Anda di halaman 1dari 3

NAMA PAWALAWAN JAWA BARAT

NAMA : JEHAN SAKHILA

KELAS : 7F

1. Dewi Sartika

Dewi Sartika lahir dari keluarga Sunda yang ternama, yaitu R. Rangga Somanegara dan R. A.
Rajapermas di Cicalengka pada 4 Desember 1884. Ketika masih kanak-kanak, ia selalu
bermain peran menjadi seorang guru ketika seusai sekolah bersama teman-temannya.

Setelah ayahnya meninggal, ia tinggal bersama dengan pamannya. Ia menerima pendidikan


yang sesuai dengan budaya Sunda oleh pamannya, meskipun sebelumnya ia sudah
menerima pengetahuan mengenai budaya barat. Pada tahun 1899, ia pindah ke Bandung.

Pada 16 Januari 1904, ia membuat sekolah yang bernama Sekolah Isteri di Pendopo
Kabupaten Bandung. Sekolah tersebut kemudian direlokasi ke Jalan Ciguriang dan berubah
nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri pada tahun 1910.

Pada tahun 1912, sudah ada sembilan sekolah yang tersebar di seluruh Jawa Barat, lalu
kemudian berkembang menjadi satu sekolah tiap kota maupun kabupaten pada tahun 1920.
Pada September 1929, sekolah tersebut berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi.

Ia meninggal pada 11 September 1947 di Cineam ketika dalam masa perang kemerdekaan.
2. Djuanda Kartawidjaja

Ir. H. Raden Djoeanda Kartawidjaja (EYD: Juanda Kartawijaya lahir di Tasikmalaya, Hindia
Belanda, 14 Januari 1911 – meninggal di Jakarta, 7 November 1963 pada umur 52 tahun)
adalah Perdana Menteri Indonesia ke-10 sekaligus yang terakhir.

Ia menjabat dari 9 April 1957 hingga 9 Juli 1959. Setelah itu ia menjabat sebagai Menteri
Keuangan dalam Kabinet Kerja I.

Sumbangannya yang terbesar dalam masa jabatannya adalah Deklarasi Djuanda tahun 1957
yang menyatakan bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam
kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI atau dikenal dengan sebutan
sebagai negara kepulauan dalam konvensi hukum laut United Nations Convention on Law of
the Sea (UNCLOS). 

Namanya diabadikan sebagai nama Bandar Udara di Surabaya, Jawa Timur yaitu Bandar
Udara Internasional Juanda atas jasanya dalam memperjuangkan pembangunan lapangan
terbang tersebut sehingga dapat terlaksana.

Selain itu juga diabadikan untuk nama hutan raya di Bandung yaitu Taman Hutan Raya Ir. H.
Djuanda, dalam taman ini terdapat Museum dan Monumen Ir. H. Djuanda. Dan namanya
pun juga diabadikan sebagai nama jalan di Jakarta yaitu JL. Ir. Juanda di bilangan Jakarta
Pusat, dan nama salah satu Stasiun Kereta Api di Indonesia, yaitu Stasiun Juanda.

Djuanda wafat di Jakarta 7 November 1963 karena serang jantung dan dimakamkan di TMP
Kalibata, Jakarta. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No.244/1963 Ir. H. Djuanda
Kartawidjaja diangkat sebagai tokoh nasional/pahlawan kemerdekaan nasional.

Pada tanggal 19 Desember 2016, atas jasa jasanya, Pemerintah Republik Indonesia,
mengabadikan Djoeanda di pecahan uang kertas rupiah baru NKRI, pecahan Rp50.000.
3. Iwa Koesoemasoemantri

Prof. Iwa Koesoemasoemantri, S.H. lahir di Ciamis, 31 Mei 1899 – meninggal 27 November
1971 pada umur 72 tahun.

Iwa Kusumasumantri (Ejaan Soewandi), adalah seorang politikus Indonesia. Iwa lulus dari
sekolah hukum di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) dan Belanda sebelum menghabiskan
waktu di sebuah sekolah di Uni Soviet.

Setelah kembali ke Indonesia ia membuktikan dirinya sebagai seorang pengacara, nasionalis,


dan, kemudian, seorang tokoh hak-hak pekerja. Selama dua puluh tahun pertama
kemerdekaan Indonesia, Iwa memegang beberapa posisi kabinet.

Setelah pensiun ia melanjutkan pengabdiannya dengan terus menulis. Pada tahun 2002 Iwa
dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai