KOTA JAMBI
SKRIPSI
IZA ZUHRIAH
SIP.151995
PEMBIMBING :
Dr.Agus Salim., MA.,M.IR,Ph.D
Yudi Armansyah., M.Hum
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar starata 1 (S1) di Fakultas Syariah
UIN STS Jambi.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN STS Jambi.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan merupakan hasil karya
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN STS Jambi.
ii
iii
iv
MOTTO
mereka meningalkan anak-anaknya , yang dalam keadaan lemah. Oleh karena itu,
1
QS. An-Nisa (4): 9)
v
vi
vii
ABSTRAK
gelandangan dan pengemis studi pada dinas sosial kota jambi. Penelitian ini
dilakukan karena dalam melaksanakan sejauh mana dinas sosial melaukan efektif
Sosial Kota Jambi. Tiga, Untuk mengetahui bahwa Apa faktor-faktor yang
viii
PERSEMBAHAN
Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan
dikejar, untuk sebuah pengharapan, agar hidup jauh lebih bermakna. Hidup tampa
mimpi ibarat arus sungai. Mengalir tanpa tujuan. Teruslah belajar, berusaha, dan
berdoa untuk mengampainya.
Hanya sebuah karya keci dan untaian kata-kata ini yang dapat kupersembahkan kepada
kalian semua,terimakasih beribu terimakasih kuucapkan
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN................................................................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................iii
MOTTO..................................................................................................................v
TRANLITERASI..................................................................................................iv
KATA PENGANTAR...........................................................................................ix
ABSTRAK............................................................................................................xii
PERSEMBAHAN...............................................................................................xiii
DAFTAR ISI........................................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xvi
DAFTAR TABEL.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................8
C. Batasan Masalah……………………………………………………….......8
D. Tujuan penelitian.........................................................................................8
x
E. MamfaatPenelitian………………………………………………………...9
F. Kerangka Teori...........................................................................................10
G. Tinjauan Pustaka........................................................................................13
B. Pendekatan Penelitian................................................................................14
F. Sistematika Penulisan.................................................................................22
G. Jadwal Penelitian………………………………………………………....24
Jambi………………………………….............................……………….35
Jambi..........................................................................................................39
xi
C. Faktor-Faktor yang menghambat efektivitas Penanganan Gepeng oleh
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................46
B. Saran...........................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xii
BAB I
PENDAHULUAN
dan sosial pasca rezim orde baru merupakan salah satu agenda bersama gerakan
tersebut. Karena diperlukan paradigma atau cara pandang baru dalam menyikapi
nilai-nilai pancasila dan prinsip perlindungan dan hak-hak asasi di Jambi belum
disesuaikan yang telah ditetapkan oleh peraturan wali Kota Jambi yang tertuang
pengemis.
masyarakat dibuat oleh penguasa yang tidak diupayakan untuk mengontrol atau
1
2
menanamkan modalnya .
kekota yang antar lain mengakibatkan jumlah penduduk perkotaan kian melonjak
dan misi suatu bangsa dimasa kini dan masa yang akan datang, perlu diciptakan
3
Agus Dwiyanto, manajemen pelayangan fublik, (Yogjskarta: Gadjah University 2011),
hlm.140
4
http://www.academia.edu/3252603/ Kinerja-Dinas –Sosial-Dalam Penanganan
Gelandangan Pengemis dan anak jalanan,01 juni 2016
3
kehidupan geladangan, pengemis dan anak jalanan yang kian hari makin
bertambah.
undang-undang dasar negara republik indonesia dalam pasal 34 ayat (1) UUD
1945 disebut kan bahwa ”fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
negara. Maka secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa semua orang miskin
dan semua anak terlantar pada prinsipnya dipelihara oleh negara, tetapi pada
kenyataannya yang ada dilapangan bahwa tidak semua orang miskin yang
semua pihak, bukan hanya orang tua atau keluarga saja, tetapi juga setiap orang
4
yang berada dekat anak tersebut harus dapat dibantu pertumbuhan anak dengan
baik.
pengemis dan anak jalanan pada bab I ketentuan umum nomor 7 menyatakan
mempunyai tempat tinggal dan tidak memiliki pekerjaan tetap serta mengembara
ditempat umum sehingga hidup tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak
pemerintahan kita khususnya Kota Jambi tidak membuat panti-panti untuk mereka
supaya mereka merasakan yang layak dengan masyarakat. Memang hal ini sepele
tapi hal yang seperti inilah patut kita jaga. Pada bab II asas dan tujuan dan nilai-
nilai pancasila dan prinsip perlindungan hak asasi manusia pada pasal 3
dari eksploitasi dari pihak-pihak tertentu, pada realita yang saya temukan
jalanan.
