Anda di halaman 1dari 17

JOURNAL OF ISLAMIC

NURSING

Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Anak Usia 3-6 Tahun di TK


Raudhatul Athfal Alauddin Makassar

Fatmawati1, Arbianingsih2, Musdalifah3


1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
Email: fhatmadoraemon@gmail.com
2 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
Email: arbianingsih.tiro@uin-alauddin.ac.id
3 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
Email: ifah_sweet87@ymail.com

Abstract

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia dimana merupakan penyebab kematian
nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi dan nomor lima bagi sejumlah umur. Berdasarkan
kelompok umur, penderita diare terbanyak pada kelompok umur 1-5 tahun. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak usia 3-6 tahun di
TK Raudhatul Athfal Alauddin Makassar. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik deskriptif cross
sectional dengan melibatkan 62 siswa secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner dan observasi. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan Fisher
Exact Test. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku cuci tangan dan kejadian
diare (p = 0,000 < 0,001) dimana responden yang memiliki perilaku cuci tangan yang tidak baik
mempunyai peluang 36 kali mengalami diare (OR = 36,364). Terdapat hubungan antara perilaku
makan dengan kejadian diare (p = 0,000 < 0,001) dimana responden yang memiliki perilaku makan
yang tidak baik mempunya peluang 23 kali mengalami diare (OR = 23, 125). Terdapat hubungan yang
signifikan antara status gizi dengan kejadian diare ( p = 0,000 < 0,001) dimana responden yang
memiliki status gizi kurang (kurus) mempunya peluang 71 kali mengalami diare (OR = 71,111).
Direkomendasikan agar orangtua lebih memperhatikan perilaku cuci tangan, perilaku makan dan
status gizi anak sebagai langkah preventif dan juga sebagai satu upaya meminimalisir kejadian diare
pada anak.

Keywords: Diare, Perilaku Cuci Tangan, Perilaku Makan, Status Gizi

Volume 1 Nomor 1 21
JOURNAL OF ISLAMIC
NURSING

1. PENDAHULUAN se-Kota Makassar sampai dengan Desember


Diare merupakan salah satu masalah 2013 sebanyak 28.908 kasus. Adapun jumlah
kesehatan di Indonesia. Angka kematian akibat penderita diare yang dilaporkan di kecamatan
diare pada tahun 2004 mencapai 23 ribu per 100 Tamalate Kota Makassar selama 3 tahun terakhir
penduduk dan pada balita mencapai 75 per 100 yaitu pada tahun 2011 sebesar 2.049 kasus, tahun
ribu balita (Mujianto, 2008). Diare dapat 2012 sebesar 1.695 kasus dan tahun 2013 sebesar
menyerang anak-anak maupun orang dewasa, 2.005 kasus. Salah satu kelurahan di kecamatan
tapi bayi dan balita lebih rentan terserang Tamalate yaitu Kelurahan Mangasa, dimana
penyakit ini. Diare tidak saja terjadi di negara menurut data dari Puskesmas Mangasa, penyakit
berkembang tetapi juga di negara maju, di yang tertinggi yang terdapat pada wilayah kerja
negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan Puskesmas Mangasa adalah penyakit diare yaitu
kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi sebanyak 1.044 kasus pada tahun 2012.
insiden diare tetap tinggi. Di negara Berdasarkan kelompok umur, penderita diare
berkembang, diare menyebabkan kematian terbanyak pada kelompok umur 1-5 tahun
sekitar tiga juta penduduk setiap tahun. sebanyak 287 kasus (Ward, 2012).
(Darmawati, 2012).
Banyak faktor yang secara langsung
Menurut data UNICEF (The United maupun tidak langsung dapat menjadi faktor
Nations Children’s Fund) dan WHO (World pendorong terjadinya diare. Penyebab tidak
Health Organization) pada tahun 2009, diare langsung atau faktor-faktor yang mempermudah
merupakan penyebab kematian nomor dua pada atau mempercepat terjadinya diare seperti : status
balita di dunia, nomor tiga pada bayi dan nomor gizi, pemberian ASI eksklusif, lingkungan,
lima bagi sejumlah umur. Data UNICEF perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
memperkirakan bahwa 1,5 juta anak meninggal kebiasaan mencuci tangan, perilaku makan,
dunia setiap tahunnya karena diare (Sindo, imunisasi dan sosial ekonomi. Penyebab
2010). Di Indonesia anak-anak menderita diare langsung antara lain infeksi bakteri virus dan
lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan
menjadi penyebab kematian sebesar 15-34% kimia maupun keracunan oleh racun yang
dari semua penyebab kematian (Wardhani, diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan sayur-
2012). Dari hasil Survey Kesehatan Rumah sayuran (Zaitun, 2011).
Tangga (SKRT) ini menunjukkan betapa
penyakit diare tidak dapat dipandang sebelah Berdasarkan permasalahan diatas, hal inilah
mata, karena secara umum setiap tahunnya rata yang melatarbelakangi saya sebagai penulis
100.000 anak meninggal dunia di Indonesia untuk memberikan sebuah gagasan mengenai
karena diare. Sebanyak 273 balita setiap “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
harinya kehilangan nyawa (Mujianto, 2008). Diare Pada Anak Usia Pra Sekolah 3-6 Tahun
(Balita) Di TK Raudhatul Athfal Alauddin
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota
Subdit Diare, Departemen Kesehatan Indonesia Makassar”.
tahun 2000 sampai dengan 2010 terlihat
kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 2. METODE
IR (Incidence Rate) penyakit diare 301/1000 Penelitian ini dirancang dalam bentuk
penduduk, tahun 2003 naik menjad 374/1000 penelitian deskriptif dengan rancangan Cross
penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan di
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 TK Raudhatul Athfal Alauddin Kelurahan
penduduk (Hardi, 2012). Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar
pada bulan Maret tahun 2015.
Diare di Sulawesi Selatan yang dapat dihimpun
melalui laporan dari 23 Kabupaten selama Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
tahun 2006 sampai 2009 terdapat 36,87% – anak usia pra sekolah (3-6 tahun) yang berada di
55,13% per 1000 penduduk mengalami diare. TK Raudhatul Athfal Alauddin Kelurahan
Kematian tertinggi akibat diare berada pada Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar
umur 1-4 tahun (Dinkes Prov. Sul-Sel, 2009). yang berjumlah 132 orang. Jumlah sampel
Kasus diare yang dilaporkan oleh 39 puskesmas ditentukan dengan menggunakan rumus
Volume 1 Nomor 1 22
JOURNAL OF ISLAMIC
NURSING

