Anda di halaman 1dari 10

ANGGARAN RUMAH TANGGA

PERKUMPULAN ANTAR PARA PEMIJAT PENYEHATAN INDONESIA (P-AP3I)

BAB I

PERKUMPULAN

Pasal 1

Perkumpulan Antar Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia merupakan satu-satunya


wadah bagi segenap Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia

BAB II

KEANGGOTAAN DAN CARA MENJADI ANGGOTA

Pasal 2

Anggota Perkumpulan terdiri dari :

1. Anggota Biasa.
Yaitu setiap warga Negara Indonesia yang telah menguasai dan atau mengikuti
pendidikan dan pelatihan Pijat Penyehatan Tradisional Indonesia dan mengikuti Uji
Kompetensi Pijat Penyehatan Tradisional Indonesia selambat-lambatnya maksimal 1
Tahun dari pendaftaran anggota dengan bukti ijasah / sertifikat dari lembaga
Pendidikan Pijat Penyehatan Tradisional Indonesia yang mendapat legalitas
Kemendikbudristekdikti dan atau telah memiliki Surat Terdaftar Pengobatan
Tradisional / Rekomendasi dari Pejabat Daerah yang Berwenang.
2. Anggota Luar Biasa
Yaitu setiap warga Negara Indonesia yang berminat dan atau sedang belajar ilmu Pijat
3. Anggota Kehormatan
Yaitu setiap orang yang telah berjasa terhadap Perkumpulan atau Kesehatan
masyarakat umumnya serta Penyehatan Alamiah lainnya yang bersedia diangkat oleh
Dewan Pengurus
Pasal 3

1. Anggota Biasa maupun Anggota Luar Biasa dapat diterima oleh Pengurus Cabang
setempat melalui pendaftaran tertulis dan pernyataan menyetujui Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan lainnya
2. Anggota Kehormatan dapat diterima oleh Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengurus
Daerah, Dewan Pengurus Cabang serta disahkan dalam Rapat Musyawarah Nasional

BAB III
PEMBERHENTIAN ANGGOTA

Pasal 4

1. Anggota berhenti karena :


a. Meninggal dunia
b. Atas permintaan sendiri
c. Diberhentikan dengan alasan:
- Melanggar Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga Perkumpulan dan Kode
Etik Profesi
- Melakukan tindakan Asusila dan melanggar ketertiban umum
- Melakukan tindak pidana yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap
- Merangkap jabatan sebagai pengurus inti di organisasi yang sejenis

Pasal 5

Tata Cara Pemberhentian Keanggotaan :

1. Anggota dapat diberhentikan sementara oleh Dewan Pengurus Cabang setelah


didahului dengan tiga kali peringatan secara tertulis berselang 14 (empat belas) hari
dari masing masing peringatan sebelum dilaporkan kepada yang berwenang agar
STPT dicabut.
2. Paling lama 6 (enam) bulan setelah pemberhentian sementara, Dewan Pengurus
Cabang dapat membatalkan atau mengukuhkannya melalui Rapat Dewan Pengurus
Daerah
3. Dalam hal kejadian Luar biasa, Dewan Pengurus Pusat dapat langsung melakukan
pemberhentian dan memberitahukan kepada Dewan Pengurus Daerah / Cabang
4. Dalam hal anggota melakukan naik banding sampai ke Rapat Musyawarah Nasional,
maka keputusan Musyawarah Nasional yang membatalkan atau mengukuhkan dengan
persetujuan sekurang-kurangnya dua pertiga jumlah anggota yang hadir dalam rapat
Musyawarah Nasional

