota HIMMAH.
c. Mengajukan permintaan sendiri.
d. Melakukan kegiatan yang bertentangan dengan AD/ART dan peraturan lainnya.

Pasal 6

Jenis pemberhentian anggota terdiri atas :


a. Pemberhentian dengan hormat (Pasal 5 ayat 2 poin a, poin b dan poin c).
b. Pemberhentian dengan tidak hormat (Pasal 5 ayat 2 poin d).
BAB V
SUSUNAN PENGURUS, TUGAS DAN WEWENANG

Pasal 7
Pimpinan Pusat

1. Pimpinan Pusat adalah pemimpin tertinggi pengemban amanat Kongres


2. Masa Jabatan Pimpinan Pusat adalah 3 (tiga) tahun
3. Pimpinan Pusat terdiri dari:
a. Ketua Umum
b. Ketua-Ketua
c. Sekretaris Jenderal
d. Sekretaris-sekretaris
e. Bendahara Umum
f. Bendahara-bendahara
g. Biro-biro
4. Ketua-Ketua seperti yang dimaksud ayat (3) point (b) membidangi :
a. Kaderisasi
b. Pengembangan pemikiran, ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Pemberdayaan Pesantren dan Madrasah
d. Hubungan Luar Negeri dan Jaringan Internasional.
e. Pengembangan Dakwah dan Kesenian
f. Pengembangan Ekonomi dan Kewirausahaan.
g. Komunikasi Organ Gerakan, Kepemudaan, LSM dan Ormas.
h. Kajian Hukum dan advokasi Kebijakan Publik.
i. Kajian dan pengembangan sumberdaya alam dan lingkungan hidup
5. Jumlah Bidang seperti dimaksud pada point (4) di atas, dapat ditambah sesuai dengan
kebutuhan organisasi
6. Ketua Umum PP dipilih oleh Kongres.
7. Ketua Umum PP dapat dipilih kembali lebih dari 1 (satu) periode.
8. Pimpinan Pusat memiliki tugas dan wewenang:
a. Ketua Umum memilih Sekretaris Jenderal dan menyusun perangkat
kepengurusan secara lengkap dibantu 5 (lima) orang formatur yang dipilih
Kongres selambat- lambatnya 14 x 24 jam
b. Formatur PP HIMMAH sebagaimana dimaksud dalam ayat (8) point (a) di atas
dipilih oleh peserta kongres dengan memperhatikan keterwakilan region.
c. Pimpinan Pusat berkewajiban mengesahkan susunan Pengurus Pimpinan
Wilayah dan Pimpinan Daerah

Pasal 8
Pimpinan Wilayah

1. Pimpinan Wilayah dapat dibentuk di Provinsi


2. Pimpinan Wilayah dapat dibentuk apabila sekurang-kurangnya ada 1 Pimpinan Daerah
3. Selanjutnya Tata cara pembentukan PW diatur dalam peraturan organisasi.
4. Masa Jabatan Pimpinan Wilayah adalah 3 (tiga) tahun
5. Pimpinan Wilayah terdiri dari:
a. Ketua
b. Wakil Ketua sebanyak 3 (tiga) orang
c. Sekretaris
d. Wakil Sekretaris sebanyak 3 (tiga) orang
e. Bendahara
f. Wakil Bendahara sebanyak 3 (tiga) orang
g. Bidang-Bidang
6. Wakil Ketua seperti yang dimaksud ayat (3) point (b) membidangi :
a. Bidang Internal
b. Bidang Eksternal
c. Bidang Keagamaan
7. Ketua PW dipilih oleh Muswil.
8. Ketua PW dapat dipilih kembali lebih dari 1 (satu) periode.
9. Ketua PW memilih Sekretaris dan menyusun perangkat kepengurusan secara lengkap
dibantu 5 (lima) orang formatur yang dipilih Muswil selambat-lambatnya 7 x 24 jam
10. Pimpinan Wilayah memiliki tugas dan wewenang:
a. PW melaksanakan dan pengembangan kebijakan tentang berbagai masalah
organisasi di lingkungan wilayahnya;
b. PW berkewajiban melaksanakan AD/ART, keputusan Kongres, keputusan
Muspimnas, keputusan Muswil, peraturan-peraturan organisasi dan memperhatikan
nasehat serta saran-saran Majelis Pembina Wilayah
c. PW berkewajiban menyampaikan laporan kepada PP HIMMAH 1 (satu) tahun sekali
dalam Rapat Koordinasi Nasional dan Muspimnas.
d. Pelaporan yang disampaikan PW meliputi, perkembangan daerah, aktivitas internal
dan eksternal.
e. Mekanisme pelaporan lebih lanjut akan ditentukan dalam peraturan organisasi.

