BAB I
KEANGGOTAAN
Pasal 1
1. Anggota PUAN adalah seluruh warga Negara Indonesia yang telah berusia 17 tahun
dan yang telah menikah, menyetujui Platform PAN, Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga PUAN, serta program umum dan peraturan lainnya
2. Sehat rohani atau tidak dalam keadaan cacat mental
3. Setiap orang dapat menjadi anggota PUAN setelah :
a. Mengajukan permohonan secara tertulis atau mengisi formulir keanggotaan
b. Disetujui Pengurus PUAN setempat
4. Apabila poin 3 telah disetujui PUAN akan memberikan kartu anggota yang
dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Daerah
Pasal 2
KEWAJIBAN ANGGOTA
1. Menjunjung tinggi moral agama dan berakhlak baik
2. Wajib patuh dan tunduk kepada Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga serta
keputusan organisasi
3. Menjaga dan mempertahankan kehormatan organisasi
4. Tidak merangkap organisasi politik lain selain PAN
5. Mendukung dan mensukseskan tujuan, serta usaha dan program perjuangan
organisasi serta berpartisipasi aktif
6. Membayar iuran anggota sesuai kemampuan masing – masing daerah
7. Tidak merangkap sebagai ortom dan ormit lain di PAN
8. Tidak merangkap jabatan disetiap jenjang kepengurusan PUAN
Pasal 3
HAK – HAK ANGGOTA
1. Hak dipilih dan memilih
2. Berpendapat baik secara lisan maupun tulisan
3. Melakukan pembelaan diri
4. Memperoleh perlakuan sama dalam organisasiMewakili organisasi untuk mengikuti
kegiatan diluar organisasi sesuai petunjuk dan kepentingan organisasi
1
Pasal 4
SANKSI ORGANISASI
Sanksi Organisasi dapat diberikan kepada anggota dan tau pengurus Dewan Pimpinan
PUAN apabila :
1. Yang bersangkutan melanggar AD/ART dan ketentuan – ketentuan organisasi
PUAN
2. Melakukan tindakan yang tidak terpuji yang dapat merusak citra dan nama baik
organisasi PUAN
Pasal 5
BENTUK – BENTUK SANKSI
Dengan tahapan – tahapan sebagai berikut :
1. Teguran secara tertulis sebanyak 2 ( dua ) kali dengan masa berlaku teguran
2 ( dua ) kali dalam sebulan
2. Diberhentikan sementara selama 3 ( tiga ) bulan dan atau selamanya
3. Diberhentikan selamanya
Pasal 6
MEKANISME PEMBERIAN SANKSI
1. Ditingkat DPP PUAN
Pemberian sanksi bagi Ketua Umum dan pengurus DPP PUAN diberikan
berdasarkan hasil Rapat Pleno DPP PUAN
2
Pasal 7
MEKANISME PEMBELAAN DIRI
1. Pembelaan diri atas sanksi teguran pemberhentian sementara sebagai pengurusan
dan anggota dapat dilakukan :
a. Pada Rapat Pleno pengurusa yang memberikan sanksi
b. Bila ditolak dapat melakukan dalam Rapat Pleno pengurus setingkat
diatasnya
2. Pembelaan diri atas sanksi pemecatan anggota selamanya dilakukan :
a. Pada Rapat Pleno DPP PUAN
b. Bila ditolak dapat dilakukan pada saat kongres
Pasal 8
PEMBERHENTIAN ANGGOTA
Disebabkan oleh :
1. Meninggal Dunia
2. Atas permintaan sendiri
3. Diberhentikan dengan ketentuan pada pasal 6 Anggaran Rumah Tangga
BAB II
PENDIRIAN DAN PIMPINAN ORGANISASI
Pasal 9
I. PENDIRIAN DEWAN PIMPINAN CABANG ( DPC )
1. Pendirian Dewan Pimpinan Cabang dilaksanakan ditingkat kecamatan
2. Susunan pengurus berdasarkan hasil Musyawarah Cabang dimintakan
pengesahannya kepada Dewan pimpinan Daerah dan dilantik dari Dewan
Pimpinan Daerah ( DPD ) setempat
3. Apabila dalam satu kecamatan tidak terdapat Dewan Pimpinan Cabang bila
dianggap perlu untuk kepentingan organisasi maka Dewan Pimpinan Daerah
( DPD ) atau Dewan Pimpinan Wilayah ( DPW ) dapat memprakarsai pendirian
cabang
4. Untuk mengisi kekosongan jabatan ketua, Dewan Pimpinan Cabang dapat
melaksanakan Musyawarah Cabang Luar Biasa dengan melakukan koordinasi
dengan Dewan Pimpinan Daerah setempat
5. Dewan Pimpinan Cabang ( DPC ) dapat menambah dan atau mengurangi
anggota dewan pengurusnya dan unit – unit kerjanya melalui Rapat Pleno
dengan meminta pengesahan kepada Dewan Pimpinan Daerah yang
tembusannya dikirim kepada Dewan Pimpinan Wilayah dan Dewan Pimpinan
Pusat
6. Dewan Pimpinan Cabang dapat membuat pedoman kerja tersendiri sesuai
dengan kebutuhannya dengan ketentuan tidak bertentangan dengan kaidah –
kaidah organisasi.