Lemeshow perempuan sebanyak Analisis responden tidak


(Sugiyono, 2007) 33 orang (53,2%). hubungan faktor mengalami diare.
sehingga diperoleh Karakteristik perilaku cuci Responden yang
62 sampel yang responden tangan, perilaku memiliki perilaku
mewakili. berdasarkan usia makan dan status cuci tangan yang
yakni mayoritas gizi dengan baik yang mengalami
Instrumen responden berusia 6 kejadian diare. diare sebanyak 11
atau alat yang tahun sebanyak 35 Hubungan masing- orang (52,4%) dan
digunakan pada orang (56,5%), 5 masing variabel tidak mengalami
penelitian ini tahun sebanyak 25 tercantum dalam diare sebanyak 40
adalah kuesioner orang (40,3%) tabel-tabel di orang (97,6%).
dan observasi yang dan 4 tahun bawah ini:
berisi pertanyaan- sebanyak 2 orang a. Hubungan Hasil uji
pertanyaan yang (3,2%). antara Perilaku Fisher exact
berhubungan Cuci Tangan diperoleh nilai p =
dengan variabel dengan 0,000 (p < 0,001)
independen yaitu Kejadian Diare. maka dapat
perilaku mencuci Hasil uji disimpulkan bahwa
tangan, perilaku kejadian diare ada hubungan yang
makan dan status berdasarkan signifikan antara
gizi. Dimana perilaku cuci tangan perilaku cuci tangan
kuesioner tersebut responden yang dengan kejadian
dijawab oleh orang terdiri dari perilaku diare. Hasil analisis
tua, yang sebagai cuci tangan kategori diperoleh pula nilai
responden. Data baik dan tidak baik OR = 36,364 artinya
yang dikumpulkan menunjukkan : responden yang
dianalisis dengan bahwa sebanyak 10 memiliki perilaku
menggunakan uji orang (47,6%) cuci tangan yang
Chi Square dengan responden yang tidak baik mempunya
alternatif Fisher memiliki perilaku peluang 36,364 kali
Exact. cuci tangan yang mengalami diare.
tidak baik Untuk lebih jelanya
mengalami diare dapat dilihat pada
3. HASIL DAN dan 1 orang (2,4%) tabel 4.6 di bawah
PEMBAHAS ini.
AN
Karakteristik Tabel. 1
Responden Hubungan
perilaku cuci IK
Karakteristik tangan dengan
responden dalam 95%
kejadian diare
penelitian ini terdiri Kejadian Diare Total
atas jenis kelamin P Ya p OR
dan usia. er Tidak
Karakteristik il
responden a
berdasarkan jenis k
kelamin yakni u
responden yang cuci
tang n % N % N %
berjenis kelamin Maks
an Min
laki-laki sebanyak
29 orang (46,8%) Baik 11 52,4 2,4 11
dan responden yang 97,6 51 82,3 17,7
berjenis kelamin Tidak baik 10 47,6 Total 21
Volume 1 Nomor 1 23
JOURNAL OF ISLAMIC
NURSING

