Kti Sabrina Oliv
Kti Sabrina Oliv
OLEH :
2022-2023
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Mengetahui,
Kepala SMA Katolik Frateran Malang,
Albertus Sukatno, M. Ag
i
ABSTRAKSI
DAMPAK ZAT NIKOTIN DALAM ROKOK SEBAGAI PEMBENTUK
DOPAMIN PADA REMAJA
Oleh :
Sabrina Felicia Christanto
Wihelmina Olivia Roswita
Karya tulis hasil studi literasi bertujuan untuk mengetahui bahaya kandungan
nikotin dalam rokok sebagai pembentuk dopamin pada remaja. Fokus subjek pada
remaja perokok rentang usia 13 s.d. 17 dengan jenjang pendidikan SMP dan SMA.
Zat nikotin yang terkandung dalam rokok menyebabkan remaja kecanduan untuk
merokok. Nikotin berpengaruh pada pembentukan dopamin pada remaja. Nikotin
adalah senyawa alkaloid yang mengandung nitrogen dan dapat memicu sistem
saraf. Kandungan zat nikotin yang terkandung dalam rokok mampu membuat
remaja mengalami penyakit mental psikologis. Dopamin adalah zat kimia dalam
otak yang berperan dalam pengaruh emosi, sensasi kesenangan dan kesakitan yang
bisa dirasakan manusia. Proses pembentukan nikotin menjadi dopamin terjadi saat
remaja mengonsumsi rokok sehingga kandungan zat yang ada pada nikotin akan
membuat ketergantungan yang dapat memicu peningkatan hormon dopamin.
Pembentukan dopamin secara tidak terkendali, menyebabkan kadar enzim
monoamineoxidase menurun. Nikotin mempengaruhi fungsi dan kadar dopamin
dalam tubuh yang mengakibatkan perubahan fungsi dan kinerja otak sehingga
menyebabkan penyakit mental psikis pada remaja. Upaya mengurangi kebiasaan
merokok dengan menggunakan sistem mandiri, klasikal, dan profesional.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia Nya sehingga penyusun karya tulis ilmiah dengan judul "DAMPAK ZAT
NIKOTIN DALAM ROKOK SEBAGAI PEMBENTUK DOPAMIN PADA
REMAJA" dapat terselesaikan tepat waktu sebagai syarat kelulusan di kelas XII
dan melatih keterampilan membuat karya tulis ilmiah. Meskipun harus melalui
banyak rintangan dan hambatan, karya tulis ini dapat selesai tepat waktu.
Pembaca diharapkan dapat mengetahui bahaya merokok secara berlebihan
akibat kandungan nikotin di dalam rokok sebagai pembentuk dopamin pada
pembaca, melalui karya tulis ilmiah ini.
Penulis mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak terkait dalam
proses penulisan karya tulis ilmiah ini, maka penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Fr.Albertus Sukatno, M.Ag, selaku Kepala SMAK Frateran Malang.
2. Yosephin Lilin Setyowati, S.Pd, selaku guru pembimbing karya tulis.
3. L. Nanik Herawati, S.Pd, selaku wali kelas XI IPA 2
4. Tim pembimbing penulisan Karya Tulis Ilmiah
5. Orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan doa terhadap
penulisan karya tulisan ilmiah ini
Penulis menyadari sekali dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan, baik dari segi tata bahasa
maupun materi yang disajikan. Maka penulis memohon saran dari pembaca untuk
penulisan berikutnya.
