Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai diprediksi muncul sekitar abad ke-5 masehi. Bukti otentik berdirinya Kerajaan
Kutai adalah ditemukannya tujuh buah
prasasti Yupa.
Yupa merupakan tugu prasasti yang
ditulis dengan bahasa sansekerta oleh para kaum Brahmana untuk mengingat kedermawanan Raja Mulawarman.
Kerajaan Kutai Martapura terletak di
Muara Kaman, Kalimantan Timur tepatnya di hulu sungai Mahakam. Penamaan Kerajaan Kutai sendiri ditentukan oleh para ahli sejarah dengan mengambil nama dari tempat ditemukannya prasasti Yupa yaitu di daerah Kutai.
Prasasti Yupa mencatat puncak kejayaan
Kerajaan Kutai berada pada masa pemerintahan Raja Mulawarman.
Pada masa itu, kekuasaan Kerajaan Kutai
hampir meliputi seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kerajaan Kutai juga hidup sejahtera dan makmur. PENINGGALAN KERAJAAN KUTAI PRASASTI
KERAJAAN BUDHA
Kerajaan Majapahit (1293 – 1500 M)
Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada masa kekuasaan Hayam Wuruk yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Majapahit banyak meninggalkan tempat-tempat suci, sisa-sisa sarana ritual keagamaan masa itu. Bangunan-bangunan suci ini dikenal dengan nama candi, pemandian suci (pertirtan) dan gua- gua pertapaan. Bangunan-bangunan yang ditinggalkan tersebut kebanyakan beraliran agama Siwa dan sedikit yang bersifat agama Buddha, yaitu lain Candi Jago, Bhayalangu, Sanggrahan, dan Jabung. Peninggalan lain dari kerajaan ini adalah Kakawin Nagarakretagama, Arjunawijaya, dan Sutasoma. Candi Jabung merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit. Berdasarkan sumber tertulis, raja-raja Majapahit umumnya beragama Siwa dari aliran Siwasiddhanta, kecuali Tribuwanattungadewi (ibunda Hayam Wuruk) yang beragama Buddha Mahayana. Namun demikian, agama Siwa dan agama Buddha tetap menjadi agama resmi kerajaan hingga akhir tahun 1447. Pada masa pemerintahan Raden Wijaya (Kertarajasa), terdapat dua pejabat resmi keagamaan tinggi Siwa dan Buddha, yaitu Dharmadyaksa ring Kasiwan dan Dharmadyaksa ring Kasogatan, kemudian lima pejabat Siwa di bawahnya yang disebut Dharmapapati atau Dharmadihikarana. Pada zaman Majapahit, ada dua buku yang menguraikan ajaran Buddhisme Mahayana, yaitu Sanghyang Kamahayanan Mantrayana yang berisi mengenai ajaran yang ditujukan kepada biksu yang sedang ditahbiskan, serta Sanghyang Kamahayanikan yang berisi mengenai kumpulan pengajaran bagi seseorang untuk dapat mencapai pelepasan. PENINGGALAN KERAJAAN MAJAPAHIT CANDI BAJANG RATU
KERAJAAN ISLAM CIREBON
Kerajaan Islam Cirebon Selanjutnya Kerajaan Islam
Cirebon yang didirikan oleh Pangeran Walangsungsang pada 1430. Kerajaan Islam Cirebon berhasil mencapai kejayaannya di bawah pemerintahan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, yang berkuasa sejak 1479 hingga 1568. Disebutkan bahwa Sunan Gunung Jati berhasil memajukan kerajaan dan berperan besar dalam penyebaran agama Islam di Cirebon. Tidak hanya itu, Sunan Gunung Jati juga telah menaklukkan beberapa daerah di Pulau Jawa demi kepentingan politik. Berkat pencapaiannya tersebut, Sunan Gunung Jati yakini sebagai pendiri dinasti raja- raja Kesultanan Cirebon serta penyebar agama Islam di Jawa Barat. Kerajaan Islam Cirebon runtuh pada 1666, karena adanya fitnah dari Sultan Amangkurat I, penguasa Mataram. Sultan Amangkurat I menuduh Panembahan Ratu II telah bersekongkol dengan Banten untuk menjatuhkan kekuasaannya di Mataram.
PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM (CIREBON)
KERATON KANOMAN
Keraton Kanoman didirikan oleh Pangeran
Mohammad Badridin atau Pangeran Kertawijaya , Keraton Kanoman mempunyai luas sekitar 6 Hektar dan berlokasi di belakang pasar di Kraton ini merupakan tempat tinggal kesultanan ke-12 yaitu Sultan Muhammad Emiruddin beserta keluarganya. Keraton Kanoman mempunyai komplek yang luas dan terdiri dari banyak bangunan kuno.
Di keraton ini terdapat dua kereta yang disimpan dan
merupakan peninggalan kuno dari Kesultanan Cirebon yaitu kereta Paksi Naga Liman dan Kereta Jempana,Kesultanan Kanoman merupakan pembagian dari Kesultanan Cirebon , yang dibagi kepada putera Pangeran Girilaya yaitu Pangeran Raja Kartawijaya.