Anda di halaman 1dari 31

Sumber Ide: Taman Bacaan

Masyarakat (TBM)
oleh Ester I. Jusuf, SH

“Seseorang yang melek aksara adalah orang yang dapat memahami, membaca, dan
menulis sebuah pernyataan sederhana tentang kehidupannya setiap hari.” (Fasli
Jalal, Mantan Wakil Menteri Pendidikan Nasional RI).

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sering dipandang  sebelah mata. Ketika kami
menawarkan beberapa pihak memulai pelayanan TBM, respon yang kami dapat
adalah pandangan keheranan. Bahkan mereka lalu memberi saran agar kami
mendirikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) saja. 

TBM sebenarnya adalah jalan masuk ke masyarakat akar rumput.  Mendirikan TBM
sama seperti menjejakkan kaki masuk ke masyarakat akar rumput. Sekaligus TBM
adalah tangan untuk menarik kelas menengah turun ke masyarakat bawah.

Memang ada banyak jalan untuk masuk ke masyarakat akar rumput. Pada
umumnya pekerjaan yang dilakukan tidak permanen (temporer, hanya berdasar
event), sektarian  atau biaya tinggi. Kegiatan yang paling umum adalah bakti sosial,
pelayanan kesehatan, pendirian koperasi atau unit usaha, sekolah dan pelayanan
kesehatan. Ada juga yang mendirikan LSM. Semua itu baik dan dibutuhkan
masyarakat. 

Namun ada keunggulan pelayanan TBM yang penting, sebagai berikut:

1. Pendidikan adalah jalan masuknya. Sekolah yang bagus pada umumnya amat
mahal, biayanya tidak terjangkau masyarakat umum. Perpustakaan atau buku anak
yang bagus dan bermutu nyaris tidak bisa kita dapati di perkampungan. Kesadaran
masyarakat bahwa belajar dan membaca itu penting bagi anak sudah ada, namun
mereka tidak mampu mewujudkannya. Pada umunya orang lebih berpikir tentang
kebutuhan dasar mereka: sandang, pangan, papan. Jadi kehadiran TBM pada
umumnya akan disambut dengan antusias oleh para orangtua dan anak. 

2. Permanen hadir di tengah masyarakat. Karena sifatnya yang permanen maka


amat mungkin terjadi interaksi terus menerus dengan masyarakat. Masyarakat
perlahan akan tumbuh rasa memiliki dan percaya.

3. Investasi relatif kecil; Kebutuhan utama hanyalah buku, rumah atau tempat,
tenaga kerja. Pengeluaran untuk ketiga hal ini bisa jadi amat minim jika kita kerja
berjejaring.  Melalui jaringan dimungkinkan untuk saling meminjamkan buku. Rumah
atau tempat bisa disediakan orang yang simpati atau menyewa sebuah rumah
sederhana di perkampungan. Tenaga kerja di TBM bisa berasal dari para relawan. 

4. Resiko kegagalan TBM relatif kecil. Aset TBM adalah buku. Jika gagal di satu
tempat hanya perlu memindahkan ke tempat baru. 

5. Informal: semua orang bisa aktif terlibat dalam TBM. Tidak harus punya
pendidikan tertentu, tidak ada batasan usia, tidak perlu membayar sejumlah uang
atau persyaratan lain untuk melibatkan diri. 

6. Secara umum tidak memiliki musuh atau pihak yang bertentangan. Orang
awam secara umum merasa takut jika masuk ke masyarakat dan harus berurusan
dengan politik, advokasi hukum/HAM atau tindakan yang bersifat frontal ke pihak
lain. 

7. Tempat belajar hidup bermasyarakat: TBM bisa menjadi tempat bagi semua
orang apapun agama/ras/etnis/golongan untuk berinteraksi. 

8. Studi kemasyarakatan dapat dilakukan di TBM. Dalam prakteknya TBM bisa


menjadi tempat pembelajaran. Secara bertahap perkampungan atau lokasi sekitar
TBM bisa menjadi tempat live in dan belajar hidup bersama masyarakat. Hal ini
memberi peluang kita mendapat potret masyarakat yang sesungguhnya.

9. TBM jelas akan membawa dampak pencerdasan masyarakat. Buku yang baik
pasti bisa memberi wacana dan menumbuhkan sikap kritis bagi pembacanya. 
Walau sederhana namun banyak kasus kegagalan pembuatan TBM juga.  Potret
banyak TBM sebagai berikut:

a. TBM “kembang api”: TBM semacam ini biasa dibuat tanpa perencanaan yang
matang. Dibuat dengan antusias dan harapan yang tinggi untuk mencerdaskan
anak, remaja dan masyarakat umum. Namun usianya tidak tahan lama. Satu persatu
pendamping TBM mundur dengan berbagai alasan, kualitas dan kuantitas buku
menurun dan kegiatan makin lama makin jarang.

b. TBM berkesan suram, kumuh, fasilitas minim, terletak di tempat yang tidak
strategis dan buku-buku tidak bermutu. Kadang ada pendamping TBM yang terlihat
tidak antusias. Selintas TBM terlihat seperti perpustakaan kecil atau toko buku yang
sepi pengunjung. 

c. TBM sektarian: buku yang ada hanyalah sebatas untuk satu agama/kepercayaan
atau satu jenis ideologi. Posisi kerap berada di wilayah rumah ibadah.

d. TBM untuk kepentingan partai atau eksistensi pendirinya. TBM semacam ini
biasanya dibuat untuk sekedar ada, pengelolaan atau pengembangannya tidak
maksimal sehingga tidak menarik orang datang. 

e. TBM yang dibuat sekedar untuk menjalankan program pemerintah. Karena


proses pendiriannya pun dengan keterpaksaan, maka pengelolaan tidak antusias,
akan mati begitu program kerja selesai atau tidak ada pengawasan.
Langkah-langkah membuat atau mengembangkan TBM:  

a. Merumuskan visi atau mimpi tentang tujuan pembuatan atau pengembangan


TBM,  langkah ini amat penting mendasari kerja TBM. Jika para pendiri TBM
memiliki mimpi dan tujuan yang sama dan visioner maka TBM tidak akan sekedar
menjadi TBM ‘kembang api’.  

b. Mengumpulkan para pendukung TBM. Terutama untuk menanggung bersama


kebutuhan TBM dan mengerjakan dengan setia pengelolaannya.

c. Menentukan tempat untuk TBM. Tempat ini idealnya berada di lokasi yang
padat penduduk yang terbatas secara ekonomi, pendidikan dan sosial. Idealnya
sebuah rumah dengan halaman yang cukup, ventilasi dan cahaya baik, bersih.
Tempat untuk buku tidak boleh lembab, basah atau banyak rayap/tikus.  Jadi
betapapun sederhana tempatnya harus tetap kering, bersih dan nyaman untuk anak
dan orang datang. Idealnya TBM di tempat yang tidak menakutkan bagi anak, gelap
atau sulit dijangkau.  

d. Menyediakan buku yang bagus dan bermutu tinggi. Buku-buku semacam ini
relatif amat mahal harganya. Namun ini adalah keharusan agar anak mau membaca
buku dan mengambil pengetahuan dari buku itu. Buku sebaiknya tidak sektarian
agar tidak muncul aneka tuduhan berdasarkan sentimen agama. 

e. Menyediakan fasilitas pendukung TBM, misal rak buku, kursi, white board,
kertas untuk menulis atau menggambar, pensil warna, sampul buku dll. 

f. Mengumpulkan orang-orang yang mau terlibat. Yang dibutuhkan adalah


pendamping anak-anak belajar membaca, mengajari menggambar, menulis,
mendongeng dll. Kegiatan membaca jika ditunjang dengan aneka aktifitas lain akan
meningkatkan semangat anak dan menarik pengunjung baru. 
g. Berjejaring. Ini akan meringankan kerja, mempercepat perkembangan dan
mendapat banyak stake holder atau informasi pendukung. 

Ester I. Jusuf, SH adalah salah satu penggiat Taman Bacaan Masyarakat


(www.rebungcendani.org)

Sumber
http://www.leimena.org/id/page/v/782/taman-bacaan-masyarakat-tbm

TBM Cendani

KALIMULYA, TBM
Cendani. Taman Bacaan Masyarakat Cendani (TBMC) amat penting
untuk pengembangan potensi, karakter, wawasan dan cara berpikir
anak. TBMC adalah jalan untuk memperkenalkan anak pada buku.
Perkenalan pada buku-buku yang bagus dan bermutu tinggi akan
membuat anak senang membaca buku. Kebiasaan membaca buku ini
akan menjadi kebutuhan sepanjang hayat mereka. Kebiasaan
membaca buku dan belajar akan membentuk anak menjadi pribadi
yang kritis, cerdas dan berani.

“Membaca bagi kita adalah bagaikan sebuah sihir yang mampu


mengantarkan banyak manusia mengetahui tugas-tugasnya dan
menjadikan dirinya orang yang bermanfaat.
Dan, membaca bagi peradaban manusia modern adalah sebagai
sebuah kemuliaan dan kemajuan seseorang.”
Abbas Mahmud Al-’Aqod
Ada dua masalah soal minat baca di masyarakat, terutama di
pedesaan/kampung. Pertama, langkanya buku yang dapat mereka
(warga desa/kampung) akses dengan mudah dan murah. Kedua,
masih rendahnya budaya baca. Ini terkait erat dengan faktor pertama.
Disamping dua hal itu pada kelompok masyarakat yang terbatas
secara sosial dan ekonomi amat jarang didapati perpustakaan dengan
buku bagus dan bermutu tinggi. Kalau pun ada perpustakaan biasanya
sepi dan tidak akrab dengan anak. Padahal buku adalah jalan bagi
anak untuk memahami dunia di luar diri, keluarga atau kampung
mereka. Buku mengajar anak untuk memahami bahwa ia adalah
bagian dari bangsa Indonesia yang amat kaya alam dan beragam
budaya. Kehadiran TBM bisa membuat anak akrab dan nyaman
dengan buku. TBM juga membuka jalan untuk membangun ruang
sosial dimana setiap orang dapat interaksi sehat dengan anak,
orangtua dan masyarakat sekitar (tbmc).