BAB IV

RAPAT ANGGOTA

Pasal 6

1. Rapat Musyawarah Nasional (MUNAS)


a. Musyawarah Nasional merupakan kekuasaan tertinggi organisasi
b. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Pedoman Pokok dan
Garis-Garis Besar Rencana Kerja
c. Musyawarah Nasional diselenggarakan setiap 5 (lima) Tahun Sekali.
d. Menilai dan mensahkan pertanggung jawaban Dewan Pengurus Pusat
e. Memilih Ketua Umum P-AP3I
f. Memilih Dewan Pengurus Pusat untuk masa bakti berikutnya
g. Memilih Pengawas dan Penasehat
h. Membentuk Badan Verifikasi Pusat dan Daerah yang bertugas sebagai Pengawas
Kekayaan Perkumpulan
2. Tata Cara Rapat Musyawarah Nasional
a. Dewan Pengurus Pusat membentuk Panitia Penyelenggara Teknis Rapat
Musyawarah Nasional
b. Rapat Musyawarah Nasional dihadiri oleh Dewan Pengurus Pusat, Dewan
Pengurus Daerah, Dewan Pengurus Cabang, Pengawas , Penasehat, Peninjau dan
Undangan Dewan Pengurus Pusat
c. Rapat Musyawarah Nasional sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah
anggota. Apabila qourum tidak tercapai, maka penyelenggaraan rapat diundur
selama 24 jam dan apabila setelah pengunduran tersebut quorum belum juga
tercapai, maka rapat dianggap sah dan dapat mengambil segala keputusan dengan
ketentuan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2 orang Ketua, seorang Sekretaris,
seorang Bendahara dan masing-masing seorang Pengawas dan Penasehat.
d. Anggota Dewan Pengurus Pusat, Daerah dan Cabang yang mempunyai mandat
resmi menghadiri Rapat Musyawarah Nasional, mempunyai hak bicara dan hak
suara. Sedangkan kelengkapan organisasi lainnya hanya mempunyai hak bicara.
e. Sidang Pengesahan quorum, Tata tertib, Acara Sidang dan Pemilihan Ketua Rapat
Musyawarah Nasional dipimpin oleh Ketua Sidang terpilih Rapat Musyawarah
Nasional
f. Anggota Dewan Pengurus Pusat Demisioner mempunyai kedudukan sebagai
Peninjau Tata Tertib Persidangan Rapat.
g. Musyawarah Nasional diselenggarakan oleh Dewan Pengurus Pusat dan hasil
Musyawarah Nasioanal disahkan oleh Rapat Musyawarah Nasional
h. Keputusan Musyawarah Nasional disampaikan kepada seluruh anggota melalui
cabang selambat lambatnya 3 (Tiga) bulan setelah Musyawarah Nasional
i. Biaya penyelenggaraan Musyawarah Nasional dan Rapat Kerja Nasional
ditanggung bersama DPP,DPD dan DPC
j. Musyawarah Nasional Luar Biasa dapat diselenggarakan dalam keadaan darurat
yang menyangkut kelangsungan hidup organisasi.

DEWAN PENGURUS PUSAT

Pasal 7

1. Rapat Dewan Pengurus Pusat


a. Diadakan sekurang-kurangnya tiga bulan sekali dan dapat juga diadakan sewaktu-
waktu apabila dianggap perlu
b. Menyusun kebijakan untuk melaksanakan Keputusan Rapat Musyawarah
Nasional.
c. Menyusun dan menetapkan Program Kerja sesuai dengan Keputusan Rapat
Musyawarah Nasional.
d. Menyusun Program Persiapan Penyelenggaraan Rapat Musyawarah Nasional
e. Menetapkan kriteria dan calon-calon anggota peserta Rapat Musyawarah
Nasional.
f. Menentukan hal-hal lain yang dianggap perlu untuk penyelenggaraan Rapat
Musyawarah Nasional.
2. Tata Cara Rapat Dewan Pengurus Pusat
a. Rapat Dewan Pengurus dihadiri oleh seluruh Pengurus Dewan Pengurus Pusat.
b. Rapat sah apabila dihadiri oleh lebih setengah jumlah anggota. Apabila quorum
tidak tercapai, maka penyelenggaraan rapat diundur selama satu jam dan apabila
setelah pengunduran tersebut quorum belum juga tercapai, maka rapat dapat
dianggap sah dan dapat mengambil keputusan dengan ketentuan dihadiri oleh
sekurang-kurangnya seorang Ketua, seorang Sekretaris dan seorang Bendahara.

DEWAN PENGURUS DAERAH

Pasal 8

1. Rapat Dewan Pengurus Daerah


a. Diadakan sekurang-kurangnya tiga bulan sekali dan dapat juga diadakan sewaktu-
waktu apabila dianggap perlu.
b. Menyusun dan menetapkan Program Kerja sesuai dengan Keputusan Rapat
Musyawarah Nasional
c. Memilih Dewan Pengurus Daerah untuk masa bhakti selama 5 (lima) tahun
2. Tata Cara Rapat Dewan Pengurus Daerah
a. Rapat Dewan Pengurus Daerah dihadiri oleh seluruh Pengurus Dewan Pengurus
Daerah
b. Rapat sah apabila dihadiri oleh setengah jumlah anggota. Apabila quorum tidak
tercapai, maka penyelenggaraan rapat diundur selama satu jam dan apabila setelah
pengunduran tersebut quorum belum tercapai, maka rapat dianggap sah dan dapat
mengambil keputusan dengan ketentuan dihadiri oleh sekurang-kurangnya
seorang Ketua, seorang Sekretaris dan seorang Bendahara.

