Anda di halaman 1dari 63

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENANGANAN

GELANDANGAN DAN PENGEMIS STUDI PADA DINAS SOSIAL

KOTA JAMBI

SKRIPSI

IZA ZUHRIAH
SIP.151995

PEMBIMBING :
Dr.Agus Salim., MA.,M.IR,Ph.D
Yudi Armansyah., M.Hum

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
LEMBARAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Iza Zuhriah

Tempat/tanggal lahir : Puntikalo, 7 November 1996

Jenis kelamin : Perempuan

NIM : SIP 151996

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Alamat : Desa Puntikalo, KEC, Sumay, Kab, Tebo

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar starata 1 (S1) di Fakultas Syariah
UIN STS Jambi.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN STS Jambi.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan merupakan hasil karya
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN STS Jambi.

ii
iii
iv
MOTTO

‫ض َعافًا َخافُوا َعلَيْ ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا هللاَ َو ْليَقُولُوْ ا قَوْ الً َس ِد ْيدًا‬


ِ ً‫ش الَّ ِذ ْينَ لَوْ تَ َر ُكوْ ا ِم ْن َخ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬

Artinya : “Dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, apabila seandainya

mereka meningalkan anak-anaknya , yang dalam keadaan lemah. Oleh karena itu,

hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang

benar. )QS.An – Nisa (4): 9)1

1
QS. An-Nisa (4): 9)

v
vi
vii
ABSTRAK

Iza Zuhriah, SIP 15195; “Efektivitas Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan

Gelandangan dan Pengemis Studi Kasus Dinas Sosial Kota jambi.

Skripsi ini berjudul Efektivitas kebijakan pemerintah dalam penanganan

gelandangan dan pengemis studi pada dinas sosial kota jambi. Penelitian ini

dilakukan karena dalam melaksanakan sejauh mana dinas sosial melaukan efektif

terhadap penanganan gelandangan dan pengemis dikota jambi ini.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilaksanakan diKota Jambi

khususnya daerah Simpang rimbo, peneliitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif empiris dengan metode pengumpulan data, melalui observasi,

wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini, pertama, Untuk mengetahui

regulasi penanganan gelandangan dan pengemis di Kota Jambi. Kedua, Untuk

mengetahui tentang efektivitas penanganan gelandangan dan pengemis oleh Dinas

Sosial Kota Jambi. Tiga, Untuk mengetahui bahwa Apa faktor-faktor yang

menghambat evektivitas penanganan gelandangan dan pengemis oleh Dinas

Sosial Kota Jambi.

Kata kunci : kebijakan pemerintah , gelandangan dan pengemis

viii
PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulilah, kupersempahkan karya kecilku ini


untuk orang-orang yang kusayangi:

Ku persembahkan sebuah karya kecil ini untuk orang tuaku,yaitu H.Buhri


dan HJ. Mai syarahku tercinta,yang tiada hentinya selama ini memberiku
semangat,doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak
tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku…

Kepada Abangku Aan Driadi, Abangku Hendri Yansyah S,pd , Ayuk


Iparku Nora Puspita Sari serta Keponakanku Aulia Ramadhani, Azika
Urrahmah.Terima kasih selalu mendoakan, mendukung, memberikan perhatian dan
semangat untukku.

Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan


batuan tuhan dan orang lain. Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain
bersama sahabat-sahabat terbaikku, terimakasih kuucapkan kepada sahabat Pejuang
S.Sos yaitu Ety Purnama Sari, Ayu Wahyuni, Arif Agus Prastia, Rusdi
Arpendo, Zubaidah, dan genk Amburaul, adik-adiku serta sahabat-sahabat dan
senior-seniorku pergerakan mahasiswa islam indonesia angakatan 2015.

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan
dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna. Hidup tampa
mimpi ibarat arus sungai. Mengalir tanpa tujuan. Teruslah belajar, berusaha, dan
berdoa untuk mengampainya.

Jatuh berdiri lagi. Kalah coba lagi. Gagalbangkitlagi.

Never give up!

Sampai Allah SWT berkata” Perjuangan mu tak sia-sia”

Hanya sebuah karya keci dan untaian kata-kata ini yang dapat kupersembahkan kepada
kalian semua,terimakasih beribu terimakasih kuucapkan

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i

PERNYATAAN KEASLIAN................................................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN......................................................................iv

MOTTO..................................................................................................................v

TRANLITERASI..................................................................................................iv

KATA PENGANTAR...........................................................................................ix

ABSTRAK............................................................................................................xii

PERSEMBAHAN...............................................................................................xiii

DAFTAR ISI........................................................................................................xiv

DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xvi

DAFTAR TABEL.....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................8

C. Batasan Masalah……………………………………………………….......8

D. Tujuan penelitian.........................................................................................8

x
E. MamfaatPenelitian………………………………………………………...9

F. Kerangka Teori...........................................................................................10

G. Tinjauan Pustaka........................................................................................13

BAB II METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................14

B. Pendekatan Penelitian................................................................................14

C. Jenis dan Sumber Data...............................................................................15

D. Tehnik Pengumpulan Data………………………………………….........17

E. Tehnik Analisis Data.................................................................................20

F. Sistematika Penulisan.................................................................................22

G. Jadwal Penelitian………………………………………………………....24

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Aspek Historis dan Geografis....................................................................26

B. Demografi Kantor DinasSosial……….....................................................30

C. Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Jambi......................................................33

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Regulasi tujuan penanganan gelandangan dan pengemis diKota

Jambi………………………………….............................……………….35

B. Efektivitas gelandangan dan pengemis oleh Dinas Sosial Kota diKota

Jambi..........................................................................................................39

xi
C. Faktor-Faktor yang menghambat efektivitas Penanganan Gepeng oleh

Dinas Sosial Kota Jambi............................................................................42

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................46

B. Saran...........................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan demokrasi yang menuntut dalam praktek

dan sosial pasca rezim orde baru merupakan salah satu agenda bersama gerakan

reformasi. Di samping tuntutan tersebut terdapat gugatan terhadap tuntutan akan

kesejahteraan rakyat sebagai tindakan yang relevan akan semangat demokrasi

tersebut. Karena diperlukan paradigma atau cara pandang baru dalam menyikapi

setiap tuntutan masyarakat yang semakin heterogen.2

Konsep pemerintahan demokrasi yang menuntut masyarakat yang ikut

terlibat langsung dalam pengambilan kebijakan yang mengarah kepada

kesejahteraan masyarakat Penanganan gelandangan pengemis berdasarkan pada

nilai-nilai pancasila dan prinsip perlindungan dan hak-hak asasi di Jambi belum

disesuaikan yang telah ditetapkan oleh peraturan wali Kota Jambi yang tertuang

dalam undang-undang No 29 tahun 2016 tentang penaganan gelandangan

pengemis.

Berbagai faktor penunjang dalam keberhasilan suatu konsep mengarah

sebagai konsep demokrasi mengharuskan masyarakatnya mampu untuk ikut serta

dalam mengawal pemerintahan yang ada. Sebagai mahluk sosial tidaklah

menguntukan baginya untuk duduk manis sementara semua keputusan mengenai

masyarakat dibuat oleh penguasa yang tidak diupayakan untuk mengontrol atau

untuk mengarahkanya seperti diketahui partisipasi aktif dalam hal-hal yang


2
Muljarto, politik pembangunan, analisis, konsep, strategi ,(yogjakarta : tiara wacana
1978) ,hlm 22

1
2

diperbaiki suatu eksentensi beradat. Masyarakat atau negara merupakan bagian

yang terpenting dalam perkembang wataknya. 3

Kehidupan negara dewasa ini masih menyelimuti gemuruhnya suasana

demokrasi untuk menentukan siapa yang menentukan sebagai calon pemimpin

bangsa, dimana masyarakat menegah kebawah memengaruhi kenaikan harga

pagan yang kian melambung, pengaruh terhadap masyarakat dikalangan petani

didorong oleh merebaknya isu positif dikalangan ushawan yang mendorong

perekonomian sehingga pergolakan politik tidak menimbulkan kekerasan sehinga

pengaruhnya terhadap masyarakat dapat meningkatkan investasi modal untuk

menanamkan modalnya .

Pertumbuhan merupakan salah satu dampak negatif dalam pembangunan

dikarenakan pembangunan perkotaan seiring dengan pertumbuhan penduduk

yang semakin bertambah sehingga menimbulkan jumlah angka kriminalitas dan

keberhasilan percepatan pembangunan diwilayah perkotaan dan sebaliknya

keterlambatan pembangunan diwilayah perdesaan mengundang harus migrasi desa

kekota yang antar lain mengakibatkan jumlah penduduk perkotaan kian melonjak

yang mengakibatkan bertambahnya jumlah penganguran di wilayah perkotaan.