4 YEARS AGO SHORT URL COMMENTS

kabar tbm cendani


gerakan membuat tbm/tbm cendani

06
APR

Pengembangan Taman
Bacaan Masyarakat.
KALIMULYA, TBM
Cendani. Tamam Bacaan bukanlah tempat tumpukan buku-buku
seperti perpustakaan pada umumnya. TBM merupakan bentuk
sederhana dari perpustakaan. TBM lebih kecil dan lebih simple.

TBM, pada kenyataannya diselenggarakan oleh perorangan atau NGO,


yang memiliki semangat untuk memenuhi kebutuhan anak akan
informasi. Disamping itu TBM juga membantu anak lebih banyak
mendapatkan material yang lenih banyak dari APA yang mereka
terima di sekolah. Akan sangat mungkin anak lebih rinci dan detail
dari yang guru mereka ajarkan.

Dari pengalaman mendampingi mereka,  saya menemukan ADA


banyak anak  dapat menjelaskan dengan lebih lengkap dan runut dari
materi yang mereka baca. Misalnya saja, ada beberapa anak dapat
menjelaskan hewan dinosaurus lebih detail. Seperti Kiki Dan Alim.
Cerita lain anak dapat menceritakan setiap bagian dari sirkulasi air
dan bagaimana alam bekerja.

Ada banyak cerita kekeberhasilan dari kehadiran Taman Bacaan


Masyarakat berbasis anak dan remaja.

Keberhasilan TBM tidak luput dari partisipasi dari para orangtua yang
mendorong anaknya untuk terus membaca dan akhirnya anak
mengalami perkembangan dari potensi dirinya pada setiap tahap dari
pendidikannya.

https://tbmcendani.wordpress.com/tag/gerakan-membuat-tbm/
PELATIHAN PENGELOLAAN TAMAN
BACAAN MASYARAKAT (TBM) DI
KELURAHAN NANGEWER KECAMATAN
CIBINONG
RINGKASAN
PELATIHAN PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM)
DI KELURAHAN NANGEWER  KECAMATAN CIBINONG
KABUPATEN BOGOR
JAWA BARAT
Urip Wahyudin, M. Si
Arief Rachman, S. Pd

            Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat berdampak pada sikap masyarakat