Pasal 9
Pimpinan Daerah

1. Pimpinan Daerah dapat dibentuk di Kabupaten/Kota


2. Pimpinan Daerah dapat dibentuk apabila sekurang-kurangnya ada 1 Pimpinan
Cabang/Komisariat
3. Selanjutnya Tata cara pembentukan PD diatur dalam peraturan organisasi.
4. Masa Jabatan Pimpinan Daerah adalah 3 (tiga) tahun
5. Pengurus Pimpinan Daerah akan mendapat surat peringatan pembekuan apabila
sekurang-kurangnya dalam masa kepengurusan tidak menyelenggarakan Musyawarah
Daerah.
6. Jika dalam jangka waktu 1 tahun pasca diturunkan surat peringatan, tidak
melaksanakan Musda, maka akan dilakukan pembekuan kepengurusan.
7. Pengurus Daerah dapat dianggap Sah apabila telah mendapat pengesahaan dari PP
melalui rekomendasi PW. Dan apabila terdapat Daerah di propinsi yang belum terbentuk
PW maka dapat meminta langsung dari PP.
8. Pimpinan Daerah terdiri dari:
a. Ketua
b. Wakil Ketua sebanyak 3 (tiga) orang
c. Sekretaris
d. Wakil Sekretaris sebanyak 3 (tiga) orang
e. Bendahara
f. Wakil Bendahara sebanyak 3 (tiga) orang
g. Bidang-Bidang
9. Wakil Ketua seperti yang dimaksud ayat (8) point (b) membidangi :
a. Bidang Internal
b. Bidang Eksternal
c. Bidang Keagamaan
10. Bidang internal sebagaimana dimaksud dalam ayat (9) point (a) membawahi:
a. Bidang kaderisasi dan pengembangan sumber daya anggota;
b. Bidang Pendidikan, Pemberdayaan Santri dan Pelajar;
c. Bidang Seni dan Budaya
d. Bidang Pemberdayaan Ekonomi dan Kelompok Profesional
11. Bidang eksternal sebagaimana dimaksud dalam ayat (9) point (b) membawahi:
a. Bidang hubungan dan komunikasi pemerintah dan kebijakan publik;
b. Bidang hubungan dan komunikasi organisasi dan kepemudaan;
c. Bidang pengembangan media dan informasi;
d. Bidang advokasi dan lingkungan hidup
12. Bidang keagamaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (9) point (c) membawahi:
a. Bidang dakwah dan kajian Islam;
b. Bidang komunikasi dan hubungan pesantren Madrasah
c. Bidang hubungan dan komunikasi lintas agama.
13. Lembaga semi otonom dapat dibentuk berdasarkan azas lokalitas kebutuhan seperti
Bulletin, Koperasi, LBH, Grup Rebana dan lain-lain.
14. Konsentrasi penuh PD adalah melakukan pendampingan dan pemberdayaan kepada PC,
PK dan PR di bawahnya
15. Ketua PD dipilih oleh Musda.
16. Ketua PD dapat dipilih kembali lebih dari 1 (satu) periode.
17. Ketua PD memilih Sekretaris dan menyusun perangkat kepengurusan secara lengkap
dibantu 5 (lima) orang formatur yang dipilih Musda selambat-lambatnya 7 x 24 jam
18. Pimpinan Daerah memiliki tugas dan wewenang:
a. Menjalankan keputusan AD/ART Kongres, keputusan Muspimnas, keputusan Musda,
dan memperhatikan nasehat, pertimbangan dan saran Majelis Penasehat Daerah
(Mapenda).
b. Menyampaikan pemberitahuan kepengurusan kepada PW serta kepada PP secara
periodik satu tahun sekali.
c. Pemberitahuan yang disampaikan kepada PW dan PP meliputi, perkembangan
jumlah cabang, ranting dan anggota, serta aktivitas internal dan eksternal.
d. Mekanisme pemberitahuan lebih lanjut akan ditentukan dalam peraturan organisasi.

Pasal 10
Pimpinan Cabang

1. Pimpinan Cabang dapat dibentuk di Kecamatan


2. Pimpinan Cabang dapat dibentuk apabila sekurang-kurangnya ada 1 Pimpinan Ranting
3. Selanjutnya Tata cara pembentukan PC diatur dalam peraturan organisasi.
4. Masa Jabatan Pimpinan Cabang adalah 2 (dua) tahun
5. Pengurus Pimpinan Cabang akan mendapat surat peringatan pembekuan dari PD
apabila sekurang-kurangnya dalam masa kepengurusan tidak menyelenggarakan
Musyawarah Cabang.
6. Jika dalam jangka waktu 6 bulan pasca diturunkan surat peringatan, tidak
melaksanakan Muscab, maka akan dilakukan pembekuan kepengurusan.
7. Pengurus Cabang dapat dianggap Sah apabila telah mendapat pengesahaan dari PD
8. Pimpinan Cabang terdiri dari:
a. Ketua
b. Wakil Ketua sebanyak 3 (tiga) orang
c. Sekretaris
d. Wakil Sekretaris sebanyak 3 (tiga) orang
e. Bendahara
f. Wakil Bendahara
g. Seksi-Seksi
9. Wakil Ketua seperti yang dimaksud ayat (8) point (b) membidangi :
a. Bidang Internal
b. Bidang Eksternal
c. Bidang Keagamaan
10. Bidang internal sebagaimana dimaksud dalam ayat (9) point (a) membawahi:
a. Seksi kaderisasi dan pengembangan sumber daya anggota;
b. Seksi Seni dan Budaya
11. Bidang eksternal sebagaimana dimaksud dalam ayat (9) point (b) membawahi:
a. Seksi hubungan dan komunikasi Instansi;
b. Seksi hubungan dan komunikasi organisasi dan kepemudaan;
12. Bidang keagamaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (9) point (c) membawahi:
a. Seksi dakwah
b. Seksi kajian Islam
13. Konsentrasi penuh PC semata-mata adalah melakukan pendampingan dan
pemberdayaan kepada PR di bawahnya
14. Lembaga semi otonom dapat dibentuk berdasarkan azas lokalitas kebutuhan seperti
Bulletin, Grup Rebana dan lain-lain.
15. Ketua PC dipilih oleh Muscab.
16. Ketua PC dapat dipilih kembali lebih dari 1 (satu) periode.
17. Ketua PC memilih Sekretaris dan menyusun perangkat kepengurusan secara lengkap
dibantu 5 (lima) orang formatur yang dipilih Muscab selambat-lambatnya 7 x 24 jam
18. Pimpinan Cabang memiliki tugas dan wewenang:
a. Menjalankan keputusan AD/ART Kongres, keputusan Muspimnas, Keputusan Muswil,
keputusan Musda, Keputusan Muscab dan memperhatikan nasehat, pertimbangan
dan saran Majelis Penasehat Cabang (Mapenca).
b. Menyampaikan pemberitahuan kepengurusan kepada PD secara periodik 6 (enam)
bulan sekali.
c. Pemberitahuan yang disampaikan kepada PD meliputi, perkembangan jumlah
ranting dan anggota, serta aktivitas internal dan eksternal.
d. Mekanisme pemberitahuan lebih lanjut akan ditentukan dalam peraturan organisasi.