Namun apa yang terjadi saat ini, masih banyak gelandangan, pengemis
yang seharusnya mendapat penanganan atau perhatian pemerintah hingga saat ini
banyak kita temukan dijalanan Kota Jambi. Sebagai contoh jumlah anak jalanan
semakin meningkat dari tahun ke tahun banyak hal yang menjadi faktor
pendorong ataupun penarik bagi seorang untuk terjun dan bergabung menjadi
pengguna jalan hampir disetiap jalan kita selalu melihat gelandangan, pengemis
dan anak jalanan yang memberi citra buruk, selalu merusak keindahan Kota Jambi
dan derasnya alur informasi dan urbanisasi, sementara masalah sosial menjadi
penanganan gelandangan dan pengemis mengambil studi pada Dinas Sosial Kota
Jambi. Masalah yang penulis dilapangan yang akan diuraikan sebagai berikut ini
menjadi alasan utama kenapa topik ini menjadi fokus penelitian skripsi ini.
5
Sarlito Wirawan Sarwono,masalah-masalah kemasyarakatan diindonesia,(Jakarta: Sinar
Harapan,2005), hlm. 49.
6
pesat saat ini sudah semakin maju namun disisi lain disetiap pojok lampu merah
Kota Jambi saat ini tampaknya masih dipadati gelandangan dan pengemis, lihat
dilapangan para gelandangan dan pengemis sebagian besarnya dibawah umur dan
orang tua, mereka biasanya meramaikan lampu merah dan pasar pada siang hari
hingga pada malam hari dengan mengunakan mangkok dan gitar kecil.6
pemerintah Kota Jambi, terutama bagi Dinas Sosial Kota Jambi, selain mengangu
merusakan taman dan bernyanyi disekitaran lampu merah dan membuat antrian
pengendara roda dua dan juga roda empat semakin sesak dan sebagainya.
bekerja dan kurang bertanggung jawab orang tua terhadap keluarga jumlah anak
terlantar dan yatim piatu menjadi kontribusi terbesar bagi meningkatnya jumlah
6
Htpp://core.ac.uk/download/pdf/33697884.pdf-dinas sosial dalam penanganan dikota
jambi 01 juli 2016
7
.Diakses melalui Koran harian tribun jambi pada tangal 28 juli 2018
7
sekali Dinas Sosial sering melakukan razia setiap persimpangan lampu merah dan
pasar, dari penelitian awal penulis lakukan, tampaknya masalah ini tak kunjung
usai..8
mereka mencari nafkah karena dalam islam sedekah itu merupakan salah satu
amal jariyah.
palembang, terkait dengan masalah ekonomi adanya persepsi yang buruk tentang
gelandangan pengemis studi pada Dinas Sosial Kota Jambi menjadi kritikan keras
bagi pemerintah.
8
http;//www.jambi ekspresnwes.com/berita-17247-anak jalanan-dan hak yang
terlupakan.html 07 juni 2016
8
B. Rumusan Masalah
2. Apakah penanganan gelandangan dan pengemis oleh Dinas Sosial Kota Jambi?
C. Batasan Masalah
memberi batasan terhadap penelitian ini. Adapun batasan masalah yang dimaksud
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka penelitian ini bertujuan dari
Jambi.
9
Sutrisno hadi, methodology penelitian, (Yogjakarta Fakultas Pisikologi Universitas
Gajah Mada, 1993)hlm.18
9
E. Manfaat Penelitian
adalah:
kota jambi.
2. Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan saran atau masukan guna
3. Sebagai syarat guna memperoleh gelar serjana strata satu (S1) difakultas
syariah pada jurusan ilmu pemerintahan UIN Sulthan Thaha Saifudin Jambi.
10
F. Kerangka Teori
tentang subjek tertentu. Subjek itu dapat berupa pemeliharaan, pendapat, nilai-
manusia10.
dan tepat sasaran, maka penulis menganggap perlu kerangka teori sebagai
landasan berfikir guna mendapatkan konsep yang benar dan tepat dalam
1. Pengertian efektivitas
baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai
10
Tim Penulis Fakultas Syariah, Pedoman Penulisan Skripsi (edisi revisi), (Jambi :
Syariah press Fakultas Syariah IAIN STS Jambi, 2014), hlm 25
11
Kreteria efektivitas
semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketetapan waktu, serta adanya usaha atau
Secara umum, beberapa tolak ukur atau kreteria efektivitas adalah sebagai
berikut:
diinginkan.11
hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan yang layak
dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan
11
Dikutip dari Blog Oneclick Scienci, Teori Efektivitas, Kreteria, 25 Mei 2019
12
umum dengan berbagai alasan untuk mendapat belas kasihan dari orang lain.12
Menurut Muthalib dan Sudjarwo dalam Ali, dkk., (1990) diberikan tiga
3. Orang yang berpola hidup agar mampu bertahan dalam kemiskinan dan
keterasingkan.13
12
Peraturan pemerintah No 31, tentang penangulangan gelandangan dan pengemis,
bidang tugas rehabilitasi sosial .jakarta
13
Ali Marpuji , dkk., (1990) gelandangan di kertasura, dalam monografi 3 lembaga
penelitian Universitas Muhammadiyah, sukarto
14
Maghfur Ahmad, kretaria hidup gelandangan dan pengemis, jurnal ilmiah ,STAIN
pekalongan vol.7 no.2, tahun 2010,hlm 2
13
b) Malas berusaha
c) Cacat fisik
h) Masalah ekonomi
A. Tinjauan Pustaka
penelitian lain) yang terkait dengan penelitian ini pada aspek fokus/tema yang
Gelandangan dan Pengemis di Kota Makasar”. Adapun pada Penelitian ini hanya
Tahun 2008, hasil penelitian ini menunjukan bahwa implementasi perda tersebut
partisipasi masyarakat.
15
Dimas Dwi Irawan,pengemis undercover rahasia seputar kehidupan pengemis (Jakarta :
titik media publisher, 2013).hlm 4.
14
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Pembinaan Anak Jalanan Disimpang Rimbo Kota
maupun sosial. Tindakan ini dimaksud untuk mewujudkan kehidupan terbaik bagi
memiliki nasionalisme yang dijiwai oleh akhlak mulia dan nilai pancasila, serta
METODE PENELITIAN
data yang diperlukan untuk penelitian skripsi ini. Waktu penelitian ini dimulai
B. Pendekatan Penelitian
fakta yang didapat langsung dari informan dilapangan. Menurut Bogdan dan
Taylor metode kualitatif itu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang di
amati.
memperoleh data-data yang akurat, oleh karena itu diperluakan adanya suatu
metode penelitian yang harus ada relevansi antara komponen yang satu dengan
yang lain.
16
Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm 22.
15
16
Gelandangan dan Pengemis Studi Pada Dinas Sosial Kota Jambi. Menurut
Sugiyono “Metode Kualitatif itu adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti sebagai instrumen kunci, dan hasil penelitian kualitatif lebih
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Adapun
a. Data primer
Data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti kepada
sumbernya tanpa ada perantaraan. Data primer juga dapat diartikan sebagai data
dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau
perilaku yang dilakukan oleh subyek yang dapat dipercaya. Data yang penulis
ambil adalah informasi dari lapangan yang didapatkan melalui observasi dan
17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods),
(Bandung : IKAPI, 2011),hlm 13.
