Anda di halaman 1dari 20

DAMPAK ZAT NIKOTIN DALAM ROKOK SEBAGAI

PEMBENTUK DOPAMIN PADA REMAJA

HASIL STUDI LITERASI

OLEH :

SABRINA FELICIA CHRISTANTO - XI IPA 2 (13)

WIHELMINA OLIVIA ROSWITA - XI IPA 2 (18)

SMA KATOLIK FRATERAN MALANG

2022-2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan studi literasi yang berjudul “DAMPAK ZAT NIKOTIN DALAM


ROKOK SEBAGAI PEMBENTUK DOPAMIN REMAJA “, telah disetujui dan
disahkan pada tanggal ______________

Oleh:

Wali Kelas, Pembimbing,

L. Nanik Herawati, S.Pd Yosephin Lilin Setyowati, S.Pd

Mengetahui,
Kepala SMA Katolik Frateran Malang,

Albertus Sukatno, M. Ag

i
ABSTRAKSI
DAMPAK ZAT NIKOTIN DALAM ROKOK SEBAGAI PEMBENTUK
DOPAMIN PADA REMAJA

Oleh :
Sabrina Felicia Christanto
Wihelmina Olivia Roswita

SMAK Frateran Malang

Karya tulis hasil studi literasi bertujuan untuk mengetahui bahaya kandungan
nikotin dalam rokok sebagai pembentuk dopamin pada remaja. Fokus subjek pada
remaja perokok rentang usia 13 s.d. 17 dengan jenjang pendidikan SMP dan SMA.
Zat nikotin yang terkandung dalam rokok menyebabkan remaja kecanduan untuk
merokok. Nikotin berpengaruh pada pembentukan dopamin pada remaja. Nikotin
adalah senyawa alkaloid yang mengandung nitrogen dan dapat memicu sistem
saraf. Kandungan zat nikotin yang terkandung dalam rokok mampu membuat
remaja mengalami penyakit mental psikologis. Dopamin adalah zat kimia dalam
otak yang berperan dalam pengaruh emosi, sensasi kesenangan dan kesakitan yang
bisa dirasakan manusia. Proses pembentukan nikotin menjadi dopamin terjadi saat
remaja mengonsumsi rokok sehingga kandungan zat yang ada pada nikotin akan
membuat ketergantungan yang dapat memicu peningkatan hormon dopamin.
Pembentukan dopamin secara tidak terkendali, menyebabkan kadar enzim
monoamineoxidase menurun. Nikotin mempengaruhi fungsi dan kadar dopamin
dalam tubuh yang mengakibatkan perubahan fungsi dan kinerja otak sehingga
menyebabkan penyakit mental psikis pada remaja. Upaya mengurangi kebiasaan
merokok dengan menggunakan sistem mandiri, klasikal, dan profesional.

Kata kunci : nikotin, rokok, dopamin, remaja

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia Nya sehingga penyusun karya tulis ilmiah dengan judul "DAMPAK ZAT
NIKOTIN DALAM ROKOK SEBAGAI PEMBENTUK DOPAMIN PADA
REMAJA" dapat terselesaikan tepat waktu sebagai syarat kelulusan di kelas XII
dan melatih keterampilan membuat karya tulis ilmiah. Meskipun harus melalui
banyak rintangan dan hambatan, karya tulis ini dapat selesai tepat waktu.
Pembaca diharapkan dapat mengetahui bahaya merokok secara berlebihan
akibat kandungan nikotin di dalam rokok sebagai pembentuk dopamin pada
pembaca, melalui karya tulis ilmiah ini.
Penulis mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak terkait dalam
proses penulisan karya tulis ilmiah ini, maka penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Fr.Albertus Sukatno, M.Ag, selaku Kepala SMAK Frateran Malang.
2. Yosephin Lilin Setyowati, S.Pd, selaku guru pembimbing karya tulis.
3. L. Nanik Herawati, S.Pd, selaku wali kelas XI IPA 2
4. Tim pembimbing penulisan Karya Tulis Ilmiah
5. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan doa terhadap
penulisan karya tulisan ilmiah ini

Penulis menyadari sekali dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan, baik dari segi tata bahasa
maupun materi yang disajikan. Maka penulis memohon saran dari pembaca untuk
penulisan berikutnya.