Pasal 11
Pimpinan Komisariat

1. Pimpinan Komisariat dapat dibentuk di Pondok Pesantren dan SMA/MA/SMK sederajat


2. Pimpinan Komisariat dapat dibentuk apabila sekurang-kurangnya ada 10 anggota
3. Selanjutnya Tata cara pembentukan PK diatur dalam peraturan organisasi.
4. Masa Jabatan Pimpinan Komisariat adalah 2 (dua) tahun
5. Pengurus Pimpinan Komisariat akan mendapat surat peringatan pembekuan dari PD
apabila sekurang-kurangnya dalam masa kepengurusan tidak menyelenggarakan
Musyawarah Komisariat.
6. Jika dalam jangka waktu 6 bulan pasca diturunkan surat peringatan, tidak
melaksanakan Muskom, maka akan dilakukan pembekuan kepengurusan.
7. Pengurus Komisariat dapat dianggap Sah apabila telah mendapat pengesahaan dari PD
8. Pimpinan Komisariat terdiri dari:
a. Ketua
b. Wakil Ketua sebanyak 2 (dua) orang
c. Sekretaris
d. Wakil Sekretaris sebanyak 2 (dua) orang
e. Bendahara
f. Seksi-Seksi
9. Wakil Ketua seperti yang dimaksud ayat (8) point (b) membidangi :
j. Bidang Keorganisasian
k. Bidang Keagamaan
10. Bidang Keorganisasian sebagaimana dimaksud dalam ayat (9) point (a) membawahi:
a. Seksi kaderisasi dan pengembangan sumber daya anggota;
b. Seksi Seni dan Budaya
c. Seksi hubungan dan komunikasi Instansi Sekolah atau Pesantren;
d. Seksi hubungan dan komunikasi organisasi Sekolah atau Pesantren;
11. Bidang keagamaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (9) point (b) membawahi:
a. Seksi dakwah
b. Seksi kajian Islam
12. Ketua PK dipilih oleh Muskom.
13. Ketua PK dapat dipilih kembali lebih dari 1 (satu) periode.
14. Ketua PK memilih Sekretaris dan menyusun perangkat kepengurusan secara lengkap
dibantu 5 (lima) orang formatur yang dipilih Muskom selambat-lambatnya 7 x 24 jam
15. Pimpinan Komisariat memiliki tugas dan wewenang:
a. Menjalankan keputusan AD/ART Kongres, keputusan Muspimnas, Keputusan Muswil,
keputusan Musda, Keputusan Muscab dan memperhatikan nasehat, pertimbangan
dan saran Majelis Penasehat Komisariat (Mapenkom).
b. Menyampaikan pemberitahuan kepengurusan kepada PD secara periodik 6 (enam)
bulan sekali.
c. Pemberitahuan yang disampaikan kepada PD meliputi, perkembangan jumlah
anggota, serta aktivitas internal dan eksternal.
d. Mekanisme pemberitahuan lebih lanjut akan ditentukan dalam peraturan organisasi.
Pasal 12

Pimpinan Ranting:
1. Pimpinan Ranting dapat dibentuk di Desa/Kelurahan
2. Pimpinan Ranting dapat dibentuk apabila sekurang-kurangnya ada 10 anggota
3. Selanjutnya Tata cara pembentukan PR diatur dalam peraturan organisasi.
4. Masa Jabatan Pimpinan Ranting adalah 2 (dua) tahun
5. Pengurus Pimpinan Ranting akan mendapat surat peringatan pembekuan dari PD
apabila sekurang-kurangnya dalam masa kepengurusan tidak menyelenggarakan
Musyawarah Ranting.
6. Jika dalam jangka waktu 6 bulan pasca diturunkan surat peringatan, tidak
melaksanakan Muscab, maka akan dilakukan pembekuan kepengurusan.
7. Pengurus Ranting dapat dianggap Sah apabila telah mendapat pengesahaan dari PD
8. Pimpinan Ranting terdiri dari:
a. Ketua
b. Wakil Ketua
c. Sekretaris
d. Wakil Sekretaris
e. Bendahara
f. Wakil Bendahara
g. Seksi-Seksi
h. Lembaga Semi Otonom
9. Seksi-seksi dimaksud dalam ayat (8) point (g) adalah:
a. Seksi kaderisasi dan pengembangan sumber daya anggota;
b. Seksi Seni dan Budaya
c. Seksi hubungan dan komunikasi Instansi;
d. Seksi hubungan dan komunikasi organisasi dan kepemudaan;
e. Seksi dakwah dan kajian Islam
10. Lembaga semi otonom dapat dibentuk berdasarkan azas lokalitas kebutuhan seperti
Bulletin, Grup Rebana, Jama’ah Tahlil dan lain-lain.
11. Ketua PR dipilih oleh Musran.
12. Ketua PR dapat dipilih kembali lebih dari 1 (satu) periode.
13. Ketua PR memilih Sekretaris dan menyusun perangkat kepengurusan secara lengkap
dibantu 5 (lima) orang formatur yang dipilih Musran selambat-lambatnya 7 x 24 jam
14. Pimpinan Ranting memiliki tugas dan wewenang:
a. Menjalankan keputusan AD/ART Kongres, keputusan Muspimnas, Keputusan Muswil,
keputusan Musda, Keputusan Muscab, Keputusan Musran dan memperhatikan
nasehat, pertimbangan dan saran Majelis Penasehat Ranting (Mapenran).
b. Menyampaikan pemberitahuan kepengurusan kepada PC dan PD secara periodik 6
(enam) bulan sekali.
c. Pemberitahuan yang disampaikan kepada PC dan PD meliputi, perkembangan
jumlah anggota, serta aktivitas internal dan eksternal.
d. Mekanisme pemberitahuan lebih lanjut akan ditentukan dalam peraturan organisasi.