3
II. PENDIRIAN DEWAN PIMPINAN DAERAH ( DPD )
1. Pendirian Dewan Pimpinan Daerah dilaksanakan ditingkat Kabupaten dan atau
di Kotamadya yang memiliki sekurang – kurangnya 3 ( tiga ) Dewan Pimpinan
Cabang ( DPC )
2. Susunan Pengurus berdasarkan hasil Musyawarah daerah dimintakan
kepengesahannya kepada Dewan Pimpinan Wilayah dan dilantik dari Dewan
Pimpinan Wilayah setempat
3. Dewan Pimpinan Daerah berkedudukan di Ibukota Kabupaten dan atau ibu
Kotamadya setempat
4. Dewan Pimpinan Daerah adalah pemimpin tertinggi yang memimpin organisasi
di daerahnya
5. Untuk mengisi kekosongan jabatan Ketua, Dewan Pimpinan Daerah dapat
melaksanakan Musyawarah Daerah Luar Biasa dengan melakukan koordinasi
dengan Dewan Pimpinan Wilayah
6. Dewan Pimpinan Daerah dapat menambah dan atau mengurangi anggota
dewan pengurusnya melalui Rapat Pleno dengan meminta pengesahan kepada
Dewan Pimpinan Wilayah yang tembusannya dikirim kepada Dewan Pimpinan
Pusat
7. Dewan Pimpinan Daerah dapat membuat pedoman kerja sendiri sesuai dengan
kebutuhannya dengan ketentuan tidak bertentangan dengan kaidah – kaidah
organisasi
III. PENDIRIAN DEWAN PIMPINAN WILAYAH
1. Dewan Pimpinan Daerah dilaksanakan ditingkat Kabupaten dan atau di
Kotamadya yang telah memiliki sekurang – kurangnya 3 ( tiga ) Dewan
Pimpinan Wilayah ( DPW )
2. Susunan Pengurus berdasarkan hasil musyawarah wilayah dimintakan
pengesahannya kepada Dewan Pimpinan Pusat dan dilantik dari Dewan
Pimpinan Pusat
3. Dewan Pimpinan Wilayah berkedudukan di Provinsi setempat
4. Dewan Pimpinan Wilayah adalah Pemimpin tertinggi yang memimpin
organisasi di wilayah nya
5. Untuk mengisi kekosongan jabatan Ketua, Dewan Pimpinan Wilayah dapat
melaksanakan Musyawarah Wilayah Luar Biasa dengan melakukan koordinasi
dengan Dewan Pimpinan Pusat
6. Dewan Pimpinan Wilayah dapat menambah dan atau mengurangi anggota
dewan pengurusnya melalui Rapat Pleno dengan meminta pengesahan kepadsa
Dewan Pimpinan Pusat
7. Dewan Pimpinan Wilayah dapat membuat pedoman kerja tersendiri sesuai
dengan kebutuhannya dengan ketentuan tidak bertentangan dengan
kaidah – kaidah organisasi
4
IV. PENDIRIAN DEWAN PIMPINAN PUSAT
1. Pendirian Dewan Pimpinan Pusat berkedudukan di Ibukota Negara Indonesia
2. Dewan Pimpinan Pusat adalah pemimpin tertinggi yang memimpin organisasi
ditingkat pusat
3. Untuk mengisi kekosongan jabatan kerja, Dewan Pimpinan Pusat dapat
melaksanakan Kongres Luar Biasa dengan melakukan koordinasi dengan
Pimpinan Wilayah
4. Dewan Pimpinan Pusat dapat menambah dan atau mengurangi anggota dewan
pengurusnya melalui Rapat Pleno
5. Dewan Pimpinan Pusat dapat membuat pedoan kerja tersendiri sesuai dengan
kebutuhan dengan ketentuan tidak bertentangan dengan kaidah – kaidah
organisasi atau hasil kongres.