terhadap pentingnya pengetahuan dan pendidikan itu sendiri. Dampak yang serius dari sikap
ini adalah rendahnya indeks pengembangan sumberdaya manusia (SDM). Rendahnya indeks
ini disebabkan rendahnya tingkat pendidikan rata-rata masyarakat Cibinong. Salah satu desa
yang ada di Cibinong adalah Desa Nangewer yang penduduknya masih banyak terdapat ibu-
ibu/bapak-bapak yang buta huruf serta anak-anak usia sekolah yang tidak sekolah
dikarenakan tidak punya biaya dan juga dikeluarkan dari sekolahnya karena bermasalah.
            Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
termasuk diantaranya adalah program pemberantasan Buta Aksara (atau sekarang disebut
dengan Keaksaraan Fungsional) melalui kelompok belajar. Akan tetapi, tidak semua peserta
yang mengikuti kegiatan di kelompok belajar tersebut melanjutkan ke program selanjutnya,
yaitu lanjut ke program Paket A setara SD. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya
adalah warga belajar merasa cukup setelah bisa membaca dan menulis. Padahal warga belajar
harus terus meningkatkan kemampuannya tersebut dengan mempelajari pelajaran yang
tingkatannya lebih sulit lagi. Selain itu keterbatasan sarana belajar yang tersedia di kelurahan,
terbatasnya sumber daya manusia yang tersedia, terbatasnya dana pemerintah untuk
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di masyarakat atau factor keengganan masyarakat
memperparah keadaan yang membuat masyarakat tetap buta huruf.
            Para peserta program pemberantasan Buta Aksara berpotensi akan menjadi buta
Aksara kembali jika pengetahuan dan kemampuan membaca mereka tidak terus diasah
dengan membaca dan belajar. Untuk itu salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kelurahan ini. Taman Bacaan masyrakat
adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai sarana pembelajaran untuk memperoleh berbagai
informasi dan pengetahuan.
Membaca merupakan kunci untuk menguasai ilmu pengetahuan, dengan membaca
berarti proses belajar terus dilakukan.  Agar terwujud masyarakat yang gemar membaca
tersebut maka sarana seperti taman bacaan masyarakat harus didirikan di seluruh pelosok
tanah air, salah satunya di  Kelurahan Nangewer.
Oleh karena itu, Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Jakarta, mengadakan sebuah kegiatan pelatihan Pengelolaan Taman
Bacaan Masyarakat di Kelurahan Nangewer Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, dalam
bentuk pemberian buku dan melatih pembuatan catalog, pembuatan buku induk dan
peminjaman, pembuatan rak buku dan melatih membuat proposal untuk menambah
pengadaan bahan IPTEK untuk di Taman Bacaan Masyarakat Nangewer.
Kegiatan ini menggunakan metode pelatihan dan tknik demonstrasi yaitu penjelasan
yang diikuti dengan praktek langsung. Teknik ini menggunakan alat bantu berupa jenis-jenis
buku, kartu catalog, kartu buku, kartu anggota dan kartu-kartu lain yang diperlukan dalam
pengelolaan TBM serta contoh pembuatan proposal pengadaan bahan IPTEK untuk Taman
Bacaan Masyarakat di Desa Nangewer. Teknik dan alat ini akan membantu untuk
mempermudah memahami dan menguasai praktek penyelenggaraan taman bacaan
masyarakat di Kelurahan Nangewer.
Adapun hasil dari kegiatan ini adalah untuk mengembangkan taman bacaan
masyarakat di masa yang akan datang, menambah pengetahuan, dan keterampilan para
pengurus taman bacaan masyarakat di dalam menyelenggarakan dan mengelola TBM serta
dapat meningkatkan minat membaca warga masyarakat di Kelurahan Nangewer dan juga
menambah koleksi buku yang dimiliki oleh TBM yang ada di kelurahan ini.
Kesimpulan kegiatan ini adalah kegiatan pelatihan yang diadakan sangat penting
untuk para pengurus TBM yang ada di Kelurahan Nangewer di dalam mengelola dan
mengembangkan TBM di masa yang akan datang agar TBM Nangewer dapat berkembang
lebih baik lagi.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Analisis Situasi
Meningkatkan kualitas masyarakat baik dari segi ekonomi, pendidikan dan
kesehatan merupakan gagaran jurusan Pendidikan Luar Sekolah secara konseptor
maupun praktik langsung. Dalam hal ini perlu adanya pengidentifikasian secara dini
demi menemukan potensi yang dapat diangkat untuk meningkatkan kualitas
masyarakat tersebut dan sudah barang tentu diperlukan lahan pengidentifikasian.
Lahan garapan kali ini adalah Keluruhan Nangewer Kecamatan Cibinong
Kabupaten  Bogor. Pekerjaan rata-rata masyarakat Nangewer yaitu sebagai seorang
petani dan juga buruh tani. Dari pekerjaannya tersebut mereka hanya bisa
menghasilkan/mendapatkan upah yang setiap harinya tidak terlalu besar. Upah yang
mereka dapatkan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Oleh
sebab itu, di kelurahan ini banyak sekali ditemukan masyarakat yang tidak bisa
membaca. Anak-anak mereka pun yang seharusnya sekolah, banyak sekali yang
tidak bisa sekolah karena keterbatasan biaya yang mereka miliki. Akhirnya karena
masih terdapatnya masyarakat  yang buta huruf, maka kelurahan ini akan sulit
berkembang yang bisa bersaing dengan kelurahan lainnya yang sudah berkembang
dan maju.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
termasuk diantaranya adalah program pemberantasan Buta Aksara (atau sekarang disebut
dengan Keaksaraan Fungsional) melalui kelompok belajar. Akan tetapi, tidak semua peserta
yang mengikuti kegiatan di kelompok belajar tersebut melanjutkan ke program selanjutnya,
yaitu lanjut ke program Paket A setara SD. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya
adalah warga belajar merasa cukup setelah bisa membaca dan menulis. Padahal warga belajar
harus terus meningkatkan kemampuannya tersebut dengan mempelajari pelajaran yang
tingkatannya lebih sulit lagi. Selain itu keterbatasan sarana belajar yang tersedia di kelurahan,
terbatasnya sumber daya manusia yang tersedia, terbatasnya dana pemerintah untuk
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di masyarakat atau faktor keengganan masyarakat
memperparah keadaan yang membuat masyarakat tetap buta huruf.
Para peserta program pemberantasan Buta Aksara berpotensi akan menjadi buta
Aksara kembali jika pengetahuan dan kemampuan membaca mereka tidak terus diasah
dengan membaca dan belajar. Untuk itu salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kelurahan ini. Taman Bacaan masyrakat
adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai sarana pembelajaran untuk memperoleh
informasi.
Tercatat sekitar 5.000 taman bacaan masyarakat (TBM) di seluruh Indonesia
berpotensi mengembangkan program literasi lokal dari komunitas local. Selama ini,
sejumlah fasilitas membaca, seperti perpustakaan, terasa menakutkan karena
terkesan hanya orang sekolahan yang masuk ke dalam. TBM bisa berada di garda
depan pemberantasan buta aksara dan menumbuhkan minat baca karena mudah
diakses masyarakat, tidak eksklusif, dan membumi. Pada TBM, warga setempat
dapat mengakses berbagai referensi, sekaligus menjadi wadah bagi komunitas
untuk beraktivitas sesuai karakter dan potensi daerah tersebut.
Melihat kenyataan yang ada akan pentingnya Taman Bacaan Masyarakat demi
meningkatkan kualitas masyarakat dalam segi pendidikan maka perlu diadakan suatu
kegiatan yang memberikan informasi secara utuh mengenai pengelolaan Taman Bacaan
Masyarakat yang baik demi terwujudnya TBM yang sesuai dengan keinginan masyarakat.
Oleh karena itu kami mempunyai sebuah gagasan untuk melakukan sebuah pelatihan kepada
masyarakat khususnya kaum muda mengenai pengelolaan taman bacaan masyarakat yang
baik.
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Jakarta selama beberapa tahun telah menjadikan beberapa desa/kelurahan yang sulit
berkembang karena mempunyai banyak keterbatasan sebagai Lab Site dan lokasi pelaksanaan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) bagi mahasiswanya. Melalui PPL, mahasiswa PLS
dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dengan cara membelajarkan
masyarakat tersebut. Mahasiswa kemudian membentuk berbagai macam kelompok belajar
untuk kemudian melakukan suatu proses pembelajaran bagi masyarakat, khususnya mereka
yang tidak dapat membaca/buta huruf.
Supaya masyarakat yang ikut dalam proses pembelajaran tersebut terus belajar
membaca, maka keberadaan TBM sangat diperlukan sekali. Oleh karena itu, supaya dalam
pengelolaan TBM tersebut dapat dikelola dengan baik, maka diperlukan suatu pelatihan dan
juga pengadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menciptakan suatu TBM yang
bagus. Mahasiswa PLS hanya mampu membantu masyarakat tersebut dengan cara
mengadakan sebuah pelatihan, sedangkan dana untuk pengadaan sarana dan prasarana TBM
mahasiswa PLS tidak memiliki kemampuan yang maksimal. Maka dari itu, untuk
penyelengaaraan dan bimbingan diperlukan sejumlah dana dan upaya, salah satunya yaitu
diperlukan suatu kegiatan kerjasama yang baik dari Jurusan PLS dan suatu lembaga yang
dapat menjadi penyandang dana bagi kegiatan penataan TBM di Kelurahan Nangewer, yaitu
dengan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta.
B.     Identifikasi dan Perumusan Masalah
Dari analisis situasi diatas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai
berikut:
1.      Bagaimana menumbuhkan minat baca masyarakat sehingga dapat terwujud masyarakat yang
gemar membaca?
2.      Bagaimana menyediakan fasilitas/sarana dan prasarana taman bacaan masyarakat bagi
masyarakat yang tidak menyediakan bahan bacaannya sendiri?
3.      Bagaimana menyelenggarakan suatu wadah tempat mambaca bagi masyarakat yang dapat
diakses dan dikelola oleh masyarakat sekitarnya sendiri?
Dari hasil identifikasi masalah diatas, dapat dirumuskan perumusan masalah sebagai
berikut: Bagaimana menyelenggarakan Taman Bacaan Masyarakat yang dapat terus
memfasilitasi serta menumbuhkan minat baca masyarakat di Kelurahan Nangewer?
C.    Tujuan Kegiatan
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi warga
kelurahan Nangewer khususnya warga belajar keaksaraan agar terus dapat mengasah
kemampuan membacanya dengan menyelenggaralan dan mengelola Taman Bacaan
Masyarakat yang baik dan benar. Tujuan lainnya yaitu untuk membantu mengembangkan
potensi yang dimiliki oleh mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah sehingga mereka mempunyai
kompetensi yang dapat digunakan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan untuk
diberdayakan.
D.    Manfaat Kegiatan
Kegiatan ini akan memberikan manfaat kepada masyarakat Kelurahan Nangewer
dalam hal:
1.      Membentuk aspek sikap masyarakat terhadap pentingnya pendidikan;
2.      Memiliki pengetahuan tentang penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat;
3.      Mengurangi resiko aksarawan baru menjadi buta aksara kembali;
4.      Mewujudkan masyarakat yang gemar membaca dan belajar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Apabila Negara Indonesia ingin menjadi Negara yang maju dan dapat bersaing
dengan Negara-negara yang sudah maju seperti Singapura, Jepang, Amerika, dll. Maka
Negara ini harus mempunyai masyarakat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
sangat bagus dan berkualitas. Supaya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang bagus
dan berkualitas, maka setiap warga Negara harus mendapatkan pendidikan yang layak.
Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat 1 dinyatakan “……bahwa
setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”[1]. Bunyi undang-undang tersebut
telah mengisyaratkan bahwa Negara sangat mendukung masyarakatnya dalam hal
pendidikan, tinggal bagaimana para pemimpin Negara ini mendukung gerakan pendidikan
yang ada.
Pasal 4 Undang-Undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa pengetahuan dapat dimiliki dengan cara membaca[2]. Melalui kegiatan membaca
maka masyarakat dapat belajar dan memperluas wawasan, memperoleh berbagai informasi
yang bermanfaat, dan dapat menghibur diri. Salah satu cara untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa adalah dengan menggalakkan budaya membaca. Tujuan dari kegiatan ini adalah
mewujudkan masyarakat gemar belajar (learning society), salah satu indikatornya terlihat
dari masyarakat yang gemar membaca (reading society).
Salah satu intrumen untuk membangkitkan budaya gemar belajar melalui masyarakat
gemar membaca adalah dengan tersedianya Taman Bacaan Masyarakat (TBM). TBM itu
sendiri adalah suatu lembaga/tempat yang menyediakan bahan bacaan yang dibutuhkan oleh
masyarakat, dan sebagai tempat penyelenggaraan program pembinaan kemampuan membaca
dan belajar masyarakat[3]. Diselenggarakannya taman bacaan selain untuk mewujudkan
masyarakat gemar membaca, juga dimaksudkan untuk mendukung pendidikan keaksaraan[4].
Keaksaraan menurut H.S Bhola dikatakan sebagai instrumental yang terkait dengan
peradaban manusia berupa kemampuan baca-tulis sebagai induk bahasa yang digunakan oleh
setiap bangsa di dunia. Kemampuan keaksaraan juga sangat berhubungan dengan
pengembangan budaya, termasuk ikteraksi semua factor yang menunjang keaksaraan itu
sendiri[5].
Para warga belajar yang telah menyelesaikan pendidikan di kelompok belajar
keaksaraan (aksarawan baru) perlu dibina sehingga tidak menjadi buta aksara kembali akibat
ketiadaan sarana pendukung pemelihara kemampuan membaca. Disamping itu dalam
keaksaraan ada yang mempromosikan keaksaraan sebagai “keaksaraan kritis” yaitu
masyarakat penyandang buta aksara disadarkan untuk mengerti dan memahami isu-isu yang
sedang berkembang dalam lingkungannya dan memberdayakan mereka untuk dapat
mewujudkan perubahan, serta membebaskan mereka dari penindasan baik karena factor
ekonomi, social, budaya politik atau factor lainnya. Keaksaraan kritis bertujuan untuk
membaca dunia disekelilingnya dan mengubahnya sesuai dengan cara pandang mereka dan
masyarakat sekitarnya[6].
Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) telah dimulai sejak tahun 1992/1993.
Kehadiran TBM merupakan pembaharuan dari Taman Pustaka Rakyat (TPR) yang didirikan
oleh Pendidikan Masyarakat pada tahun limapuluhan. Program TBM ini bertujuan untuk
meningkatkan minat baca dan budaya baca masyarakat. Oleh karena itu keberaadaan TBM
sangat penting sebagai sarana belajar masyarakat. Untuk itu kemampuan, keterampilan dan
kinerja pengelola harus ditingkatkan sehingga dapat mengelola TBM sebagaimana mestinya.
TBM adalah sebuah lembaga yang menyediakan bahan bacaan yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Sebagai tempat penyelengaraan pembinaan kemampuan membaca dan belajar,
sekaligus sebagai tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat. Pengelola TBM
adalah mereka yang memiliki dedikasi dan kemampuan teknis dalam mengelola dan
melaksanakan layanan kepustakaan kepada masyarakat. Sedangkan bahan pustaka adalah
semua jenis bahan bacaan dalam berbagai bentuk media.
Sejak tiga tahun terakhir, Depdiknas gencar mendorong tumbuhnya Taman
Bacaan Masyarakat (TBM). Ini merupakan salah satu kegiatan dari program
peningkatan budaya baca dan pembinaan perpustakaan yang digalakkan oleh
Direktorat Dikmas, Ditjen Pendidiikan Non Formal dan Informal sebelumnya Ditjen
Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas. Dalam jangka panjang, PNFI ingin
menciptakan masyarakat pembelajar melalui peningkatan budaya baca. Untuk
mencapai keinginan tersebut, diperlukan adanya kesediaan masyarakat untuk
membentuk taman bacaan. Dari sini pada akhirnya berkembang menjadi
perpustakaan. Depdiknas berupaya menyiapkan bahan bacaan yang bisa diakses
oleh masyarakat sesuai kebutuhan di daerah masing-masing.
Upaya mendorong terbentuknya TBM di masyarakat tampaknya sudah
menunjukkan peningkatan. Tahun 1992 hanya ada sekitar 190 TBM di Indonesia.
Tapi sejak tiga tahun terakhir, jumlah ini meningkat jauh lebih besar. Sekarang ada
sekitar 5.400 TBM di Indonesia. Tahun 2009, direncanakan setiap kecamatan telah
memiliki TBM. Bahkan desa-desa pun dibina agar memiliki taman bacaan.
Selain taman bacaan, saat bersamaan dikembangkan juga mobile TBM. Ini
semacam perpustakaan keliling menggunakan kendaraan mobil yang dimodifikasi
sebagai taman bacaan. Kendaraan ini ditempatkan di daerah-daerah yang
membutuhkan, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk melayani
masyarakat. Mobile TBM dioperasikan oleh SKB yang ada di daerah bekerja sama
dengan Dinas Pendidikan setempat. Saat ini sudah ada 127 mobile TBM di 127
kabupaten. Tahun depan direncanakan 143 mobile TBM.
Tujuan dari didirikannya TBM atau TPR adalah sebagai berikut; 1.
Membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga tercipta
masyarakat yang cerdas. 2. Menjadi sebab wadah kegiatan belajar masyarakat. 3.
Sarana dalam mendukung pemberantasan buta aksara (PBA) termasuk
meningkatkan kemampuan aksarawan baru agar tidak menjadi buta aksara
kembali[7].
Fungsi dari Taman Bacaan Masyarakat adalah: 1. Sarana Pembelajaran bagi
masyarakat. 2. Sarana hiburan (rekreasi) dan pemanfaatan waktu secara efektif
dengan memanfaatkan bahan bacaan dan sumber informasi lain sehingga warga
masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan informasi baru guna meningkatkan
kehidupan mereka. 3. Sarana informasi berupa buku dan bahan bacaan lain yang
sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat[8]. Dari fungsi ini
dapat dilihat bahwa secara fisik maupun psikologis keberadaan TBM sangat
dibutuhkan oleh masyarakat terutama oleh masyarakat yang tidak mampu
menyediakan bahan bacaan sendiri.
Manfaat penyelenggaraan TBM bagi masyarakat adalah: 1. Menumbuhkan
minat, kecintaan dan kegemaran membaca. 2. Memperkaya pengalaman bekajar
dan pengetahuan bagia masyarakat. 3. Menumbuhkan kagiatan belajar mandiri. 4.
Membantu pengembangan kecakapan membaca. 5. Menambah wawasan tentang
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 6. Meningkatkan pemberdayaan
masyarakat[9].
Untuk memelihara keberlangsungan penyelenggaraan TBM diperlukan
berbagai alternatif dalam pengelolaannya, sehingga warga belajar dapat
memanfaatkan TBM secara maksimal. Maka dari itu supaya warga belajar dapat
memanfaatkan dan mengelola TBM secara maksimal perlu di lakukan sebuah
pelatihan.
Pelatihan menurut Edwin B. Flippo yang dikutip oleh Malayu S.P. Hasibuan adalah
suatu  usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian seorang tenaga kerja (karyawan)
untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.[10] Sedang  menurut Andrew F Sikula yang
dikutip oleh Malayu, pelatihan diartikan sebagai “proses pendidikan jangka pendek dengan
menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehingga tenaga kerja belajar
pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan  tertentu.”[11]
Dengan demikian pelatihan lebih dimaksudkan  merupakan peningkatan ketrampilan
seseorang untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan tertentu dengan waktu yang relatif singkat,
terorganisir dan sistematis untuk merubah kemampuan seseorang.Diharapkan setelah para
pengelola TBM mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa, para
pengelola tersebut dapat mengelola TBM dengan baik dan benar. Sehingga nantinya tidak
ada lagi masyarakat yang tidak bisa membaca, kerena sudah tercipta masyarakat yang gemar
membaca dan belajar.