Malang, ___________

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................i
ABSTRAKSI..........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………v
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................v
I. PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan / Manfaat Penulisan..............................................................2
1.4 Waktu dan Tempat............................................................................2
II. PEMBAHASAN (ISI)...........................................................................3
2.1 Pengertian Nikotin dan Dopamin.....................................................3
2.2 Pengaruh Nikotin sebagai Pembentuk Dopamin dalam Tubuh
Remaja.............................................................................................5
2.3 Dampak Bahaya Kandungan Nikotin dalam Rokok dengan Kondisi
Mental Psikologis Remaja................................................................8
2.4 Upaya Remaja dapat Berhenti Merokok dengan Sistem Mandiri,
Klasikal, dan Profesional..................................................................9
2.4.1 Sistem Mandiri.........................................................9
2.4.2 Sistem Klasikal.......................................................10
2.4.3 Sistem Profesional..................................................10
III. PENUTUP...........................................................................................12
3.1 Kesimpulan....................................................................................12
3.2 Saran – Saran..................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................14
LAMPIRAN........................................................................................

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rumus Struktur Nikotin.........................................................................4


Gambar 2. Rumus Struktur Dopamin.......................................................................5
Gambar 3. Remaja Merokok.....................................................................................7
Gambar 4. Kondisi Mental Psikologis Remaja Perokok...........................................8

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Konsultasi
Foto Kegiatan

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rokok adalah gulungan tembakau yang dilapisi kertas dan memiliki
panjang sekitar 8 s.d. 10 cm. Aktivitas merokok masih menjadi masalah yang
meresahkan bagi remaja saat ini. Para remaja perokok yang berusaha untuk
berhenti merasakan betapa sulitnya untuk berhenti menghisap rokok. Remaja
adalah anak dalam proses dewasa, dimana mereka ingin mencoba hal-hal baru,
selain itu remaja juga sangat rentan terpengaruh terhadap lingkungan sekitar. Pada
remaja berusia 13 s.d. 17 tahun, dikatakan sebagai fase pertumbuhan remaja,
dimana pada saat itu remaja mengalami proses pendewasaan dari anak-anak
menjadi remaja. Remaja dengan rentang usia 13 s.d. 17 tahun rata-rata adalah siswa
SMP dan SMA, dengan segala karakter remaja dan rasa penasaran terhadap dunia
luar, remaja menjadi mudah terpengaruh dengan rokok. Sehingga mereka mencoba
merokok dan berakhir dengan kecanduan. Menurut Brigham (1911), merokok
merupakan simbolisasi bagi remaja yang ingin terlihat dewasa, maskulin, serta
syarat untuk diakui dalam suatu kelompok. Remaja juga menganggap merokok
sebagai media relaksasi, dan menganggap merokok dapat meredakan ketegangan,
memudahkan berkonsentrasi, serta merasakan pengalaman yang menyenangkan.
Namun seiring waktu, akibat zat yang terkandung dalam rokok membuat
remaja kecanduan dan tidak bisa berhenti merokok. Banyak ahli menyatakan bahwa
kecanduan merokok pada remaja disebabkan kecanduan nikotin, yang merupakan
salah satu zat yang terkandung dalam rokok. Secara ilmiah, nikotin (C10H14N2)
merupakan senyawa organik alkaloid. Senyawa kimia alkaloid ini memiliki efek
kuat dan bersifat stimulan atau perangsang terhadap tubuh manusia.
Remaja yang suka merokok dapat menghabiskan 2 bungkus rokok dalam
sehari. Secara matematis, apabila satu bungkus rokok berisi 16 batang dan dalam 1
batang rokok dapat mengandung 1 miligram nikotin, maka remaja yang suka
merokok dapat mengkonsumsi 32 miligram nikotin dalam satu hari.