Pertumbuhan jumlah penduduk mengakibatkan sulitnya permukiman dan

pekerjaan wilayah perkotaan saat ini.4

Sebagai alat pemicu pertumbuhan ekonomi diindonesia, dikesatuan visi

dan misi suatu bangsa dimasa kini dan masa yang akan datang, perlu diciptakan

3
Agus Dwiyanto, manajemen pelayangan fublik, (Yogjskarta: Gadjah University 2011),
hlm.140
4
http://www.academia.edu/3252603/ Kinerja-Dinas –Sosial-Dalam Penanganan
Gelandangan Pengemis dan anak jalanan,01 juni 2016
3

adanya strategi kebijakan dalam pembangunan perekonomian secara nasional

jangka pendek. Hal ini dapat mempengaruhui pertumbuhan perekonomian jangka

panjang, disisi lain dalam kehidupan masyarakat perkotaan terdapat celah

kehidupan yang sangat memperihatinkan dengan munculnya kehidupan

geladangan, pengemis dan anak jalanan yang berkeliaran dipersimpangan jalan,

keramaian lalu lintas yang tidak memperhatinkan keselamatan dirinya.

Perbedaan yang sangat menonjol pembangunan secara fisik tidak

diimbangi dengan pembangunan moral berbangsa akan berakibatkan rusaknya

fundamental dalam kehidupan didalam masyarakat itu sendiri. Pendidikan lintas

sektoral perlu ditingkatkan guna mengangkat citra bangsa didunia internasional

bahwa kebangkitan suatu bangsa ditandai dengan pedulinya masyarakat terhadap

kehidupan geladangan, pengemis dan anak jalanan yang kian hari makin

bertambah.

Sejalan dengan pembukaan undang-undang dasar 1945 alinea keempat

menegaskan bahwa tujuan dibentuknya pemerintahan negara republik indonesia

adalah melindungi segenap bangsa indonesia yang kemudian diturunkan dalam

undang-undang dasar negara republik indonesia dalam pasal 34 ayat (1) UUD

1945 disebut kan bahwa ”fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh

negara. Maka secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa semua orang miskin

dan semua anak terlantar pada prinsipnya dipelihara oleh negara, tetapi pada

kenyataannya yang ada dilapangan bahwa tidak semua orang miskin yang

bergantung pada penghasilan dijalanan merupakan masalah yang harus dihadapi

semua pihak, bukan hanya orang tua atau keluarga saja, tetapi juga setiap orang
4

yang berada dekat anak tersebut harus dapat dibantu pertumbuhan anak dengan

baik.

Dalam peraturan walikota Jambi tentang penanganan gelandangan,

pengemis dan anak jalanan pada bab I ketentuan umum nomor 7 menyatakan

bahwa gelandangan adalah seseorang yang hidup dalam keadaan tidak

mempunyai tempat tinggal dan tidak memiliki pekerjaan tetap serta mengembara

ditempat umum sehingga hidup tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak

dan masyarakat. Sudah jelas dalam peraturan walikota tersebut mengapa

pemerintahan kita khususnya Kota Jambi tidak membuat panti-panti untuk mereka

supaya mereka merasakan yang layak dengan masyarakat. Memang hal ini sepele

tapi hal yang seperti inilah patut kita jaga. Pada bab II asas dan tujuan dan nilai-

nilai pancasila dan prinsip perlindungan hak asasi manusia pada pasal 3

menyatakan mencegah penyalahgunaan komunitas gelandangan dan pengemis

dari eksploitasi dari pihak-pihak tertentu, pada realita yang saya temukan

pencegahan ini tidak ada pemerintah lakukan bahkan mereka mempunyai

komunitas tersendiri untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.

Pemerintah atau peraturan walikota dalam hal ini telah mengeluarkan

kebijakan tentang bagaimana penanganan atau mengurangi jumlah pengemis

gelandangan di Pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah daerah telah

lama mengeluarkan kebijakan yang dituangkan dalam peraturan daerah walikota

khususnya Kota Jambi diatur dalam Undang-Undang No 29 tahun 2006 tentang

penanganan gelandangan dan pengemis dan anak jalanan di Kota Jambi.

Pemerintah daerah dalam peraturan daerah tersebut sendiri telah merencanakan


5

beberapa program dalam penanganan terhadap gelandangan, pengemis dan anak

jalanan.

Namun apa yang terjadi saat ini, masih banyak gelandangan, pengemis

yang seharusnya mendapat penanganan atau perhatian pemerintah hingga saat ini

banyak kita temukan dijalanan Kota Jambi. Sebagai contoh jumlah anak jalanan

semakin meningkat dari tahun ke tahun banyak hal yang menjadi faktor

pendorong ataupun penarik bagi seorang untuk terjun dan bergabung menjadi

gelandangan salah satunya adalah masalah kemiskinan, belum lagi masalah

masyarakat yang tergolong miskin dan mencari nafkah dijalanan.

Fenomena maraknya gelandangan, dan pengemis sebenarnya telah lama

menjadi masalah tersenidiri bagi pemerintahan maupun masyarakat para

pengguna jalan hampir disetiap jalan kita selalu melihat gelandangan, pengemis

dan anak jalanan yang memberi citra buruk, selalu merusak keindahan Kota Jambi

cenderung meningka dengan berbagai fenomena sosial yang spesifik baik

bersumber dalam masyarakat maupun akibat pengaruh globalisai, industralisasi

dan derasnya alur informasi dan urbanisasi, sementara masalah sosial menjadi

konvensional masih berlanjut termaksud keberadaan anak jalanan, serta pelaku

eksploitasi merupakan beban bagi pemerintahan Kota Jambi.5

Skripsi ini akan membahas tentang efektivitas kebijakan pemerintah dalam

penanganan gelandangan dan pengemis mengambil studi pada Dinas Sosial Kota

Jambi. Masalah yang penulis dilapangan yang akan diuraikan sebagai berikut ini

menjadi alasan utama kenapa topik ini menjadi fokus penelitian skripsi ini.

5
Sarlito Wirawan Sarwono,masalah-masalah kemasyarakatan diindonesia,(Jakarta: Sinar
Harapan,2005), hlm. 49.
6

Walaupun seiring berkembang waktunya dan majunya Kota Jambi sangat

pesat saat ini sudah semakin maju namun disisi lain disetiap pojok lampu merah

Kota Jambi saat ini tampaknya masih dipadati gelandangan dan pengemis, lihat

dilapangan para gelandangan dan pengemis sebagian besarnya dibawah umur dan

orang tua, mereka biasanya meramaikan lampu merah dan pasar pada siang hari

hingga pada malam hari dengan mengunakan mangkok dan gitar kecil.6

Fenomena sosial ini menjadi permasalahan baik bagi masyarakat dan

pemerintah Kota Jambi, terutama bagi Dinas Sosial Kota Jambi, selain mengangu

ketertiban ditempat umum, keberadaan mereka meresahkan masyarakat,

contohnya gelandangan dan pengemis mengangu ketertiban umum dengan

merusakan taman dan bernyanyi disekitaran lampu merah dan membuat antrian

pengendara roda dua dan juga roda empat semakin sesak dan sebagainya.

Masalah gelandangan dan pengemis tidak terlepas dari meningkatnya


7
jumlah urbanisasi masyarakat desa menuju perkotaan. Sejumlah kajian

menyebutkan munculnya gelandangan dan pengemis sangat terkait dengan faktor

kemiskinan, ketidak harmonisan keluarga dan juga adanya kemalasan dalam

bekerja dan kurang bertanggung jawab orang tua terhadap keluarga jumlah anak

terlantar dan yatim piatu menjadi kontribusi terbesar bagi meningkatnya jumlah

gelandangan dan pengemis anak- anak.

Dinas Sosial Kota Jambi telah melakukan beberapa tindakan untuk

mengatasi masalah gelandangan dan pengemis contohnya setiap satu minggu

6
Htpp://core.ac.uk/download/pdf/33697884.pdf-dinas sosial dalam penanganan dikota
jambi 01 juli 2016
7
.Diakses melalui Koran harian tribun jambi pada tangal 28 juli 2018
7

sekali Dinas Sosial sering melakukan razia setiap persimpangan lampu merah dan

pasar, dari penelitian awal penulis lakukan, tampaknya masalah ini tak kunjung

usai..8

Jumlah gelandangan mengalami kenaikan secara signifikan terutama disaat

bulan ramadhan. Hal ini dikarenakan menjadi budaya musiman kesempatan

mereka mencari nafkah karena dalam islam sedekah itu merupakan salah satu

amal jariyah.

Urbanisasi gelandangan dan pengemis berasal dari daerah jawa dan

palembang, terkait dengan masalah ekonomi adanya persepsi yang buruk tentang

gelandangan pengemis studi pada Dinas Sosial Kota Jambi menjadi kritikan keras

bagi pemerintah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulisan tertarik untuk melakukan

suatu penelitian dalam bentuk penulisan skripsi yang berjudul : Efektivitas

Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan Gelandangan dan Pengemis Studi

Pada Dinas Sosial Kota Jambi.

8
http;//www.jambi ekspresnwes.com/berita-17247-anak jalanan-dan hak yang
terlupakan.html 07 juni 2016
8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah yang

akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana regulasi penanganan gelandangan dan pengemis di Kota Jambi?