Malang, ___________
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................i
ABSTRAKSI..........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………v
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................v
I. PENDAHULUAN.................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan / Manfaat Penulisan..............................................................2
1.4 Waktu dan Tempat............................................................................2
II. PEMBAHASAN (ISI)...........................................................................3
2.1 Pengertian Nikotin dan Dopamin.....................................................3
2.2 Pengaruh Nikotin sebagai Pembentuk Dopamin dalam Tubuh
Remaja.............................................................................................5
2.3 Dampak Bahaya Kandungan Nikotin dalam Rokok dengan Kondisi
Mental Psikologis Remaja................................................................8
2.4 Upaya Remaja dapat Berhenti Merokok dengan Sistem Mandiri,
Klasikal, dan Profesional..................................................................9
2.4.1 Sistem Mandiri.........................................................9
2.4.2 Sistem Klasikal.......................................................10
2.4.3 Sistem Profesional..................................................10
III. PENUTUP...........................................................................................12
3.1 Kesimpulan....................................................................................12
3.2 Saran – Saran..................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................14
LAMPIRAN........................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lembar Konsultasi
Foto Kegiatan
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Akibat jumlah nikotin yang berlebihan dalam tubuh, dopamin dalam tubuh
remaja akan meningkat secara tidak terkendali. Dopamin adalah zat kimia yang ada
dalam otak yang berperan besar dalam mempengaruhi emosi, sensasi kesenangan
maupun kesakitan yang dirasakan seseorang. Hormon dopamin dapat meningkat
secara tidak terkendali akibat kebiasaan merokok. Setelah nikotin berada dalam
otak, nikotin akan meningkatkan pelepasan dopamin. Remaja perokok akan merasa
kehilangan kebahagiaannya akibat kecanduan nikotin dan berujung penyakit psikis
seperti depresi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Zat nikotin juga mempunyai kepadatan 1.01 gram/cm3 , titik lebur pada suhu
-79o C dan titik didih mencapai pada suhu 247o C. Nikotin adalah zat adiktif,
sehingga remaja akan merasa ketergantungan jika mengonsumsi nikotin. Sebatang
rokok mengandung 2 miligram nikotin yang terserap dalam tubuh. Nikotin
membuat remaja perokok mengalami kecanduan dan ketergantungan terhadap
rokok, terutama remaja pada rentang usia 13 s.d. 17 tahun. Zat nikotin ini mampu
menghasilkan semua rasa tenang, senang, dan nyaman saat remaja merokok, hal ini
yang membuat remaja dengan nyamannya merokok secara terus menerus.
3
Gambar 1. Rumus Struktur Nikotin
Dopamin adalah zat kimia dalam otak yang berperan besar dalam pengaruh
emosi, sensasi kesenangan dan kesakitan yang bisa dirasakan manusia. Dopamin
berfungsi sebagai hormon dan neurotransmitter (zat untuk menyampaikan pesan
dari satu saraf ke saraf yang lain). Dopamin mempunyai nama dengan sistem
IUPAC 4-(2-aminoetil)benzena-1,2-diol. Dopamin memiliki banyak fungsi, antara
lain : sebagai neurotransmitter, menimbulkan perasaan positif, mempengaruhi
perilaku seseorang, mendukung sistem pencernaan, menjaga tekanan darah, dan
lain lain. Dopamin memiliki rumus kimia C8H11NO2 yang memiliki titik lebur pada
suhu 128oC. Dopamin juga memiliki massa molar (Mr) sebesar 153 gram/mol
dihasilkan dari perhitungan :
Mr C8H11NO2 = ( ∑atom C x Ar C) + ( ∑atom H x Ar H) + ( ∑atom N x Ar N) +
(∑atom O x Ar O)
= (8 x 12) + (11 x 1) + (1 x 14) + (2 x 16)
= 96 + 11 + 14 + 32
= 153 gam/mol
4
yang bertugas untuk mengontrol respon emosional, seperti kesenangan,
ketenangan, dan ketertarikan pada lawan jenis. Saat manusia sedang jatuh cinta,
hormon oksitosin (penurun stress) dan hormon vasopresi (meningkatkan tekanan
darah) bersatu dan membentuk hormon dopamin. Cara kerja hormon dopamin
dalam otak yaitu, otak mengubah asam amino menjadi zat yang disebut dopa, yang
akan berubah menjadi dopamin.
5
menyebabkan ketergantungan pada zat nikotin yang membentuk dopamin
berlebihan tersebut. Remaja perokok merasakan efek peningkatan dopamin
berlebih seperti rasa senang, tenang, dan bahagia saat merokok. Ini menyebabkan
remaja menjadi sulit menenangkan pikirannya jika tidak menghisap rokok. Pada
akhirnya remaja akan terus merokok tanpa henti. Saat remaja berusaha menahan
keinginan untuk merokok, tanpa disadari remaja menjadi lebih agresif dan mudah
marah. Hal ini membuat rokok akan berpengaruh pada kehidupan sosial remaja
yang bisa membuat remaja mengalami stress dan memicu perubahan emosi yang
tak terkendali.