BAB VI
PERSYARATAN PIMPINAN ORGANISASI

Pasal 13

Yang dipilih menjadi Pimpinan Organisasi HIMMAH ialah yang memiliki kriteria :
a. Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Setia pada Pancasila dan UUD 1945.
c. Memiliki jiwa dan pengabdian yang tinggi terhadap perjuangan Rifa’iyah.
d. Mampu bekerjasama secara kolektif dan mampu mengembangkan peranan generasi
HIMMAH sebagai Organisasi otonom yang mengemban amanat untuk mencapai tujuan
Organisasi.
e. Menjadi panutan generasi muda Rifaiyah.
f. Mendapat dukungan dari lapisan generasi muda Rifaiyah.
g. Menjamin kesinambungan perjuangan Organisasi Rifaiyah.
h. Berakhlaq mulia.
i. Bersedia mengabdi kepada HIMMAH dengan ikhlas.
BAB VII
LEMBAGA SEMI OTONOM

Pasal 14

1. Lembaga semi otonom adalah badan yang dibentuk oleh ketua umum (Pimpinan
Tertinggi) HIMMAH di setiap tingkat kepengurusan beradasarkan azas lokalitas
kebutuhan.
2. Pengurus lembaga semi otonom bertanggung jawab kepada pleno badan pengurus
harian pada tingkat kepengurusan masing-masing.
3. Lembaga-lembaga semi otonom sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atas dapat
berupa:
a. LBH;
b. Koperasi;
c. Group Rebana;
d. Dan/atau lainnya.
4. Pemimpin lembaga semi otonom yang selanjutnya bisa disebut direktur atau ketua
ditunjuk oleh ketua umum (Pimpinan Tertinggi) HIMMAH dengan meminta
pertimbangan pleno dan di-SK-kan oleh ketua umum (Pimpinan Tertinggi) HIMMAH
pada tingkatan masing-masing.
5. Kepengurusan lembaga semi otonom sekurang-kurangnya terdiri dari ketua dan
sekretaris.
6. Lembaga semi otonom tidak punya struktur hierarkhi ke bawah.
7. Pedoman dan tata kerja lembaga disusun oleh lembaga masing-masing.
8. Kebijakan tentang tata kerja, pola koordinasi dan mekanisme organisasi lembaga semi
otonom akan diatur kemudian dalam ketentuan tersendiri.
BAB VIII
TATA CARA PEMILIHAN KETUA UMUM

Pasal 15
Pimpinan Pusat

1. Ketua Umum Pimpinan Pusat HIMMAH dipilih peserta Kongres melalui perwakilan
Pimpinan Wilayah dan perwakilan Pimpinan Daerah.
2. Pengusungan bakal calon Ketua Umum Pimpinan Pusat HIMMAH dilakukan secara
terbuka.
3. Setiap Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah hanya boleh mencalonkan satu bakal
calon Ketua Umum Pimpinan Pusat HIMMAH.
4. Syarat-syarat Ketua Umum Pimpinan Pusat HIMMAH adalah sebagai berikut :
a. Pernah aktif menjadi pengurus Pimpinan HIMMAH di tingkat Pusat atau Wilayah
atau Daerah sekurang-kurangnya 1 (satu) periode
b. Berusia tidak lebih dari 40 (empat puluh) tahun pada saat dipilih.
c. Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, Berakhlakul karimah, berprestasi,
berdedikasi tinggi dan loyal kepada organisasi.
d. Setia kepada Pancasila dan UUD 1945.
e. Mampu dan aktif menjalankan organisasi.
f. Telah lulus dalam jenjang kaderisasi HIMMAH tingkat Menengah.

Pasal 16
Pimpinan Wilayah

1. Ketua Pimpinan Wilayah HIMMAH dipilih peserta Musyawarah Wilayah melalui


perwakilan Pimpinan Daerah.
2. Pengusungan bakal calon Ketua Pimpinan Wilayah HIMMAH dilakukan secara terbuka.
3. Setiap Pimpinan Daerah hanya boleh mencalonkan satu bakal calon Ketua Pimpinan
Wilayah HIMMAH.
4. Nama-nama bakal calon akan diverifikasi oleh panitia untuk ditetapkan menjadi calon.
5. Syarat-syarat Ketua Pimpinan Wilayah HIMMAH adalah sebagai berikut:
a. Pernah aktif menjadi pengurus Pimpinan HIMMAH di tingkat Wilayah atau Daerah
sekurang-kurangnya 1 (satu) periode
b. Berusia tidak lebih dari 40 (empat puluh) tahun pada saat dipilih.
c. Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, Berakhlakul karimah, berprestasi,
berdedikasi tinggi dan loyal kepada organisasi.
d. Setia kepada Pancasila dan UUD 1945.
e. Mampu dan aktif menjalankan organisasi.
f. Telah lulus dalam jenjang kaderisasi HIMMAH tingkat Menengah.