2. Apakah penanganan gelandangan dan pengemis oleh Dinas Sosial Kota Jambi?

3. Apa saja faktor-faktor yang menghambat evektivitas penanganan gelandangan

dan pengemis oleh Dinas Sosial Kota Jambi?

C. Batasan Masalah

Agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam penelitian ini maka penulis

memberi batasan terhadap penelitian ini. Adapun batasan masalah yang dimaksud

adalah hanya berkaitan dengan penanganan gelandangan dan pengemis oleh

Dinas Sosial Kota Jambi. Dari tahun 2015 hingga 2017.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka penelitian ini bertujuan dari

penelitian ini yaitu:9

1. Untuk mengetahui regulasi penanganan gelandangan dan pengemis di Kota

Jambi.

2. Untuk mengetahui tentang efektivitas penanganan gelandangan dan pengemis

oleh Dinas Sosial Kota Jambi.

9
Sutrisno hadi, methodology penelitian, (Yogjakarta Fakultas Pisikologi Universitas
Gajah Mada, 1993)hlm.18
9

3. Untuk mengetahui bahwa Apa faktor-faktor yang menghambat evektivitas

penanganan gelandangan dan pengemis oleh Dinas Sosial Kota Jambi.

E. Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian keperpustakan ini

adalah:

1. Secara akademisi, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dibidang

pemikiran bagi pengembangan ilmu administrasi khususnya sebagai bahan

pemahaman dan pembelajaran bagi peneliti maupun mahasiswa lain untuk

melakukan penelitian penelitian secara lebih mendalam mengenai Efektivitas

pemerintah dalam penaganan gelandangan pengemis studi pada dinas sosial

kota jambi.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan saran atau masukan guna

semua pihak terkait khususnya pemerintah kota jambi sebagai mengambil

langkah yang tepat dalam rangka penanganan gelandangan pengemis dan

masalah sosial lainnya studi pada dinas sosial kota jambi

3. Sebagai syarat guna memperoleh gelar serjana strata satu (S1) difakultas

syariah pada jurusan ilmu pemerintahan UIN Sulthan Thaha Saifudin Jambi.
10

F. Kerangka Teori

Teori merupakan serangkaian pernyataan sistematik yang bersifat abstrak

tentang subjek tertentu. Subjek itu dapat berupa pemeliharaan, pendapat, nilai-

nilai, norma-norma, pranata-pranata sosial, peristiwa-peristiwa dan perilaku

manusia10.

Kerangka teori merupakan uraian dari ringkasan tentang teori yang

digunakan dalam menjawab pertanyaan penelitian. Agar penelitian dapat terarah

dan tepat sasaran, maka penulis menganggap perlu kerangka teori sebagai

landasan berfikir guna mendapatkan konsep yang benar dan tepat dalam

penyusunan skripsi. Adapun kerangka teori tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengertian efektivitas

Menurut pendapat Gibson (Bungkaes 2013:46), pengertian efektivitas adalah

penilian yang dibuat sehubung dengan prestasi individu, kelompok, dan

organisasi. Semakin dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan

(standar), maka mereka dinilai semakin efektif.

Menurut pendapat Ravianto (2014:11), pengertian efektivitas adalah seberapa

baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai

dengan pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan perencanaan, baik dalam

waktu, biaya, maupun mutunya, maka dapat dikatakan efektif.

10
Tim Penulis Fakultas Syariah, Pedoman Penulisan Skripsi (edisi revisi), (Jambi :
Syariah press Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, 2014), hlm 25
11

Kreteria efektivitas

Suatu kegiatan atau efektivitas dapat dikatakan efektif bila memenuhui

beberapa kreteria tertentu. Efektivitas sangat berhubungan dengan terlaksananya

semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketetapan waktu, serta adanya usaha atau

partisipasi aktif dari pelaksana tugas tersebut.

Secara umum, beberapa tolak ukur atau kreteria efektivitas adalah sebagai

berikut:

a) Efektivitas keseluruhan, yaitu sejauhmana seseorang atau organisasi

melaksanakan seluruh tugas pokoknya.

b) Produktivitas, yaitu kuantitas produk atau jasa pokok yang dihasilkan

seseorang, kelompok, atau organisasi.

c) Efesiensi, yaitu ukuran keberhasilan suatu kegiatan yang dinilai berdasarkan

besarnya sumber daya yang digunakan unutk mencapai hasil yang

diinginkan.11

2. Pengertian gelandangan dan pengemis

Menurut Dapertemen Sosial R.I (1992), gelandangan adalah orang-orang yang

hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang layak

dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan

yang tetap diwilayah tertentu dan mengembara ditempat umum. “ pengemis”

11
Dikutip dari Blog Oneclick Scienci, Teori Efektivitas, Kreteria, 25 Mei 2019
12

adalah orang-orang yang mendapat penghasilan dari meminta-minta di muka

umum dengan berbagai alasan untuk mendapat belas kasihan dari orang lain.12

Menurut Muthalib dan Sudjarwo dalam Ali, dkk., (1990) diberikan tiga

gambaran umum gelandangan, yaitu :

1. Sekelompok orang miskin atau dimiskinkkan oleh masyarakatnya,

2. Orang yang disingkirkan dari kehidupan khalayak ramai,

3. Orang yang berpola hidup agar mampu bertahan dalam kemiskinan dan

keterasingkan.13

Kreteria gelandanga adalah orang-orang dengan kretria antara lain :14

a) Tanpa tanda kartu penduduk.

b) Tempat tinggal yang tidak pasti.

c) Tanpa penghasilan tetap.

d) Tanpa rencana hari kedepan anak-anaknya maupun dirinya.

e) Anak sampai usia dewasa laki-laki / perempuan usia 18-59 tahun.

Pengemis adalah dengan kreteria antara lain :

a) Mata pencarian tergantung pada belas kasihan orang lain.

b) Berpakain kumuh, compang camping, dan tidak wajar.

c) Berada ditempat umum.

Faktor-faktor munculnya gelandangan dan pengemis adalah :15

12
Peraturan pemerintah No 31, tentang penangulangan gelandangan dan pengemis,
bidang tugas rehabilitasi sosial .jakarta
13
Ali Marpuji , dkk., (1990) gelandangan di kertasura, dalam monografi 3 lembaga
penelitian Universitas Muhammadiyah, sukarto
14
Maghfur Ahmad, kretaria hidup gelandangan dan pengemis, jurnal ilmiah ,STAIN
pekalongan vol.7 no.2, tahun 2010,hlm 2
13

a) Modal tekad yang kuat

b) Malas berusaha

c) Cacat fisik

d) Tidak adanya lapangan pekerjaan

e) Tradisi turun temurun

f) Lebih baik menggemis dari pada penganguran

g) Harga bahan pokok yang mahal

h) Masalah ekonomi

i) Disuruh orang tua

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah uraian hasil-hasil penelitian terdahulu (penelitian-

penelitian lain) yang terkait dengan penelitian ini pada aspek fokus/tema yang

diteliti. Penulis menemukan beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan

masalah yang akan diteliti seperti berikut :

Pertama, skripsi Asrul Nurdin yang berjudul “Implementasi Kebijakan

Peraturan Daerah No 2 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Anak Jalanan,

Gelandangan dan Pengemis di Kota Makasar”. Adapun pada Penelitian ini hanya

terfokus membahas tentang untuk mendeskripsikan Implementasi Perda No 2

Tahun 2008, hasil penelitian ini menunjukan bahwa implementasi perda tersebut

sudah melakukan pembinaan lanjutan, usaha rehabilitas sosial, pemberdayaan,

partisipasi masyarakat.

15
Dimas Dwi Irawan,pengemis undercover rahasia seputar kehidupan pengemis (Jakarta :
titik media publisher, 2013).hlm 4.
14

Kedua, Mardiana Susanti yang berjudul “Implementasi Undang-undang

Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Pembinaan Anak Jalanan Disimpang Rimbo Kota

Jambi”. Pada penelitian skripsi ini membahas tentang bagaimana implikasi

undang-undang no 23 tahun 2002 tentang pembinaan anak jalanan disimpang

rimbo kota jambi undang-undang ini menegaskan bahwa pertangung jawaban

orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan Negara merupakan rangkaian

kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus demi terlindunginya hak-hak

anak. Rangkaian kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah guna

menjaminkan pertumbuhan dan berkembangan anak. Baik fisik, mental, spiritual,

maupun sosial. Tindakan ini dimaksud untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi

anak yang diharapkan sebagai peenerus bangsa yang berpotensial, tangguh,

memiliki nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak mulia dan nilai pancasila, serta

berkamuan keras menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dan Negara.


BAB II

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan khususnya dikantor Dinas Sosial Kota

Jambi. Dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut penulis dapat memperoleh

data yang diperlukan untuk penelitian skripsi ini. Waktu penelitian ini dimulai

dari 17 Januari2019 s.d 17 April 2019.