Merokok adalah salah satu cara paling umum dan tercepat agar nikotin
terserap dalam darah, terutama pada tubuh remaja dengan rentang usia 13 s.d. 17
tahun dimana tubuh remaja mudah menerima kandungan zat yang tidak dikenal dan
cepat diolah dalam tubuh. Setelah nikotin berada di sistem peredaran darah, nikotin
dengan cepat sampai ke otak dan bereaksi dengan sel-sel otak hingga tercipta rasa
tenang dan senang berupa dopamin setelah merokok. Namun efek nikotin
berbanding lurus dengan dosis rokok yang digunakan. Artinya, jika sebelumnya
remaja membutuhkan 1 batang rokok saja per hari untuk dopamin bekerja dalam
tubuhnya, maka seiring waktu remaja akan membutuhkan lebih dari 1 batang per
hari agar dopamin dalam tubuhnya bekerja seperti pada saat pertama kali merokok.
Misal bulan pertama remaja membutuhkan 1 batang setiap harinya, maka bulan
berikutnya remaja membutuhkan 2 batang setiap hari nya dan akan berlanjut dan
bertambah pada bulan-bulan berikutnya. Lalu bagaimana jika suatu saat remaja
berhenti merokok secara tiba tiba? Fungsi dan kandungan dopamin dalam tubuh
akan berubah karena mengonsumsi nikotin, yang berpengaruh pada perubahan
fungsi dan kinerja otak. Otak akan beradaptasi dengan memperbanyak atau
mengurangi jumlah sel saraf reseptor untuk menerima sinyal akibat dari nikotin.
Saat remaja berhenti merokok, efek fisiologis ini tetap tinggal di otak. Otak akan
bereaksi dan tidak bisa berfungsi dengan baik selayaknya ketika nikotin masih ada
dalam tubuh, sehingga menyebabkan tubuh bergantung pada nikotin.
Nikotin mempunyai dampak terhadap suasana hati, emosi, dan berfungsi
sebagai stimulan (perangsang) dan relaksan (penenang) yang sesuai dengan
6
kegunaan dopamin dalam tubuh remaja. Namun sensasi kesenangan akibat dari
rokok akan berkurang karena tubuh sudah terbiasa, oleh sebab itu untuk merasakan
kembali kesenangan maksimal seperti saat pertama kali merokok, remaja semakin
lama semakin membutuhkan banyak rokok hingga terjadinya proses kecanduan dan
membuat remaja sulit lepas akan rokok. Menurut Dr. Lena Rademacher of Lubeck,
produksi dopamin di otak mampu kembali seperti normal dan pulih apabila remaja
perokok bisa berhenti merokok selama 3 bulan. Menurut studi terbaru yang
dipublikasikan pada jurnal Biological Psychiatry berisi efek pengurangan produksi
dopamin dalam otak dapat kembali normal apabila remaja perokok tersebut dapat
bertahan. Dr. Lena membuktikan dengan hasil pindaian pada 15 remaja perokok
dan 30 remaja non perokok. Pada pindaian pertama pada remaja perokok, remaja
memiliki pengurangan produksi dopamin sekitar 15 s.d. 20 % dibandingkan
dopamin dalam otak remaja non perokok. Ini membuktikan fakta bahwa dampak
merokok bagi remaja, remaja akan mengalami stress, depresi, dan gangguan mental
lainnya setelah merokok. Namun setelah 3 bulan dilakukan pemindaian kembali
saat remaja perokok tersebut berhenti merokok selama 3 bulan, terdapat hasil
jumlah produksi dopamin tidak ada bedanya dengan hasil pemindaian pada remaja
non perokok.
7
2.3 Dampak Bahaya Kandungan Nikotin dalam Rokok dengan Kondisi
Mental Psikologis Remaja
Nikotin dalam rokok mampu membuat banyak masalah psikologis bagi
remaja. Nikotin mempengaruhi kondisi psikologis, sistem saraf, dan aktivitas dan
fungsi otak bagi remaja perokok. Pengaruh nikotin dapat ditemukan di berbagai
aspek kehidupan dalam remaja perokok, seperti belajar, ingatan kecil dalam
kehidupan sehari hari, kewaspadaan remaja terhadap situasi, serta kelabilan emosi.