100 41 Kejadian Diare


100 62 0,000 36,364 Hasil uji
100 4,198 kejadian diare
Sumber : Data 315, 698 berdasarkan status sebanyak 1 orang
Primer, 2015 gizi responden yang (4,8%) dan tidak
*Uji Fisher Exact teridiri dari kategori mengalami diare
b. Hubungan tidak mengalami gizi kurang (kurus) sebanyak 32 orang
antara Perilaku diare sebanyak 37 dan gizi seimbang (78%). Hasil uji Chi
Makan dengan orang (90,2%). (normal) Square diperoleh
Kejadian Diare Hasil uji Chi menunjukkan bahwa nilai p = 0,000 (p <
Hasil uji Square diperoleh sebanyak 20 orang 0,001) maka dapat
kejadian diare nilai p (95,2%) responden disimpulkan bahwa
berdasarkan = 0,000 (p < yang berada dalam ada hubungan yang
perilaku makan 0,001) maka dapat kategori gizi kurang signifikan antara
responden yang disimpulkan (kurus) mengalami status gizi dengan
teridiri dari bahwa ada diare dan 9 orang kejadian diare.
perilaku makan hubungan yang (22%) responden Hasil analisis
kategori baik dan signifikan antara tidak mengalami diperoleh pula nilai
tidak baik perilaku cuci diare. Responden OR = 71,111
menunjukkan tangan dengan yang berada dalam artinya : responden
bahwa sebanyak 15 kejadian diare. kategori gizi yang memiliki
orang (71,4%) Hasil analisis seimbang (normal) status gizi kurang
responden yang diperoleh pula yang mengalami (kurus) mempunya
memiliki makan nilai OR = 23, 125 diare peluang 71,111 kali
yang tidak baik artinya : mengalami diare.
mengalami diare responden yang Untuk lebih
dan 4 orang (9,8%) memiliki perilaku jelasnya dapat
responden tidak makan yang tidak dilihat pada tabel
mengalami diare. baik mempunya 4.8 berikut ini.
Responden yang peluang 23, 125
memiliki perilaku kali mengalami Tabel.
makan yang baik diare. Untuk lebih 3
yang mengalami jelanya dapat Hubun
I
diare sebanyak 6 dilihat pada tabel gan K
orang (28,6%) dan 4.7 berikut ini. status 9
gizi 5
dengan %
kejadia
n diare
Tabel. 2 Kejadian Diare
Hubungan Total
P
erlai perilaku IK Status Ya
ku makan dengan 95% gizi p OR
Tidak Maks
n kejadian
% diare n % N % Min
NormalTotal Kejadian
1 Diare 32
4,8 78 33 53,2
Kurus 20 Ya 95,2 9 22 29 46,8 0,000 71,111 8,365 604,518
Total 21 100 p
41 OR
100 62 100
makan Maks
n % N % N % Sumber : Data Primer, Min
2015
Baik 6 28,6 37 90,2 37 69,4 *Uji Chi Square
Tidak baik 15 71,4 4 9,8 19 30,6 0,000 23,125 5,701 93, 794
Total 21 100 41 100 62 100
Sumber : Data Primer, c. Hubungan
2015 antara Status
*uji Chi Square Gizi dengan
Volume 1 Nomor 1 24
JOURNAL OF ISLAMIC
NURSING