B. Pendekatan Penelitian

Dalam menganalisa data penulis menggunakan metode penelitian kualitatif

deskriftif, karena data-data yang diperoleh dilapangan berupa data-data yang

merupakan hasil wawancara, pengamatan dan dokumentasi yang berisikan fakta-

fakta yang didapat langsung dari informan dilapangan. Menurut Bogdan dan

Taylor metode kualitatif itu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang di

amati.

Penelitian memerlukan suatu cara pendekatan yang tepat untuk dapat

memperoleh data-data yang akurat, oleh karena itu diperluakan adanya suatu

metode penelitian yang harus ada relevansi antara komponen yang satu dengan

yang lain.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu untuk

mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti16, sehigga

16
Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm 22.

15
16

memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam rangka

memaparkan bagaimana Efektivitas Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan

Gelandangan dan Pengemis Studi Pada Dinas Sosial Kota Jambi. Menurut

Sugiyono “Metode Kualitatif itu adalah metode penelitian yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)

dimana peneliti sebagai instrumen kunci, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna daripada generalisasi17.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Adapun

jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Data primer

Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti kepada

sumbernya tanpa ada perantaraan. Data primer juga dapat diartikan sebagai data

dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau

perilaku yang dilakukan oleh subyek yang dapat dipercaya. Data yang penulis

ambil adalah informasi dari lapangan yang didapatkan melalui observasi dan

wawancara dilokasi penelitian. Adapun subyek atau responden dalam penelitian

ini adalah Efektivitas Kebijakan Pemerintah Dalam Penanganan dan Gelandangan

Pengemis Studi Pada Dinas Sosial Kota Jambi .

17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods),
(Bandung : IKAPI, 2011),hlm 13.
17

b. Data sekunder

Data sekunderyaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Data sekunder juga dapat diartikan sebagai data yang diambil

bukan dari sumber aslinya atau bukan dari sumber pertama, adapun penulis

maksud adalah referensi ataupun studi kepustakaan pendukung dari judul karya

ilmiah yang akan diteliti dan turut mendukung dalam penulisan proposal, dan

diambil dari sumber kedua, ketiga, dan lain-lain. Data sekunder ini dapat berasal

dari buku, jurnal, artikel, media massa, browsing interbet dan juga dokumentasi

pribadi.2

c. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber subyek dari mana data

tersebut diperoleh. Sumber data peneltian ini terdiri dari, manusia atau

narasumber, situasi atau peristiwa, dan dokumentasi. Sumber data manusia

berbentuk perkataan orang yang bisa memberikan data melalui wawancara.

Sumber data yang berbentuk suasana atau peristiwa berupa suasana yang bergerak

ataupun lisan, meliputi ruangan, suasana dan proses.

D. Tehnik pengumpulan data

Teknik atau cara yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data-data

secara benar dan dapat di pertanggung jawabkan oleh peneliti.

1. Observasi

Dalam observasi ini, penulis terlibat dalam kegiatan sehari-hari orang

yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Hartinis

Yamin menyatakan bahwa “dalam observasi partisipatif peneliti mengamati apa


18

yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan

berpartisipasi aktif dalam aktivitas mereka” 18.

Penggunaan pengamatan ini karena alasan bahwa teknik pengamatan ini

didasarkan atas pengalaman secara langsung. Kedua karena teknik pengamatan

memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan

kejadian sebagaimana yang terjadi pada keaadaan sebenarnya. Ketiga, teknik

pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang

berkaitan dengan pengetahuan proposisional maupun pengetahuan yang langsung

diperoleh dari data. Keempat, dapat mencegah bias yang biasanya terjadi pada

proses wawancara. Kelima, teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu

memahami situasi-situasi yang rumit. Obyek observasi menurut Spradley

dinamakan situasi sosial, sebagaimana dikutif oleh Syamsudin terdiri atas19.

a. Place, tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung

b. Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu

c. Activity, kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang

berlangsung. Simpang rimbo, Dinas Sosial Kota Jambi.

2. Wawancara

Menurut Syamsudin dan Visman S. Damainti, wawancara adalah

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,

sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu20. Wawancara

18
Hartinis Yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif, (Jakarta : Kompleks Kejaksaan Agung, Cipayung, 2009), hlm 79.
19
Syamsudin dan Visman S. Damaninti, Metode Penelitian pendidikan Bahasa, (Bandung
: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan indonesia dan PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm
238.
20
Ibid, hlm 238.
19

juga dapat diartikan sebagai percakapan yang dilakukan dua pihak yaitu

pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan terwawancara (yang

memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan). Wawancara yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur (semistructure interview)

dimana pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara

terstrukutur . Wawancara terstruktur yaitu bila peneliti atau pengumpul data telah

megetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh 21. Wawancara

dengan Jaharuddin, sebagai kabid Rehabilitasi Dinas Sosial Kota Jambi, Abdul

Malik, sebagai Pengamat Sosial UIN STS Jambi, mamad dan ainun, sebagai

pengemis disimpang rimbo.

3. Dokumentasi

Nasution menyatakan bahwa dokumentasi ialah mengumpulkan data

dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan, dokumentasi,

adminstrasi yang sesuai dengan masalah yang ditelti.

Menurut Hartinis, dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, agenda dan sebagainya 22.

Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari

tempat penelitian yang meliputi arsip, buku-buku, foto-foto atau data yang relevan

untuk penelitian.”

21
Syamsudin dan Visman S. Damaninti, Metode Penelitian pendidikan Bahasa, (Bandung
: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan indonesia dan PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm
239.
22
Hartinis yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualititatif dn Kuantitatif,
hlm 219.
20

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya

kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, mmilih mana

yang penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan

kepada orang lain. Menurut Bogdan sebagaimana dikutif oleh Sugiyono, analisis

data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain 23 . Sehingga mudah

dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya

ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusus kedalam pola, memilih ,ama

yang penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan

kepada orang lain. Menurut Bogdan sebagaimana telah dikutif oleh Sugiyono,

analisis data adalah proses mencari dan dan menyusun secara sistematisn data

yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lainnya24.

Menurut Miles & Huberman didalam buku Sugiyono mengemukakan

bahwa “Aktivitas analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenu”.

Aktivitas analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan mengambil

kesimpulan lalu diverifikasi.

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusaan perhatian pada

penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan


23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta,
2009), hlm 90.
24
Ibid, hlm 95.
21

tertulis dilapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulandata dimulai dengan

membuat ringkasan, mengokde, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis

memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang

tidak relevan. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting. Adapun data yang diredukssi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah penulis untuk

melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Dalam

penelitian ini, data diperoleh melalui catatan lapangan dan wawancara, kemudian

data tersebut dirangkum dan diseleksi sehingga kan memberikan gambaran yang

jelas kepada penulis.

b. Penyajian data

Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan “the most frequent from

of display data for qualitative research data in the past has been narrative text” 25,

yang paling sering digunakan untuk menyajiakan data dalam penelitian kualitatif

adalah data teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan

memudahkan penulis untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami, selain dengan teks yang naratif,

juga dapat berupa grafik, matrik dan network (jejaring kerja).

Dalam penulisan kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dengan bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya, tetap yang paling

sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan

dengan mengelompokkan data sesuai dengan sub babnya masing-masing. Data

25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta,
2009), hlm 249.
22

yang telah didapatkan dari hasil wawancara, dari sumber tulisan maupun dari

sumber pustaka. Dalam penulisan ini penulis menggunakan teks yang bersifat

naratif.

c. Kesimpulan/Verifikasi

Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah

penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara, dan akan berubah apanila tidak ditemukan bukti yang kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya 26. Kesimpulan dalam

penulisan kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.

Temuan dapat berupa deskrifsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya

kurang jelas sehingga menjadi jelas setelah diteliti.

Dari ketiga metode analisis data diatas penulis menyimpulkan bahwa,

ketiga metode ini meliputi reduksi data, penyajian data dan kesimpulan/verifikasi

akan penulis lakukan setelah semua data teleh diperoleh melalui wawancara,

catatan lapangan dan juga memudahkan penulis didalam mengetahui dan menarik

kesimpulan terhadap Efektivitas Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan

Gelandangan dan Pengemis Studi Pada Dinas Sosial Kota Jambi.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, maka penulisan menggunakan sistematkan

sederhana untuk menjelaskan masalah yang akan dibahas pada bab-bab

berikutnya, untuk mempermudah pemahaman tentang garis besar isi skripsi secara

keseluruhan, skripsi ini terbagi dalam beberapa bab yaitu :

26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta,
2009), hlm 252.
23

BAB I : Bab ini membahas mengenai pendahuluan yang mencakup latar belakang

masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,

kerangka teori, tinjauan penelitian.

BAB II: Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang meliputi

pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, unit

analisis, teknik analisis data, sistematika penulisan dan jadwal penelitian.

BAB III : Dipaparkan tentang gambaran umum tempat penelitian, visi dan misi,

struktur organisasi.