DEWAN PENGURUS CABANG

Pasal 9

1. Rapat Dewan Pengurus Cabang:


a. Diadakan sekurang kurang tiga bulan sekali dan dapat juga diadakan sewaktu-
waktu apabila dianggap perlu.
b. Menyusun dan menetapkan Program Kerja sesuai dengan Keputusan Rapat
Musyawarah Nasional.
c. Memilih Dewan Pengurus Cabang untuk masa bhakti selama 5 (lima) tahun
2. Tata Cara Rapat dewan pengurus Cabang
a. Rapat Dewan Pengurus Cabang dihadiri oleh seluruh Pengurus Dewan Pengurus
Cabang.
b. Rapat sah apabila dihadiri oleh setengah jumlah anggota . Apabila quorum tidak
tercapai, maka penyelenggaraan rapat diundur selama satu jam dan apabila setelah
pengunduran tersebut quorum belum juga tercapai, maka rapat dianggap sah dan
dapat mengambil keputusan dengan ketentuan dihadiri oleh sekurang-kurangnya
seorang Ketua, seorang sekretaria, dan seorang Bendahara.

BAB V

PENGAWAS DAN PENASEHAT

Pasal 10

1. Pengawas dan Penasehat dipilih oleh Dewan Pengurus Pusat dan disahkan oleh Rapat
Musyawarah Nasional
2. Pengawas dan Penasehat masing-masing terdiri dari 2 (dua) orang atau lebih yang
diangkat dari Anggota Luar Biasa / Anggota Kehormatan yang mempunyai dedikasi
tinggi dan peduli terhadap profesi Pijat Penyehatan
3. Pengawas dan Penasehat memberikan pendapat, saran, pertimbangan dan nasehat
kepada Dewan pengurus Pusat baik secara tertulis maupun lisan.
4. Pengawas dan Penasehat membantu menyelesaikan perselisihan atau sengketa apabila
terjadi dalam organisasi.

BAB VI

KEKAYAAN PERKUMPULAN

Pasal 11

A. Kekayaan Perkumpulan diperoleh dari :


1. Uang Pangkal Anggota Perkumpulan
2. Uang Iuran Anggota
3. Bantuan dan atau sumbangan yang tidak mengikat
4. Kontribusi wajib dari DPD dan DPC untuk kegiatan Nasional
5. Lembaga Sertifikasi Kompetensi PITRA Indonesia (Pijat Kesehatan Tradisional
Indonesia)
6. Lembaga Sertifikasi Kompetensi PRPI (Pijat Refleksi Persatuan Indonesia)
7. Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar, Anggaran
Rumah Tangga dan Hukum yang berlaku
B. Ketentuan tentang Usaha Perkumpulan, Bantuan dan Sumbangan yang sifatnya Tidak
Mengikat, diputuskan oleh Dewan Pengurus Pusat.
C. Dalam Hal Perkumpulan dibubarkan, maka kekayaan Perkumpulan disumbangkan
kepada Badan Sosial yang ditetapkan dalam Keputusan Rapat Musyawarah Nasional.

BAB VII
ATRIBUT , LAMBANG DAN LOGO

Pasal 12

1. Perkumpulan mempunyai Atribut dan Lambang yang merupakan suatu rangkaian


sehingga menjadi suatu kesatuan dari unsur-unsur secara simbolis memiliki ciri-ciri :

a. Seluruh rangkaian mencerminkan Ketuhanan Yang Maha Esa


b. Pita merah putih di kanan kiri memancarkan jiwa persatuan dan kesatuan
Indonesia
c. Warna bulat hijau melambangkan Hukum Keseimbangan dan Irama Alam yang
dinamis
d. Gambar jari-jari tangan menunjukkan sarana pijat
2. Ketentuan lain mengenai Logo diatur tersendiri
3. Ketentuan mengenai Bendera diatur tersendiri
4. Ketentuan mengenai Seragam diatur tersendiri

BAB VIII

KODE ETIK PARA PEMIJAT PENYEHATAN INDONESIA

Pasal 13

1. Untuk menciptakan dan meningkatkan mutu pelayanan serta menghindari hal-hal


yang tidak diharapkan selama mengamalkan ilmu ketrampilan Pijat Penyehatan,
seorang pemijat wajib mematuhi / mentaati serta melakukan aturan dan tata cara yang
tertuang dalam Kode Etik Para Pemijat Penyehatan Indonesia,dan penegakannya
dilakukan oleh Ketua Bidang Organisasi Pusat, Daerah dan Cabang.