5
BAB III
PERGANTIAN PIMPINAN
Pasal 11
1. Pergantian pimpinan organisasi dalam semua tingkat dilaksanakan setelah berakhir
masa jabatan dan mulai berjenjang dari bawah ke atas
2. Pergantian pimpinan pada tingakt Dewan Pimpinan Cabang, Dewan Pimpinan
Daerah dan Dewan Pimpinan Wilayah dilaksanakan Musyawarah pada jenjang
masing – masing, penggantian pimpinan pada tingkat Dewan Pimpinan Pusat
dilaksanakan dalam Kongres
3. Serah Terima jabatan pimpinan harus dilaksanakan pada akhir acara Kongres,
diwakili oleh Ketua Formatur/ Ketua Umum
4. Serah terima Dewan Pimpinan pada setiap jenjang kepengurusan dilaksanakan pada
acara pelantikan
6
BAB V
KONGRES
Pasal 12
1. Kongres adalah Permusyawarahan tertinggi dalam organisasi yang diadakan atas
undangan Dewan Pimpinan Pusat yang dilaksanakan sekali dalam 5 ( lima ) tahun
2. Peserta Kongres terdiri dari :
a. Utusan, terdiri dari :
- Pengurus Harian dan Kepala Departemen Dewan Pimpinan
Pusat PUAN
- Pengurus Dewan Pimpinan Wilayah sebanyak 3 ( tiga ) orang
7
Pasal 13
KUORUM
1. Pengambian keputusan tertinggi pada setiap jenjang kepemimpinan dinyatakan sah
dan memenuhi kuorum jikan dihadiri setengah 1 ( satu ) dari jumlah peserta utusan
2. Seluruh rapat permusyawaratan selain Kongres dan Kongres Luar Biasa, dinyatakan
sah dan dapat berlangsung dengan tidak memandang jumlah yang hadir asalkan
yang berkepentingan telah diundang dengan dibuktikan penerimaan atau
pengiriman baik secara langsung maupun melalui kantor Pos Negara
Pasal 14
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan dalam Kongres diutamakan dengan musyawarah mufakat,
jika Musyawarah mufakat tidak tercapai, maka dilakukan dengan suara terbanyak ( voting )
8
BAB VI
KONGRES LUAR BIASA
Pasal 15
1. Kongres Luar Biasa dapat dilaksanakan atas permintaan sekurang – kurangnya 2/3
dari jumlah Dewan Pimpinan Wilayah
2. Kongres Luar Biasa diadakan untuk membicarakan masalah – masalah yang bersifat
Luar Biasa yang waktu dan sifatnya penting/ mendesak/ tidak dapat ditunda
sampai berlangsungnya Kongres rutin
3. Peserta Kongres Luar Biasa sama dengan peserta Kongres
4. Acara Pokok Kongres Luar Biasa pada dasarnya sama dengan acara pokok dalam
Kongres
5. Seluruh ketentuan dalam Kongres berlaku pula dalam pelaksanaan Kongres
Luar Biasa
9
BAB VII
MUSYAWARAH WILAYAH
Pasal 16
1. Musyawarah Wilayah adalah permusyawaratan tertinggi dalam Dewan Pimpinan
Wilayah yang diadakan atas undangan Dewan Pimpinan Wiayah yang dilaksanakan
sekali dalam 5 ( lima ) tahun yang dihadiri oleh peserta musyawarah wilayah
2. Peserta Musyawarah terdiri dari :
a. Utusan, terdiri :
- 2 ( dua ) orang pengurus Dewan Pimpinan Pusat ( DPP )
PUAN
- Seluruh pengurus Harian dan Kadep Dewan Pimpinan
Wialyah PUAN
- Pengurus Daerah sebanyak 3 ( tiga ) orang
b. Peninjau, terdiri dari :
- 3 ( tiga ) orang pengurus Dewan Pimpinan Pusat ( DPP )
PUAN