BAB III
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
A.    Kerangka Pemecahan Masalah
Melalui kegiatan program pengalaman lapangan mahasiswa jurusan Pendidikan Luar
Sekolah di Kecamatan Cibinong Khususnya di Kelurahan Nangewer akan dibentuk kelompok
belajar keaksaraan bagi warga yang tidak bisa membaca/buta aksara. Pada kelompok-
kelompok belajar yang dibentuk ini, nantinya akan dibimbing dan dibina untuk belajar
membaca, menulis, dan berhitung. Diharapkan melalui kagiatan ini masyarakat yang buta
aksara dapat dikurangi jumlahnya. Dengan demikian, pengetahuan, keterampilan, dan
wawasan berfikir masyarakat dapat ditingkatkan. Kelompok-kelompok aksarawan baru ini
akan dapat terus meningkatkan kemampuannya dalam membaca dan meningkatkan
pengetahuannya melalui bacaan-bacaan yang tersedia di Taman Bacaan Masyarakat. Untuk
itu TBM harus menyediakan buku-buku bacaan yang dibutuhkan oleh masyarakat Nangewer.
TBM agar dapat terus berlangsung kedepannya, maka harus dikelola dengan baik,
untuk itu perlu diadakan pelatihan pengelolaan TBM . kegiatan pelatihan penyelenggaraan
dan pengelolaan TBM dapat dilakukan oleh Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Jakarta sebagai pihak yang menjadikan Nangewer sebagai lab
site sarana pembelajaran dan praktek pengalaman lapangan bagi mahasiswanya. Dosen dan
mahasiswa akan bekerjasama di dalam menyelenggarakan pelatihan ini, sehingga pengabdian
kepada masyarakat pun dapat dilakukan.
B.     Realisasi Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yang dapat diambil adalah dengan menyelenggarakan pelatihan
penyelenggaraan dan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Kelurahan Nangewer
Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, kepada para Pengurus TBM. Adapaun bentuknya
adalah pemberian buku dan melatih pembuatan buku katalogm buku induk dan peminjaman,
pembuatan rak buku dan melatih membuat proposal untuk pengadaan IPTEK untuk TBM
Nangewer. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2011 bertempat di TBM
Nangewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
C.    Khalayak Sasaran
Adapun khalayak sasaran dalam kegiatan pelatihan ini adalah para guru,
pemuda/i, serta warga masyarakat yang termasuk aktif sebagai tutor dalam kegiatan
pembelajaran keaksaraan. Melalui mereka, penyelenggaraan TBM diharapkan dapat
dilakukan dan dapat melayani seluruh masyarakat. Terutama warga belajar
keaksaraan. Pemilihan guru, pemuda, dan warga masyarakat yang aktif dalam
kegiatan keaksaraan dianggap tepat sebab mereka dianggap merupakan orang-
orang yang sudah memiliki pengetahuan dan kemampuan di dalam
menyelenggarakan dan mengelola Taman Bacaan Masyarakat.
D.    Metode Kegiatan
Metode kegiatan yang digunakan dalam pelatihan ini adalah tknik demonstrasi
yang diikuti dengan penjelasan dan praktek langsung. Teknik ini menggunakan alat
bantu berupa jenis-jenis buku, kartu katalog, kartu buku, kartu anggota, dan kartu-
kartu lain yang diperlukan dalam pengelolaan TBM, taknik dan alat ini akan
membantu untuk mempermudah memahami dan menguasai materi yang
dipraktekkan dalam penyelenggaraan TBM.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Pelatihan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Kelurahan Nangewer
Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang dilakukan pada bulan Agustus
2011 berjalan dengan sebagaimana yang diharapkan dan telah ditentukan oleh panitia
pelaksana. Pada kegiatan  pelatihan ini dibuka oleh Anggota Pelaksana Drs. Urip Wahyudin,
M. Si yang mewakili Daddy Darmawan yang berhalangan hadir.
Kegiatan pembelajaran dan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Kelurahan
Nangewer yaitu dalam bentuk pemberian buku dan melatih peserta membuat kartu katalog,
pembuatan buku induk dan peminjaman, pembuatan rak buku dan melatih membuat proposal
untuk menambah pengadaan bahan IPTEK untuk di TBM. Dengan begitu, maka TBM dapat
dijadikan tempat untuk kegiatan pembelajaran bagi masyarakat.
 Dalam kegiatan pelatihan ini dihadiri oleh peserta pelatihan yang cukup banyak.
Dimana peserta yang datang yaitu berjumlah 41 orang, dengan rata peserta masih usia
sekolah, yakni SMP, SMA, bahkan terdapat beberapa orang yang masih duduk disekolah
dasar. banyaknya peserta pelatihan yang masih muda, diharapkan mereka nantinya dapat
mengelola TBM dengan baik, dikarenakan mereka masih mempunyai semangat untuk belajar
yang sangat tinggi.
Antusiasme yang tinggi diperlihatkan oleh para peserta pelatihan yang kebanyakan
adalah anak-anak yang masih muda. Mereka memperhatikan dengan serius pada saat tutor
menjelaskan mengenai pengelolaan TBM. Bahkan banyak diantara mereka yang terus
bertanya kepada tutor yang menjelaskan materi, dikarenakan rasa ingin tahu mereka yang
sangat tinggi. Tutor pun akhirnya menjadi sangat bersemangat menjelaskan dan menjawab
pertanyaan dari para peserta, karena antusiasme yang tinggi diperlihatkan oleh para peserta
pelatihan.
Hasil dari kegiatan ini selain memberikan pelatihan pengelolaan taman bacaan
masyarakat kepada anak-anak yang masih muda, pada kegiatan ini juga dibuatkan sebuah
tempat taman bacaan masyarakat yang baru. Di Kelurahan ini ternyata belum terdapat satu
buahpun TBM yang berdiri. Sehingga TBM yang baru dibuat ini menjadi TBM perintis bagi
munculnya TBM-TBM yang lain yang bermunculan di Kelurahan Nangewer.
TBM sederhana yang dibuat oleh tim pelaksana ini berisi berbagai macam buku-buku
bacaan. Diantaranya ada, komik, resep masakan, buku cerita, buku pelajaran, dll. Banyaknya
jenis buku yang yang disimpan di TBM ini diharapkan dapat menarik minat dari para warga
sekitar TBM untuk mau membaca. Apabila sudah banyak warga masyarakat yang mau untuk
membaca di TBM ini, maka akan tercipta suatu masyarakat yang gemar/hobi membaca.
Pada akhir kegiatan pelatihan, diadakan evaluasi kepada para peserta pelatihan
dengan menyampaikan pertanyaan apakah materi dan praktek yang diberikan oleh tim
pelaksana dapat dipahami sepenuhnya. Semua peserta pelatihan TBM menganggap kegiatan
seperti ini sangat diperlukan karena supaya terwujud suatu masyarakat yang gemar membaca.
Peserta pelatihan juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada tim dan jurusan PLS,
dengan diadakannya kegiatan semacam ini, maka terwujud suatu kegiatan pembelajaran yang
sangat bermanfaat bagi pengurus TBM maupun masyarakat. Tidak lupa mereka berharap
supaya kegiatan pelatihan seperti ini rutin diadakan supaya lebih banyak lagi TBM yang
bermunculan di Kelurahan Nangewer.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari terlaksananya kegiatan pelatihan
penyelenggaraan dan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Kelurahan Nangewer
Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor adalah:
1.      Dimilikinya pengetahuan tentang cara penyelenggaraan dan pengelolaan TBM oleh para
pengurus yang kebanyakan adalah para generasi muda.
2.      Dimilikinya keterampilan baru oleh pengurus TBM untuk membuat dan merancang sebuah
proposal untuk pengadaan bahan IPTEK untuk TBM di Kelurahan Nangewer.
3.      Menambah koleksi buku di TBM Nangewer.