Pasal 14

Kewajiban Umum: Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia

1) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia Harus Mengaplikasikan


Motto Perkumpulan Yaitu: “Gali, Manfaatkan Dan Kembangkan Ilmu Pijat
Penyehatan yang berkualitas dan profesional untuk Kemanusiaan”.
2) Setiap Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia Wajib Menjunjung Tinggi,
Menghayati Dan Mengamalkan Sumpah Pijat Penyehatanan
3) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia Dalam Menjalankan
Tugasnya, Wajib Menjunjung Tinggi Nama Baik Perkumpulan Dan Menjaga
Hubungan Baik Dengan Semua Pihak, Serta Saling Menghormati.
4) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia dalam menjalankan tugasnya
harus memberikan pelayanan yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral
sepenuhnya, Dengan Penuh Kasih Sayang Dan Penghormatan Atas Martabat
Manusia.
5) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia harus bersikap jujur dalam
hubungannya dengan klien dan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan
dalam karakter atau kompetensi atau melakukan penipuan atau penggelapan dalam
upaya penyehatanan kliennya.
6) Seorang Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia harus bersikap dan berbudi
pekerti luhur, menegakkan tata tertib umum, sopan santun serta tidak bersikap asusila.
7) Seorang Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia dilarang mengiklankan diri secara
berlebihan.
8) Seorang Para Pemijat Penyehatan Indonesia harus menghindarkan diri dari perbuatan
yang bersifat mempromosikan diri sendiri serta bertanggung jawab terhadap
kepercayaan yang diberikan kepadanya.
9) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia harus senantiasa mengingat
akan kewajiban melindungi setiap insan.
10) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia harus meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya melalui kegiatan yang diselenggarakan oleh DPP,
DPD dan DPC dalam waktu 5 tahun sebanyak 20 SKP (Standart Kompetensi Profesi)

Pasal 15
Kewajiban Terhadap Klien:

1) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia, tidak membahayakan jiwa,


melanggar susila, kaidah agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
tidak bertentangan dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat serta
tidak bertentangan dengan kode etik organisasi.
2) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia, dalam memberikan
pelayanan kepada klien harus selalu mengutamakan mutu dan keselamatan klien
dalam upaya meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat.
3) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia dalam melakukan
tugasnya.harus menggunakan alat bantu yang aman bila diperlukan dan dilarang
menggunakan alat kedokteran dan penunjang diagnostik kedokteran konvensional.
4) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia harus bersikap tulus ikhlas
dan menggunakan segala ilmu dan keterampilannya atau keahliannya dalam
menolong penderita untuk melindungi hak hidup mahluk tuhan (wajib merujuk jika
tidak mampu).
5) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia wajib memegang teguh
rahasia klien (segala sesuatu yang diketahuinya tentang kliennya bahkan juga setelah
klien meninggal dunia).
6) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia dilarang menggunakan
dan /memberikan obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, narkotik dan
psikotropika serta bahan berbahaya, radiasi, invasif, dan menggunakan alat kesehatan,
hewan, tumbuhan, mineral yang dilarang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia dilarang menjual dan
mengedarkan obat tradisional racikan sendiri tanpa izin sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 16
Kewajiban terhadap teman sejawat

1) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia wajib menghormati dan


menghargai hak sesama sejawat dan tidak melakukan suatu perbuatan yang dapat
merugikan pihak lain.
2) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia wajib memberi bantuan
keahliannya apabila diminta oleh teman sejawat.
3) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia dalam memperlakukan
sesama pemijat penyehatanan (sejawatnya) sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.

Pasal 17
Kewajiban terhadap diri sendiri :
1) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia wajib senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan mutu pengabdiannya.
2) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional Indonesia wajib memelihara
kesehatannya sendiri agar dapat bekerja dengan baik.
3) Seorang Para Pemijat Penyehatan Tradisional dilarang menggunakan/mengedarkan
obat keras/narkoba/ psikotropika serta bahan berbahaya/zat adiktif lainnya.

BAB IX

KETENTUAN TAMBAHAN

Pasal 18

1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga akan diatur tersendiri dan
diputuskan oleh Dewan Pengurus Pusat.
2) Anggaran Rumah Tangga tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar
3) Rancangan perubahan Anggaran Rumah Tangga disusun oleh Dewan Pengurus Pusat
dan disahkan oleh Rapat Musyawarah Nasional

BAB X

PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA


Pasal 19

Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan oleh Rapat Musyawarah
Nasional dan atau Rapat Musyawarah Nasional Luar Biasa

BAB XI

PENUTUP

Pasal 20

Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak saat disahkan dan ditetapkan dalam Musyawarah
Nasional PERKUMPULAN ANTAR PARA PEMIJAT PENYEHATAN INDONESIA
Tahun 2021

Ditetapkan : di Jakarta

Tanggal : 12 Desember 2021

Ketua Umum Sekretaris Jendral

Febborn Sangap S Salomo. B. S

Anda mungkin juga menyukai