BAB IV : Merupakan inti dari penulisan skripsi yaitu pemaparan tentang

pembahasan dan hasil penelitian.

BAB V : Merupakan akhir dari penulisan skripsi yang terdiri dari kesimpulan dan

saran-saran, kata penutup serta dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran dan

curiculum vitae

G. Jadwal Penelitian

Untuk memudahkan langkah-langkah dalam penelitian ini, maka penulis

menyusun jadwal penelitian sebagai berikut :

Penelitian dilakukan dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan

dengan perbaikan hasil seminar prposal skripsii, setelah pengesahan judul dan izin

riset, maka penulis mengadakan pengumpulan sata, verifikasi dan analisis waktu

yang beruntun. Hasilnya penulis melakukan konsultasi dengan pembimbing

sebelum diajukan kepada sidang munaqasah. Hasil sisang munaqasah dilanjutkan

dengan perbaikan san pengadaan laporan penelitian.


24

Tabel II

Jadwal Penelitian

N0. Kegiatan Tahun 2018

April Agustus September Oktober November

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Pengajuan X

Jul

2. Pembuatan X

Proposal

3. Perbaikan X

Proposal Dan

Seminar

4. Surat Izin X

Riset

5. Pengumpulan X

Data

6. Pengolahan

Data

7 Pembuatan X

Laporan

8. Bimbingan X

Dan

Perbaikan

9. Agenda Dan X

Ujian Skripsi

10. Perbaikan X

Dan

Perjilidan
BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Dinas Sosial Kota Jambi

Dinas Sosial Kota Jambi mempunyai latar belakang untuk mewujudkan

kesejehteraan masyrakat kota jambi, baik perorangan, keluarga kelompok

maupun masyarakat dalam rangka peningkatan harkat, matabat dan kualitas

hidupnya sehingga mampu memenuhui kebutuhan dasar dan memecahkan

berbagai permasalahan sosial yang timbul, dengan mengedepankan prakarsa dan

kreatif masyarakat melalui pemamfaatan potensi dan sumber daya yang ada. Hal

ini telah menunjukan banyak kemajuan terutama bagi warga masyarakat yang

kurang beruntung dan rentan, dalam konsep penyelengaraan sosial warga

masyrakat tersebut dikenal dengan sebutan “Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial” (PMKS), dan masyarakat miskin yang menjadi kelompok sasaran

pelayanan sosial.27

Kemajuan kondisi dinas sosial masyarakat, terutama PKMS seperti

tercermin pada indikator sosial, antara lain jangkauan pelayanan sosial disatu sisi

dan pemberantasan penurunan jumlah PMKS, kemandirian dan berfungsi sosial

PKMS, seperti gelandangan pengemis serta perbuatan kriminal- kriminal yang ada

Kota Jambi.

27
Dokumentasi Dinas Sosial Kota Jambi,diakses tangga l 21 Januari2019

25
26

Permasalah-permasalahan kesejahteraan sosial, cenderung meningkat

seiring dengan derasnya arus globalisasi yang menandai dunia termaksud

Indonesia, sementara itu masyarakat terpengaruh dan tergangu oleh sebab itu

semakin meningkat.

Oleh karena itu mewujudkan ketentraman dan kesejahteraan sosial, perlu

adanya perencanaan yang komprehensif, dengan membuat rencana program

kegiatan yang mengacu kepada masyarakat Kota Jambi dalam “Penanganan

Gelandangan Pengemis diKota Jambi. Kota Jambi merupakan ibu kota provinsi

jambi yang lebih dikenal dengan sebutan Jambi Kota “bernas” , wilayah Kota

Jambi dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Muaro Jambi dari arah utara, selatan,

barat, maupun timur.28

Luas Kota Jambi yaitu 205,38 km2 yang terdiri dari :

Tabel III

Nama Kecamatan.

NO NAMA KECAMATAN LUAS

1 Kecamatan Kota Baru 77.78 Km (37,87 % )

2 Kecamatan Jambi Selatan 34,07 Km (16,59 % )

3 Kecamatan Jelutung 7.92 Km (3,86 % )

4 Kecamatan Pasar Jambi 4,02 Km (1,96 % )

5 Kecamatan Telanai Pura 30,39 Km (14,80 % )

6 Kematan Danau Teluk 15,70 Km (7,64 % )

28
Profil,Dinas Sosialkota Jambi,( Jambi:.2019) , hlm. 1-4.
27

7 Kecamatan Pelayangan 15,29 Km (7,44 % )

8 Kecamatan Jambi Timur 20,21 Km (9,84 % )

JUMLAH 205,38 Km2

Dari hasil penelitian diatas dapat dijelaskan bahwa geografis wilayah

Kota Jambi terletak di antara : 103030’1,67” Bujur Timur sampai 103040’0,22”

Bujur Timur 01030’2,98” Lintang Selatan sampai 01040’1,07” Lintang Selatan.

Geografi wilayah Kota jambi secara keseluruhan terdiri atas daratan dengan luas

20.538 ha atau 205,38 Km2.

Topografi wilayah Kota Jambi terdiri atas wilayah datar dengan

kemiringan 2 hingga 15% dan curam dengan kemiringan 15 hingga 40% dengan

luas lahan berdasarkan topografi adalah sebagai berikut:

a. Datar ( 1-2% ) = 11.326 ha (55%)

b. Bergelombang(2-15%) = 8.081 ha (3,1%)

c. Curam (15-40%) = 41 ha (0,002%)

Wilayah Kota Jambi memiliki ketinggian dengan kiasaran 10-60 m, dari

permukaan laut. Berdasarkan Kecamatan, sebagai besar wilayah kecamatan Pasar

Jambi, Pelayangan, dan Danau Teluk berada pada ketinggian 10-40 meter dari

permukaan laut, sedangkan wilayah Kecamatan Telanaipura, Jambi Selatan, dari

permukaan laut. Jarak dari kota jambi ke Kabupaten lain dalam provinsi jambi

dapat terlihat pada tabel 1 dan pada peta Provinsi Jambi.


28

Dari sisi iklim, Kota Jambi termaksud beriklim tropis, musim hujan jatuh

pada bulan oktober sampai april (dipengaruhui oleh Musim Timur Selat ) dan

musim kemarau pada bulan april sampai oktober ( dipengaruhui oleh Muaim

Barat). Keadaan iklim rata-rata Kota Jambi dalam kurun 2007 sampai 2017

terlihat cukup berflukuasi. Suhu rata-rata terendah berkisar 22,700 c dan tertinggi

berkisar 32,400 c. Kelembaban udara rata-rata terendah berkisar 83,33% dan

tertinggi berkisar 84,00%. Curah hujan rata-rata terendah berkisar 143,50

mm/tahun dan tertinggi berkisar 231,43 mm/tahun. Sedangkan kecepatan angin

rata-rata terendah berkisar 7,00 knot dan tertinggi berkisar 11,25 knot.
29

B. Struktur Kantor Dinas Sosial

Struktur Organisasi Dinas Sosial sebagai berikut.29

KEPALA DINAS
SEKRETARIS

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL KASUBBAG UMUM KASUBBAG KEUANGAN KASUBBAG
& PERENCANAAN KEPEGAWAIAN

KEPALA BIDANG PERLINDUNGAN KEPALA BIDANG REHABILITASI KEPALA PEMBERDAYAAN SOSIAL KEPALA BIDANG PENANGANAN
DAN JAMINAN SOSIAL SOSIAL FAKIR MISKIN

KEPALA SEKSI PERLINDUNGAN KEPALA SEKSI REHABILITASI KEPALA SEKSI PEMBERDAYAAN KEPALA SEKSI PENDATAAN &
SOSIAL KORBAN BENCANA ALAM ANAK & LANJUT USIA SOSIAL PERORANGAN DAN INFORMASI FAKIR MISKIN
KELEMBAGAAN

KEPALA SEKSI PERLINDUNGAN KEPALA SEKSI REHABILITASI


SOSIAL KORBAN BENCANA TUNA SOSIAL KEPALA SEKSI KEPAHLAWANAN, KEPALA SEKSI PENYULUHAN,
SOSIAL KEJUANGAN DAN PELATIHAN DAN PEMBERDAYAAN
KESETIAKAWANAN SOSIAL FAKIR MISKIN
KEPALA SEKSI REHABILITASI
KEPALA SEKSI JAMINAN SOSIAL SOSIAL PENYANDANG DISABILITAS KEPALA SEKSI PENGELOLAAN KEPALA SEKSI PEMBINAAN DAN
KELUARGA DAN KORBAN NAPZA SUMBER DANA BANTUAN SOSIAL PELAYANAN SOSIAL FAKIR MISKIN
29
Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susuanan Daerah Kota Jambi yang sudah diperbarui, 21 Januari 2019
Tabel 1V

Jumlah Pegawai Menurut Jabatan Dan Eselon 30

NO Jabatan Eselon Jumlah

1 Kepala Dinas II 1 orang

2 Seretaris III 1 orang

3 Kepala sub bidang III 4 orang

4 Kepala Sub Bagian IV 3 orang

5 Kepala Seksi IV 11 orang

6 Staf Pelaksana - 16 orang

7 Pegawai Honorer Kontrak - 18 orang

Jumlah 54orang

Tabel V

Jumlah Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan Dan Jenis Kelamin 31

No Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Junlah

1 Pasca Sarjana (S.2) 1 orang 2 orang 3 orang

2 Serjana (S.I)/Diploma IV 13 orang 10 orang 23

orang

3 Diploma III - - -

4 Tingkat SLTA 5 orang 4 orang 8 orang

30
Kantor Dinas Kota Jambi,Daftar Jumlah Menurut Jabatan dan Eselon,21 Januari 2019.
31
Kantor Dinas Sosial Kota Jambi,Daftar Jumlah Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan
dan Jenis Kelamin,21 Januari 2019

30
31

5 Tingkat SLTP 1 orang 1 orang 2 orang

6 Tingkat SD - --

Jumlah 20 orang 17 orang 37

orang

2. Susunan Organisasi Dinas Sosial Kota Jambi

Terorganisasinya suatu pemerintahan merupakan salah satu faktor

berjalannya dengan baik secara behasilnya suatu pemerintahan dan kepemimpinan

sebagimana yang diharapkan, selain merupakan suatu peraturan pemerintah

bahwa suatu organisasi harus ada susunan pengurus secara sistematis, hal ini juga

merupakan gambaran aktivitas kerja objektif. Organisasi yang baik dan teratur

merupakan ujung tombak dari keberhasilan pembangunan.

Untuk melaksanakan pembangunan pemerintah sebagaimana yang

diharapkan oleh pemerintah, sudah tentu harus ada perangkat-perangkatnya

sekaligus dengan pembagian tugasnya. Dinas sosial kota jambi dipimpin oleh

seorang kepal dinas terdiri dari beberapa bagian diantaranya : Sektertis, Kasubag

Umum, Kasubag Keuangan, Kasubag Kepegawaian, Kabid Kesos, Kabid Rehsos,

Kabid Penta Kerja, dan Kabid Ptkhi. 32

32
Dokumentasi Dinas Sosial Kota Janbi.
32

VISI dan MISI Dinas Sosial Kota Jambi

1. Visi

Berdasarkan kondisi dan potensi yang memiliki Dinas Sosial (DINSOS )

Kota Jambi saat ini dan harapan yang akan diwujudkan dimasa yang akan datang

maka visi Dinsos Jambi adalah sebagai berikut : Terwujuudnya Kota Jambi

Sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa Berbasis Masyarakat yang Berakhlak

dan Berbudaya maksud dari pernyataan visi tersebut yaitu mewujudkan

pelaksanaan pelayanan sosial yang mengutamakan kebutuhan yang disesuaikan

dengan kemampuan daerah, Pernyataan visi Dinas Sosial Kota Jambi sepenuhnya

mengacu pada pernyataan visi dinas sosial kota jambi sepenuhnya mengacu pada

pernyataan visi pemerintah kota jambi. Hal ini dapat dipahami mengingat Dinas

Sosial kota Jambi sepenuhnya mendukung pemenuhan visi pemerintah kota untuk

mencapai visi, perlu ditunjang oleh nilai-nilai yang telah berkembang dan hidup

dalam suatu organisasi sebagai pendorong semangat untuk bekarya dan berkarsa,

sekaligus merupakan pedoman yang diyakini serta harus selalu dihayati dan

diamalkan dalam melaksanakan tugasnya.

2. Misi

Terwujudnya visi yang dikemukakan tersebut merupakan tantangan yang

harus dihadapi oleh segenap personil Dinsos kota jambi, sebagai bentuk nyata dari

visi tersebut. Ditetapkanlah misi Dinsos kota jambi mengambarkan hal yang

seharusnya terlaksana, sehingga hal yang masih abstrak terlihat pada visi akan
33

lebih nyata pada misi tersebut. Lebih lanjut, pernyataan misi Dinsos Kota Jambi

memperlihatkan kebutuhan apa yang hendak dipenuhui oleh organisasi, siapa

yang memiliki kebutuhan tersebut dan bagaimana organisasi memenuhui

kebutuhan tersebut. Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, Dinsos Kota Jambi

menetapkan sebanyak 3 misi, yaitu:33

1. Meningkatkan kualitas pelayanan dan bantuan dasar bagi peyandang masalah

kesejahteraan Sosial (PMKS)

2. Membangun kemandirian dan pemberdayaan potensi sumber kesejahteraan

sosial (PKMS)

33
Dokumentasi Dinas Sosial Kota Jambi
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Regulasi Penanganan Gelandangan Dan Pengemis Dikota Jambi.

Sebelum menguji seberapa efektif penanganan gelandangan dan pengemis

(gepeng) oleh Dinas Sosial Kota Jambi, perlu terlebih dahulu melihat target dan

sasaran dari penanganan tersebut sebagaimana diatur oleh regulasi terkait. Hal

tersebut penting untuk dilakukan, sebab dicapai atau tidaknya target tersebut

menjadi indikator utama untuk melihat efektivitas kebijakan penanganan gepeng

tersebut.

Ada beberapa regulasi yang mengatur target/sasaran penanganan gepeng

oleh Dinas Sosial Kota Jambi. Yang pertama, Peraturan Kapolri ( perkap) No 14

tahun 2007 tentang penanganan gelandangan dan pengemis. Perkap ini

menyingung tindakan penegakan hukum terhadap gepeng. Tindakan penegakan

hukum terhadap gepeng meliputi razia, penampungan sementara untuk

diklasifikasi, penyidikan, dan perlimpahan perkara kepengadilan sesuai

peraturan perundang-undangan.34

Sasaran penanganan gepeng pertama terdapat dalam batang tubuh Undang-

undang dasar 1945 alinea keempat yang menegaskan bahwa tujuan dibentuknya

pemerintahan negara republik indonesia adalah melindungi segenap bangsa

indonesia yang kemudian diturunkan dalam undang-undang dasar negara

republik indonesia dalam pasal 34 ayat (1) UUD 1945 disebut kan bahwa ”fakir

34
Peraturan kapolri No 14 tahun 2007, penanganan gelandangan dan pengemis

34
35

miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Maka secara tidak

langsung dapat dikatakan bahwa semua orang miskin dan semua anak terlantar

pada prinsipnya dipelihara oleh negara, berdasarkan indentifikasi peneliti

dilapangan bahwa gelandangan dan pengemis Kota Jambi belum seutuhnya

dipelihara,karena tidak setiap razia pihak dari Dinas Sosial menemukan

gelandangan dan pengemis dikarenakan terjadi kebocoran informasi disaat

mereka melakukan razia.

Di Kota Jambi sasaran/ target dari penanganan gepeng juga diatur oleh

Peraturan Wali Kota Jambi nomor 29 tahun 2016 tentang penanganan

gelandangan, pengemis dan anak jalanan. Penetapan peraturan Wali Kota Jambi

tersebut diharapkan agar Kota Jambi bisa memimalisir jumlah gelandangan dan

pengemis. Penanganan Gelandangan dan Pengemis serta anak jalanan bertujuan:

a. Mencegah dan mengantisipasi bertambah suburnya komunitas

Gelandangan dan Pengemis;

b. Mencegah penyalahgunaan komunitas Gelandangan dan Pengemis dari

eksploitasi pihak-pihak tertentu;

c. Mendidik komunitas Gelandangan dan Pengemis agar dapat hidup secara

layak dan normal sebagaimana kehidupan masyarakat umumnya;

d. Memberdayakan para gelandangan dan pengemis untuk dapat hidup

mandiri secara ekonomi dan sosial;


36

e. Meningkatkan peran serta dan kesadaran pemerintah daerah, dunia usaha

dan elemen masyarakat lainnya untuk berpartisipasi dalam

penanggulangan Gelandangan dan Pengemis35.

Dari peraturan Wali Kota Jambi yang telah dibuat dalam penanganan

gelandangan, pengemis dan anak jalanan diharap dapat mengurangi keberadaan

gelandangan dan pengemis . Untuk mencapai sasaran/target tersebut di atas, maka

Peraturan Walikota Jambi nomor 29 Tahun 2016 tentang penanganan

gelandangan, pengemis dan anak jalanan juga mengatur beberapausaha

penanganan gelandangan, pengemis dan anak jalanan yang mesti dilaksanakan di

lapangan sebagai berikut:

a) Usaha Preventif. Untuk mencegah timbulnya gelandangan pengemis oleh

perorangan maupun kelompok di dalam masyarakat di lakukan .

b) pemantauan dan/atau pengendalian terhadap sumber-sumber dan penyebab

timbulnya gelandangan dan pengemis.

c) Pencegahan tersebut dilakukan baik oleh perseorangan, keluarga, kelompok,

dan organisasi sosial atau organisasi kemasyarakatan, serta pemerintah

daerah.

d) Setiap orang atau sekelompok orang dapat memberikan sumbangan dalam

bentuk apapun yang di peruntukkan bagi gelandangan dan pengemis melalu

35
Pasal 3 Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2019 tentang penanganan

gelandangan, pengemis dan anak jalanan


37

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dan/atau organisasi sosial/organisasi keagamaaan

yang di atur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 36

Dari penjelasan diatas, Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Jambi berperan

aktif untuk dapat menekan jumlah gelandangan dan pengemis di Kota Jambi.

