Anda di halaman 1dari 5

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Folia Medica Indonesia Vol. 54 No. 2 Juni 2018 : 141-145

FAKTOR RISIKO PERILAKU ANAK DALAM TRANSFER SKISTOMITIK DI DUA DESA KABUPATEN
LINDU KECAMATAN SIGI SULAWESI TENGAH TAHUN 2017

Tri Sulistiyawati1, Budi Utomo2, Soeharto3


1Program Magister Kedokteran Tropis,2Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat,3Departemen Penyakit Dalam,

Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia

ABSTRAK

Anak-anak usia sekolah dasar sangat rentan terhadap schistosomiasis karena 60-70% yang berusia 5-14 tahun melakukan banyak kegiatan di luar rumah. Dampak schistosomiasis pada anak-anak antara lain konsentrasi belajar yang kurang, anemia, dan gangguan pertumbuhan. Penelitian ini

bertujuan untuk menggambarkan perilaku anak usia 7-12 tahun di desa Puro'o dan desa Tomado dalam mencegah transmisi schistosomiasis dan menentukan hubungan antara usia, perilaku seks masyarakat dalam pencegahan schistosomiasis. Penelitian ini dilakukan di Desa Tomado dan

Puro'o selama 3 bulan dari bulan Maret - Juni 2016. Desain penelitian adalah studi cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah anak-anak berusia 7-12 tahun yang dipilih menggunakan stratified multistage random cluster sampling dalam tiga tahap: tahap pertama desa, tahap kedua

sekolah dasar di desa, dan tahap ketiga rumah tangga yang dipilih dengan proporsional random sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner dan observasi terstruktur serta dianalisis menggunakan uji chi-square. Responden yang memiliki pengetahuan kurang,

kebanyakan berperilaku BAB/BAK jamban/WC (80%), mencuci tangan dengan sabun setelah BAB/BAK (50%), menggunakan alas kaki di luar rumah (86,5%), dan bermain di sawah, rawa-rawa dan danau (67,3%). Analisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku anak tidak menunjukkan

hubungan yang signifikan (p=0,114). Sebagai kesimpulan, anak usia 7-12 tahun di Desa Puro'o dan Tomado sebagian besar memiliki perilaku kurang dalam mencegah transmisi schistosomiasis dan memiliki pengetahuan baik atau kurang. dan tahap ketiga rumah tangga yang dipilih dengan

proporsional random sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner dan observasi terstruktur serta dianalisis menggunakan uji chi-square. Responden yang memiliki pengetahuan kurang, kebanyakan berperilaku BAB/BAK jamban/WC (80%), mencuci tangan dengan

sabun setelah BAB/BAK (50%), menggunakan alas kaki di luar rumah (86,5%), dan bermain di sawah, rawa-rawa dan danau (67,3%). Analisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku anak tidak menunjukkan hubungan yang signifikan (p=0,114). Sebagai kesimpulan, anak usia 7-12 tahun

di Desa Puro'o dan Tomado sebagian besar memiliki perilaku kurang dalam mencegah transmisi schistosomiasis dan memiliki pengetahuan baik atau kurang. dan tahap ketiga rumah tangga yang dipilih dengan proporsional random sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara

menggunakan kuesioner dan observasi terstruktur serta dianalisis menggunakan uji chi-square. Responden yang memiliki pengetahuan kurang, kebanyakan berperilaku BAB/BAK jamban/WC (80%), mencuci tangan dengan sabun setelah BAB/BAK (50%), menggunakan alas kaki di luar rumah

(86,5%), dan bermain di sawah, rawa-rawa dan danau (67,3%). Analisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku anak tidak menunjukkan hubungan yang signifikan (p=0,114). Sebagai kesimpulan, anak usia 7-12 tahun di Desa Puro'o dan Tomado sebagian besar memiliki perilaku kurang

dalam mencegah transmisi schistosomiasis dan memiliki pengetahuan baik atau kurang. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner dan observasi terstruktur serta dianalisis menggunakan uji chi-square. Responden yang memiliki pengetahuan kurang, kebanyakan

berperilaku BAB/BAK jamban/WC (80%), mencuci tangan dengan sabun setelah BAB/BAK (50%), menggunakan alas kaki di luar rumah (86,5%), dan bermain di sawah, rawa-rawa dan danau (67,3%). Analisis hubungan antara pengetahuan dengan perilaku anak tidak menunjukkan hubungan

yang signifikan (p=0,114). Sebagai kesimpulan, anak usia 7-12 tahun di Desa Puro'o dan Tomado sebagian besar memiliki perilaku kurang dalam mencegah transmisi schistosomiasis dan memiliki pengetahuan baik atau kurang. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner dan observasi terstruktur serta dian