1
Akibat jumlah nikotin yang berlebihan dalam tubuh, dopamin dalam tubuh
remaja akan meningkat secara tidak terkendali. Dopamin adalah zat kimia yang ada
dalam otak yang berperan besar dalam mempengaruhi emosi, sensasi kesenangan
maupun kesakitan yang dirasakan seseorang. Hormon dopamin dapat meningkat
secara tidak terkendali akibat kebiasaan merokok. Setelah nikotin berada dalam
otak, nikotin akan meningkatkan pelepasan dopamin. Remaja perokok akan merasa
kehilangan kebahagiaannya akibat kecanduan nikotin dan berujung penyakit psikis
seperti depresi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian nikotin dan dopamin?
1.2.2 Bagaimana pengaruh nikotin sebagai pembentuk dopamin dalam
tubuh remaja?
1.2.3 Bagaimana dampak bahaya kandungan nikotin dalam rokok dengan
kondisi mental psikologis remaja?
1.2.4 Bagaimana upaya menghentikan kebiasaan merokok pada remaja?

1.3 Tujuan / Manfaat Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari nikotin dan dopamin.
1.3.2 Untuk mengetahui pengaruh nikotin sebagai pembentuk dopamin
dalam tubuh remaja.
1.3.3 Untuk mengetahui dampak bahaya kandungan nkotin dalam rokok
dengan kondisi mental psikologis remaja.
1.3.4 Untuk mengetahui upaya menghentikan kebiasaan merokok pada
remaja.
1.3.5 Sebagai syarat kelulusan di kelas XII.

1.4 Waktu dan Tempat


1.4.1 Waktu : September s.d. Desember 2022
1.4.2 Tempat : SMAK Frateran Malang Jl. Brigjend Slamet Riadi No. 58
Malang.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nikotin dan Dopamin


Nikotin merupakan salah satu kandungan yang terdapat dalam rokok.
Nikotin adalah senyawa kimia alkaloid yang berasal dari tumbuhan alami seperti
tembakau. Senyawa alkaloid merupakan senyawa kimia organik yang di dalamnya
terdapat nitrogen. Alkaloid memiliki manfaat dalam bidang kesehatan yaitu,
memacu sistem saraf, menaikkan atau menurunkan tekanan darah, serta dapat
melawan infeksi mikrobia (Solomon, 1980 ; Carey, 2006). Nikotin sering
digunakan sebagai insektisida pada masa lalu, karena nikotin dapat meningkatkan
kemampuan tanaman untuk melawan serangan serangga. Nikotin mempunyai nama
dengan sistem IUPAC yaitu (S)-3-[1-Metilpirolidin-2-yl] piridina. Zat kimia
dengan rumus senyawa C10H14N2 ini mempunyai massa molar (Mr) sebesar 162
gram/mol, dihasilkan dari perhitungan :
Mr C10H14N2 = ( ∑atom C x Ar C) + ( ∑atom H x Ar H) + ( ∑atom N x Ar N)
= (10 x 12) + (14 x 1) + (2 x 14)
= 120 + 14 + 28
= 162 gram/mol

Zat nikotin juga mempunyai kepadatan 1.01 gram/cm3 , titik lebur pada suhu
-79o C dan titik didih mencapai pada suhu 247o C. Nikotin adalah zat adiktif,
sehingga remaja akan merasa ketergantungan jika mengonsumsi nikotin. Sebatang
rokok mengandung 2 miligram nikotin yang terserap dalam tubuh. Nikotin
membuat remaja perokok mengalami kecanduan dan ketergantungan terhadap
rokok, terutama remaja pada rentang usia 13 s.d. 17 tahun. Zat nikotin ini mampu
menghasilkan semua rasa tenang, senang, dan nyaman saat remaja merokok, hal ini
yang membuat remaja dengan nyamannya merokok secara terus menerus.

3
Gambar 1. Rumus Struktur Nikotin

Dopamin adalah zat kimia dalam otak yang berperan besar dalam pengaruh
emosi, sensasi kesenangan dan kesakitan yang bisa dirasakan manusia. Dopamin
berfungsi sebagai hormon dan neurotransmitter (zat untuk menyampaikan pesan
dari satu saraf ke saraf yang lain). Dopamin mempunyai nama dengan sistem
IUPAC 4-(2-aminoetil)benzena-1,2-diol. Dopamin memiliki banyak fungsi, antara
lain : sebagai neurotransmitter, menimbulkan perasaan positif, mempengaruhi
perilaku seseorang, mendukung sistem pencernaan, menjaga tekanan darah, dan
lain lain. Dopamin memiliki rumus kimia C8H11NO2 yang memiliki titik lebur pada
suhu 128oC. Dopamin juga memiliki massa molar (Mr) sebesar 153 gram/mol
dihasilkan dari perhitungan :
Mr C8H11NO2 = ( ∑atom C x Ar C) + ( ∑atom H x Ar H) + ( ∑atom N x Ar N) +
(∑atom O x Ar O)
= (8 x 12) + (11 x 1) + (1 x 14) + (2 x 16)
= 96 + 11 + 14 + 32
= 153 gam/mol

Nikotin sebagai pembentuk dopamin membuat remaja kecanduan merokok.