- Seluruh Anggota Departemen Dewan Pimpinan Wilayah
PUAN
- Pengurus Daerah sebanyak 1 ( satu ) orang
- Pengurus Cabang sebanyak 1 ( satu ) orang
3. Hak Suara dan Hak Bicara
a. Hak suara hanya dimiliki oleh peserta musyawarah wilayah
b. Peninjau Musyawarah hanya memiliki hak bicara akan tetapi tidak
mempunyai hak suara
4. Acara Pokok Musyawarah Wilayah adalah sebagai berikut :
a. Laporan Pertanggung Jawaban Dewan Pimpinan Wilayah tentang
pelaksanaan dan kebijaksanaan, organisasi dan keuangan serta pengesahan
laporan Dewan Pimpinan Wilayah terhadap perjalanan organisasi dalam satu
periode
b. Menetapkan dan atau melakukan perubahan terhadap peraturan organisasi
dalam satu periode
c. Menetapkan Program Kerja untuk periode berikutnya yang mengacu pada
keputusan Kongres
d. Pemilihan dan penetapan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah secara langsung,
Ketua Umum terpilih secara ex officio adalah Ketua Formatur
e. Memilih dan menerapkan Formatur yang akan menyusun kelengkapan
pengurus Dewan Pimpinan Wilayah
f. Formatur berjumlah 7 ( tujuh ) orang termasuk Ketua Formatur
g. Isi dan susunan acara Musyawarah Wilayah serta Keputusan tentang
pelaksanaan musyawarah wilayah, ditetapkan oleh Dewan Pimpinan
Wilayah dengan memperhatikan hasil – hasil rapat kerja wilayah
h. Selambat – lambatnya 1 ( satu ) bulan setelah Musyawarah Wilayah
dilaksanakan pengurus Dewan Pimpinan Wilayah terpilih harus
menyampaikan hasil – hasil Musyawarah Wilayah kepada seluruh
10
Dewan Pimpinan Daerah , selanjutnya paling lambat 14 ( empat belas ) hari
setelah diterima oleh Dewan Pimpinan Daerah, maka Dewan Pimpinan
Daerah harus menyampaikan pila kepada seluruh Dewan Pimpinan Cabang
i. Keputusan Musyawarah Wilayah mulai diberikan untuk masa periodee
kepengurusan berikutnya
j. Musyawarah Wilayah dinyatakan sah dan memenuhi kuorum apabila
dihadiri oleh setengah lebih satu dari jumlah peserta Dewan Pimpinan
Daerah
11
BAB VIII
MUSYAWARAH DAERAH
Pasal 17
1. Musyawarah Daerah adalah permusyawaratan tertinggi dalam Dewan Pimpinan
Daerah yang diadakan atas undangan Dewan Pimpinan Daerah yang dilaksanakan
sekali dalam 5 ( lima ) tahun yang di hadiri oleh peserta musyawarah daerah.
2. Peserta Musyawarah Daerah terdiri dari :
a. Utusan, terdiri :
- 2 ( dua ) orang pengurus Dewan Pimpinan Wilayah PUAN
- Seluruh pengurus Harian dan Kadep Dewan Pimpinan
Daerah PUAN
- Pengurus Cabang sebanyak 3 orang
b. Peninjauan, terdiri dari :
- 3 ( tiga ) orang Pengurus Dewan Pimpinan Wilayah PUAN
- Seluruh anggota Departemen Dewan Pimpinan Daerah PUAN
- Pengurus Cabang sebanyak 1 ( satu ) orang
3. Hak suara dan hak bicara
4. Hak suara hanya dimiliki oleh Peserta Musyawarah Daerah
5. Peninjuan Musyawarah Daerah hanya memiliki hak bicara akan tetapi tidak
mempunyai hak suara
12
i. Keputusan Musyawarah Daerah diberlakukan untuk masa periode
kepengurusan berikutnya.