Kata kunci: Anak 7-12 tahun; schistosomiasis; faktor risiko

ABSTRAK

Anak-anak sekolah dasar sangat rentan terhadap schistosomiasis karena 60-70% dari mereka yang berusia 5-14 tahun banyak melakukan aktivitas di luar rumah. Dampak schistosomiasis pada anak adalah kurangnya konsentrasi dalam belajar, anemia, dan gangguan pertumbuhan. Penelitian

ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku anak usia 7-12 tahun di Desa Puro'o dan Tomado dalam pencegahan penularan schistosomiasis dan untuk mengetahui hubungan usia, perilaku seks masyarakat dalam pencegahan schistosomiasis. Penelitian dilakukan di desa Tomado dan Puro'o

selama 3 bulan dari bulan Maret sampai Juni 2016. Jenis penelitian ini adalah cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia 7-12 tahun yang dipilih dengan stratified multistage random cluster sampling yang dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap pertama desa, tahap kedua

adalah sekolah dasar di desa, dan tahap ketiga adalah rumah tangga yang dipilih secara proporsional random sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur dan hasil observasi dianalisis dengan uji chi-square. Responden yang memiliki

pengetahuan kurang sebagian besar berperilaku buang air besar/buang air besar (80%) di jamban/WC, perilaku cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar/buang air kecil (50%), memakai alas kaki di luar rumah (86,5%), dan bermain di sawah. rawa dan danau (67,3%). Analisis hubungan

pengetahuan dengan perilaku anak menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna (p=0,114). Disimpulkan bahwa anak usia 7-12 tahun di desa Tomado dan Puro'o sebagian besar memiliki perilaku yang kurang mendukung dalam pencegahan penularan schistosomiasis dan memiliki

pengetahuan sedang atau kurang dapat diandalkan. dan tahap ketiga adalah rumah tangga yang dipilih secara proporsional random sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur dan hasil observasi dianalisis dengan uji chi-square. Responden

yang memiliki pengetahuan kurang sebagian besar berperilaku buang air besar/buang air besar (80%) di jamban/WC, perilaku cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar/buang air kecil (50%), memakai alas kaki di luar rumah (86,5%), dan bermain di sawah. rawa dan danau (67,3%).

Analisis hubungan pengetahuan dengan perilaku anak menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna (p=0,114). Disimpulkan bahwa anak usia 7-12 tahun di desa Tomado dan Puro'o sebagian besar memiliki perilaku yang kurang mendukung dalam pencegahan penularan schistosomiasis

dan memiliki pengetahuan sedang atau kurang dapat diandalkan. dan tahap ketiga adalah rumah tangga yang dipilih secara proporsional random sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur dan hasil observasi dianalisis dengan uji chi-square.

Responden yang memiliki pengetahuan kurang sebagian besar berperilaku buang air besar/buang air besar (80%) di jamban/WC, perilaku cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar/buang air kecil (50%), memakai alas kaki di luar rumah (86,5%), dan bermain di sawah. rawa dan danau

(67,3%). Analisis hubungan pengetahuan dengan perilaku anak menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna (p=0,114). Disimpulkan bahwa anak usia 7-12 tahun di desa Tomado dan Puro'o sebagian besar memiliki perilaku yang kurang mendukung dalam pencegahan penularan

schistosomiasis dan memiliki pengetahuan sedang atau kurang dapat diandalkan. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur dan hasil observasi dianalisis dengan uji chi-square. Responden yang memiliki pengetahuan kurang sebagian besar

berperilaku buang air besar/buang air besar (80%) di jamban/WC, perilaku cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar/buang air kecil (50%), memakai alas kaki di luar rumah (86,5%), dan bermain di sawah. rawa dan danau (67,3%). Analisis hubungan pengetahuan dengan perilaku anak menunjukkan tidak ada hubungan ya