17
b. Data sekunder
pengumpul data. Data sekunder juga dapat diartikan sebagai data yang diambil
bukan dari sumber aslinya atau bukan dari sumber pertama, adapun penulis
maksud adalah referensi ataupun studi kepustakaan pendukung dari judul karya
ilmiah yang akan diteliti dan turut mendukung dalam penulisan proposal, dan
diambil dari sumber kedua, ketiga, dan lain-lain. Data sekunder ini dapat berasal
dari buku, jurnal, artikel, media massa, browsing interbet dan juga dokumentasi
pribadi.2
c. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber subyek dari mana data
tersebut diperoleh. Sumber data peneltian ini terdiri dari, manusia atau
Sumber data yang berbentuk suasana atau peristiwa berupa suasana yang bergerak
Teknik atau cara yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data-data
1. Observasi
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Hartinis
diperoleh dari data. Keempat, dapat mencegah bias yang biasanya terjadi pada
c. Activity, kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang
2. Wawancara
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
18
Hartinis Yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif, (Jakarta : Kompleks Kejaksaan Agung, Cipayung, 2009), hlm 79.
19
Syamsudin dan Visman S. Damaninti, Metode Penelitian pendidikan Bahasa, (Bandung
: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan indonesia dan PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm
238.
20
Ibid, hlm 238.
19
juga dapat diartikan sebagai percakapan yang dilakukan dua pihak yaitu
terstrukutur . Wawancara terstruktur yaitu bila peneliti atau pengumpul data telah
megetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh 21. Wawancara
dengan Jaharuddin, sebagai kabid Rehabilitasi Dinas Sosial Kota Jambi, Abdul
Malik, sebagai Pengamat Sosial UIN STS Jambi, mamad dan ainun, sebagai
3. Dokumentasi
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
tempat penelitian yang meliputi arsip, buku-buku, foto-foto atau data yang relevan
untuk penelitian.”
21
Syamsudin dan Visman S. Damaninti, Metode Penelitian pendidikan Bahasa, (Bandung
: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan indonesia dan PT Remaja Rosdakarya, 2009), hlm
239.
22
Hartinis yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualititatif dn Kuantitatif,
hlm 219.
20
yang penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan
kepada orang lain. Menurut Bogdan sebagaimana dikutif oleh Sugiyono, analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
yang penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan
kepada orang lain. Menurut Bogdan sebagaimana telah dikutif oleh Sugiyono,
analisis data adalah proses mencari dan dan menyusun secara sistematisn data
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenu”.
Aktivitas analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan mengambil
a. Reduksi data
memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi yang
tidak relevan. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Adapun data yang diredukssi akan
penelitian ini, data diperoleh melalui catatan lapangan dan wawancara, kemudian
data tersebut dirangkum dan diseleksi sehingga kan memberikan gambaran yang
b. Penyajian data
Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan “the most frequent from
of display data for qualitative research data in the past has been narrative text” 25,
yang paling sering digunakan untuk menyajiakan data dalam penelitian kualitatif
adalah data teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami, selain dengan teks yang naratif,
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya, tetap yang paling
sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta,
2009), hlm 249.
22
yang telah didapatkan dari hasil wawancara, dari sumber tulisan maupun dari
sumber pustaka. Dalam penulisan ini penulis menggunakan teks yang bersifat
naratif.
c. Kesimpulan/Verifikasi
bersifat sementara, dan akan berubah apanila tidak ditemukan bukti yang kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya 26. Kesimpulan dalam
penulisan kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan dapat berupa deskrifsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya
ketiga metode ini meliputi reduksi data, penyajian data dan kesimpulan/verifikasi
akan penulis lakukan setelah semua data teleh diperoleh melalui wawancara,
catatan lapangan dan juga memudahkan penulis didalam mengetahui dan menarik
F. Sistematika Penulisan
berikutnya, untuk mempermudah pemahaman tentang garis besar isi skripsi secara
26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta,
2009), hlm 252.
23
BAB I : Bab ini membahas mengenai pendahuluan yang mencakup latar belakang
BAB II: Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang meliputi
pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, unit
BAB III : Dipaparkan tentang gambaran umum tempat penelitian, visi dan misi,
struktur organisasi.