j. Musyawarah Daerah dinyatakan sah dalam memenuhi kuorum apabila
dihadiri oleh setengan lebih satu dari jumlah peserta Dewan Pimpinan
Cabang
13
BAB IX
MUSYAWARAH CABANG
Pasal 18
1. Musyawarah Cabang adalah Permusyawaratan tertinggi dalam satu kecamatan yang
diadakan atas undangan Dewan Piminan Cabang yang dilaksanakan sekali dalam
5 ( lima ) tahun yang dihadiri oleh peserta Musyawarah Cabang dan Anggota
Musyawarah Cabang
2. Peserta Musyawarah Cabang terdiri dari :
a. Utusan, terdiri dari :
- 2 ( dua ) orang Pengurus Dewan Pimpinan Daerah
- Seluruh Pengurus Dewan Pimpinan Cabang PUAN
b. Peninjauan, terdiri dari :
- 3 ( tiga ) orang Pengurus Dewan Pimpinan Daerah
3. Hak suara dan hak bicara
4. Hak suara hanya dimiliki oleh peserta Musyawarah Cabang
5. Peninjauan Musyawarah Cabang hanya memiliki hak bicara akan tetapi tidak
memiliki hak suara
6. Acara pokok Musyawarah Cabang adalah sebagai berikut :
a. Laporan pertanggung Jawaban Dewan Pimpinan Cabang ( DPC ) tentang
pelaksanaan dan kebijakan, organisasi dan keuangan serta pengesahan
laporan DPC terhadap perjalanan organisasi dalam satu periode
b. Menetapkan dan atau melakukan perubahan terhadap peraturan organisasi
dalam satu periode
c. Menetapkan Program Kerja untuk periode beriutnya yang mengacu pada
keputusan Kongres
d. Pemilihan dan penetapan Ketua Dewan Pimpinan Cabang ( DPC ) secara
langsung, ketua terpilih secara ex officio adalah Ketua Formatur
e. Memilih dan menetapkan formatur yang akan menyusun kelengkapan
pengurus DPC
f. Formatur berjumlah 7 ( tujuh ) orang termasuk Ketua Formatur
g. Isi dan susunan acara Musyawarah Cabang serta keputusan tentang
pelaksanaan Musyawarah Cabang, ditetapkan oleh DPC dengan
memperhatikan hasil – hasil Rapat Kerja Cabang
h. Selambat – lambatnya 1 ( satu ) bulan setelah Musyawarah Cabang
dilaksanakan pengurus DPC terpilih harus sudah menyampaikan hasil –
hasil Musyawarah Cabang kepada seluruh DPD, selanjutnya paling lambat
dalam waktu 1 ( satu ) bulan
i. Keputusan Musyawarah Cabang mulai diberlakukan untuk masa periode
kepengurusan selanjutnya
j. Musyawarah Cabang dinyatakan sah dan memenuhi kuorum apabila
dihadiri oleh setengan lebih dari satu dari jumlah peserta Dewan Pimpinan
Cabang
14
BAB X
MUSYAWARAH LUAR BIASA
Pasal 19
Musyawarah Luar Biasa dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Dewan Pimpinan Wilayah atas permintaan 2/3 dari Dewan Piminan Daerah
2. Dewan Pimpinan Daerah atas permintaan 2/3 dari Dewan Pimpinan Cabang
BAB XI
RAPAT – RAPAT
Pasal 20
RAPAT KERJA NASIONAL ( RAKERNAS )
1. Rapat Kerja Nasional adalah Permusyawaratan tertinggi dibawah kongres yang
diadakan atas undangan Dewan Pimpinan Pusat dilaksanakan sekali dalam satu
tahun
2. Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh :
a. Seluruh Pengurus Dewan Pimpinan Pusat PUAN
b. Seluruh MPO
c. Ketua, Sekretaris dan Bendahara Dewan Pimpinan Wilayah PUAN
4. Untuk Rapat Kerja Wilayah, Daerah dan Cabang disesuaikan dengan aturan
Rapat Pimpinan Nasional
Pasal 21
RAPAT PIMPINAN NASIONAL ( RAPIMNAS )
1. Rapat Pimpinan Nasional adalah permusyawaratan tertinggi dibawah Rakernas
yang diadakan atas undangan Dewan Pimpinan Pusat untuk membahas hal – hal
yang dipandang penting dan mendesak untuk dilaksanakan bila dipandang perlu
2. Rapat Pimpinan Nasional dihadiri oleh :
a. Badan Pengurus Harian ( BPH ) Dewan Pimpinan Pusat ( DPP ) PUAN
b. Majelis Pertimbangan Organisasi ( MPO ) Dewan Pimpinan Pusat PUAN