Kata kunci: Anak usia 7-12 tahun; schistosomiasis; faktor risiko

Korespondensi: Tri Sulisyawati, Program Magister Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Surabaya, Indonesia. Email: trisulistiyawati.upaair@gmail.com

PERKENALAN Kabupaten, Sulawesi Tengah. Schistosomiasis di Sulawesi


Tengah sangat terkait dengan lingkungan pertanian dan
Schistosomiasis adalah infeksi akut dan kronis oleh perkebunan serta kondisi geografis (Sudomo 2007).
cacing darah (trematoda) dari genus schistosoma. Infeksi Prevalensi schistosomiasis pada warga di Lindu masih cukup
Schistosomiasis ditularkan oleh siput atau keong air tinggi. Hal ini disebabkan banyaknya tempat/area
yang hidup di air. Kasus schistosomiasis di Indonesia perkembangbiakan bekicot, dan perilaku masyarakat masih
disebabkan olehSchistosoma japonicumyang pertama banyak dilakukan di area fokus bekicot, seperti bercocok
kali ditemukan pada tahun 1935 di Desa Tomado, Lindu tanam, berkebun, menangkap ikan, memandikan, mencuci.

141
Faktor Risiko Perilaku Anak dalam Transfer Schistosomythical (Tri Sulistiyawati et al)

dan buang air besar. Target pemberantasan schistosomiasis Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku
adalah menurunkan prevalensi schistosomiasis menjadi anak usia 7-12 tahun di desa Puro'o dan Tomado dalam
<1%. Prevalensi anak usia sekolah dasar di Kecamatan Lindu mencegah penularan schistosomiasis dan mengetahui
pada akhir tahun 2015 belum terdata secara keseluruhan hubungan antara umur, jenis kelamin, pengetahuan dengan
dan dianggap tidak penting oleh masyarakat, pemerintah perilaku anak usia 7-12 tahun. dalam mencegah penularan
dan instansi terkait. Efek jangka panjang schistosomiasis penyakit tersebut.
pada anak-anak dapat menimbulkan kerugian yang cukup
besar bagi penderita dan keluarganya. Anak usia sekolah
dasar sangat rentan terhadap infeksi schistosomiasis karena BAHAN DAN METODE
60-70% anak usia 5-14 tahun lebih banyak melakukan
aktivitas di luar ruangan. Schistosomiasis disebabkan oleh Ini adalah studi cross sectional. Penelitian ini
kurangnya kebersihan, kebiasaan anak buang air kecil, dilakukan di dua desa di Kecamatan Lindu, Kabupaten
buang air besar, bermain, berenang dan memancing di area Lindu, Sulawesi Tengah, yaitu desa Puro'o dan
fokus bekicot. Dampak schistosomiasis pada anak misalnya, Tomado. Wawancara menggunakan kuesioner dan
kurang konsentrasi belajar, anemia, dan gangguan observasi dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang
pertumbuhan. berhubungan dengan perilaku anak usia 7-12 tahun
dalam mencegah penularan schistosomiasis.
Kabupaten Lindu merupakan daerah endemik Wawancara dilakukan dengan mengunjungi rumah
schistosomiasis di Sulawesi Tengah. Prevalensi responden. Aspek yang diamati meliputi kondisi
schistosomiasis di suatu daerah selama 5 tahun terakhir lingkungan sekitar rumah responden, kepemilikan
(2011-2015) berfluktuasi tergantung pada cakupan survei jamban dan sumber air.
tinja yaitu tahun 2011; 2,5%, pada tahun 2012; 1,13%, pada
tahun 2013; 0,79%, pada tahun 2014; 1,01% dan 2015; Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia sekolah dasar
1,25%. Desa Puro'o dan Desa Tomado merupakan desa yang di desa Puro'o dan Tomado. Sampel dipilih secara random
selalu memiliki prevalensi lebih tinggi dari 1%. sampling. Ukuran sampel dihitung menggunakan rumus
Solvin. Berdasarkan perhitungan, jumlah sampel yang
Schistosomiasis merupakan masalah kesehatan masyarakat. dibutuhkan adalah 44 responden di Desa Puro'o dan 52
Distribusi penularannya sangat ditentukan oleh berbagai faktor responden di Desa Tomado. Jadi, total sampel adalah
agent, host, dan environment (Natsir 1992). Di sisi agen, sebanyak 96 responden. Pengambilan sampel dilakukan
Schistosoma japonicumhidup di pembuluh darah manusia dan dengan menggunakan metode multistage random
mamalia di beberapa daerah tropis dan sub tropis mampu sampling. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik,
bertahan hidup dan berkembang biak di dalam tubuh. pengetahuan dan perilaku. Data yang diperoleh dari
Kelangsungan hidupSchistosoma japonicummembutuhkan penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis univariat
perantara siput.Oncomelania hupensi lindoensis siput dan bivariat. Untuk melihat hubungan antara umur, jenis
menembus kulit manusia dalam kontak dengan yang terinfeksi kelamin dan tingkat pengetahuan dengan perilaku anak
Schistosoma japonicum. dalam pencegahan Schistosomiasis, analisis data dilakukan
dengan menggunakan uji chi-square.
Tuan rumah adalah faktor yang berpengaruh. Schistosomiasis
dapat menyerang semua usia dan semua jenis kelamin, status Kelompok umur responden dibagi menjadi tiga, 7-8 tahun,
hubungan, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Pengetahuan, 9-10 tahun dan 11-12 tahun. Jenis kelamin dikategorikan
sikap dan tindakan dapat mempengaruhi penurunan prevalensi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Tingkat
schistosomiasis. Hospes definitif selain manusia adalah pengetahuan responden diukur dengan mengamati
mamalia, seperti anjing, tikus, kucing, sapi, kerbau, rusa, kuda, jawaban responden tentang schistosomiasis yang meliputi
dan babi. pengertian, penyebab, cara penularan, pencegahan dan
tempat akses pengobatan schistosomiasis. Perilaku anak
Sanitasi lingkungan dan akses air bersih tidak memadai. dalam penularan dikategorikan menjadi dua yaitu perilaku
Tidak ada penyediaan fasilitas kesehatan lingkungan unreliable dan reliable. Perilaku anak dalam mencegah
yang dikaitkan dengan penularan schistosomiasis. schistosomiasis meliputi kebiasaan buang air besar, mandi,
Kondisi geografis, suhu dan kelembaban, curah hujan, mencuci, menggunakan air bersih, dan memakai alas kaki.
sinar matahari, iklim dan topografi kawasan Lore-Lindu
sangat mendukung perkembangbiakanOncomelania
hupensi lindoensis. Faktor-faktor tersebut saling HASIL
berhubungan satu sama lain, dan juga mempengaruhi
peningkatan jumlah kasus schistosomiasis. Setelah dilakukan wawancara di wilayah penelitian,
jumlah responden yang dapat diwawancarai adalah 96
responden, terdiri dari 44 responden di Desa Puro'o.