Pasal 17
Pimpinan Daerah

1. Ketua Pimpinan Daerah HIMMAH dipilih peserta Musyawarah Daerah melalui perwakilan
Pimpinan Cabang dan Pimpinan Ranting.
2. Pengusungan bakal calon Ketua Pimpinan Daerah HIMMAH dilakukan secara terbuka.
3. Setiap Pimpinan Cabang hanya boleh mencalonkan satu bakal calon Ketua Pimpinan
Daerah HIMMAH.
4. Nama-nama bakal calon akan diverifikasi oleh panitia untuk ditetapkan menjadi calon.
5. Syarat-syarat Ketua Pimpinan Daerah HIMMAH adalah sebagai berikut:
a. Pernah aktif menjadi pengurus Pimpinan HIMMAH di tingkat Daerah atau Cabang
sekurang-kurangnya 1 (satu) periode
b. Berusia tidak lebih dari 35 (tiga puluh lima) tahun pada saat dipilih.
c. Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, Berakhlakul karimah, berprestasi,
berdedikasi tinggi dan loyal kepada organisasi.
d. Setia kepada Pancasila dan UUD 1945.
e. Mampu dan aktif menjalankan organisasi.
f. Telah lulus dalam jenjang kaderisasi HIMMAH tingkat Dasar.

Pasal 18
Pimpinan Cabang

1. Ketua Pimpinan Cabang HIMMAH dipilih peserta Musyawarah Cabang melalui


perwakilan Pimpinan Ranting.
2. Pengusungan bakal calon Ketua Pimpinan Cabang HIMMAH dilakukan secara terbuka.
3. Setiap Pimpinan Ranting hanya boleh mencalonkan satu bakal calon Ketua Pimpinan
Cabang HIMMAH.
4. Nama-nama bakal calon akan diverifikasi oleh panitia untuk ditetapkan menjadi calon.
5. Syarat-syarat Ketua Pimpinan Cabang HIMMAH adalah sebagai berikut :
a. Pernah aktif menjadi pengurus Pimpinan HIMMAH di tingkat Cabang atau Ranting
sekurang-kurangnya 1 (satu) periode
b. Berusia tidak lebih dari 30 (tiga puluh) tahun pada saat dipilih.
c. Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, Berakhlakul karimah, berprestasi,
berdedikasi tinggi dan loyal kepada organisasi.
d. Setia kepada Pancasila dan UUD 1945.
e. Mampu dan aktif menjalankan organisasi.
f. Telah lulus dalam jenjang kaderisasi HIMMAH tingkat Dasar.

Pasal 19
Pimpinan Komisariat

1. Ketua Pimpinan Komisariat HIMMAH dipilih peserta Musyawarah Komisariat.


2. Pengusungan bakal calon Ketua Pimpinan Cabang HIMMAH dilakukan secara terbuka.
3. Nama-nama bakal calon akan diverifikasi oleh panitia untuk ditetapkan menjadi calon.
4. Syarat-syarat Ketua Pimpinan Komisariat HIMMAH adalah sebagai berikut :
a. Pernah aktif menjadi pengurus Pimpinan HIMMAH di tingkat Komisariat atau Ranting
sekurang-kurangnya 1 (satu) periode
b. Berusia tidak lebih dari 30 (tiga puluh) tahun pada saat dipilih.
c. Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, Berakhlakul karimah, berprestasi,
berdedikasi tinggi dan loyal kepada organisasi.
d. Setia kepada Pancasila dan UUD 1945.
e. Mampu dan aktif menjalankan organisasi.
f. Telah lulus dalam jenjang kaderisasi HIMMAH tingkat Dasar.

Pasal 20
Pimpinan Ranting

1. Ketua Pimpinan Ranting HIMMAH dipilih oleh peserta Musyawarah Ranting.


2. Pengusungan bakal calon Ketua Pimpinan Ranting HIMMAH dilakukan secara terbuka.
3. Setiap peserta hanya boleh mencalonkan satu bakal calon Ketua Pimpinan Ranting
HIMMAH.
4. Nama-nama bakal calon akan diverifikasi oleh panitia untuk ditetapkan menjadi calon.
5. Syarat-syarat Ketua Pimpinan Ranting HIMMAH adalah sebagai berikut :
a. Pernah aktif menjadi pengurus Pimpinan HIMMAH di tingkat Ranting sekurang-
kurangnya 1 (satu) periode atau telah menjadi anggota HIMMAH sekurang-
kurangnya 3 tahun.
b. Berusia tidak lebih dari 25 (dua puluh lima) tahun pada saat dipilih.
c. Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, Berakhlakul karimah, berprestasi,
berdedikasi tinggi dan loyal kepada organisasi.
d. Setia kepada Pancasila dan UUD 1945.
e. Mampu dan aktif menjalankan organisasi.
f. Telah lulus dalam jenjang kaderisasi HIMMAH tingkat Dasar.

BAB IX
PENGISIAN LOWONGAN JABATAN ANTAR WAKTU

Pasal 21

1. Apabila terjadi lowongan jabatan antar waktu, maka lowongan tersebut diisi oleh
anggota pengurus yang berada dalam urutan langsung di bawahnya
2. Apabila ketua umum PP, Ketua PW, PD, PC, PK, PR berhenti atau mengundurkan diri
dari jabatan digantikan oleh:
a. Apabila ketua umum PP, jabatan digantikan ketua bidang pengkaderan
b. Apabila ketua PW, jabatan digantikan Wakil ketua bidang internal.
c. Apabila ketua PD, jabatan digantikan Wakil ketua bidang Internal.
d. Apabila ketua PC, digantikan wakil ketua bidang internal.
e. Apabila ketua PK, digantikan wakil ketua bidang keorganisasian.
f. Apabila ketua PR, digantikan wakil ketua.
3. Dalam kondisi dimana tidak dapat dilakukan pengisian lowongan jabatan antar waktu
maka lowongan jabatan akan diisi oleh anggota pengurus lainnya berdasarkan
keputusan rapat badan pengurus harian yang khusus diadakan untuk itu.
BAB X
MAJELIS PENASEHAT