PEMBAHASAN tangan tangan buruk berhubungan erat dengan


a. Pengaruh perilaku cuci tangan terhadap peningkatan kejadian diare dan penyakit yang
kejadian diare lain. Perilaku cuci tangan yang baik dapat
Hasil penelitian mengenai perilaku cuci menghindarkan diri dari diare (Budi, 2006 dalam
tangan terdapat 11 anak (17,7%) yang memiliki Hardi, 2012)
perilaku cuci tangan yang tidak baik dan 51 Hal ini juga diperkuat oleh penelitian
orang (82,3%) yang memiliki perilaku cuci yang dilakukan oleh Rompas, dkk (2013),
tangan yang baik. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perilkaku cuci tangan pakai
pada tabulasi silang menunjukkan bahwa dari 11 sabun sebanyak 55 anak (93,2%) dan yang tidak
responden yang memiliki perilaku cuci tangan terbiasa 4 anak (6,8%). Anak SD yang menderita
yang tidak baik, sebanyak 10 orang mengalami diare dalam 3 bulan terakhir sebanyak 11 anak
diare sedangkan 11 responden yang sudah baik (18,6%), sedangkan anak yang tidak menderita
dalam melakukan kebiasaan mencuci tangan diare 48 anak (81,4%). Kesimpulan : ada
namun mengalami diare dalam kurun waktu 3 hubungan antara perilaku cuci tangan pakai
bulan terakhir. Hal ini dapat terjadi bahwa sabun dengan terjadinya diare pada anak usia
mencuci tangan secara baikpun bukan berarti sekolah dasar di SD GMIM 2 Lansot Kecamatan
responden terbebas dari diare. Tareran. Dengan nilai p=0,003, ini berarti
Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara cuci tangan pakai sabun sangat
menunjukkan bahwa ada hubungan yang penting untuk mencegah penyakit termasuk
signifikan antara perilaku cuci tangan dengan diare.
kejadian diare (p = 0,000 < 0,001). Hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 36,364 artinya : Dalam sebuah hadist yang
responden yang memiliki perilaku cuci tangan diriwayatkan oleh HR. Baihaqi bahwa
yang tidak baik mempunya peluang 36,364 kali Rasulullah saw bersabda :
mengalami diare.
‫ف(رواه‬ ْ ‫خ ُ ل ا ْل‬ hُ‫َا ِال سالَ ْ َفَت َن ظفُ ْواَف ِاّنَه‬
Hasil tersebut sesuai dengan pendapat ‫البيهقى‬ ‫َجنََّة ِاالّ ي‬ ‫ُم ي ف‬
‫الََي ْد‬
WHO (2009) dalam Ernawati (2012) mencuci
tangan dengan sabun telah terbukti mengurangi Artinya: ‫ظ‬ ‫ظ‬
kejadian penyakit diare kurang lebih 40%. ”Agama Islam itu adalah agama yang
Mencuci tangan disini lebih ditekankan pada bersih atau suci, maka hendaklah kamu
saat sebelum makan maupun sesudah buang air menjaga kebersihan. Sesungguhnya tidak akan
besar. Cuci tangan menjadi salah satu intervensi masuk surga kecuali orang-orang yang suci”.
paling cost effective untuk mengurangi kejadian (HR. Baihaqi)
diare pada anak. Selain itu Depkes RI (2009)
membuat kesimpulan, bahwa sekitar 30 Dalam hadist diatas dijelaskan bahwa
penelitian terkait cuci tangan dengan sabun Agama Islam adalah agama yang lurus dan
dapat memangkas angka penderita diare hingga bersih dari ajaran kesesatan. Orang-orang yang
separuh. Penyakit diare seringkali diasosiasikan selalu menjaga kebersihan akan ditingkatkan
dengan keadaan air, namun secara akurat kadar imannya dan akan diajuhkan dari berbagai
sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan penyakit, salah satunya adalah penyakit diare.
kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, Salah satu upaya pencegahan diare yaitu dengan
karena kuman-kuman penyakit penyebab diare menjaga pola hidup yang bersih dan sehat,
berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman kebersihan yang dimaksudkan adalah dari
penyakit ini membuat manusia sakit ketika seluruh aspek kehidupan yakni dari jasmani,
mereka masuk mulut melalui tangan yang telah rohani, dan lingkungan, termasuk makanan dan
menyentuh tinja, air minum yang minuman harus tetap terjaga agar penyakit-
terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan penyakit tidak bermunculan. Dengan demikian
makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau pemeluk agama Islam harus memiliki pola
terkontaminasi akan temapat makannya yang perilaku yang bersih dan hati yang suci dari
kotor. Kebiasan cuci tangan, perilaku cuci
Volume 1 Nomor 1 25
perkara hawa nafsu. Sebab seseorang yang ada kuman yang masuk ke dalam tubuh.Setiap
demikian dijanjikan oleh Allah swt akan masuk makan dan minum sebelumnya cucilah tangan
surga (Mustofa, 2011). terlebih dahulu. Setiap cuci tangan atau mandi
b. Pengaruh perilaku makan terhadap kejadian sebaiknya menggunakan sabun. Hal-hal tersebut
diare diatas apabila tidak dilakukan akan menjadi
Hasil uji kejadian diare berdasarkan salah satu penyebab bahwa masih banyak
perilaku makan menunjukkan bahwa sebanyak penyakit diare di masyarakat (Sjamsunir, 1978
15 orang (71,4%) responden yang memiliki dalam Pradipta, 2013).
makan yang tidak baik mengalami diare dan 4 Menurut Mini Shet dan Monika Obrah
orang (9,8%) responden tidak mengalami diare. (2006) dalam “Diarrhea Prevention Through
Responden yang memiliki perilaku makan yang Food Safety Education” bahwa tidak mencuci
baik yang mengalami diare sebanyak 6 orang tangan, jajan yang kurang bersih serta tidak
(28,6%) dan tidak mengalami diare sebanyak 37 higienis, dapat meningkatkan kejadian diare
orang (90,2%). Hasil uji Chi Square diperoleh sebanyak 52%. Dan ini mendukung dari hasil
nilai p = 0,000 (p < 0,001) maka dapat penelitian yang telah dilakukan.Hal tersebut
disimpulkan bahwa ada hubungan yang yang mendukung adalah tingkat higienitas dan
signifikan antara perilaku cuci tangan dengan perilaku jajan yang dilakukan oleh para
kejadian diare. Hasil analisis diperoleh pula nilai responden. Penelitian ini mendukung hasil dari
OR = 23, 125 artinya : responden yang memiliki penelitian ini, karena dari hasil yang didapatkan
perilaku makan yang tidak baik mempunya terdapat hubungan antara perilaku jajan dan
peluang 23, 125 kali mengalami diare. Perilaku kejadian diare.
makan dalam penelitian ini meliputi perilaku Hal ini sejalan dengan penelitian yang
saat makan, apakah makanan atau peralatan dilakukan oleh Pradipta, dkk (2013) yang
makan yang jatuh diambil kembali, anak jajan di menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
luar rumah atu tidak dan jenis makanan atau signifikan antara kebiasan jajan dengan kejadian
jajanan yang dimakan di luar rumah. diare (p = 0,000) dan nilai OR = 32,945. Hasil
Pemilihan bahan makanan yang OR tersebut dapat menyatakan bahwa perilaku
digunakan pada pambuatan jajan oleh produsen jajan dapat meningkatkan kejadian diare sebesar
biasanya kurang terjamin mutunya selain itu 32,945. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
cara penyimpanan makanan tidak dilakukan jajanan yang diperjualbelikan bisanya tidak
dengan benar sehingga mengakibatkan adanya mengindahkan pedoman dalam kesehatan.
kontaminasi dari bakteri dan virus panyebab Kurangnya penutupan dan keterbukaan makanan
berbagai macam penyakit (Norman, 1998 dalam terhadap lalat, serangga dan hama tidak hanya
Pradipta, 2013). Penggunaan bahan pewarna akan menyebabkan penyakit tetapi juga
makanan yang tidak baik kwalitasnya juga dapat pertimbangan nilainilai estetika.
berdampak buruk bagi kesehatan. Tempat yang Allah SWT berfirman dalam Q.S Abasa
digunakan untuk menjual jajanan tidak boleh /80: 24-32.
dekat dengan tempat sampah, saluran air yang
kotor, dekat dengan kamar kecil dan tempat 
harus rapi dan bersih. Hal ini dimaksudkan  
untuk menjaga kebersihan dan tingkat higienitas  
makanan atau jajanan yang akan dikonsumsi  
oleh konsumen (Depkes, 2009). Tingkat  
higienitas perlu ditingkatkan untuk mengurangi   
angka kejadian diare. Dengan cara perilaku cuci  
tangan yang baik dapat menghindarkan diri dari  
diare. Apabila kita selalu mencuci tangan,   
kondisi tangan kita selalu bersih, sehingga dalam  
melakukan aktivitas terutama makan tangan  
yang kita gunakan selalu bersih sehingga tidak  
 Selain perilaku jajan, kebersihan alat
  makan juga dapat mempengaruhi kejadi diare.
  Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
  Shinthamurniwaty (2006) menunjukkan bahwa
 perilaku mencuci alat makan sebelum digunakan
 merupakan faktor protektif terhadap terjadinya
 diare dengan OR = 0,21 (95% CI : 0,05-0,99)
dan secara statistik bermakna dengan nilai p =
Terjemahnya : 0,031.