142
Folia Medica Indonesia Vol. 54 No. 2 Juni 2018 : 141-145

dan 52 responden di Desa Tomado. Responden yang somiasis. Dari beberapa pertanyaan yang diajukan,
diwawancarai kebanyakan adalah perempuan. Karakteristik penyebab terinfeksi schistosomiasis subjek banyak
responden yang ditinjau dapat dilihat pada Tabel 1. diketahui oleh responden. Hasil wawancara
pengetahuan responden tentang schistosomiasis di
Berdasarkan wawancara, tidak semua responden Desa Puro'o dan Desa Tomado dapat dilihat pada
mengetahui dengan benar tentang schistosomiasis. Hanya Tabel 2. Hasil wawancara tentang perilaku anak usia
sebagian kecil responden yang mengetahui pengertian 7-12 tahun di desa Puro'o dan Tomado dalam
schistosomiasis, penyebab schistosomiasis, cara penularan mencegah penyakit penularan schistosomiasis dapat
schistosomiasis, serta cara pencegahan dan kemana dilihat pada Tabel 3.
mencari pengobatan bagi yang terinfeksi schistosomiasis.

Tabel 1 Karakteristik Responden di Desa Puro'o dan Tomado Kabupaten Lindu Sulawesi Tengah Tahun 2016

Responden Puro'o Tomado


karakteristik n=44 % n=52 %
TIDAK

1 Usia
7-8 tahun 14 32.0 17 17.0
9-10 tahun 16 36.0 13 35.0
11-12 tahun 14 32.0 22 48.0
2 Seks
Pria 27 61.4 29 55.8
Perempuan 17 38.6 23 44.5

Tabel 2. Pengetahuan responden tentang schistosomiasis di Desa Puro'o dan Tomado Kabupaten Lindu
Sulawesi Tengah, 2016

Puro'o Tomado
Pengetahuan responden
n=44 % n=52 %
TIDAK

1 Pengertian Schistosomiasis 22 50 15 28.8


2 Penyebab Schistosomiasis 24 54.5 21 40.4
3 Penularan Schistosomiasis 22 50 22 42.3
4 Pencegahan Schistosomiasis Tempat 16 36.4 37 71.2
5 Pengobatan Schistosomiasis 16 36.4 37 71.2

Tabel 3. Perilaku Anak dalam Mencegah Penularan Schistosomiasis di Desa Puro'o dan Tomado, Sigi
Kabupaten, Sulawesi Tengah, 2016

Puro'o Tomado
Perilaku responden
n=44 % n=52 %
TIDAK

1 Pengetahuan
Kurang dapat diandalkan 3 6.8 3 5.8
Sedang 28 63.6 29 55.7
Dapat diandalkan 13 29.5 20 38.5
2 Buang air besar/buang air kecil di jamban/WC
TIDAK 0 0 3 5.8
Kadang-kadang 0 0 7 13.5
Ya 44 100 42 80.7
3 Mencuci tangan dengan sabun setelah buang

air besar/buang air kecil

TIDAK 2 4.5 5 9.6


Kadang-kadang 6 13.6 21 40.4
Ya 36 81.1 21 50
4 Memakai alas kaki di luar rumah
TIDAK 4 9.1 0 0
Kadang-kadang 5 11.4 7 13.5
Ya 35 79.5 45 86.5
5 Bermain di sawah, rawa, dan kolam