Ketenangan dan kesenangan yang didapat setelah menghisap rokok berasal dari
nikotin yang merangsang otak untuk memproduksi dopamin. Nikotin akan masuk
menuju pusat saraf otak yang merangsang kemunculan hormon dopamin. Hormon
adalah zat kimia yang diproduksi oleh sistem endokrin dalam tubuh yang berfungsi
mengendalikan hampir semua tugas dan fungsi tubuh. Dopamin adalah hormon

4
yang bertugas untuk mengontrol respon emosional, seperti kesenangan,
ketenangan, dan ketertarikan pada lawan jenis. Saat manusia sedang jatuh cinta,
hormon oksitosin (penurun stress) dan hormon vasopresi (meningkatkan tekanan
darah) bersatu dan membentuk hormon dopamin. Cara kerja hormon dopamin
dalam otak yaitu, otak mengubah asam amino menjadi zat yang disebut dopa, yang
akan berubah menjadi dopamin.

Gambar 2. Rumus Struktur Dopamin

2.2 Pengaruh Nikotin sebagai Pembentuk Dopamin dalam Tubuh Remaja


Nikotin adalah zat dalam rokok yang mempengaruhi kinerja otak sehingga
muncul rasa ketergantungan, lalu berujung pada mengubah cara remaja berpikir dan
berperilaku. Nikotin sangat mudah terakumulasi pada otak, yang artinya nikotin
dengan mudah masuk dan diolah oleh otak. Sehingga efek nikotin ini berlangsung
secara permanen. Nikotin dapat terserap lewat mukosa mulut saat merokok, dimana
nikotin akan langsung mencapai otak hanya dalam waktu beberapa detik setelah
rokok dihisap. Sehingga semakin banyak nikotin yang dikonsumsi, semakin kuat
efek ketergantungan dan dampak negatif pada remaja. Kadar dopamin sulit
dikontrol karena merokok, akibat ketergantungan pada nikotin juga melibatkan
mekanisme lainnya yang memicu fungsi otak tidak seimbang. Cara nikotin
membuat remaja ketergantungan pada rokok adalah dengan memicu peningkatan
hormon dopamin pada otak secara berlebihan. Namun karena dopamin meningkat
secara tidak terkendali, kadar enzim monoamineoxidase menurun. Enzim
monamineoxidase adalah enzim yang berfungsi untuk menurunkan kadar dopamin.
Tanpa enzim tersebut, kadar dopamin akan sulit dikendalikan sehingga