Pasal 27

1. Majelis Penasehat adalah badan yang terdapat di seluruh tingkatan organisasi HIMMAH
2. Majelis Penasehat di tingkat PP disebut Majelis Penasehat Nasional (Mapenas) dan
berjumlah maksimal 20 orang.
3. Majelis Penasehat di tingkat PW disebut Majelis Penasehat Wilayah (Mapenwil) dan
berjumlah maksimal 15 orang
4. Majelis Penasehat di tingkat PD disebut Majelis Penasehat Daerah (Mapenda) dan
berjumlah maksimal 15 orang
5. Majelis Penasehat di tingkat PC disebut Majelis Penasehat Cabang (Mapencab) dan
berjumlah maksimal 10 orang
6. Majelis Penasehat di tingkat PR disebut Majelis Penasehat Ranting (Maperan) dan
berjumlah maksimal 10 orang

Pasal 28

1. Tugas dan fungsi Majelis Penasehat:


a. Memberikan nasehat, gagasan pengembangan dan saran kepada pengurus HIMMAH
baik diminta maupun tidak
b. Membina dan mengembangkan secara informal kader HIMMAH di bidang Intelektual
dan profesi.
2. Susunan majelis penasehat terdiri dari :
a. Satu orang ketua merangkap anggota.
b. Satu orang sekretaris merangkap anggota, dan
c. Sesuai kebutuhan
d. Keanggotaan Majelis Penasehat dipilih dan ditetapkan pengurus ditingkat masing-
masing.
BAB XII
PESERTA MUSYAWARAH DAN RAPAT

Pasal 29

Musyawarah dan rapat-rapat terdiri atas :


1. Kongres
2. Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas)
3. Rapat Kerja Nasional (Rakernas)
4. Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas)
5. Musyawrah Wilayah (Muswil)
6. Musyawarah Pimpinan Wilayah (Muspimwil)
7. Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil)
8. Musyawarah Daerah (Musda)
9. Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspimda)
10. Rapat Kerja Daerah (Rakerda)
11. Musyawarah Cabang (Muscab)
12. Rapat Kerja Cabang (Rakercab)
13. Musyawarah Komisariat (Muskom)
14. Rapat Kerja Komisariat (Rakerkom)
15. Musyawarah Ranting (Musran)
16. Rapat Kerja Ranting (Rakerran)
17. Kongres Luar Biasa (KLB)
18. Musyawarah Wilayah Luar Biasa (Muswillub)
19. Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub)
20. Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscablub)
21. Musyawarah Komisariat Luar Biasa (Muskomlub)
22. Musyawarah Ranting Luar Biasa (Musranlub)

Pasal 30
Kongres

1. Kongres merupakan forum musyawarah tertinggi dalam organisasi.


2. Kongres dihadiri oleh PD, PW, dan peninjau.
3. Kongres diadakan tiap 3 (tiga) tahun sekali.
4. Kongres sah apabila dihadiri oleh sekurang kurangnya separuh lebih satu dari
jumlah peserta kongres
5. Kongres memiliki kewenangan:
a. Menetakan/merubah AD/ART HIMMAH.
b. Menetapkan/merubah strategi pengembangan HIMMAH.
c. Menetapkan/merubah kebijakan umum dan GBHO
d. Menetapkan/merubah sistem pengkaderan HIMMAH
e. Menetapkan ketua umum dan tim formatur
f. Menetapkan dan menilai LPJ PP HIMMAH

Pasal 31
Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas)

1. Muspimnas adalah forum tertinggi setelah Kongres.


2. Muspimnas dihadiri oleh Pengurus Pusat, PW dan PD.
3. Muspimnas diadakan paling sedikit satu kali dalam satu periode kepengurusan.
4. Muspimnas menghasilkan ketetapan organisasi dan Peraturan Organisasi (PO).

Pasal 32
Rapat Kerja Nasional (Rakernas)

1. Rakernas dilaksanakan oleh PP HIMMAH.


2. Rakernas dilaksanakan setidaknya satu kali atau lebih selama satu periode.
3. Peserta Rakernas adalah Pengurus Harian PP HIMMAH, Biro-Biro, Badan Semi Otonom
dan Lembaga-Lembaga Semi Otonom.
4. Rakernas memiliki kewenangan membuat dan menetapkan action planning
berdasarkan program kerja yang diputuskan di Kongres.

Pasal 33
Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS)

1. Rakornas adalah Rapat yang dihadiri oleh pimpinan PP HIMMAH dengan PW yang
berfungsi untuk merumuskan kebijakan strategis yang menyangkut kebijakan internal
dan eksternal organisasi.
2. Rakornas dilaksanakan setiap 1 tahun sekali dan atau sesuai dengan
kebutuhan organisasi.
Pasal 34
Musyawarah Wilayah (Muswil)

1. Muswil adalah forum musyawarah tertinggi di tingkat PW


2. Muswil dihadiri oleh utusan PD.
3. Dapat berlangsung apabila dihadiri oleh 2/3 dari jumlah PD yang sah.
4. Diadakan setiap 3 tahun sekali.
5. Muswil memiliki wewenang :
a. Menyusun program kerja PW dalam rangka pelaksanaan program dan
kebijakan HIMMAH.
b. Menilai laporan pertanggung jawaban PW.
c. Memilih Ketua PW dan tim formatur.

Pasal 35
Musyawarah Pimpinan Wilayah (Muspimwil)

1. Muspimwil adalah forum tertinggi setelah Muswil.


2. Muspimwil dihadiri PW dan PD yang berada dalam wilayah kepemimpinannya.
3. Muspimwil diadakan paling sedikit sekali dalam satu periode kepengurusan.
4. Muspimwil memiliki kewenangan:
a. Menetapkan dan merubah peraturan organisasi yang mengikat kondisi
lokal, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.
b. Evaluasi program baik bidang interal maupun eksternal.
c. Mengesahkan laporan organisasi dari berbagai wilayah kepemimpinan.