TIDAK 11 25 35 67.3
Kadang-kadang 6 13.6 14 26.9
Ya 27 61.4 3 5.8

143
Faktor Risiko Perilaku Anak dalam Transfer Schistosomythical (Tri Sulistiyawati et al)

Hasil penelitian menunjukkan korelasi yang tidak signifikan Pada analisis ini pengetahuan tidak berhubungan signifikan
(p=0,849). Sebagian besar anak yang berpendidikan kurang dengan perilaku dalam mencegah penularan meskipun proporsi
(5,8%), sedang (55,7%) dan tinggi (38,5%) memiliki perilaku yang perilaku lebih rendah pada kelompok pengetahuan kurang
kurang baik dalam mencegah penularan schistosomiasis. (5,8%), sedang (55,7%) dan tinggi (38,5%). Hasil penelitian ini
Responden yang memiliki pengetahuan kurang sebagian besar tidak sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa
buang air besar dan buang air kecil di jamban/WC (80%). Mereka perilaku masyarakat dalam mendukung atau mencegah
menggunakan sabun setelah BAB/Kencing (50%), menggunakan terjadinya penularan penyakit sangat dipengaruhi oleh
alas kaki di luar ruangan (86,5%), dan bermain di sawah, rawa pengetahuan masyarakat tentang penyakit tersebut
dan danau (67,3%). Analisis hubungan antara pengetahuan dan (Kasnodiharjo 1997). Pengetahuan merupakan salah satu faktor
perilaku anak menunjukkan hubungan yang tidak bermakna internal yang dapat mempengaruhi pembentukan perilaku.
(p=0,114). Pengetahuan yang handal tentang suatu penyakit akan
memberikan pengaruh terhadap tindakan yang mendukung
pencegahan penularan penyakit tersebut (Murti 2006). Perilaku
DISKUSI berbasis pengetahuan akan bertahan lebih lama daripada
perilaku tidak berdasarkan pengetahuan. Secara teoretis,
Sebuah penelitian yang dilakukan di desa Puro'o dan Tomado Pengetahuan memang dapat mendukung pembentukan
menunjukkan bahwa prevalensi schistosomiasis paling tinggi perilaku, namun demikian, sebenarnya ada faktor lain yang
pada anak usia 11-12 tahun. Tingkat pengetahuan anak-anak ini dapat mempengaruhi perilaku, seperti faktor lingkungan
tentang schistosomiasis sangat rendah. Sebagian besar setempat, budaya dan adat yang tidak tercakup dalam
responden tidak mengetahui tentang schistosomiasis dan media penelitian ini. Intervensi terhadap peningkatan pengetahuan
penularannya. Desa-desa tampaknya masih membutuhkan lebih lebih banyak dilakukan, padahal intervensi lain dibutuhkan tidak
banyak kegiatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang hanya dalam hal pengetahuan, tetapi perlunya lingkungan yang
dilakukan tentang peningkatan partisipasi masyarakat dalam mendukung/kondusif, dukungan budaya dan tradisi lokal serta
pengobatan, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaran yang dirasakan dan perlu dapat mengubah perilaku.
penyuluhan yang berulang dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang penyakit.
Untuk mendukung keberhasilan pemberantasan
Perilaku pencegahan merupakan respon untuk mencegah suatu schistosomiasis perlu dilakukan perubahan perilaku
penyakit, termasuk perilaku untuk tidak menularkan penyakit masyarakat. Agar dapat berperilaku baik, masyarakat
kepada orang lain. Sebagian besar penduduk desa Puro'o dan terkadang tidak hanya membutuhkan pengetahuan dan