B.     Saran
Saran yang diajukan dari hasil kegiatan pelatihan penyelenggaraan dan pengelolaan
Taman Bacaan Masyarakat DI Kelurahan Nangewer  Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor
ini adalah: Pelatihan Pengelolaan TBM dalam bentuk pemberian buku dan melatih
pembuatan kartu katalogm pembuatan buku induk dan peminjaman, pembuatan rak buku dan
melatih membuat proposal pengadaan bahan IPTEK untuk TBM di Kelurahan Nangewer
mendapatkan tindak lanjut dari pihak UNJ, Dinas Pendidikan dalam bentuk dana
pengembangan dan pembinaan guna untuk perjalanan TBM di masa mendatang.
Selain itu, kepada pihak Kelurahan agar terus menggalakkan gemar membaca kepada
masyarakat Kelurahan Nangewer yang mayoritas belum bisa membaca. Cara yang bisa
dilakukan yaitu, pertama pihak kelurahan dapat memasang Spanduk/Pamplet di tempat-
tempat yang strategis, sehingga warga dapat melihat apa yang sedang digalakkan oleh pihak
kelurahan. Kedua, pihak kelurahan bisa menyuruh ketua RW/RT untuk datang ketiap rumah
warganya untuk terus menyuarakan gemar membaca di Kelurahan Nangewer. Ketiga, pihak
kelurahan bisa membuat waktu seminggu sekali untuk berkumpul di tempat Taman Bacaan
Masyarakat yang ada di Kelurahan bersama-sama masyarakat. Supaya masyarakat mau ikut
membaca buku-buku yang ada di TBM tersebut.

http://ariefjhenggot.blogspot.co.id/2013/05/pelatihan-pengelolaan-taman-bacaan.html
Optimalisasi Layanan Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) Untuk Menumbuhkan
Minat Baca Masyarakat Pedesaan
Posted by dwee pasmah on 7:16 PM

Abstract: Reading is essential in human life. Reading habits should be started from
the children. It must become a culture for the community as a whole. Rural has lots
of local potential which if developed would be a great contribution to the local
government. Growing and increasing interest in reading for public, especially rural
communities will further enhance the quality of life.

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia


Indonesia melalui jalur pendidikan merupakan satu langkah dalam mewujudkan
masyarakat adil, maju, dan makmur. Pendidikan memberikan kesempatan pada
warga untuk mengembangkan potensi diri. Pengembangan potensi diri merupakan
salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang ada di Indonesia.

Beberapa permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah masih
rendahnya tingkat pendidikan penduduk, tingginya angka pengangguran, serta
tingginya tingkat kemiskinan. Ketiga permasalahan ini saling terkait dan telah
menjadi bagian dari kehidupan seluruh bangsa Indonesia. Pemerintah menyadari
benar bahwa permasalahan tersebut harus dipecahkan, dengan cara memfasilitasi
usaha-usaha yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Kebijakan pemerintah untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut, khususnya


dalam bidang pendidikan adalah dengan memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada seluruh warga negara dalam mengenyam pendidikan. Hal ini sesuai
dengan undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak atas kesempatan yang seluas-
luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan
dan ketrampilan yang sekurang-kurangnya setara dengan tamatan pendidikan dasar
jalur sekolah formal. Dalam pelaksanaannya, pemerintah memberikan kemudahan
kepada masyarakat yang ingin mengenyam pendidikan baik melalui jalur pendidikan
formal dan jalur pendidikan nonformal.

Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu


bangsa dan merupakan wahana dalam membangun watak bangsa (Nation
Character Building). Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan
yang cerdas pula dan secara progresif akan membentuk kemandirian.
Masyarakat/bangsa yang demikian merupakan investasi yang besar untuk berjuang
keluar dari krisis dan menghadapi dunia global (Mulyasa, 2003:5).

Sistem pendidikan yang harus dilaksanakan di Indonesia adalah pendidikan yang


dapat mengembangkan potensi masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan serta
membangkitkan motivasi generasi bangsa untuk menggali potensi, dan
mengembangkannya secara optimal bagi kepentingan pembangunan masyarakat
secara utuh dan menyeluruh. Tetapi pada kenyataannya kualitas SDM di Indonesia
rendah jika dibandingkan dengan negara lain (Mulyasa, 2005:5).

Minat baca sebagian besar masyarakat Jawa Timur berada pada kategori sedang
yaitu sebesar 56%. Sementara sejumlah 1,5% berada pada kategori sangat rendah,
dan 20,8% berada pada kategori rendah. Pada kategori tinggi, minat baca
masyarakat Jatim mencapai 29,8% dan hanya 4,0% yang masuk pada kategori
sangat tinggi. Selaras dengan temuan di atas, minat baca masyarakat Kabupaten
Trenggalek juga masih sangat rendah. Hal ini dilihat dengan tidak berkembangnya
TBM yang ada di Kabupaten Trenggalek.

Sehubungan dengan hal tersebut, untuk meningkatkan Human Development Indeks


(HDI) dan kemampuan dalam menghadapi tingkat persaingan yang semakin
kompetitif, diperlukan strategi perencanaan pembangunan khususnya bidang
pendidikan yang tepat. Dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia (SDM)
berkualitas dan profesional, sedikitnya terdapat 3 syarat utama yang harus
diperhatikan dalam pembangunan pendidikan yaitu (1) sarana gedung, (2) buku
yang berkualitas dan (3) guru dan tenaga pendidikan yang profesional (Mulyasa,
2005:3)

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dilakukan melalui jalur pendidikan formal,


nonformal maupun informal. Salah satu program di pendidikan nonformal yang
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan kualitas
sumber daya manusia adalah program “Taman Bacaan Masyarakat (TBM)”.
Program ini ditujukan untuk membantu peningkatan minat baca, budaya baca, dan
cinta buku bagi warga belajar dan masyarakat. Secara khusus TBM dimaksudkan
untuk mendukung gerakan pemberantasan buta aksara. Salah satu sasaran TBM
adalah masyarakat yang tidak buta aksara tetapi menjadi buta aksara kembali.

Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Jawa
Timur. Kabupaten Trenggalek memiliki topografi daerah relief pegunungan dan
berbukit-bukit. Kabupaten Trenggalek memiliki luas daerah darat 126.140 Ha,
dengan perincian lahan pemajakan seluas 64.917,70 Ha, lahan perhutani terdiri dari
hutan produksi seluas 45.040, 30 Ha, dan hutan lindung seluas 16.182 Ha, serta
daerah lautan 17.000 km2. Jumlah penduduk seluruhnya adalah 808.793 jiwa dan
tingkat pendapatan penduduk 1.600.000 per tahun. Berdasarkan data BPS 2004,
kabupaten Trenggalek terbagi menjadi 14 kecamatan, 152 desa dan 5 kelurahan.
Sebagian besar penduduk yang ada di Kabupaten Trenggalek bekerja sebagai
petani dan peladang.

Kabupaten Trenggalek belum memiliki banyak TBM. Data tahun 2009 menunjukkan
jumlah TBM sebanyak 13 lembaga dimana penyebarannya tidak merata. Belum
semua kecamatan memiliki TBM. Selain itu, kebanyakan TBM yang ada dikelola
secara konvensional, hanya memberikan pelayanan peminjaman dan pengembalian
buku. Hal ini diperparah dengan kondisi beberapa TBM yang koleksi buku
bacaannya terbatas, baik jenis maupun jumlahnya. Keterbatasan tersebut
menyebabkan TBM tidak dapat berkembang. Kondisi ini tentunya mempengaruhi
minat baca masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan pengelolaan
TBM harus diperbarui agar minat baca masyarakat meningkat.

TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM)

Membaca adalah pintu untuk membuka dunia. Buku adalah ibu pengetahuan.
Membaca merupakan pintu kecerdasan menuju kehidupan yang berkualitas dan
sejahtera. Salah satu media untuk membudayakan membaca adalah melalui TBM.

TBM memiliki beberapa tujuan yang meliputi (1) membangkitkan dan meningkatkan
minat baca masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang cerdas, (2) menjadi
wadah kegiatan belajar masyarakat, dan (3) mendukung peningkatan kemampuan
aksarawan baru dalam rangka pemberantasan buta aksara sehingga tidak menjadi
buta aksara kembali.

TBM memiliki fungsi antara lain: (1) sebagai sarana pembelajaran bagi masyarakat,
(2) sebagai sarana hiburan/rekreasi dan pemanfaatan waktu secara efektif dengan
memanfaatkan bahan-bahan bacaan dari berbagai sumber, dan (3) sebagai sarana
informasi dimana terdapat beragam buku dan bahan bacaan lain yang sesuai
dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat.

Membaca merupakan salah satu cara untuk belajar dan menambah ilmu
pengetahuan. Keterampilan membaca tidak mudah untuk dikuasai oleh seseorang,
oleh karenanya membaca harus dimulai sejak dini agar menjadi kebiasaan.
Keterampilan membaca memerlukan proses pembiasaan dan dilatihkan sejak anak
usia dini. Melalui pembiasaan sejak dini diharapakn kebiasaan yang terbentuk akan
menumbuhkan budaya membaca di masyarakat.
Saat ini, pemerintah menggalakkan program pemberantasan buta aksara. Salah
satu program dalam pemberantasan buta aksara lanjutan adalah dengan
memperkuat dan memperluas kelembagaan TBM dan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) di setiap lokasi pembelajaran (Ace, 2005:35). Dengan adanya
TBM dan PKBM tersebut, masyarakat khususnya warga belajar dapat lebih
mengasah kemampuannya dalam membaca, menulis dan berhitung sehingga
mereka tidak mengalami buta aksara kembali. Selain itu, keberadaan TBM dan
PKBM di masyarakat juga ditujukan untuk memberikan pelayanan yang optimal
terhadap kebutuhan masyarakat umum akan informasi dan pengetahuan.

SISTEM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM)

TBM mempunyai peran dan fungsi strategis untuk melayani masyarakat yang
karakteristiknya beragam. Untuk itu, dalam pengembangannya TBM harus ditujukan
untuk melayani masyarakat sesuai dengan karakteristik sosial, ekonomi dan
geografisnya (Warta, 2007:26). Pengembangan program TBM memberikan dampak
yang signifikan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat,
kualitas masyarakat, pengembangan potensi daerah, pengembangan industri, dan
mampu menjadi katalisator kehidupan sosial masyarakat. Hal ini berarti bahwa
revitalisasi peran dan fungsi TBM untuk mendukung proses pembelajaran
masyarakat sepanjang hayat perlu untuk tetap diupayakan.

Dalam pengelolaan TBM, diperlukan satu organisasi yang bertanggungjawab atas


pelaksanaan program. Struktur organisasi ini dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan yang ada pada TBM tersebut. Ketika bidang kajian TBM semakin luas
dan kompleks, maka struktur organisasi dapat dirubah dan disesuaikan dengan
kondisi yang ada.

Pengelola TBM harus orang yang mempunyai kompetensi dan dedikasi serta
memiliki kemampuan teknis dalam mengelola dan melaksanakan layanan
kepustakaan kepada masyarakat. Oleh karena itu, pengelola TBM harus memiliki
pengetahuan dalam bidang (1) Pengantar Kepustakaan, Dokumentasi dan
Informasi, (2) Manajemen TBM, (3) Pemilihan/pengadaan bahan pustaka, (4)
Pengolahan bahan pustaka, dan (5) Pelayanan pembaca (Depdiknas, 2005:5).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh tenaga pelayanan TBM antara lain: (1)
memiliki pengetahuan dasar tentang pengelolaan TBM, (2) memiliki kemauan,
dedikasi dan kemampuan untuk melayani orang dengan ramah, sopan, teliti, tekun
dan senang membaca, (3) berpenampilan menyenangkan sehingga orang tidak
segan bertanya atau minta pertolongan, dan (4) pandai bergaul sehingga orang
merasa dekat dan diperhatikan.
TBM yang baik adalah yang dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi
pengguna. Keberhasilan TBM dalam melayani masyarakat penggunanya antara lain
terlihat dari jumlah orang yang memanfaatkan TBM setiap hari dan seberapa jauh
TBM menyediakan berbagai jenis koleksi bacaan yang dibutuhkan pengguna. Untuk
itu, ruang TBM harus nyaman bagi pembaca. Keadaannya harus bersih, sejuk, rapi
dan aman.

Sistem layanan di TBM adalah sistem layanan terbuka, sehingga pengunjung dapat
masuk ke ruang baca untuk memilih dan mengambil bahan bacaan sendiri dari rak,
atau dapat pula meminta bantuan kepada petugas. Pembaca juga dapat
menggunakan tempat baca secara bebas untuk membaca. Jenis pelayanan di TBM
ada dua macam, yaitu (1) layanan membaca dan (2) layanan sirkulasi. Layanan
membaca yaitu memanfaatkan bahan bacaan seperti buku, majalah surat kabar dan
lain-lain untuk membaca di ruang baca. Sedangkan layanan sirkulasi/peminjaman
adalah peminjaman buku untuk di bawa ke rumah atau di luar ruangan TBM.

MINAT MEMBACA MASYARAKAT

Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu objek tertentu. Minat
memegang peranan penting. Dengan adanya minat dapat memacu semangat
seseorang untuk mempelajari hal-hal yang diamatinya. Menurut Doyles Fryer (dalam
Nurkancana dan Sumartana, 1983:224) minat atau interest adalah gejala psikis yang
berkaitan dengan obyek atau aktivitas yang menstimuler perasaan senang pada
individu. Seseorang yang sikap positif dan minat belajarnya tinggi, akan selalu
melakukan langkah-langkah nyata untuk mengetahui dan mempelajari lebih awal
dari semua yang diinginkan itu.

Membaca adalah keterampilan mendasar yang diajarkan guru kepada peserta didik
di bangku sekolah. Pengertian membaca dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1991:72) adalah sebagai berikut: arti kata kerja (verb) baca atau membaca adalah
(1) melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau
hanya dalam hati); (2) mengeja atau melafalkan apa yang tertulis; (3) mengucapkan;
(4) mengetahui, meramalkan; (5) menduga; memperhitungkan; memahami.
Berdasarkan pengertian membaca tersebut ada 4 hal yang menjadi syarat agar kita
dapat membaca dengan baik yaitu (1) pemahaman tentang huruf, (2) pemahaman
tentang angka, (3) pemahaman tentang gambar atau kode, dan (4) pemahaman
bahasa. Membaca dapat digambarkan sebagai sebuah jendela untuk melihat,
mengetahui, memahami dan menduga masa lalu, masa kini dan masa depan dunia.

Manfaat membaca diantaranya adalah (1) Meningkatkan kinerja otak IQ, EQ ,SQ, (2)
Mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas yang kuat, (3) Membuka wawasan
dunia yang luas dan kaya, (4) Menimba pengetahuan, (5) Berbagi pengalaman
hidup dengan tokoh cerita yang dibaca, (6) Mengembangkan keterampilan-
keterampilan yang praktis, (7) Menumbuhkan nilai etika dan moral sesama manusia,
(8) Mengekspresikan emosi dan perasaan yang dimiliki, (9) Menajamkan daya ingat,
(10) Mengasah intelektual, (11) Mempelajari estetika tulisan dan bahasa, dan (12)
Menambah keterampilan berbahasa Indonesia yang baik.

Salah satu tujuan membaca adalah untuk menambah pengetahuan. Menurut Weiss
(1990: 49) membaca untuk pengetahuan adalah membaca untuk memperoleh
semua informasi yang esensial di dalam teks atau membaca untuk mendapatkan isi
dengan menetapkan tujuan dan sasaran membaca, menegakkan prioritas, menaruh
perhatian dan menulis kerangka. Dengan membaca tersebut kita dapat mengetahui
makna yang ada dalam buku atau teks informasi. Jika kita mendapat informasi
tersebut, secara otomatis pengetahuan kita bertambah.

Menurut Munif (2005:3) membaca adalah suatu proses kegiatan berfikir kognitif
untuk memperoleh pesan yang berupa kata-kata, kalimat, paragraf, dan isi bacaan
yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. Dapat disimpulkan bahwa
membaca adalah proses untuk memperoleh pengertian dari kombinasi beberapa
huruf dan kata. Membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti
kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Hasil akhir dari proses membaca adalah
seseorang mampu membuat intisari dari bacaan.

Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan dengan membaca (Pusat
Perbukuan, 2003:12). Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang
gemar membaca adalah masyarakat yang gemar belajar. Banyak usaha yang harus
dilakukan untuk membawa “buku” dekat dengan masyarakat. Upaya ini harus
dilakukan bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat. Jika di masyarakat
sudah tumbuh budaya membaca maka akan tercetak masyarakat yang berkualitas.