BAB V : Merupakan akhir dari penulisan skripsi yang terdiri dari kesimpulan dan
saran-saran, kata penutup serta dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran dan
curiculum vitae
G. Jadwal Penelitian
dengan perbaikan hasil seminar prposal skripsii, setelah pengesahan judul dan izin
riset, maka penulis mengadakan pengumpulan sata, verifikasi dan analisis waktu
Tabel II
Jadwal Penelitian
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan X
Jul
2. Pembuatan X
Proposal
3. Perbaikan X
Proposal Dan
Seminar
4. Surat Izin X
Riset
5. Pengumpulan X
Data
6. Pengolahan
Data
7 Pembuatan X
Laporan
8. Bimbingan X
Dan
Perbaikan
9. Agenda Dan X
Ujian Skripsi
10. Perbaikan X
Dan
Perjilidan
BAB III
kreatif masyarakat melalui pemamfaatan potensi dan sumber daya yang ada. Hal
ini telah menunjukan banyak kemajuan terutama bagi warga masyarakat yang
pelayanan sosial.27
tercermin pada indikator sosial, antara lain jangkauan pelayanan sosial disatu sisi
PKMS, seperti gelandangan pengemis serta perbuatan kriminal- kriminal yang ada
Kota Jambi.
27
Dokumentasi Dinas Sosial Kota Jambi,diakses tangga l 21 Januari2019
25
26
Indonesia, sementara itu masyarakat terpengaruh dan tergangu oleh sebab itu
semakin meningkat.
Gelandangan Pengemis diKota Jambi. Kota Jambi merupakan ibu kota provinsi
jambi yang lebih dikenal dengan sebutan Jambi Kota “bernas” , wilayah Kota
Jambi dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Muaro Jambi dari arah utara, selatan,
Tabel III
Nama Kecamatan.
28
Profil,Dinas Sosialkota Jambi,( Jambi:.2019) , hlm. 1-4.
27
Geografi wilayah Kota jambi secara keseluruhan terdiri atas daratan dengan luas
kemiringan 2 hingga 15% dan curam dengan kemiringan 15 hingga 40% dengan
Jambi, Pelayangan, dan Danau Teluk berada pada ketinggian 10-40 meter dari
permukaan laut. Jarak dari kota jambi ke Kabupaten lain dalam provinsi jambi
Dari sisi iklim, Kota Jambi termaksud beriklim tropis, musim hujan jatuh
pada bulan oktober sampai april (dipengaruhui oleh Musim Timur Selat ) dan
musim kemarau pada bulan april sampai oktober ( dipengaruhui oleh Muaim
Barat). Keadaan iklim rata-rata Kota Jambi dalam kurun 2007 sampai 2017
terlihat cukup berflukuasi. Suhu rata-rata terendah berkisar 22,700 c dan tertinggi
rata-rata terendah berkisar 7,00 knot dan tertinggi berkisar 11,25 knot.
29
KEPALA DINAS
SEKRETARIS
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL KASUBBAG UMUM KASUBBAG KEUANGAN KASUBBAG
& PERENCANAAN KEPEGAWAIAN
KEPALA BIDANG PERLINDUNGAN KEPALA BIDANG REHABILITASI KEPALA PEMBERDAYAAN SOSIAL KEPALA BIDANG PENANGANAN
DAN JAMINAN SOSIAL SOSIAL FAKIR MISKIN
KEPALA SEKSI PERLINDUNGAN KEPALA SEKSI REHABILITASI KEPALA SEKSI PEMBERDAYAAN KEPALA SEKSI PENDATAAN &
SOSIAL KORBAN BENCANA ALAM ANAK & LANJUT USIA SOSIAL PERORANGAN DAN INFORMASI FAKIR MISKIN
KELEMBAGAAN
Jumlah 54orang
Tabel V
orang
3 Diploma III - - -
30
Kantor Dinas Kota Jambi,Daftar Jumlah Menurut Jabatan dan Eselon,21 Januari 2019.