Pasal 36
Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil)

1. Rakerwil dilaksanakan oleh PW paling sedikit satu kali dalam masa kepengurusan.
2. Rakerwil berwenang merumuskan action plan berdasarkan program kerja yang
diputuskan di Muswil

Pasal 37
Musyawarah Daerah (Musda)

1. Musda adalah forum musyawarah tertinggi di tingkat PD.


2. Musda dihadiri oleh utusan PC, PK dan PR.
3. Musda dianggap sah apabila dihadiri oleh 2/3 peserta atau suara yang sah.
4. Musda diadakan tiga tahun sekali.
5. Musda memiliki wewenang :
a. Menyusun program kerja daerah dalam rangka pelaksanaan program kerja umum
dan kebijakan HIMMAH.
b. Menilai laporan pertanggungjawaban kepengurusan PD.
c. Memilih ketua PD dan Tim formatur.

Pasal 38
Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspimda)

1. Muspimda adalah forum tertinggi setelah Musda.


2. Muspimda dihadiri oleh PD, PC, PK dan PR.
3. Muspimda diadakan paling sedikit 1 kali dalam satu periode kepengurusan
4. Muspimda memiliki kewenangan:
a. Menetapkan dan merubah peraturan organisasi yang menyangkut kondisi
lokal, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.
b. Evaluasi program pengurus daerah.
c. Mengesahkan laporan organisasi dari PC, PK dan PR.

Pasal 39
Rapat Kerja Daerah (Rakerda)

1. Menyusun dan menetapkan action planning selama satu periode berdasarkan hasil
dari Musda.
2. Rakerda dilaksanakan oleh PD.
3. Peserta Rakerda adalah seluruh jajaran pengurus harian dan bidang-bidang seta Badan-
Badan dan Lembaga dilingkungan PD.

Pasal 40
Musyawarah Cabang (Muscab)

1. Muscab adalah forum musyawarah tertinggi di tingkat PC.


2. Muscab dihadiri oleh utusan Ranting.
3. Muscab berlangsung dan dianggap sah apabila dihadiri minimal 2/3 ranting yang sah.
4. Muscab di adakan dua tahun sekali.
5. Muscab memiliki wewenang :
a. Menyusun program kerja PC dalam rangka pelaksanaan program kerja umum dan
kebijakan HIMMAH.
b. Menilai laporan pertanggung jawaban pengurus PC.
c. Memilih ketua PC dan formatur.

Pasal 41
Rapat Kerja Cabang (Rakercab)

1. Menyusun dan menetapkan action planning selama satu periode berdasarkan hasil
dari Muscab.
2. Rakercab dilaksanakan oleh PC.
3. Peserta Rakercab adalah seluruh jajaran pengurus harian dan bidang-bidang serta
Badan-Badan dan Lembaga dilingkungan PC.

Pasal 42
Musyawarah Komisariat (Muskom)

1. Muskom adalah forum musyawarah tertinggi di tingkat PK.


2. Muskom dihadiri oleh Anggota Komisariat.
3. Muskom sah apabila dihadiri oleh sekurang kurangnya separuh lebih satu dari
jumlah peserta Muskom
4. Muskom di adakan dua tahun sekali.
5. Muskom memiliki wewenang :
a. Menyusun program kerja PK dalam rangka pelaksanaan program kerja umum dan
kebijakan HIMMAH.
b. Menilai laporan pertanggung jawaban pengurus PK.
c. Memilih ketua PK dan formatur.

Pasal 43
Rapat Kerja Komisariat (Rakerkom)

1. Menyusun dan menetapkan action planning selama satu periode berdasarkan hasil
dari Muskom.
2. Rakerkom dilaksanakan oleh PK.
3. Peserta Rakerkom adalah seluruh jajaran pengurus harian dan bidang-bidang dan
Lembaga di lingkungan PK.

Pasal 44
Musyawarah Ranting (Musran)

1. Musran adalah forum musyawarah tertinggi di tingkat PR.


2. Musran dihadiri oleh Anggota Ranting.
3. Musran sah apabila dihadiri oleh sekurang kurangnya separuh lebih satu dari
jumlah peserta Musran
4. Musran diadakan dua tahun sekali.
5. Musran memiliki wewenang :
a. Menyusun program kerja PR dalam rangka pelaksanaan program kerja umum dan
kebijakan HIMMAH.
b. Menilai laporan pertanggung jawaban pengurus PR.
c. Memilih ketua PR dan formatur.

Pasal 45
Rapat Kerja Ranting (Rakerran)

1. Menyusun dan menetapkan action planning selama satu periode berdasarkan hasil
dari Musran.
2. Rakerran dilaksanakan oleh PR.
3. Peserta Rakerran adalah seluruh jajaran pengurus harian, seksi-seksi dan Lembaga
di lingkungan PR.
Pasal 46
Kongres Luar Biasa (KLB)

1. KLB merupakan forum yang setingkat dengan kongres.


2. KLB diadakan apabila terdapat pelanggaran terhadap konstitusi (AD/ART dan/atau
Peraturan Organisasi) yang dilakukan oleh Pengurus Besar.
3. Ketentuan pelanggaran Konstitusi ditetapkan oleh Mahkamah tingkat tinggi HIMMAH,
yang akan diatur dalam peraturan organisasi.
4. KLB diadakan atas usulan 2/3 dari jumlah PD dan PW yang sah.
5. Sebelum diadakan KLB, setelah syarat-syarat sebagaimana disebut dalam point 2
dan 3 terpenuhi, kepengurusan PP diambil alih oleh Majelis Penasehat Nasional
(Mapennas), yang kemudian membentuk panitia KLB yang terdiri dari unsur
Mapennas, PW dan PD.