5
menyebabkan ketergantungan pada zat nikotin yang membentuk dopamin
berlebihan tersebut. Remaja perokok merasakan efek peningkatan dopamin
berlebih seperti rasa senang, tenang, dan bahagia saat merokok. Ini menyebabkan
remaja menjadi sulit menenangkan pikirannya jika tidak menghisap rokok. Pada
akhirnya remaja akan terus merokok tanpa henti. Saat remaja berusaha menahan
keinginan untuk merokok, tanpa disadari remaja menjadi lebih agresif dan mudah
marah. Hal ini membuat rokok akan berpengaruh pada kehidupan sosial remaja
yang bisa membuat remaja mengalami stress dan memicu perubahan emosi yang
tak terkendali.
Merokok adalah salah satu cara paling umum dan tercepat agar nikotin
terserap dalam darah, terutama pada tubuh remaja dengan rentang usia 13 s.d. 17
tahun dimana tubuh remaja mudah menerima kandungan zat yang tidak dikenal dan
cepat diolah dalam tubuh. Setelah nikotin berada di sistem peredaran darah, nikotin
dengan cepat sampai ke otak dan bereaksi dengan sel-sel otak hingga tercipta rasa
tenang dan senang berupa dopamin setelah merokok. Namun efek nikotin
berbanding lurus dengan dosis rokok yang digunakan. Artinya, jika sebelumnya
remaja membutuhkan 1 batang rokok saja per hari untuk dopamin bekerja dalam
tubuhnya, maka seiring waktu remaja akan membutuhkan lebih dari 1 batang per
hari agar dopamin dalam tubuhnya bekerja seperti pada saat pertama kali merokok.
Misal bulan pertama remaja membutuhkan 1 batang setiap harinya, maka bulan
berikutnya remaja membutuhkan 2 batang setiap hari nya dan akan berlanjut dan
bertambah pada bulan-bulan berikutnya. Lalu bagaimana jika suatu saat remaja
berhenti merokok secara tiba tiba? Fungsi dan kandungan dopamin dalam tubuh
akan berubah karena mengonsumsi nikotin, yang berpengaruh pada perubahan
fungsi dan kinerja otak. Otak akan beradaptasi dengan memperbanyak atau
mengurangi jumlah sel saraf reseptor untuk menerima sinyal akibat dari nikotin.
Saat remaja berhenti merokok, efek fisiologis ini tetap tinggal di otak. Otak akan
bereaksi dan tidak bisa berfungsi dengan baik selayaknya ketika nikotin masih ada
dalam tubuh, sehingga menyebabkan tubuh bergantung pada nikotin.
Nikotin mempunyai dampak terhadap suasana hati, emosi, dan berfungsi
sebagai stimulan (perangsang) dan relaksan (penenang) yang sesuai dengan

6
kegunaan dopamin dalam tubuh remaja. Namun sensasi kesenangan akibat dari
rokok akan berkurang karena tubuh sudah terbiasa, oleh sebab itu untuk merasakan
kembali kesenangan maksimal seperti saat pertama kali merokok, remaja semakin
lama semakin membutuhkan banyak rokok hingga terjadinya proses kecanduan dan
membuat remaja sulit lepas akan rokok. Menurut Dr. Lena Rademacher of Lubeck,
produksi dopamin di otak mampu kembali seperti normal dan pulih apabila remaja
perokok bisa berhenti merokok selama 3 bulan. Menurut studi terbaru yang
dipublikasikan pada jurnal Biological Psychiatry berisi efek pengurangan produksi
dopamin dalam otak dapat kembali normal apabila remaja perokok tersebut dapat
bertahan. Dr. Lena membuktikan dengan hasil pindaian pada 15 remaja perokok
dan 30 remaja non perokok. Pada pindaian pertama pada remaja perokok, remaja
memiliki pengurangan produksi dopamin sekitar 15 s.d. 20 % dibandingkan
dopamin dalam otak remaja non perokok. Ini membuktikan fakta bahwa dampak
merokok bagi remaja, remaja akan mengalami stress, depresi, dan gangguan mental
lainnya setelah merokok. Namun setelah 3 bulan dilakukan pemindaian kembali
saat remaja perokok tersebut berhenti merokok selama 3 bulan, terdapat hasil
jumlah produksi dopamin tidak ada bedanya dengan hasil pemindaian pada remaja
non perokok.