31
Kantor Dinas Sosial Kota Jambi,Daftar Jumlah Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan
dan Jenis Kelamin,21 Januari 2019
30
31
6 Tingkat SD - --
orang
bahwa suatu organisasi harus ada susunan pengurus secara sistematis, hal ini juga
merupakan gambaran aktivitas kerja objektif. Organisasi yang baik dan teratur
sekaligus dengan pembagian tugasnya. Dinas sosial kota jambi dipimpin oleh
seorang kepal dinas terdiri dari beberapa bagian diantaranya : Sektertis, Kasubag
32
Dokumentasi Dinas Sosial Kota Janbi.
32
1. Visi
Kota Jambi saat ini dan harapan yang akan diwujudkan dimasa yang akan datang
maka visi Dinsos Jambi adalah sebagai berikut : Terwujuudnya Kota Jambi
dengan kemampuan daerah, Pernyataan visi Dinas Sosial Kota Jambi sepenuhnya
mengacu pada pernyataan visi dinas sosial kota jambi sepenuhnya mengacu pada
pernyataan visi pemerintah kota jambi. Hal ini dapat dipahami mengingat Dinas
Sosial kota Jambi sepenuhnya mendukung pemenuhan visi pemerintah kota untuk
mencapai visi, perlu ditunjang oleh nilai-nilai yang telah berkembang dan hidup
dalam suatu organisasi sebagai pendorong semangat untuk bekarya dan berkarsa,
sekaligus merupakan pedoman yang diyakini serta harus selalu dihayati dan
2. Misi
harus dihadapi oleh segenap personil Dinsos kota jambi, sebagai bentuk nyata dari
visi tersebut. Ditetapkanlah misi Dinsos kota jambi mengambarkan hal yang
seharusnya terlaksana, sehingga hal yang masih abstrak terlihat pada visi akan
33
lebih nyata pada misi tersebut. Lebih lanjut, pernyataan misi Dinsos Kota Jambi
kebutuhan tersebut. Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, Dinsos Kota Jambi
sosial (PKMS)
33
Dokumentasi Dinas Sosial Kota Jambi
BAB IV
PEMBAHASAN
(gepeng) oleh Dinas Sosial Kota Jambi, perlu terlebih dahulu melihat target dan
sasaran dari penanganan tersebut sebagaimana diatur oleh regulasi terkait. Hal
tersebut penting untuk dilakukan, sebab dicapai atau tidaknya target tersebut
tersebut.
oleh Dinas Sosial Kota Jambi. Yang pertama, Peraturan Kapolri ( perkap) No 14
peraturan perundang-undangan.34
undang dasar 1945 alinea keempat yang menegaskan bahwa tujuan dibentuknya
republik indonesia dalam pasal 34 ayat (1) UUD 1945 disebut kan bahwa ”fakir
34
Peraturan kapolri No 14 tahun 2007, penanganan gelandangan dan pengemis
34
35
miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Maka secara tidak
langsung dapat dikatakan bahwa semua orang miskin dan semua anak terlantar
Di Kota Jambi sasaran/ target dari penanganan gepeng juga diatur oleh
gelandangan, pengemis dan anak jalanan. Penetapan peraturan Wali Kota Jambi
tersebut diharapkan agar Kota Jambi bisa memimalisir jumlah gelandangan dan
Dari peraturan Wali Kota Jambi yang telah dibuat dalam penanganan
daerah.
35
Pasal 3 Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2019 tentang penanganan
Dari penjelasan diatas, Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Jambi berperan
aktif untuk dapat menekan jumlah gelandangan dan pengemis di Kota Jambi.
Dinas Sosial dan Tenaga kerja Kota Jambi juga sebagai fasilitator dalam
dengan peraturan yang berlaku. Selain itu, perlu adanya sosialiasasi pencegahan
1. Usaha Represif
Represif meliputi :
a. Razia;
b. Penampungan tetap;
penampungan;
36
Pasal 4 Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2016 tentang
serangkaian kegiatan :
a. Bimbingan mental;
b. Bimbingan sosial;
c. Bimbingan ketrampilan;dan
d. Penyaluran38.
pengemis diuraikan di atas, maka sub-sub ini akan membahas sejauhmana Dinas
Sosial Kota Jambi telah memenuhui target dan petunjuk teknis penanganan
tersebut.