Dinas Sosial dan Tenaga kerja Kota Jambi juga sebagai fasilitator dalam

memberikan bantuan terhadap gelandangan dan pengemis kota jambi sesuai

dengan peraturan yang berlaku. Selain itu, perlu adanya sosialiasasi pencegahan

timbulnya gelandangan dan pengemis di lakukan pada semua lapisan masyarakat

baik secara langsung maupun tidak langsung.

1. Usaha Represif

Usaha Represif dimaksud untuk mengurangi atau meniadakan

gelandangan dan pengemis yang di tujukan baik kepada seseorang maupun

kelomp’ok orang yang melakukan pergelandangan dan pengemisan. Usaha

Represif meliputi :

a. Razia;

b. Penampungan tetap;

c. Identifikasi dan seleksi;

d. Rapat koordinasi atau sidang kasus;

e. Peyuluhan, bimbingan mental, sosil, keagamaan, kemasyarakatan di panti

penampungan;

f. Dirujuk ke rumah sakit jiwa bagi gelandangan psikotik; dan

36
Pasal 4 Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 tentang

penanganangelandangan, pengemis dan anak jalanan


38

g. Dikembalikan ke tempat asal. 37

2. Usaha Rehabilitasi Sosial

Usaha rehabilitasi sosial terhadap gelandangan pengemis meliputi

serangkaian kegiatan :

a. Bimbingan mental;

b. Bimbingan sosial;

c. Bimbingan ketrampilan;dan

d. Penyaluran38.

B. Efektivitas Penanganan Gelandangan Dan Pengemis Oleh Dinas Sosial

Kota Di Kota Jambi.

Setelah target, sasaran, dan petunjuk teknis penanganan gelandangan dan

pengemis diuraikan di atas, maka sub-sub ini akan membahas sejauhmana Dinas

Sosial Kota Jambi telah memenuhui target dan petunjuk teknis penanganan

gelandangan dan pengemis tersebut untuk mengevaluasi efektivitas kebijakan

tersebut.

Gelandangan dan pengemis di atas belum tercapai masimal karena Dinas

Sosial Kota Jambi belum ada membuat mendidik komunitas gelandangan dan

pengemis, memberdayakan para gelandangan dan pengemis seperti contoh tidak

diberi pendidikan, seperti mendidik untuk keterampilan, dan Dinas Sosial Kota

Jambi telah melakukan razia tapi tidak diberi pembinaan ataupun keterampilan

sesuai bakat/ skil mereka masing-masing. Dan Dinas Sosial Kota Jambi, hanya

37
Pasal 7 Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2019 tentang
penanganangelandangan, pengemis dan anak jalanan
38
Pasal 14 angka (1) Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2019 tentang
penanganangelandangan, pengemis dan anak jalanan
39

memberikan bimbingan mental dan spritual seperti contoh diberi siraman rohani

dan diajarkan sholat dan mengaji itu selama dalam waktu 3 hari, dan gelandangan
39
dan pengemis diberi makan selama waktu 3 hari. Selain itu program

pemberdayaan ada, namun tidak dijalankan oleh Dinas Sosial Kota Jambi hal ini

dikarena tidak adanya anggaran yang dimiliki Dinas Sosial Kota Jambi. 40

Dari pengamatan atas data jumlah gelandangan dan pengemis Dinas

Sosial Kota Jambi dari tahun ketahun juga tampak bahwa jumlah gelandangan dan

pengemis di jalan tidak berkurang, bahkan bertambah. Ini menunjukan bahwa

penanganan gelandangan dan pengemis oleh Dinas Sosial Kota Jambi belum

sepenuhnya efektif.

Data jumlah pengemis di Dinas Sosial Kota Jambi yaitu :

Tabel VI

No Tahun Jumlah
1 2015 345
2 2016 101
3 2017 360
Sumber : Dokumentasi Dinas Sosial Kota Jambi

Dari data diatas dapat dilihat bahwa gelandangan dan pengemis pada

tahun 2015 jumlah gelandangan dan pengemis berjumlah 345 jiwa, pada tahun

2016, terjadi penurunan jumlah gelandangan dan pengemis berjumlah 101 jiwa,

sedangkan pada tahun 2017 terjadinya kenaikan jumlah gelandangan dan

pengemis berjumlah 360 jiwa.41

39
Jaharuddin, kepala rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial Kota Jambi
40
Ibid.
41
Dokumentasi Dinas Sosial Kota Jambi, Laporan Dinas Sosial Kota Jambi tahun 2015-
2018
40

Dari data diatas Dinas Sosial Kota Jambi sudah melalukan razia rutin

yang dilakukan seminggu dua kali. Razia ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk

menertibkan dan membina para gelandangan dan pengemis tersebut agar tidak

mengemis dan hidup dijalanan dan tidak berkeliaran di sekitaran Kota Jambi.

Selama kurun waktu 2015 hingga 2017 sendiri proses penertiban hingga

rehabilitasi gelandangan dan pengemis di Kota Jambi masih belum efektif.

Menurut bapak Jaharuddin, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial mengatakan:

“belum efektif, belum tercapai secara maksimal karena kita sudah


melakukan setiap minggu minimal satu sampai dua kali, dengan sabtu dan
minggu mereka turun kelapangan. Jika mereka/petugas Dinas Sosial
menemukan gelandangan dan pengemis dijalan kita ambil mereka kita
bawak kekantor lalu kita bina, lalu kita beri penjelasan karena pengemis
tidak dibenarkan apalagi masih sekolah tidak dibolehkan tetapi disini
dibina selama satu sampai empat hari, tapi setelah kita bina sudah dipangil
orang tuanya untuk tahap pertama hingga tiga kali masih banyak turun
kelapangan namun kita tidak bosan bosan tetap kita bina-bina akhirnya
nanti sampai titik jenuh, di 2017 ini kami sudah dua kali turun kelapangan
dan tidak ada satu pun kami menemukan gelandangan dan pengemis
dijalanan.” 42 Penanganan terhadap gelandangan dan pengemis tersebut
belum efektif dan belum tercapai secara maksimal. 43

Disamping itu diperlukanya usaha repsepsif dan usaha preventif, akan tetapi

diKota Jambi tidak dilakukanya usaha preventif hal ini dikatakan karena tidak

adanaya kebijakan dari Dinas Sosial Kota Jambi yang mengantur bahwa

masyarakat wajib ikut andil dalam menertibkan gelandangan dan pengemis,

sedangakan usaha represif sudah diterapkan seperti yang dilakukanya razia,

42
Wawancara dengan Bapak Jaharuddin ,Bidanng Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota
Jambi

43
Ibid
41

dikembalikan ketempat asal dan di beri bimbingan mental tentang keagamaan,

yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Jambi.

C. Faktor-Faktor yang menghambat efektivitas Penanganan Gepeng oleh

Dinas Sosial Kota Jambi.

Di sub-bab B diatas telah dijelaskan bahwa penanganan gelandangan dan

pengemis masih belum efektif sebagimana yang diharapkan. Dibagian ini akan

dibahas faktor apa saja yang menyebabkan ketidakefektivan penanganan

gelandangan pengemis tersebut.

Dari pembahasan kerangka teori di bab I disimpulkan bahwa Faktor-faktor

yang dapat mempengaruhui efektivitas sebuah kebijakan yaitu:44

1. Karakteristik organisasi, adalah hubungan yang sifatnya relatif tetap seperti

susunan sumber daya manusia yang terdapat dalam organisasi.

2. Karakteristik lingkungan, mencakup dua aspek. Aspek pertama adalah

lingkungan ektern yaitu lingkungan yang berada diluar batas organisasi dan

sangat berpengaruh terhadap organisasi, terutama dalam pembuatan

keputusan dan pengambilan tindakan. Aspek kedua adalah lingkungan intern

yang dikenal sebagai iklim organisasi yaitu lingkungan yang secara

kelseluruhan dalam lingkungan organisasi.

3. Karakteristik pekerja merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap di

dalam diri setiap individu akan ditemukan banyak perbedaan, akan tetapi

44
Richard M. Stress, hlm 12
42

kesadaran individu akan perbedaan itu sangat penting dalam upaya mencapai

tujuan organisasi.

4. Karakteristik Manajemen adalah strategi dan mekanisme kerja yang

dirancang untuk mengkondisikan semua hal yang dalam organisasi

sehingga efektivitas kebijakan dan praktek manajemen merupakan alat bagi

pimpinan untuk mengarahkan setiap kegiatan guna mencapai tujuan

organisasi.

Menurut penelitian di lapangan, maka beberapa faktor tersebut juga

menghambat penanganan Gepeng oleh Dinas Sosial Kota Jambi sebagaimana

akan diuraikan berikut ini.