15
c. Ketau Dewan Pimpinan Wilayah PUAN
Pasal 22
RAPAT KOORDINASI NASIONAL ( RAKORNAS )
1. Rapat Koordinasi Nasional adalah rapat koordinasi badan yang dilaksanakan atas
undangan Dewan Pimpinan Pusat, minimal dilaksanakan setahun sekali
2. Rapat Koordinasi Nasional dihadiri oleh :
a. Seluruh Pengurus masing – masing badan Dewan Pimpinan Pusat PUAN
b. Ketua dan Wakil Sekretaris Badan Dewan Pimpinan Pusat PUAN
3. Rapat ini berwenang untuk :
a. Merencanakan pelaksanaan Program Kerja
b. Menetapkan strategi pencapaian sasaran
4. Untuk Pelaksanaa Rakorwil, Rakorda dan Rakorcab mengacu Rakornas
Pasal 23
RAPAT PLENO
1. Rapat Pleno adalah rapat yang dilakukan pada setiap jenjang kepemimpinan
minimal 1 ( satu ) kali dalam 6 ( enam ) bulan, yang dihadiri oleh Badan Pengurus
Harian dan Ketua Departemen
2. Rapat Pleno berwenang untuk :
a. Membahas isu – isu penting yang perlu mendapat perhatian
b. Mempersiapkan alternative pemecahan masalah yang bersifat strategis
c. Memantau dinamika perkembangan struktur organisasi dan pengaruhnya
terhadap masalah
d. Membuat rekomendasi dalam melakukan pergantian pengurus
Pasal 24
RAPAT HARIAN
1. Rapat Harian dihadiri oleh seluruh pengurus harian pada setiap jenjang
kepemimpinan, dilaksanakan minimal 1 ( satu ) bulan sekali dan dihadiri oleh
seluruh Pengurus Harian. Rapat ini dipimpin oleh Ketua Umum/ Ketua atau
sekretaris Jenderal / Sekretaris
2. Rapat ini berwenang untuk :
a. Menentukan kebijakan dan langkah –langkah untuk mencapai tujuan
organisasi
16
b. Membahas masalah – masalah yang berkembang di tengah – tengah
masyarakat yang berkaitan dengan peran dan fungsi organisasi
c. Mengadakan penilaian dan menetapkan kegiatan – kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh masing – masing lembaga
Pasal 25
RAPAT KOORDINASI NASIONAL
1. Rapat Koordinasi Nasional adalah rapat yang dilakukan pada setiap jenjang
kepemimpinan minimal 1 ( satu ) tahun dan dihadiri oleh ketua – ketua badan,
Wakil Sekretaris dan Ketua – ketua Departeme. Rapat ini dipimpin oleh Ketua
Badan atau Sekretaris
17
BAB XII
STRUKTUR KEPENGURUSAN
Pasal 26
MAJELIS PERTIMBANGAN ORGANISASI ( MPO )
1. Majelis Pertimbangan Organisasi berfungsi memberikan pertimbangan dan atau
keputusan pada setiap keputusan – keputusan organisasi
2. Majelis Pertimbangan Organisasi merupakan bagian dari Dewan Pimpinan Pusat
PUAN
3. Majelis Pertimbangan Organisasi terdiri dari :
a. Kader – kader yang pernah duduk dalam kepengurusan PUAN
b. Pimpinan Partai
c. Tokoh – tokoh yang diusulkan dan komitmen dengan perjuangan PUAN
REKOMENDASI
I. REKOMENDASI INTERNAL
1. Segera mendistribusikan hasil – hasil Kongres ke – I di Jakarta dan Kartu
Tanda Anggota ( KTA ) PUAN paling lambat jangka waktu 6 ( enam ) bulan
setelah kongres
2. Untuk senantiasa berkoordinasi secara intensif ke semua tingkatan Pengurus
PUAN di seluruh Indonesia
3. Meminta kepada DPP PUAN agar membuat standar koordinasi dalam
menghadapi permasalahan – permasalahan yang bersifat Nasional
4. Meminta kepada DPP PUAN untuk segera melaksanakan Gerakan
Perempuan sebagai bentuk Show Of Force PUAN siap memenangkan
Pemilu 2009
18
5. Meminta kepada PAN untuk memberikan Quota ( sesuai UU ) 20% caleg
nomor 1 ( satu ) untuk PUAN disemua tingkatan
6. Meminta kepada PAN untuk menempatkan Ketua/ Sekjend PUAN
menjadi pengurus BPH PAN
B. INTERNASIONAL
1. Mendukung kemerdekaan Palestina
19
MARS PUAN
Ciptaan : Maylaffayza
20