MENINGKATKAN BUDAYA BACA MASYARAKAT PEDESAAN

Problem pendidikan Indonesia sekarang ini satu diantaranya adalah minat baca
siswa yang rendah. Menurut beberapa pakar, rendahnya minat baca siswa
merupakan pengaruh dari rendahnya minat baca masyarakat secara keseluruhan.
Gejala ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut adalah faktor
budaya. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat dengan tradisi budaya
lisan (oral culture) yang kuat. Seperti ditengarai oleh Taufik Abdullah, tradisi budaya
lokal Indonesia adalah lisan atau orality, bukannya kata yang tertulis. Hal tersebut
yang menyebabkan masyarakat Indonesia enggan berkomunikasi dengan tulis,
mereka lebih senang untuk bersuara atau berkomunikasi secara lisan.
Meningkatkan minat baca merupakan tugas yang sulit. Salah satu solusi adalah
dengan membangun kesadaran masyarakat untuk menumbuhkan dan menanamkan
kebiasaan membaca sejak anak usia dini. Untuk itu, ada 3 stakeholder utama yang
memiliki peran penting yaitu (1) pemerintah dalam hal pendanaan untuk pembinaan
koleksi perpustakan sekolah, (2) guru sebagai pelaksana pendidikan untuk lebih
intensif dalam mendorong dan meningkatkan minat baca pada peserta didik, dan (3)
orangtua harus menumbuhkan kebiasaan membaca sejak dini di lingkungan
keluarga.

Orang tua sering kali menuntut anaknya untuk gemar membaca, tetapi kebanyakan
mereka lupa bahwa minat baca anak tidak bisa datang dengan sendirinya. Minat
baca harus dipupuk dari dalam keluarganya sendiri. Menciptakan suasana gemar
membaca dalam keluarga dengan melibatkan aktivitas anak yang berhubungan
dengan buku adalah salah satu cara terbaik untuk membangkitkan minat baca anak
(Warta Plus, 2007:24).

Sistem Pengelolaan TBM Ngudi Kaweruh SKB Trenggalek

Dalam rangka meningkatkan minat baca masyarakat pedesaan, maka rencana


langkah-langkah yang dilaksanakan oleh SKB Trenggalek meliputi: (1) Penunjukkan
dan Penetapan Pengelola TBM, (2) Identifikasi Objek Sasaran, (3) Identifikasi
Tempat Sasaran, (4) Identifikasi Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan, (5)
Konsultasi dan Koordinasi dengan lembaga-lembaga terkait,dan (6) Pelaksanaan
Kegiatan TBM.

Adapun kegiatan langsung yang dilaksanakan dalam pengelolaan TBM yang ada di
SKB Trenggalek antara lain: (1) Pengklasifikasian bahan bacaan, (2) Pelayanan
membaca, dan (3) Pelayanan sirkulasi (peminjaman). Pelayanan membaca oleh
SKB Trenggalek dilakukan dibeberapa lokasi, yaitu di TBM Ngudi Kaweruh dan di
TBM Al Amin di Desa Karangsoko. Selain itu, SKB Trenggalek juga mempunyai
TBM keliling untuk melayani kebutuhan membaca masyarakat di pedesaan.

Optimalisasi Layanan Taman Bacaan Masyarakat

TBM Ngudi Kaweruh mempunyai 2 layanan utama yaitu layanan membaca dan
layanan sirkulasi. Berdasarkan pengalaman, terdapat beberapa keluhan dari
masyarakat ketika melakukan kunjungan. Diantara keluhan tersebut diantaranya:

beberapa tempat tujuan (sasaran) minat membacanya kurang, sehingga jumlah


buku yang dipinjam untuk dibaca sedikit.
terbatasnya jumlah koleksi buku yang dimiliki sehingga buku yang ada di TBM Ngudi
Kaweruh ini belum bisa dipinjam untuk dibawa pulang
kurangnya sosialisasi yang dilaksanakan oleh Penilik kepada sasaran pelaksanaan
TBM Keliling, sehingga jumlah warga yang membaca juga kurang optimal.
kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya membaca.

Dalam rangka mengatasi masalah tersebut, maka pengelola TBM Ngudi Kaweruh
selalu melakukan inovasi dalam penyelenggaraan TBM agar dapat merangsang
minat baca masyarakat tersebut. Diantara langkah-langkah yang ditempuh dalam
rangka mengoptimalkan pelayanan TBM kepada masyarakat adalah:

a. memberikan motivasi dan gambaran kepada masyarakat melalui sosialisasi


tentang pentingnya membaca.

b. pengelola selalu mencari informasi-informasi tentang kebutuhan bahan bacaan


yang dibutuhkan oleh masyarakat sehingga dapat menyediakan buku yang variatif
dan sesuai kebutuhan masyarakat

c. menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang dapat menambah koleksi buku
bacaan yang ada di TBM Ngudi Kaweruh.

d. memberikan layanan tambahan bagi masyarakat misalnya, kenyamanan


masyarakat meningkat dengan adanya bantuan (hibah) dari Solidaritas Istri Kabinet
Indonesia Bersatu (SIKIB) berupa sarana komputer dan multimedia. Selain itu, juga
ada pembelajaran dalam bentuk audio visual dan bantuan APE dari SIKIB untuk
anak PAUD

e. Inovasi terpenting dalam rangka peningkatan minat baca masyarakat tersebut


adalah dengan mengadakan berbagai perlombaan untuk menunjang pelaksanaan
TBM Ngudi Kaweruh tersebut. Diantara kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai
berikut:

· Kegiatan lomba mendongeng bagi pendidik PAUD se-Kabupaten Trenggalek.

· Kegiatan lomba mengarang bagi anak-anak.

· Kegiatan lomba menggambar dan mewarnai bagi anak usia dini.

· Mengadakan kegiatan lomba memasak bagi ibu-ibu

· adanya program-program lain yang mendukung minat membaca, seperti adanya


program Koran Ibu yang ditujukan untuk lulusan warga belajar Pendidikan
Keaksaraan agar tidak buta aksara kembali

Respon Masyarakat Terhadap Layanan TBM

Masyarakat tidak secara langsung merespon program TBM di Kabupaten


Trenggalek. Perlu ada sosialisasi tentang TBM dan manfaatnya bagi masyarakat.
Pada awal kunjungan ke lokasi di desa-desa, tampak bahwa masyarakat merasa
ragu dan enggan mendekat. Mereka hanya melihat kedatangan tim. Setelah
pengelola melakukan sosialisasi, mereka membaca selama rentang waktu kurang
lebih 2 – 4 jam.

Saat ini, tampak masyarakat senang dengan layanan TBM. Seringkali mereka ingin
meminjam buku untuk dibawa pulang. Namun, pengelola harus konsisten terhadap
aturan yaitu tidak meminjamkan buku pada saat layanan TBM Keliling. Oleh
karenanya, pengelola menyarankan agar mereka menjadi anggota dan meminjam
ke TBM Ngudi Kaweruh yang ada di Kantor SKB Trenggalek.

Saat ini, respon masyarakat terhadap TBM sangat bagus. Hal ini terlihat di beberapa
tempat yang dikunjungi TBM Keliling. Banyak masyarakat yang menunggu
kedatangan TBM Keliling. Seringkali pengelola mendapat pertanyaan kapan kembali
ke tempat tersebut. Bahkan, saat ini petugas layanan baca sering merasa
kewalahan terhadap pembaca yang ingin membaca buku.

Hal yang sama juga terjadi di TBM Ngudi Kaweruh. Hal ini dapat dilihat dari semakin
meningkatnya jumlah peminjam. Jika dahulu hanya terbatas pada warga belajar
pendidikan kesetaraan yang ada di Kampus SKB Trenggalek, sekarang sudah
bertambah luas ke masyarakat sekitar dan beberapa pendidik PAUD yang ada di
Kabupaten Trenggalek.

Pun di TBM Al Amin di Desa Karangsoko juga mendapat sambutan bagus dari
masyarakat. Di desa ini sebelumnya tidak ada perpustakaan, sehingga masyarakat
tampak haus akan bahan bacaan. Hal itu dapat dilihat setiap sore hari banyak anak-
anak yang sangat antusias meminjam buku di TBM Al Amin. Mereka selalu
menyempatkan datang ke TBM Al Amin setelah pulang dari mengaji di masjid yang
lokasinya tidak berjauhan. Sedangkan untuk masyarakat lainnya, meraka
mengunjungi TBM Al Amin pada waktu siang hari setelah pulang dari sawah.
Bahkan, terdapat beberapa pembaca yang berasal dari desa lain. Hal ini tentunya
lebih menambah semangat pengelola untuk lebih meningkatkan pelayanan.