Gambar 3. Remaja Merokok

7
2.3 Dampak Bahaya Kandungan Nikotin dalam Rokok dengan Kondisi
Mental Psikologis Remaja
Nikotin dalam rokok mampu membuat banyak masalah psikologis bagi
remaja. Nikotin mempengaruhi kondisi psikologis, sistem saraf, dan aktivitas dan
fungsi otak bagi remaja perokok. Pengaruh nikotin dapat ditemukan di berbagai
aspek kehidupan dalam remaja perokok, seperti belajar, ingatan kecil dalam
kehidupan sehari hari, kewaspadaan remaja terhadap situasi, serta kelabilan emosi.
Ketika remaja telah kecanduan dan bergantung pada nikotin, muncul perasaan tidak
nyaman seperti cemas, tertekan, sulit mengendalikan diri, perubahan emosi yang
tidak stabil, mudah marah, mudah putus asa serta depresi. Selain itu juga mengalami
gangguan tidur, penurunan kemampuan mengingat hal hal kecil dalam kehidupan
sehari-hari, serta memicu perilaku kompulsif (memaksa orang lain agar melakukan
hal yang sesuai kehendaknya).
Otak memerintahkan tubuh untuk membuat lebih banyak zat endorphin
sebagai respon terhadap zat nikotin yang masuk. Endorphin adalah senyawa protein
yang dikenal sebagai “body’s natural pain killer”. Endorphin dapat membuat
seseorang menjadi relaks. Namun saat remaja perokok berusaha berhenti merokok
secara tiba-tiba dan mencoba berhenti mengonsumsi nikotin, umumnya remaja
akan mengalami gejala seperti irritabilitas, yaitu remaja akan menjadi lebih sensitif
dan mudah marah, serta gampang cemas dan depresi.
Tanggapan remaja terhadap merokok seringkali mengatakan bahwa
merokok membuat mereka tenang. Padahal sebenarnya efek ketergantungan pada
nikotin dan peningkatan hormon dopamin dapat membuat remaja merasa lebih
tenang untuk sesaat, namun beberapa jam setelah merokok remaja akan merasa
stress akibat keinginan untuk terus menerus merokok. Pada dasarnya rasa stress dan
kecemasan setelah merokok tidak sebanding dengan rasa “tenang” yang ada di
tanggapan remaja perokok tersebut. Merokok adalah strategi pereda stress yang
buruk, karena merokok hanyalah pelarian pada masalah remaja untuk sementara
yang mampu menenangkan hati dan pikiran remaja untuk sesaat, namun beberapa
saat setelahnya rokok bak pisau bermata dua, dimana remaja akan merasakan
dampak bahaya rokok akibat nikotin pada kondisi mental psikologis remaja.

8
Gambar 4. Kondisi Mental Psikologis Remaja Perokok

2.4 Upaya Menghentikan Kebiasaan Merokok pada Remaja


Remaja sulit menemukan dan menyelesaikan masalah kehidupan sehingga
memilih untuk melarikan diri dengan merokok. Remaja perokok membutuhkan
penanganan dan proses merehabilitasi diri agar remaja dapat berhenti merokok. Jika
remaja perokok sudah mencapai tingkat tinggi, maka diperlukan penanganan dan
rehabilitasi diri dengan bantuan profesional dalam bidang psikologi remaja.

2.4.1 Sistem Mandiri


Remaja dapat menjalani beberapa upaya berhenti merokok dengan sistem
mandiri, klasikal, dan profesional. Remaja perokok dapat memulai program
berhenti merokok secara mandiri dengan cara mengurangi jumlah rokok yang
dikonsumsi dengan perlahan dan konsisten, memulai menerapkan pola hidup sehat
seperti olahraga, memakan makanan bernutrisi, serta dilandasi niat dan hasrat dari
hati yang berkeinginan untuk dapat berhenti merokok.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wawan Kurniawan dari STIKES
YPIB Majalengka, Jawa Barat, seorang remaja perokok dengan tingkat parah bisa
berhenti merokok dengan total secara mandiri dengan cara :
1. Selama 3 bulan pertama mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi
sebanyak setengah bungkus rokok.

9
2. Pada bulan ke 5 s.d. 7 bulan dapat mengurangi jumlah rokok yang
dikonsumsi hingga hanya 3 s.d. 5 batang dalam satu hari.
3. Memerlukan waktu 1 tahun untuk remaja bisa berhenti merokok secara
total dan dapat menjalani gaya hidup sehat dengan baik.

2.4.2 Sistem Klasikal


Program berhenti merokok secara mandiri tidak dapat berjalan dengan baik
tanpa dukungan eksternal atau klasikal (faktor lingkungan). Program berhenti
merokok bagi remaja perokok dapat dibantu dengan dukungan keluarga terhadap
program berhenti merokok remaja, menghindari pergaulan teman-teman yang
merokok, menghindari lingkungan yang bisa membuat remaja berpikir untuk
merokok lagi, memakan permen karet yang mengandung kadar nikotin yang rendah
jika mempunyai keinginan untuk merokok, serta dibantu dengan target atau hadiah
yang akan didapat jika mampu berhenti merokok selama jangka waktu tertentu.