Sosial Kota Jambi belum ada membuat mendidik komunitas gelandangan dan
diberi pendidikan, seperti mendidik untuk keterampilan, dan Dinas Sosial Kota
Jambi telah melakukan razia tapi tidak diberi pembinaan ataupun keterampilan
sesuai bakat/ skil mereka masing-masing. Dan Dinas Sosial Kota Jambi, hanya
37
Pasal 7 Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2019 tentang
penanganangelandangan, pengemis dan anak jalanan
38
Pasal 14 angka (1) Peraturan Walikota Jambi Nomor 29 Tahun 2019 tentang
penanganangelandangan, pengemis dan anak jalanan
39
memberikan bimbingan mental dan spritual seperti contoh diberi siraman rohani
dan diajarkan sholat dan mengaji itu selama dalam waktu 3 hari, dan gelandangan
39
dan pengemis diberi makan selama waktu 3 hari. Selain itu program
pemberdayaan ada, namun tidak dijalankan oleh Dinas Sosial Kota Jambi hal ini
dikarena tidak adanya anggaran yang dimiliki Dinas Sosial Kota Jambi. 40
Sosial Kota Jambi dari tahun ketahun juga tampak bahwa jumlah gelandangan dan
penanganan gelandangan dan pengemis oleh Dinas Sosial Kota Jambi belum
sepenuhnya efektif.
Tabel VI
No Tahun Jumlah
1 2015 345
2 2016 101
3 2017 360
Sumber : Dokumentasi Dinas Sosial Kota Jambi
Dari data diatas dapat dilihat bahwa gelandangan dan pengemis pada
tahun 2015 jumlah gelandangan dan pengemis berjumlah 345 jiwa, pada tahun
2016, terjadi penurunan jumlah gelandangan dan pengemis berjumlah 101 jiwa,
39
Jaharuddin, kepala rehabilitasi Sosial, Dinas Sosial Kota Jambi
40
Ibid.
41
Dokumentasi Dinas Sosial Kota Jambi, Laporan Dinas Sosial Kota Jambi tahun 2015-
2018
40
Dari data diatas Dinas Sosial Kota Jambi sudah melalukan razia rutin
yang dilakukan seminggu dua kali. Razia ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk
menertibkan dan membina para gelandangan dan pengemis tersebut agar tidak
mengemis dan hidup dijalanan dan tidak berkeliaran di sekitaran Kota Jambi.
Selama kurun waktu 2015 hingga 2017 sendiri proses penertiban hingga
Disamping itu diperlukanya usaha repsepsif dan usaha preventif, akan tetapi
diKota Jambi tidak dilakukanya usaha preventif hal ini dikatakan karena tidak
adanaya kebijakan dari Dinas Sosial Kota Jambi yang mengantur bahwa
42
Wawancara dengan Bapak Jaharuddin ,Bidanng Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota
Jambi
43
Ibid
41
pengemis masih belum efektif sebagimana yang diharapkan. Dibagian ini akan
lingkungan ektern yaitu lingkungan yang berada diluar batas organisasi dan
dalam diri setiap individu akan ditemukan banyak perbedaan, akan tetapi
44
Richard M. Stress, hlm 12
42
kesadaran individu akan perbedaan itu sangat penting dalam upaya mencapai
tujuan organisasi.
organisasi.
internal antara pemkot Kota Jambi dengan Pemerintah Provinsi Jambi, dan
koordinasi eksternal antara pemkot Jambi dengan pemkot dan pemprov provinsi
lainnya secara nasional, agar permasalahan migrasi Gepeng dari satu wilayah ke
bukanlah masalah daerah atau lingkungan lokal saja, tetapi masalah nasional.
Gelandangan dan pengemis pada umumnya bukan asli pribumi saja tetapi banyak
juga warga urbanisasi atau penduduk dari luar kota atau wilayah lain.