”Maka hendaklah manusia itu Hal ini sejalan dengan penelitian


memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Iskandar (2005) dimana terdapat hubungan
Kami benar-benar telah mencurahkan air antara pencucian peralatan makan dengan
(dari langit), kemudian Kami belah bumi kejadian diare. Setiap peralatan makan harus
dengan sebaik-baiknya, lalu Kami dicuci dengan air yang mengalir dan
tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur menggunakan detergen atau bila menggunakan
dan sayur-sayuran, zaitun dan pohon ember harus sering diganti airnya, peralatan
kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah- yang sudah bersih disimpan ditempat yang
buahan serta rumput-rumputan, untuk tertutup dan tidak memungkinkan terjadinya
kesenanganmu dan untuk binatang-binatang pencemaran, demikian pula lap yang digunakan
ternakmu.” (Qs Abasa: 24-32) harus sering diganti agar tidak terjadi
Allah SWT dalam ayat di atas pencemaran ulang lap yang kotor pada peralatan
memerintahkan setiap manusia untuk melihat yang sudah bersih (Depkes, 2006).
apa yang dia makan, apa yang masuk ke dalam c. Pengaruh Status Gizi terhadap kejadian
perutnya. Perintah tersebut mengandung diare
beberapa hikmah diantaranya : Hasil uji kejadian diare berdasarkan
Pertama : agar manusia berfikir tentang status gizi responden yang terdiri dari perilaku
kebesaran Allah swt yang telah menyediakan makan kategori gizi kurang (kurus) dan gizi
makanan untuk keperluan hidup manusia. seimbang (normal) menunjukkan bahwa
Berkata Imam Qurtubi dalam tafsirnya (20/143): sebanyak 20 orang (95,2%) responden yang
“Maka hendaknya manusia melihat bagaimana berada dalam kategori gizi kurang (kurus)
Allah menciptakan makanan untuk manusi yaitu mengalami diare dan 9 orang (22%) responden
makanan yang merupakan kebutuhan pokok tidak mengalami diare. Responden yang berada
hidupnya, bagaimana Allah menyediakan dalam kategori gizi seimbang (normal) yang
baginya sarana kehidupan, hal ini agar dia mengalami diare sebanyak 1 orang (4,8%) dan
mempersiapkan diri untuk kehidupan di akherat tidak mengalami diare sebanyak 32 orang
“. (78%). Data menunjukkan bahwa mayoritas
Kedua : ketika memerintahkan setiap responden yang memiliki gizi kurang (kurus)
manusia untuk melihat apa yang dimakan, Allah mengalami diare.
SWT menyebutkan beberapa nama makanan Berdasarkan hasil penelitian
yang sebenarnya sangat bagus untuk menunjukkan bahwa ada hubungan yang
kelangsungan kehidupan manusia itu sendiri, signifikan antara status gizi dengan kejadian
seperti biji-bijian, anggur, sayur-sayuran, diare (p < 0,001). Hasil analisis diperoleh pula
zaitun, atau kurma, kebun-kebun yang lebat, dan nilai OR = 71,111 artinya : responden yang
buah-buahan. memiliki status gizi kurang (kurus) mempunya
Ketiga : Perintah untuk memperhatikan peluang 71,111 kali mengalami diare. Hal ini
makanan, adalah perintah untuk berhati-hati menandakan bahwa secara parsial status gizi
memilih makanan, agar kita tidak sembarang mempunyai pengaruh signifikan terhadap
mengkomsumsi makanan yang membahayakan kejadian diare.
kesehatan kita. Pada balita penderita kurang gizi
serangan diare terjadi lebih sering. Semakin
buruk keadaan / status gizi balita, semakin melakukan kajian terhadap beberapa faktor
sering dan berat diare yang diderita. Di duga risiko diare di Indonesia menyimpulan bahwa
bahwa mukosa penderita malnutrisi sangat peka status gizi yang rendah pada bayi dan balita
terhadap infeksi karena daya tahan tubuh yang merupakan faktor resiko terjadinya diare. Status
kurang (Shinthamurniwaty, 2006). gizi buruk dapat mempengaruhi kejadian dan
Status gzi pada anak sangat berpengaruh lamanya diare.
terhadap kejadian penyakit diare. Pada anak
yang menderita kurang gizi dan gizi buruk yang Keterbatasan Penelitian
mendapatkan asupan makan yang kurang Dari hasil penelitian ini tentu masih
mengakibatkan diare yang lebih lama dan sering. belum sempurna dan tidak terlepas dari berbagai
Risiko meninggal akibat diare persisten dan atau keterbatasan, sehingga akan empengaruhi hasil
disentri sangat meningkat bila anak sudah penelitian. Adapun keterbatasan tersebut antara
mengalami kurang gizi. Beratnya penyakit, lain :
lamanya dan risiko kematian karena diare 1. Bias informasi (Recall bias, bias
meningkat pada anak-anak dengan kurang gizi, pewawancara )
apalgi pada yang menderita gizi buruk (Palupi, Penelitian ini dalam pengumpulan data
2009). menggunakan kuesioner sangat subyektif,
Hal ini sejalan dengan penelitian yang sehingga kebenaran data sangat tergantung pada
dilakukan Shinthamurniwaty (2006) didapatkan kejujuran responden serta kejujuran dan
hasil analisis tabulasi silang menunjukkan kepekaan dari pewawancara (observer) pada saat
bahwa status gizi balita yang kurang secara observasi (pengukran tinggi badan dan berat
statistik signifikan merupakan faktor risiko badan) dan pengisian kuesioner yang tentunya
terjadinya diare pada balita dengan nilai p = akan sangat mempengaruhi terhadap data dan