2.4.3 Sistem Profesional


Pada remaja perokok dengan tingkat kecanduan tinggi, memungkinkan untuk
program berhenti merokok secara mandiri dan klasikal tidak berpengaruh secara
maksimal atau tidak mengubah kebiasaan merokok pada remaja. Sehingga
dibutuhkan bantuan medis dan profesional khususnya dalam bidang psikologi
remaja agar dapat mengatasi kebiasaan merokok remaja yang sudah berujung pada
penyakit mental psikologis remaja seperti depresi. Remaja dapat menjalani
psikoterapi dengan para ahli psikologi, menjalani konseling, serta terapi perilaku.
Salah satu terapi untuk berhenti merokok adalah SEFT. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2019), terapi SEFT pada kasus remaja
kecanduan merokok berhasil membuat remaja yang kecanduan merokok berhenti
karena merasakan mual, pusing, pahit, batuk, dan muntah-muntah sehingga remaja
memutuskan untuk berhenti merokok. Spiritual Emotional Freedom Technique
(SEFT) adalah terapi dari perpaduan ilmu Akupuntur dan Psikologi yang
disempurnakan dengan sentuhan spiritual yang bersifat universal (Zainuddin,
2006). Terapi SEFT juga dibuktikan kesuksesannya dengan tim Pengabdian

10
Masyarakat Magister Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang
menggunakan terapi SEFT pada 3 remaja perokok aktif. SEFT adalah sebuah terapi
dengan beberapa gerakan sederhana dan digabung dengan unsur spiritual berupa
doa sehingga sering disebut juga dengan amplifying effect (efek pelipat gandaan).
SEFT mempunyai 3 tahap, tahap pertama adalah The Set Up, keyakinan bawah
sadar remaja seperti tanggapan bahwa remaja sudah tidak bisa lepas dari rokok,
pada tahap pertama ini remaja akan berdoa dengan khidmat memohon rahmat
Tuhan dalam melancarkan proses berhenti merokok remaja. Tahap kedua adalah
The Tun In, pikiran remaja akan diarahkan oleh para profesional terhadap keluhan
yang dirasakan akibat merokok. Tahap ketiga adalah The Tapping, pada tahap ini
para profesional mengetuk ringan dengan ujung jari pada titik tertentu pada tubuh
remaja disertai dengan tahap Tun In (Mustaqim & Rahman, 2016).

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Merokok merupakan salah satu perilaku negatif terutama bagi remaja
dengan rentang usia 13 s.d 17 tahun dengan jenjang pendidikan SMP dan SMA.
Remaja sebenarnya sudah tahu merokok berdampak buruk bagi tubuh mereka,
namun mereka mengabaikannya dan terus menerus merokok akibat “manfaat” yang
mereka anggap bermanfaat bagi mereka. Namun sebenarnya, akibat zat nikotin
dalam rokok mampu membuat remaja mengalami proses kecanduan dan
berdampak pada mental remaja akibat keinginan untuk terus menerus merokok.
Remaja merasa tenang dan senang setelah merokok berasal dari nikotin yang masuk
ke tubuh dan membentuk dopamin pada tubuh. Dopamin adalah zat kimia dalam
otak yang berperan besar dalam pengaruh emosi, sensasi kesenangan dan kesakitan
manusia. Semakin sering remaja merokok, semakin banyak batang rokok yang
diperlukan remaja agar dopamin pada otak bisa terasa seperti saat remaja pertama
kali merokok.
Nikotin memicu pertumbuhan dan pembentukan hormon dopamin yang
tidak normal. Remaja merasakan rasa senang, tenang, dan bahagia akibat efek
peningkatan hormon dopamin. Namun ketika remaja telah kecanduan dan
bergantung pada nikotin, remaja akan merasa perasaan tidak nyaman seperti cemas,
tertekan, sulit mengendalikan diri, perubahan emosi yang tidak stabil, mudah
marah, mudah putus asa serta depresi. Remaja juga mengalami gangguan tidur,
penurunan kemampuan mengingat hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari, serta
memicu perilaku kompulsif. Merokok sama sekali bukan strategi penenang remaja
yang baik. Rasa tenang yang dirasakan remaja akan muncul setelah merokok,
namun itu hanya bersifat sementara. Remaja akan merasakan gangguan mental
yang tidak sebanding dengan rasa “tenang” yang dikatakan remaja perokok.
Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menghentikan kebiasaan
merokok pada remaja. Remaja dapat melaksanakan upaya tersebut dalam tiga

12
sistem yaitu mandiri, klasikal, dan profesional. Namun upaya-upaya tersebut tidak
dapat berjalan dengan maksimal tanpa kemauan dan niat yang kuat dari hati remaja.