43
dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Jambi, jika tidak ada koordinasi dengan Dinas
Kota dari provinsi lain, atau jika tidak ada koordinasi di tingkat nasional yang
gelandangan dan pengemis. Hal ini dikarenakan belum adanya bentuk sosialisasi
dari pihak Dinas Sosial kepada masyarakat mengenai peran penting masyarakat
cenderung menjadi profesi tetap, terutama bagi mereka yang memang tidak
penghasilan merupakan pengemis yang hidup dari jalanan. mereka yang memang
Pengemis penghasilan merupakan pengemis yang hidup dari jalanan. Selain itu
45
Wawancara dengan Bapak Abdul Malik, Pengamat Sosial UIN STS Jambi
46
Wawancara dengan bapak mamad dan buk ainun, pengemis disimpang rimbo
44
“dimana ada sekolompok orang yang kurang pendidikan dan faktor malas,
gelandangan khususnya dijambi itu ada beberapa memiliki skil rendah dimana
faktor skil rendah itu ada dua yaitu, dari segi faktor yaitu, ada gelandangan dari
luar, dan gelandangan dari desa, atau suku anak dalam, gelandangan itu ada
47
personal atau gelandangan yang terorganisir. Gelandangan itu adalah bukan
permasalahan wilayah tetapi gelandangan itu adalah permasalahan ekonomi
nasional dan faktor kelangkaan pekeerjaan orang-orang yang tidak terdidik,
sampai orang yang terdidik, faktor ekonomi dimana ada sekolompok orang yang
pendidikan dan faktor malas, gelandangan khususnya dijambi itu ada beberapa
memiliki skil rendah dimana faktor skil rendah itu ada dua yaitu, dari segi faktor
yaitu, ada gelandangan dari luar, dan gelandangan dari desa, atau suku anak
dalam, gelandangan itu ada personal atau gelandangan yang terorganisir”48
“organisasi” dalam Dinas Sosial Kota Jambi yaitu tidak adanya proses evaluasi
terhadap penanganan gelandangan dan pengemis oleh dinas sosial kota Jambi. Hal
kota jambi. Suatu program atau kegiatan haruslah adanya proses evaluasi yang
mana akan membantu menilai bagaimana program atau kegiatan itu berjalan
dengan baik atau tidak. Sama halnya dengan evaluasi terhadap penanganan
47
Wawancara dengan bapak Abdul Malik, pengamat sosial UIN STS Jambi
48
Wawancara dengan Bapak Jaharuddin ,Bidanng Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota
Jambi
49
Rencana strategi Dinas Sosial Kota Jambi tahun 2013-2018, hlm 33-34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
studi pada Dinas Sosial Kota Jambi pada uraian diatas penulis dapat mengambil
oleh Dinas Sosial Kota Jambi diantaranya UUD 1945 pasal 34 ayat (1),
anak jalanan
masimal karena Dinas Sosial Kota Jambi belum ada mendidik komunitas
pengemis. Hal ini karena tidak adanya pendidikan, seperti mendidik untuk
45
46
Dinas Sosial Kota Jambi belum sepenuhnya efektif karena beberapa target dan
dan Peraturan lainnya, belum tercapai. Ketidakefektifan ini juga karena ada
B. Saran
Gepeng oleh Dinas Sosial Kota Jambi. Pertama, perlu diperkuat koordinasi
internal antara pemkot Kota Jambi dengan Pemerintah Provinsi Jambi, dan
koordinasi eksternal antara pemkot Jambi dengan pemkot dan pemprov provinsi
lainnya secara nasional, agar permasalahan migrasi Gepeng dari satu wilayah ke
wilayah lain dapat diaatasi. Kedua, berakitan dengan pengemis sebagai profesi
mendapatkan skill/keterampilan untuk dapat bekerja dalam bidang yang lain yang
lebih baik. Ketiga, berkaitan dengan partisipasi masyarakat, maka dihimbau untuk
masyarakat Kota Jambi jangan membiasakan memberi mereka uang karena dari
47
sedekah tapi alangkah bagusnya memberi ke fakir miskin, panti asuhan, panti
jompo. Keempat, berkaitan dengan manajemen dan organisasi dalam Dinas Sosial
Kota Jambi yaitu tidak adanya proses evaluasi terhadap penanganan gelandangan
pemerintah harus benar-benar giat dan kosentrasi serta tidak main-main dalam
Jambi.