Tomado buang air besar di jamban, tetapi aktivitas mandi dan sikap positif, serta dukungan fasilitas, tetapi juga contoh,
cuci dilakukan di dekat sumur air. Penularan schistosomiasis di referensi dari tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
Dataran Lindu berhubungan dengan kebiasaan masyarakat pejabat hingga petugas kesehatan.
mandi, mencuci di sungai, bepergian ke daerah fokus,
memanfaatkan sumber air, mencuci kaki dan tangan di sungai
dan berenang (Rosmini 2009). Penularan schistosomiasis terjadi KESIMPULAN
karena kontak antara manusia dengan perairan atau memasuki
perairan yang terinfeksi schistosoma sehingga menyebabkan Anak usia 7-12 tahun di Desa Puro'o dan Tomado sebagian
peningkatan schistosemiasis (Natsir 1992). besar memiliki perilaku yang kurang baik dalam mencegah
penularan schistosomiasis, baik yang pekerjaannya berisiko
Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penularan maupun yang tidak berisiko, yang berpendidikan rendah
schistosomiasis adalah dengan menghindari kontak langsung atau tinggi, dan yang memiliki pengetahuan yang memadai
dengan perairan yang terinfeksi, misalnya menggunakan sepatu atau tidak memadai. Pencegahan schistosomiasis perlu
bot karet. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat diinformasikan kepada semua anak tanpa memandang usia,
hubungan yang signifikan. Selain itu, mungkin ada faktor lain jenis kelamin dan tingkat pengetahuan. Selain itu,
yang mempengaruhi, seperti budaya dan adat istiadat setempat, peningkatan perilaku tidak semata-mata karena tingkat
yang tidak dianalisis dalam penelitian ini. Perilaku dimotivasi pengetahuan yang tinggi. Oleh karena itu, perlu juga
oleh tiga faktor utama, yaitu faktor predisposisi, faktor dipelajari faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
pendukung dan faktor penguat atau pendorong. Hasil penelitian perilaku, seperti faktor lingkungan, tingkat sosial ekonomi,
menunjukkan bahwa perilaku masyarakat masih kurang baik budaya dan adat istiadat setempat.
pada masyarakat baik yang berpendidikan rendah maupun
tinggi, sehingga arah intervensi ditujukan kepada penduduk
dengan semua tingkat pendidikan baik rendah maupun tinggi. PENGAKUAN

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak


yang telah membantu dalam penelitian ini, dengan izin dan

144
Folia Medica Indonesia Vol. 54 No. 2 Juni 2018 : 141-145

dukungan yang diberikan untuk melaksanakan penelitian ini. Penulis juga Natsir AM (1992). Peran serta masyarakat dalam
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, laboratorium danpuskesmas penanggulangan penyakit schistosomiasis di Sulawesi
staf atas bantuannya selama penelitian ini sehingga dapat terlaksana sesuai Rosmini (2009). Epidemiologi dan faktor risiko penu-
dengan yang diharapkan. laranSchistosoma japonicumdi dataran tinggi Napu
Kabupaten Poso Sulawesi Tengah. Disertasi.
Tersedia dari http://etd.ugm.ac.id. Diakses 15 Juli
REFERENSI 2013.
Sudomo M (2007). Pemberantasan schistosomiasis di
Kasnodiharjo (1997). Masalah sosial budaya dalam Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan 35, 3645
upaya pemberantasan schistosomiasis di Sulawesi
Tengah. Cermin Dunia Kedokteran118, 40-43

145

Anda mungkin juga menyukai