0,00. Risiko menderita diare pada balita yang informasi yang dihasilkan. Untuk mendapatkan
mempunyai status gizi kurang adalah 2,54 kali informasi dan hasil yang lebih akurat lagi
lebih besar dibanding yang memiliki status gizi sebaiknya pada peneliti selanjutnya agar
cukup, dengan 95 % CI 1,54 – 4,18. menggunakan observasi langsung untuk
Berdasarkan analisis multivariat dengan mengukur dan mengetahui perilaku cuci tangan
menggunakan regresi logistik berganda metode dan perilaku makan.
backward conditional, variabel status gizi balita 2. Karakteristik responden
berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita Anak-anak yang menjadi responden
dengan nilai OR Adjudted = 4,21 ; 95 % CI : terkadang kurang kooperatif pada saat
2,30 – 7,73). melakukan pengukuran tinggi badan dan berat
Selain itu, penilitian ini juga sejalan badan sehingga untuk meminimalkan kesalahan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Iswari dalam data seringkali dilakukan pengukuran
(2011) yang menunjukkan adanya hubungan berulang pada beberapa responden.
antara status gizi dengan kejadian diare. Pada
penelitian tersebut menunjukkan anak dengan
status gizi buruk lebih banyak dibandingkan 4. KESIMPULAN
anak dengan status gizi kurang dan gizi baik. a. Terdapat hubungan yang signifikan antara
Hasil analisis hubungan menunjukkan bahwa perilaku cuci tangan dengan kejadian diare
status gizi balita yang kurang secara statistik (p = 0,000 < 0,001) dan nilai OR = 36,364
signifikan merupakan faktor risiko terjadinya artinya : responden yang memiliki perilaku
diare pada anak. Berdasarkan analisis cuci tangan yang tidak baik mempunya
multivariat dengan menggunakan regresi peluang 36 kali mengalami diare.
logisytik berganda metode error, variabel status b. Terdapat hubungan yang signifikan antara
gizi anak memiliki hubungan terhadap kejadian perilaku makan dengan kejadian diare (p =
diare pada balita. 0,000 < 0,001) dan nilai OR = 23, 125
Penelitian ini sesuai dengan penelitian artinya : responden yang memiliki perilaku
yang dilakukan oleh Adisasmito (2007) yang
makan yang tidak baik mempunya peluang
23 kali mengalami diare. Achadi, E.L. Gizi dan Kesehatan Masyarakat
c. Terdapat hubungan yang signifikan antara Edisi 1. Jakarta: PT Raja Grafindo
status gizi dengan kejadian diare (p = 0,000
Persada. 2007.
< 0,001) dan nilai OR = 71,111 artinya :
Adisasmito W. Faktor Risiko Diare Pada Bayi
responden yang memiliki status gizi kurang
(kurus) mempunya peluang 71 kali Dan Balita Di Indonesia: Systematic
mengalami diare. Review Penelitian Akademik Bidang
Kesehatan Masyarakat. Makara
Saran Kesehatan 2007; 11(1): 1-10.
1. Bagi pelayanan keperawatan Agustin, Ida Sri Aini. Hubungan Antara
Melihat faktor-faktor yang Status Gizi, Imunisasi Campak,
mempengaruhi kejadian diare pada anak pra
Higiene Perorangan Dan Sanitasi
sekolah di TK Raudhatul Athfal Alauddin, maka
perlu dilakukan kegiatan edukasi kepada orang Rumah Dengan Kejadian Diare Pada
tua otentang pencegahan dan penanganan anak Anak Usia 12-24 Bulan (Studi Di
diare di rumah, terutama mengajarkan cara Wilayah Kerja Puskesmas Suboh
mencuci tangan yang benar dengan Kabupaten Situbondo). Jember :
menggunakan sabun dan air bersih, mengajarkan Universitas Jember. 2008.
bagaimana berprilaku makan yang baik dan Ahlquist D.A & Camilleri M. Diarrhea And
tentang pemberian makanan yang bergizi dan Constipation, In:
seimbang melihat dari hasil penelitian bahwa Harrison’s
anak dengan status gizi buruk kurang dan buruk Principles Of Internal Medicine 116th
mempunyai hubungan signiikan dalam
Ed. USA: McGraw Hill. 2005.
terjadinya penyakit diare.
Albert dan Trevino. Faktor-Faktor yang
2. Bagi pendidikan keperawatan
Mempengaruhi Insidens Diare Balita di
Berdasarkan hasil penelitian faktor ibu
adalah faktor yang berpengaruh besar terhadap Jakarta Timur. Fakultas Kedokteran,
kejadian diare pada anak. Perlunya perhatian Universitas Indonesia Vo. 2 No.2. 2014.
yang lebih dari praktisi kesehatan terutama Aprianigsih. Indikator
perawat dalam pencegahan penyakit pada anak. Perbaikan Lingkungan
Sasaran utama dalam pencegahan ini adalah ibu, Kesehatan Anak. Jakarta : EGC. 2009
dengan pemberian edukasi kesehatan yang tepat Apriyanti, M. Faktor-Faktor Yang
diharapkan akan mengurangi angka kesakitan Berhubungan Dengan Kejadian
diare pada anak. Diharapkan juga hasil Diare Pada Anak Usia 6-24 Bulan
penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
Di Wilayah Kerja Puskesemas
referensi bagi mahasiswa keperawatan.
3. Bagi penelitian Swakelola
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi 11 Ilir Palembang. Palembang :
dasar untuk penelitian selanjutnya tentang Universitas Sriwijaya. 2009
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
diare pada anak usia pra sekolah (3-6 tahun).
Penelitian tentang hubungan perilaku cuci
tangan, perilaku makan dan status gizi dengan
kejadian diare perlu dialkukan pada penelitian
selanjutnya untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap penurunan kejadian diare pada anak.