Pasal 47
Musyawarah Wilayah Luar Biasa (Muswilub)

1. Muswilub merupakan forum yang setingkat dengan Muswil


2. Muswilub diadakan apabila terdapat pelanggaran terhadap Konstitusi (AD/ART
dan/atau Peraturan Organisasi) yang dilakukan oleh Pengurus Pimpinan Wilayah.
3. Ketentuan pelanggaran konstitusi ditetapkan oleh Mahkamah tingkat tinggi HIMMAH,
yang akan diatur dalam peraturan organisasi.
4. Muswilub diadakan atas usulan 2/3 dari jumlah PD yang sah.
5. Sebelum diadakan Muswilub, setelah syarat sebagaimana disebut dalam poin 2 dan 3
terpenuhi, kepengurusan PW didomisioner dan diambil alih oleh Pengurus Pusat,
yang kemudian membentuk panitia Muswilub yang terdiri dari unsur PP dan PD.

Pasal 48
Musyawarah Daerah Luar Biasa (Musdalub)

1. Musdalub merupakan forum yang setingkat dengan Musda.


2. Musdalub diadakan apabila terdapat pelanggaran terhadap Konstitusi (AD/ART
dan/atau Peraturan Organisasi) yang dilakukan oleh pengurus daerah.
3. Ketentuan pelanggaran Konstitusi ditetapkan oleh Mahkamah tingkat tinggi HIMMAH,
yang akan diatur dalam peraturan organisasi.
4. Musdalub diadakan atas usulan 2/3 dari jumlah PC yang sah.
5. Sebelum diadakan Musdalub, setelah syarat sebagaimana disebut dalam poin 2 dan
3 terpenuhi, kepengurusan PD didomisioner dan diambil alih oleh PP atau PP
menunjuk PW HIMMAH sebagai pejabat sementara (Pjs), yang kemudian
membentuk panitia Musdalub yang terdiri dari unsur Pengurus PW, PC dan PK.

Pasal 49
Musyawarah Cabang Luar Biasa (Muscablub)

1. Muscablub merupakan forum yang setingkat dengan Muscab.


2. Muscablub diadakan apabila terdapat pelanggaran terhadap Konstitusi
(AD/ART dan/atau Peraturan Organisasi) yang dilakukan oleh Pengurus PC.
3. Muscablub diadakan atas usulan 2/3 dari jumlah Ranting yang sah.
4. Ketentuan pelanggaran Konstitusi ditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi HIMMAH,
yang akan diatur dalam peraturan organisasi.
5. Sebelum diadakan Muscablub, setelah syarat sebagaimana disebut dalam poin 2 dan
3 terpenuhi, kepengurusan PC didomisioner dan diambil alih oleh PD, yang kemudian
membentuk panitia Muscablub yang terdiri dari unsur Pengurus PD dan PR

Pasal 50
Musyawarah Komisariat Luar Biasa (Muskomlub)

1. Muskomlub merupakan forum yang setingkat dengan Muskom.


2. Muskomlub diadakan apabila terdapat pelanggaran terhadap Konstitusi
(AD/ART dan/atau Peraturan Organisasi) yang dilakukan oleh Pengurus PK.
3. Ketentuan pelanggaran Konstitusi ditetapkan oleh Mahkamah tingkat tinggi HIMMAH,
yang akan diatur dalam peraturan organisasi.
4. Muskomlub diadakan atas usulan 2/3 dari jumlah anggota.
5. Sebelum diadakan Muskomlub, setelah syarat sebagaimana disebut dalam poin 2 dan 3
terpenuhi, kepengurusan Komisariat didomisioner dan diambil alih oleh Pengurus PD,
yang kemudian membentuk panitia Muskomlub yang terdiri dari unsur Pengurus PD dan
anggota Komisariat.

Pasal 51
Musyawarah Ranting Luar Biasa (Musranlub)

1. Musranlub merupakan forum yang setingkat dengan Musran.


2. Musranlub diadakan apabila terdapat pelanggaran terhadap Konstitusi
(AD/ART dan/atau Peraturan Organisasi) yang dilakukan oleh Pengurus PR.
3. Ketentuan pelanggaran Konstitusi ditetapkan oleh Mahkamah tingkat tinggi HIMMAH,
yang akan diatur dalam peraturan organisasi.
4. Musranlub diadakan atas usulan 2/3 dari jumlah anggota.
5. Sebelum diadakan Musranlub, setelah syarat sebagaimana disebut dalam poin 2 dan
3 terpenuhi, kepengurusan PR didomisioner dan diambil alih oleh Pengurus PD, yang
kemudian membentuk panitia Musranlub yang terdiri dari unsur Pengurus PD, PC dan
anggota Ranting.
BAB XIII
KEKAYAAN

Pasal 52

Kekayaan HIMMAH terdiri atas :


a. Benda tak bergerak.
b. Hasil Usaha tetap
c. Surat-Surat berharga
d. Uang tunai

Pasal 53

Usaha dana HIMMAH diperoleh dari :


a. Iuran Anggota
b. Sumbangan masyarakat yang tidak mengikat
c. Sumber lain yang halal dan tidak bertentangan dengan AD / ART HIMMAH

BAB XIV
PEMBUBARAN

Pasal 54
Akibat Hukum dan Pembubaran

Apabila terjadi pembubaran HIMMAH, maka dilaksanakan likuidasi dan seluruh kekayaan
diserahkan ke Organisasi Rifaiyah.

Anda mungkin juga menyukai