PENUTUP
Menumbuhkan minat baca pada masyarakat khususnya pada anak memberikan
banyak manfaat. Selain wawasan pengetahuan mereka bertambah, buku juga
sangat membantu mengembangkan imajinasi anak. Namun, tidak semua orang tua
mampu menularkan kebiasaan membaca buku pada anak-anaknya. Apabila minat
baca masyarakat tumbuh dan berkembang maka masyarakat akan gandrung
membaca berbagai sumber bacaan. Hal ini pada akhirnya akan membuat
masyarakat haus informasi. Namun, kondisi ini tidak bisa lepas dari budaya yang
ada. Mengembangkan budaya membaca pun harus bersesuaian dengan budaya
yang ada di lingkungan masyarakat, dan diharapkan akan menjadi budaya baru di
masayarakat.

http://blognyadwee.blogspot.co.id/2011/07/optimalisasi-layanan-taman-bacaan.html

Cara Mendirikan TBM


Posted by Estu Pitarto
» Masyarakat Membaca, » Ruang Baca
» Rabu, 30 Oktober 2013

Guna mewujudkan Indonesia gemar membaca buku, perlu sinergi antara keluarga,
sekolah dan masyarakat. Bentuk sinergi ini jika digambarkan dalam bahasa sang
pemberontak mungkin seperti ini,"Di rumah ada buku, di sekolah disuruh guru baca
buku di perpustakaan dan di dekat rumah juga ada buku, di tempat umum juga ada.
Uhff...dimana-mana ada buku". Hehehe..maaf Sobat reader mungkin bahasa tersebut
terlalu lebay ya. 
Yang jelas saya hanya ingin menyampaikan bahwa untuk mewujudkan Indonesia era
baru dengan membaca buku maka menghadirkan buku di setiap sudut tempat adalah
solusi tepat. Selanjutnya mau membaca atau belum kita pikirkan strateginya
kemudian. Salah satu wujud menyediakan tempat baca di masyarakat adalah dengan
mendirikan TBM ( Taman Baca Masyarakat ).
Bagaimana cara mendirikan TBM? Siapa saja yang bisa mendirikan TBM?
Beberapa saat yang lalu ( Maaf Mas Wiwien, saya lupa tanggalnya hehehe....) kami
para pegiat rumah baca berbincang-bincang di markas LESPI yang dipromotori oleh
Rumah Media. Salah satu pembicaraan saat itu adalah tentang cara mendirikan TBM.
Nah, yuk kita langsung tengok tips / cara mendirikan TBM :

#1 Ada Buku

Buku wajib ada di sebuah taman baca masyarakat. Ya, namanya saja Taman Baca,
tentu syarat utama adalah buku bukan? Buku dapat diperoleh dari koleksi pribadi,
masyarakat, CSR dan atau Pemerintah. Pada saat awal mendirikan TBM, pengurus
atau pegiat dapat memberikan sumbangsihnya dengan mendonasikan buku koleksi
pribadinya untuk taman baca. Selebihnya kita bisa mengusahakan dari berbagai
macam sumber cara mendapatkan buku untuk TBM.

#2 Ada Tempat
Ada banyak buku tetapi tidak memiliki tempat untuk membaca. Lalu dimana dong
tempat bagi masyarakat untuk membacanya? atau dimana tempat untuk menyimpan
atau memajang buku-buku tersebut?
Tempat tidak harus besar. Teras rumah pun bisa kita jadikan sebagai tempat
memajang buku-buku koleksi TBM. Ruang tamu di rumah pun bisa kita jadikan
sebagai tempat Taman baca asalkan sudah ada kesepakatan bersama anggota keluarga
karena ruang tersebut akan beralih fungsi menjadi ruang publik.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan tempat:


1. Pastikan tempat rak buku selamat dari gangguan air ( air hujan, banjir dll )
2. Memiliki cahaya ruang yang cukup
3. Sirkulasi udara lancar sehingga nyaman ketika membaca buku di TBM
4. Waspada terhadap gangguan rayap atau kutu buku sehingga perlu dilakukan
pengecekan secara berkala
#3 Ada Pengurus
Pengurus menjadi titik sentral berjalan atau tidaknya sebuah taman baca. Fasilitas
yang lengkap dengan aneka macam buku akan percuma jika tak dilengkapi dengan
pengurus yang kompatibel. Bisa jadi sebuah taman baca hadir atas prakarsa seorang
individu ( kita misalnya ), namun tetap kita harus mengajak warga atau tokoh
masyarakat untuk bersama mengelola taman baca ini. Mengajak rekan untuk bersama
mengelola TBM bukan hal yang mudah. Sejauh pengalaman saya mengelola taman
baca selama ini, ada beberapa catatan tentang pengurus TBM :
1. Memiliki jiwa pengabdian
2. Berpandangan luas terhadap pendidikan dan kooperatif
3. Jauh dari sifat untuk mencari keuntungan pribadi
4. Siap berjibaku dengan masalah yang akan timbul pada suatu hari
Bagaimana Sobat? Yuk, kita bersama mewujudkan Indonesia era baru dengan
membaca buku melalui Taman Baca Masyarakat di lingkungan sekitar kita masing-
masing.
Semoga bermanfaat.

Taman Bacaan masyarakat atau TBM adalah salah satu wadah yang bergerak dibidang
pendidikan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kembali minat baca masyarakat
tanpa membedakan status sosial, ekonomi, budaya, agama, adat istiadat, tingkat pendidikan
dan lain sebagainya. Bagi masyarakat Indonesia, khususnya ekonomi menengah ke bawah,
membeli buku adalah sesuatu yang berat. Tentunya selain buku pelajaran untuk sekolah
anak-anaknya. Mungkin bagi sebagian dari mereka, membeli beras dan kebutuhan lainnya
lebih penting. Tak dapat dipungkiri, memang. Salah-satu solusi untuk persoalan ini adalah
dengan dibentuknya Taman Bacaan masyarakat, dimana masyarakat dapat menikmati isi
buku tanpa mengeluarkan uang. Bagaimana perkembangan Taman Bacaan Masyarakat
sekarang? Setelah beberapa pelopor, pendiri dan relawan dengan gigih mengajak sesama
relawan dan masyarakat umu untuk turut membangun TBM di lingkungannya, kini TBM telah
marak di berbagai daerah. Tentunya, masih dubutuhkan TBM-TBM selanjutnya. Agar
sosialialisasi gerakan membaca merata. Bagaimana membangun sebuah Taman Bacaan
Masyarakat? Kita ambil contoh TBM ARJASARI dan SUDUT BACA SOREANG. Dua Taman
bacaan Masrarakat yang berada di wilayah Kabupaten Bandung. Taman Bacaan Arjasari,
dibangun oleh Agus Munawar dengan memanfaatkan ruang dapur yang hanya berukuran 3
x 3 meter. Dengan kegigihan beliau, TBM ini berkembang pesat hingga sekarang menjadi
salah-satu TBM percontohan. Kepada saya, Pak Agus menceritakan saat beliau merintis
Taman bacaan Masyarakat di daerah Arjasari yang notabene berada di kawasan
pegunungan-Banjaran. Pulang kerja, dengan menggunakan motor vespa Pak Agus ini selalu
membawa buku bekas namun layak baca yang dibelinya dari pasar loak. Melihat reaksi
anak-anak yang begitu antusias untuk membaca dan mengikuti kegiatan di TBM,
masyarakatpun mendukung apa yang dirintis beliau. Dukungan masyarakat dan
kebersamaan mereka menjadikan TBM ARJASARI menjadi Taman bacaan yang maju dan
memiliki kegiatan tetap yang edukatif. Setelah TBM Arjasari berjalan lancar, Pak Aguspun
menghibahkan rumahnya itu. Sedangkan beliau sendiri kemudian membeli kembali satu
buah rumah yang berlokasi di Griya Bunga Asri Blok A-33 Soreang, dan mendirikan SUDUT
BACA SOREANG yang saat dirintis hanya bermodalkan 500 eksemplar buku. Bagaimana
jika kita mempunyai niat membangun Taman Bacaan Masyarakat? Dalam pikiran anda
syarat utama membangun TBM  tentu saja buku. Anda salah! Jika syarat yang satu ini
belumlah dapat terpenuhi, ada hal lain yang dapat digunakan terlebih dahulu yaitu kegiatan!
Namun tentunya masyarakat khususnya anak-anak akan menyukai kegiatan yang diadakan
oleh kita jika kegiatan ini dibimbing langsung oleh kita sebagai pengelola Taman bacaan
Kegiatan apa yang sekiranya disukai anak-anak? Anak-anak usia Sekolah Dasar menyukai
kegiatan menggambar, mewarnai, membaca puisi, belajar bersama, cerdas cermat,
bersepeda santai, dll. Sedangkan untuk anak usia Sekolah Menengah Pertama ataupun
usia SMU, mereka cenderung akan menyukai kegiatan berdiskusi, menulis cerpen, menulis
puisi, teater dan lainnya. Contoh-contoh ini tentunya tidak akan menghabiskan dana di saku
anda. Untuk mewarnai, kita cukup bermodalkan fotocopy gambar-gambar yang sering kita
temukan di buku pelajaran anak-anak atau hasil mengunduh dari internet. sedangkan untuk
pensil warna dan lainnya, kita hanya membutuhkan satu pak saja untuk dipakai bersama-
sama. Saya pribadipun, mengawalinya dengan buku yang sangat minim. Namun saya tak
kalah hanya karena alasan kurangnya buku. Saat saya membuka Taman bacaan, buku
yang ada hanya 10 eksemplar sementara anak-anak yang berkumpul ada tigapuluhan. Agar
tidak rebutan, maka saya sendirilah yang membacakan satu buku untuk mereka setiap
harinya. Banyak hal yang dapat dilakukan, misalnya mendongeng, mengajarkan mereka
bertanam, membuat tas dari kain atau keterampilan lain.    Melalui kegiatan-kegiatan seperti
yang disebutkan tadi, ternyata kita telah melatih keakraban, kerja-sama, kekompakan dan
juga melatih anak-anak untuk bersosialisasi. Taman Bacaan tak melulu harus membaca. Di
Taman Bacaan Masyarakat mereka menemukan hal yang baru salah-satunya adalah
mendapatkan pendidikan non formal.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/nyaiendit/membangun-sebuah-taman-bacaan-
masyarakat_5516fd07a33311f17aba7fc3

Anda mungkin juga menyukai