5. REFERENSI
Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi. EGC:
Jakarta. 2009.

Atikah Provetawati & Ernawati


Kusumawati. Ilmu Gizi Untuk
Keperawatan Dan Gizi Kesehatan.
Jakarta: Penerbit Nuha Medika. 2011.
Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC. 2013.
Hidayat, A. Aziz Alimul. Penelitian
Darmawati. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Diare
Pada Masyaraka Di Keluraha
t n
Puncak Indah Kecamata Malili
n
Kabupaten Luwu Timur Tahun 2012.
Jurnal Kesehatan. 2012.
id.scribd.com/doc/201651005/Jurnal-
Thita-PDF (7 Januari 2015).
Departemen Kesehatan RI. Kumpulan modul
kursus hygiene sanitasi makanan &
minuman. Sub Direktorat Sanitasi
Makanan dan Bahan Pangan Direktorat
Penyehatan Lingkungan. Jakarta: Ditjen
PPM & PL. 2006
Dinas Kesehatan Pemerintah Kota
Makassar. Profil Kesehatan Kota
Makassar 2014. 2013.
Dinas kesehatan Prov. Sul-Sel. Diare: Situs
Resmi Dinkes Sul-Sel. 2009. http/dinkes-
sul-sel.com (8 Januari 2015).
Dinas Kesehatan Prov. Sul-Sel. Profil
kesehatan provinsi Sulawesi Selatan.
2010. Official Website.
http:///datinkessulsel.wordpress.com/2
009/11/30/profil-kesehatan-provinsi-
sulawesi-selatan-tahun-2009/ (8 Januari
2015).
Ernawati. Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Tentang Peningkatan Pengetahuan
Tentang Diare Pada Anak Jalanan Di
Semarang. Universitas Diponogoro. 2012
Firman, Zai Nias. Karakteristik, Pengetahuan,
Dan Sikap Pencegahan Diare. 2008.
fir_zai@yahoo.com (7 Januari 2015).
Hardi, Masni, dkk. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Diare Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Baranglompo Kexamatan Ujung Tanah
Tahun 2012. Jurnal Ilmiah.
2012.Repository.unhas.ac.id/handle/12345
6 789/4666 ( 5 Januari 2015).
Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian
dengan Statistik. Jakarta: Bumi
Aksara. 2006.
Keperawatan Dan Tekhnik Analisa 2008.http:///www.sanitasi.or.id/
Data. Jakarta: Salemba Medika. indeks.php? (5 Januari 2015).
2008. Mustofa, M. Chabib. Hubungan Antara
Hidayat. Konsep Dasar Mencuci Penguasaan Materi Thaharah
Tangan
Yang Baik. EGC: Jakarta. 2005. Dengan
Hidayat, A. Azil Alimul. Pengantar
Ilmu Keperawatan Anak Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika. 2008.
Iskandar K. 2005. Hubungan Kejadian Diare
pada Balita dengan Perilaku Hidup
Bersih, Sarana Air Bersih dan Jamban
di Wilayah Puskesmas Kasomalang
Kecamatan Jalancagak Kabupaten
Subang Bulan Maret-Juni Tahun 2005.
[Skripsi]. Fakultas
Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.
journal.ui.ac.id/ diunggah 15
November 2014. 29.
Iswari, Yeni. Analisis Faktor Resiko
Kejadian Diare Pada Anak Usia
Dibawah 2 Tahun Di RSUD Kota
Jakarta. FIK UI. 2011.
Karomah, Atika Nurul. Penelitian Tentang Cara
Mencuci Tangan Yang BaikTerhadap
Kebersihan Dan Kesehatan Tubuh
Pada Anak Sekolah Dasar di SD
Negeri Kauman 07 Batang Tahun
2013/201. Poltekkes Kemenkes
Semarang. 2013.
Kementrian Kesehatan RI.
Panduan Sosialisasi
Tatalaksana Diare Pada Balita.
Direktorat Jendral Pengadilan
Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan.
2011.
Kementerian Kesehatan R.I. Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. 2013.
Lily. Mediakom. Kementerian
Kesehatan edisi XXVI Oktober
2010. 2007.
Mujianto. Sanitasi Buruk Masyarakat
Terpuruk.
JOURNAL OF ISLAMIC
NURSING

Kebiasaan Hidup Bersih Pada Kesehatan Keluarga. Jakarta: Kompas.