Faktor pertama, Karakteristik organisasi. Perlu diperkuat koordinasi

internal antara pemkot Kota Jambi dengan Pemerintah Provinsi Jambi, dan

koordinasi eksternal antara pemkot Jambi dengan pemkot dan pemprov provinsi

lainnya secara nasional, agar permasalahan migrasi Gepeng dari satu wilayah ke

wilayah lain dapat diaatasi.

Faktor kedua, yang berkaitan masalah karakteristik lingkungan. Berkaitan

dengan kompleksitas masalah gelandangan dan pengemis. Gelandangan dan

pengemis bukanlah masalah sederhana. Masalah pengemis dan gelandangan

bukanlah masalah daerah atau lingkungan lokal saja, tetapi masalah nasional.

Gelandangan dan pengemis pada umumnya bukan asli pribumi saja tetapi banyak

juga warga urbanisasi atau penduduk dari luar kota atau wilayah lain.
43

“Gelandangan itu adalah bukan permasalahan wilayah tetapi gelandangan


itu adalah permasalahan ekonomi nasional”45
Jadi, seberapapun upaya penangangan Gelandangan dan pengemis yang

dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Jambi, jika tidak ada koordinasi dengan Dinas

Kota dari provinsi lain, atau jika tidak ada koordinasi di tingkat nasional yang

baik, maka upaya tersebut tidak akan benar-benar efektif.

Terkait juga dengan faktor lingkungan sosial menyebabkan tidak

efektifnya penanganan gelandangan dan pengemis tersebut adalah lemahnya

kesadaran masyarakat dalam mematuhui aturan pemerintah mengenai

gelandangan dan pengemis. Hal ini dikarenakan belum adanya bentuk sosialisasi

dari pihak Dinas Sosial kepada masyarakat mengenai peran penting masyarakat

terhadap gelandangan dan pengemis diKota Jambi.46

Faktor Ketiga, berhubungan dengan ketergantungan ekonomi. Pengemis

cenderung menjadi profesi tetap, terutama bagi mereka yang memang tidak

memperoleh penghasilan dari aktivitas ekonomi lain selain mengemis. Pengemis

penghasilan merupakan pengemis yang hidup dari jalanan. mereka yang memang

tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas ekonomi lain selain mengemis.

Pengemis penghasilan merupakan pengemis yang hidup dari jalanan. Selain itu

gelandangan dan pengemis penghasilan merupakan pengemis yang terorganisir.

Pengemis tersebut mencari uang untuk melangsungkan kehidupannya hanya dari

hasil mengemis dijalanan.

45
Wawancara dengan Bapak Abdul Malik, Pengamat Sosial UIN STS Jambi
46
Wawancara dengan bapak mamad dan buk ainun, pengemis disimpang rimbo
44

“dimana ada sekolompok orang yang kurang pendidikan dan faktor malas,
gelandangan khususnya dijambi itu ada beberapa memiliki skil rendah dimana
faktor skil rendah itu ada dua yaitu, dari segi faktor yaitu, ada gelandangan dari
luar, dan gelandangan dari desa, atau suku anak dalam, gelandangan itu ada
47
personal atau gelandangan yang terorganisir. Gelandangan itu adalah bukan
permasalahan wilayah tetapi gelandangan itu adalah permasalahan ekonomi
nasional dan faktor kelangkaan pekeerjaan orang-orang yang tidak terdidik,
sampai orang yang terdidik, faktor ekonomi dimana ada sekolompok orang yang
pendidikan dan faktor malas, gelandangan khususnya dijambi itu ada beberapa
memiliki skil rendah dimana faktor skil rendah itu ada dua yaitu, dari segi faktor
yaitu, ada gelandangan dari luar, dan gelandangan dari desa, atau suku anak
dalam, gelandangan itu ada personal atau gelandangan yang terorganisir”48

Yang kempat, faktor-faktor yang berhubungan dengan “manajemen” dan

“organisasi” dalam Dinas Sosial Kota Jambi yaitu tidak adanya proses evaluasi

terhadap penanganan gelandangan dan pengemis oleh dinas sosial kota Jambi. Hal

ini juga menjadi penghambat efektifnya penanganan gelandangan dan pengemis di

kota jambi. Suatu program atau kegiatan haruslah adanya proses evaluasi yang

mana akan membantu menilai bagaimana program atau kegiatan itu berjalan

dengan baik atau tidak. Sama halnya dengan evaluasi terhadap penanganan

gelandangan dan pengemis di kota jambi diperlukannya adanya evaluasi dengan

tujuan membantu keefektifan penanganan terhadap gelandangan danm pengemis


49
dikotajambi.

47
Wawancara dengan bapak Abdul Malik, pengamat sosial UIN STS Jambi
48
Wawancara dengan Bapak Jaharuddin ,Bidanng Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota
Jambi
49
Rencana strategi Dinas Sosial Kota Jambi tahun 2013-2018, hlm 33-34
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan judul diatas tentang efektivitas gelandangan dan pengemis

studi pada Dinas Sosial Kota Jambi pada uraian diatas penulis dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada beberapa regulasi yang mengatur target/sasaran penanganan gepeng

oleh Dinas Sosial Kota Jambi diantaranya UUD 1945 pasal 34 ayat (1),

kemudian Peraturan Kapolri ( perkap) No 14 tahun 2007 tentang

penanganan gelandangan dan pengemis, serta Peraturan Wali Kota Jambi

nomor 29 tahun 2016 tentang penanganan gelandangan, pengemis dan

anak jalanan

2. Regulasi tentang gelandangan dan pengemis di atas belum tercapai

masimal karena Dinas Sosial Kota Jambi belum ada mendidik komunitas

gelandangan dan pengemis, serta memberdayakan para gelandangan dan

pengemis. Hal ini karena tidak adanya pendidikan, seperti mendidik untuk

keterampilan. Dinas sosial hanya melakukan razia rutin saja tanpa

memberikan pendidikan keterampilan

3. Adapun penghambat dalam penanganan gelandangan dan pengemis dikota

jambi adalah Faktor pertama, Karakteristik organisasi. Faktor kedua, yang

berkaitan masalah karakteristik lingkungan. Faktor Ketiga, berhubungan

dengan ketergantungan ekonomi. Yang kempat, faktor-faktor yang

45
46

berhubungan dengan “manajemen” dan “organisasi” dalam Dinas Sosial

Kota Jambi yaitu tidak adanya proses evaluasi terhadap penanganan

gelandangan dan pengemis oleh dinas sosial kota Jambi

Jadi, secara umum dapat disimpulkan bahwa penanganan Gepeng oleh

Dinas Sosial Kota Jambi belum sepenuhnya efektif karena beberapa target dan

tujuan dari penanganan tersebut, sebagaimana yang diatur oleh Undang-Undang

dan Peraturan lainnya, belum tercapai. Ketidakefektifan ini juga karena ada

beberapa faktor penghambat seperti permasalahan lingkungan lokal dan nasional

dari permasalahan Gepeng, ketergantungan ekonomi Gepeng, dan juga masalah

manajemen dan organisasi.

B. Saran

Berdasarakan uraian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa

rekomendasi terkait dengan faktor-faktor yang menghambat efektifivas pengangan

Gepeng oleh Dinas Sosial Kota Jambi. Pertama, perlu diperkuat koordinasi

internal antara pemkot Kota Jambi dengan Pemerintah Provinsi Jambi, dan

koordinasi eksternal antara pemkot Jambi dengan pemkot dan pemprov provinsi

lainnya secara nasional, agar permasalahan migrasi Gepeng dari satu wilayah ke

wilayah lain dapat diaatasi. Kedua, berakitan dengan pengemis sebagai profesi

tetap, maka perlu diintensifkan program pelatihan para gepeng supaya

mendapatkan skill/keterampilan untuk dapat bekerja dalam bidang yang lain yang

lebih baik. Ketiga, berkaitan dengan partisipasi masyarakat, maka dihimbau untuk

masyarakat Kota Jambi jangan membiasakan memberi mereka uang karena dari
47

situlah menyebab gelandangan dan pengemis betah dijalananan, boleh kita

sedekah tapi alangkah bagusnya memberi ke fakir miskin, panti asuhan, panti

jompo. Keempat, berkaitan dengan manajemen dan organisasi dalam Dinas Sosial

Kota Jambi yaitu tidak adanya proses evaluasi terhadap penanganan gelandangan

dan pengemis oleh dinas sosial kota Jambi.

Untuk menciptakan efektivas penanganan gelandangan dan pengemis,

pemerintah harus benar-benar giat dan kosentrasi serta tidak main-main dalam

menyelesaikan permasalahan kesejahteraan sosial khususnya bagi anak

gelandangan dan pengemis, karena memang ini permasalahan terlihat ringan

namun sangat berpengaruhui bagi pemerintahan karena disitulah menjadi tolak

ukur tingkat keberhasilan pemerintah dalam memberantas kemiskinan diKota

Jambi.

Anda mungkin juga menyukai