3.2 Saran - Saran


3.2.1 Penulis menyarankan beberapa solusi kepada remaja perokok, antara
lain :
1. Menjalani psikoterapi dengan para ahli psikologi.
2. Konseling, dokter akan memberikan saran dan motivasi agar
remaja dapat mengurangi kebiasaan merokok. Dokter juga akan
membantu mengatasi gangguan mental yang sudah dialami
remaja akibat merokok.
3. Terapi perilaku, dokter akan membantu remaja mencari faktor
yang menyebabkan remaja merokok. Dokter juga akan
menyusun rencana untuk menghindari penyebab merokok
tersebut.
4. Terapi pengganti nikotin (Nicotine Replacement Therapy),
remaja akan diberikan obat dan makanan dengan kadar nikotin
yang rendah seperti permen karet. Sehingga remaja mampu
terlepas dari nikotin secara perlahan.
3.2.2 Saran bagi remaja yang tidak merokok agar remaja dapat mencegah
penggunaan nikotin, antara lain :
1. Meningkatkan kesadaran diri tentang bahaya merokok.
2. Membatasi diri dengan produk rokok.
3. Tidak terpengaruh dengan orang lain yang mengajak mencoba
merokok.
3.2.3 Saran kepada SMAK Frateran Malang untuk membantu pelajar yang
biasa merokok, antara lain :
1. Mengadakan rehabilitasi bagi remaja perokok di sekolah.
2. Mengadakan sosialisasi tentang bahaya rokok di sekolah dengan
mengundang praktisi yang berkompeten.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Firdaus. (2016). Setelah Tiga Bulan Berhenti Merokok, Produksi Dopamin
Otak Kembali Normal, https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-
3273775/setelah-tiga-bulan-berhenti-merokok-produksi-dopamin-otak-
kembali-normal
Al Fajar, Kemal. Dampak Psikologis Akibat Merokok,
https://hellosehat.com/mental/kecanduan/dampak-psikologis-merokok/
Bella, Airindya. (2022). 10 Fakta tentang Hormon Dopamin,
https://www.alodokter.com/10-fakta-tentang-hormon-dopamin
Florencia, Gabriella. (2022). Jangan Salah, Inilah Penjelasan tentang Dopamin,
https://www.halodoc.com/artikel/jangan-salah-inilah-penjelasan-tentang-
dopamin
Handayani, Verury Verona. (2020). Ternyata, Ada Hubungan Antara Depresi dan
Kebiasaan Merokok, https://www.halodoc.com/artikel/ternyata-ada-
hubungan-antara-depresi-dan-kebiasaan-merokok
Kurniawan, Wawan. (2021). Gambaran Proses Berhenti Merokok Pada Mantan
Pecandu Rokok yang Dilakukan Secara Mandiri. Syntax Literate : Jurnal
Ilmiah Indonesia 6(7).
Mirnawati, M., Nurfitriani, N., Zulfiarini, F., & Cahyati, W. (2018). Perilaku
Merokok pada Remaja Umur 13-17 Tahun. HIGEIA (Journal of Public
Health Research and Development), 2(3), 396-405
Pittara. (2022). Kecanduan Nikotin – Gejala, penyebab, dan mengobati,
https://www.alodokter.com/kecanduan-
nikotin#:~:text=Setiap%20kali%20seseorang%20merokok%2C%20nikoti
n,hati%20dan%20menimbulkan%20rasa%20puas
Purwandari, dkk. (2020). Terapi Berhenti Merokok dengan Spiritual Emotional
Freedom Technique (SEFT). Warta LPM, Vol. 23, No. 2, September 2020.
Tristanti, Ika. (2016). REMAJA DAN PERILAKU MEROKOK. The 3rd
University Research Colloquium 2016, 328-342

14

Anda mungkin juga menyukai