Siswa Di Mts Nu 10 Penawaja 2010.
Pageruyung Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Mishbah:
Salatiga. 2011.
Kab. Kendal Tahun 2011. STAIN

Pesan, Kesan dan Keserasian Al-


Notoadmodji, Soekidjo. Metodologi Qur’an. Surah al-Fatihah dan Surah al-
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Baqarah Vol. 1. Jakarta: Lentera Hati.
Rhineka Cipta. 2010. 2009.
Nursalam. Konsep Dan Penerapan Shet, Mini dan Obrah, Monika. Diarrhea
Metodologi Penelitian Prevention Through Food Safety
Ilmu Keperawatan: Edducation. Indian Journal of
Pediatrics 2006 ; 71(2) : 12-18
Pedoman Skripsi, Tesis Dan
Sindo, Harian. Diare, Penyebab
Instrumen Penelitian Kematin Kedua Balita Di Dunia.
Keperawatan. Jakarta: Salemba Harian Sindo.
Medika. 2008. 2010.Iibrary.um.ac.id/images/stories/kl
Palupi, A. Status Gizi dan Hubungannya iping_pendidikan_2009/.../diare.doc (5
dengan Kejadiaan diare pada anak Januari 2015).
akut di ruang rawat inap RSUP Dr. Sinthamurniwaty. Faktor-Faktor Risiko
Sardhito Yogyakarta. Jurnal Gizi Kejadian Diare Akut Pada Balita
Klinik Indonesia, vol. , No.1, Juli 2009 (Studi Kasus Di
Pierce A. dan Neil R. At a Glance: Ilmu Kabupaten Semarang).
Bedah, Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. UNDIP Semarang. 2006.
2006. Siswanto, Hadi. Pendidikan Kesehatan Anak
Pradipta, Aditya, dkk. 2013. Hubungan
Usia Dini. Yogyakarta: Pusta ka

Perilaku Jajan Dengan Kejadian Rihama. 2010.


Diare Pada Anak Sekolah Dasar Di Subagijo. Hubungan Antara Perilaku Hidup
Kel. Cempaka Kec. Cempakakota Ban Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan
Jarbaru. Jurnal Berkala Kedokteran Kejadian Diare Yang Berobat Ke
Vol. 9 No. 1 April 2013: 81-86 Puskesmas Purwokwerto Barat Tahun
Rikayanti, Kadek Herna. Hubungan Tingkat 2006. Banyumas: PDF abstrak. Skripsi
Pengetahuan Dengan Perilaku Sarjana. 2006.
Mencuci Tangan Petugas Kesehatan Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif
Di Rumah Sakit Umum Daerah Dan Kualitatif. Bandung: Alfa beta.
2007.
Badung Tahun 2013. Jurnal
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif,
Community Health Vol. 2 No.1. 2014.
Ramaiah, Safitri. Diare. Jakarta: PT. Bhuana Kualitatif dan R&D. Bandung:
Ilmu Populer. 2008. Alfabeta. 2009.
Rompas, dkk. Hubungan Antara Perilaku Sulhana, Karman. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan
2006.
Terjadinya Diare Pada Anak Usia
Suparyanto. Konsep Makanan Sehat. 2010.
Sekolah Di SD Gmim Dua Kecamatan
http://dr.suparyanto/2010/07/konsep-
Tareran. Manado: Universitas Sam makanan-sehat.html (20 Januari 2915).
ratulangi. 2013 Supriasa, I Dewa Nyoman, dkk.
Sandjadja, dkk. Kamus Gizi Pelengkap Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
2005.
JOURNAL OF ISLAMIC
NURSING
Volume 1 Nomor 1
31
JOURNAL OF ISLAMIC
NURSING

Suraatmaja, Sudaryat. Gastroenterologi Pidie. STIKES Banda


Anak. Jakarta: Kapita Selekta. 2005. Aceh. 2011.
Suraatmaja, Sudaryat. Gastroenterologi Zuraidah. Hubungan Pengetahuan Dan
Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007. Sikap Dengan Perilaku Mencuci
Suriadi & Yulianni. Buku Pegangan Tangan Dengan Benar Pada
Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Siswa
Pada Anak. Jakarta: PT. Percetakan Kelas V SDIT AN-NIDA’ Kota

Lubuklinggau Tahun 2013. Politeknik


Penebar Swadaya. 2006.
Thohari, Fuad. Makanan Dalam Perspektif Kesehatan Palembang. 2013.
Islam. 2013.
http://www.masjidrayavip.org/index.p
hp?option=com_content&view=article
&id=124:makanan-dalam-perspektif-
islam&catid=45:artikel-
islam&Itemid=67 (31 Januari 2015).
Ward, Valerie. Surveilans Puskesmas
Mangasa. 2012.
https://www.scribd.com/
doc/192219403/makalah-Surveilans-
Puskesmas-Mangasa-docx(29 Januari
2015).
Wardhani, Dea Priska K. Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Frekuensi
Kejadian Diare Pada Bayi Umur 7-12
Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungmundu Kecamatan Tembalang
Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masayarakat Vo. 1 No.2 Hal. 945-954.
2012.
WHO. Kader Kesehatan Masyarakat, Buku
Kedokteran. Jakarta. 2009.
Wijaya, Andra S. Keperawatan Medikal
Medah (Keperawatan Dewasa.
Jakarta: EGC. 2013.
Wijoyo.Y. Diare Pahami Penyakit dan
Obatnya. Yogyakarta: Citra Aji
Paraman. 2013.
Zaitun, Amalia. Faktor-Faktor Yang
Behubunga Dengan Terjadinya
Diare Pada Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kota
Sigli Kabupaten

Volume 1 Nomor 1 32

Anda mungkin juga menyukai