Ketika remaja telah kecanduan dan bergantung pada nikotin, muncul perasaan tidak
nyaman seperti cemas, tertekan, sulit mengendalikan diri, perubahan emosi yang
tidak stabil, mudah marah, mudah putus asa serta depresi. Selain itu juga mengalami
gangguan tidur, penurunan kemampuan mengingat hal hal kecil dalam kehidupan
sehari-hari, serta memicu perilaku kompulsif (memaksa orang lain agar melakukan
hal yang sesuai kehendaknya).
Otak memerintahkan tubuh untuk membuat lebih banyak zat endorphin
sebagai respon terhadap zat nikotin yang masuk. Endorphin adalah senyawa protein
yang dikenal sebagai “body’s natural pain killer”. Endorphin dapat membuat
seseorang menjadi relaks. Namun saat remaja perokok berusaha berhenti merokok
secara tiba-tiba dan mencoba berhenti mengonsumsi nikotin, umumnya remaja
akan mengalami gejala seperti irritabilitas, yaitu remaja akan menjadi lebih sensitif
dan mudah marah, serta gampang cemas dan depresi.
Tanggapan remaja terhadap merokok seringkali mengatakan bahwa
merokok membuat mereka tenang. Padahal sebenarnya efek ketergantungan pada
nikotin dan peningkatan hormon dopamin dapat membuat remaja merasa lebih
tenang untuk sesaat, namun beberapa jam setelah merokok remaja akan merasa
stress akibat keinginan untuk terus menerus merokok. Pada dasarnya rasa stress dan
kecemasan setelah merokok tidak sebanding dengan rasa “tenang” yang ada di
tanggapan remaja perokok tersebut. Merokok adalah strategi pereda stress yang
buruk, karena merokok hanyalah pelarian pada masalah remaja untuk sementara
yang mampu menenangkan hati dan pikiran remaja untuk sesaat, namun beberapa
saat setelahnya rokok bak pisau bermata dua, dimana remaja akan merasakan
dampak bahaya rokok akibat nikotin pada kondisi mental psikologis remaja.
8
Gambar 4. Kondisi Mental Psikologis Remaja Perokok
9
2. Pada bulan ke 5 s.d. 7 bulan dapat mengurangi jumlah rokok yang
dikonsumsi hingga hanya 3 s.d. 5 batang dalam satu hari.
3. Memerlukan waktu 1 tahun untuk remaja bisa berhenti merokok secara
total dan dapat menjalani gaya hidup sehat dengan baik.
10
Masyarakat Magister Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang
menggunakan terapi SEFT pada 3 remaja perokok aktif. SEFT adalah sebuah terapi
dengan beberapa gerakan sederhana dan digabung dengan unsur spiritual berupa
doa sehingga sering disebut juga dengan amplifying effect (efek pelipat gandaan).
SEFT mempunyai 3 tahap, tahap pertama adalah The Set Up, keyakinan bawah
sadar remaja seperti tanggapan bahwa remaja sudah tidak bisa lepas dari rokok,
pada tahap pertama ini remaja akan berdoa dengan khidmat memohon rahmat
Tuhan dalam melancarkan proses berhenti merokok remaja. Tahap kedua adalah
The Tun In, pikiran remaja akan diarahkan oleh para profesional terhadap keluhan
yang dirasakan akibat merokok. Tahap ketiga adalah The Tapping, pada tahap ini
para profesional mengetuk ringan dengan ujung jari pada titik tertentu pada tubuh
remaja disertai dengan tahap Tun In (Mustaqim & Rahman, 2016).
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Merokok merupakan salah satu perilaku negatif terutama bagi remaja
dengan rentang usia 13 s.d 17 tahun dengan jenjang pendidikan SMP dan SMA.
Remaja sebenarnya sudah tahu merokok berdampak buruk bagi tubuh mereka,
namun mereka mengabaikannya dan terus menerus merokok akibat “manfaat” yang
mereka anggap bermanfaat bagi mereka. Namun sebenarnya, akibat zat nikotin
dalam rokok mampu membuat remaja mengalami proses kecanduan dan
berdampak pada mental remaja akibat keinginan untuk terus menerus merokok.
Remaja merasa tenang dan senang setelah merokok berasal dari nikotin yang masuk
ke tubuh dan membentuk dopamin pada tubuh. Dopamin adalah zat kimia dalam
otak yang berperan besar dalam pengaruh emosi, sensasi kesenangan dan kesakitan
manusia. Semakin sering remaja merokok, semakin banyak batang rokok yang
diperlukan remaja agar dopamin pada otak bisa terasa seperti saat remaja pertama
kali merokok.
Nikotin memicu pertumbuhan dan pembentukan hormon dopamin yang
tidak normal. Remaja merasakan rasa senang, tenang, dan bahagia akibat efek
peningkatan hormon dopamin. Namun ketika remaja telah kecanduan dan
bergantung pada nikotin, remaja akan merasa perasaan tidak nyaman seperti cemas,
tertekan, sulit mengendalikan diri, perubahan emosi yang tidak stabil, mudah
marah, mudah putus asa serta depresi. Remaja juga mengalami gangguan tidur,
penurunan kemampuan mengingat hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari, serta
memicu perilaku kompulsif. Merokok sama sekali bukan strategi penenang remaja
yang baik. Rasa tenang yang dirasakan remaja akan muncul setelah merokok,
namun itu hanya bersifat sementara. Remaja akan merasakan gangguan mental
yang tidak sebanding dengan rasa “tenang” yang dikatakan remaja perokok.
Ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk menghentikan kebiasaan
merokok pada remaja. Remaja dapat melaksanakan upaya tersebut dalam tiga
12
sistem yaitu mandiri, klasikal, dan profesional. Namun upaya-upaya tersebut tidak
dapat berjalan dengan maksimal tanpa kemauan dan niat yang kuat dari hati remaja.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Firdaus. (2016). Setelah Tiga Bulan Berhenti Merokok, Produksi Dopamin
Otak Kembali Normal, https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-
3273775/setelah-tiga-bulan-berhenti-merokok-produksi-dopamin-otak-
kembali-normal
Al Fajar, Kemal. Dampak Psikologis Akibat Merokok,
https://hellosehat.com/mental/kecanduan/dampak-psikologis-merokok/
Bella, Airindya. (2022). 10 Fakta tentang Hormon Dopamin,
https://www.alodokter.com/10-fakta-tentang-hormon-dopamin
Florencia, Gabriella. (2022). Jangan Salah, Inilah Penjelasan tentang Dopamin,
https://www.halodoc.com/artikel/jangan-salah-inilah-penjelasan-tentang-
dopamin
Handayani, Verury Verona. (2020). Ternyata, Ada Hubungan Antara Depresi dan
Kebiasaan Merokok, https://www.halodoc.com/artikel/ternyata-ada-
hubungan-antara-depresi-dan-kebiasaan-merokok
Kurniawan, Wawan. (2021). Gambaran Proses Berhenti Merokok Pada Mantan
Pecandu Rokok yang Dilakukan Secara Mandiri. Syntax Literate : Jurnal
Ilmiah Indonesia 6(7).
Mirnawati, M., Nurfitriani, N., Zulfiarini, F., & Cahyati, W. (2018). Perilaku
Merokok pada Remaja Umur 13-17 Tahun. HIGEIA (Journal of Public
Health Research and Development), 2(3), 396-405
Pittara. (2022). Kecanduan Nikotin – Gejala, penyebab, dan mengobati,
https://www.alodokter.com/kecanduan-
nikotin#:~:text=Setiap%20kali%20seseorang%20merokok%2C%20nikoti
n,hati%20dan%20menimbulkan%20rasa%20puas
Purwandari, dkk. (2020). Terapi Berhenti Merokok dengan Spiritual Emotional
Freedom Technique (SEFT). Warta LPM, Vol. 23, No. 2, September 2020.
Tristanti, Ika. (2016). REMAJA DAN PERILAKU MEROKOK. The 3rd
University Research Colloquium 2016, 328-342
14