Anda di halaman 1dari 7

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 11, No.

1, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E49

Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Menggunakan


Metode FMEA pada Proyek Pembangunan Jalan
Tol Ruas Sigli – Banda Aceh Struktur Elevated
Afra Faradilla Ihsan dan Cahyono Bintang Nurcahyo
Departemen Teknik Sipil,Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
e-mail : bintang@ce.its.ac.id

Abstrak—Sektor konstruksi memiliki peranan penting dalam terbentur, dan 9% tertimpa benda. Hingga saat ini kecelakaan
pembangunan, namun turut mencatatkan tingkat kecelakaan kerja pada ketinggian masih banyak terjadi, dikarenakan
kerja yang tinggi. Kecelakaan kerja pada proyek konstruksi perusahaan belum menerapkan regulasi K3 dengan
dapat terjadi kapanpun, cukup sulit untuk dihilangkan
maksimal, dan dikarenakan para pekerja lalai dalam menaati
sepenuhnya, serta memberikan dampak dari yang cukup ringan
hingga serius. Kecelakaan kerja dapat terjadi akibat kelalaian peraturan yang ada [2].
individu maupun penerapan peraturan keselamatan kerja yang Kejadian kecelakaan kerja dapat memberikan dampak
kurang maksimal. Kecelakaan kerja pada proyek konstruksi yang ringan hingga menimbulkan korban jiwa dan
dapat diminimalisir dan dikurangi dampaknya dengan menimbulkan kerugian dalam berbagai aspek. Selain
penerapan manajemen risiko. Analisis risiko merupakan salah berdampak pada pekerja, kecelakaan kerja konstruksi juga
satu bagian dari manajemen risiko yang berfungsi untuk
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kinerja proyek.
mengetahui tingkat risiko kecelakaan kerja. Analisis risiko
dalam penelitian ini dilakukan pada Proyek Pembangunan Diantara dampak yang terjadi dapat berupa adanya
Jalan Tol Ruas Sigli - Banda Aceh Struktur Elevated. Metode penambahan biaya proyek, penurunan produktivitas proyek,
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Failure Mode and dan bahkan keterlambatan penyelesaian proyek.
Effect Analysis (FMEA). Identifikasi risiko pada proyek Tidak dapat dipungkiri bahwa risiko kecelakaan
konstruksi dilakukan berdasarkan penelitian terdahulu dan merupakan suatu hal yang berpotensi terjadi dan cukup sulit
tinjauan lapangan, untuk selanjutnya divalidasi melalui
untuk dihilangkan sepenuhnya. Risiko timbul akibat adanya
kuesioner pendahuluan kepada responden. Selanjutnya
dilakukan penilaian tingkat keparahan (severity), tingkat ketidakpastian pada suatu pekerjaan. Risiko dapat
kejadian (occurrence), dan tingkat deteksi (detection) oleh diantisipasi dan diminimalisir dengan analisis yang tepat.
responden melalui pengisian kuesioner utama, dengan Perhitungan risiko kecelakaan dapat menjadi bahan
menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan pertimbangan dalam meminimalisir kecelakaan kerja pada
sebelumnya. Kemudian hasil penilaian diurutkan untuk pelaksanaan proyek konstruksi, yaitu berupa tindakan
mendapatkan variabel nilai Risk Priority Number (RPN)
preventif untuk menanggulangi risiko tersebut. Salah satu
tertinggi. Risiko kecelakaan kerja dengan nilai RPN tertinggi
yaitu pekerja terjatuh dari ketinggian pada pekerjaan erection metode yang tepat untuk menganalisis risiko pada suatu
girder dengan nilai RPN 158.667. Pengendalian risiko yang rangkaian proses konstruksi yaitu metode FMEA (Failure
dilakukan untuk meminimalisir kecelakaan kerja yaitu dengan Mode and Effect Analysis). Metode FMEA ini bertujuan
cara mengubah desain (ukuran, material, dan spesifikasi teknis) untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin
dan mengembangkan peralatan deteksi. mode kegagalan (failure mode) yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja pada suatu proses pekerjaan.
Kata Kunci—Analisis Risiko, Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA), Kecelakaan Kerja. Metode ini memiliki keunggulan dibandingkan metode
lainnya yaitu karena selain penilaian berdasarkan tingkat
keparahan (severity) dan tingkat kejadian (occurrence), juga
I. PENDAHULUAN dapat dilakukan penilaian tingkat deteksi (detection)

G ENCARNYA pembangunan infrastruktur di Indonesia


berbanding lurus dengan timbulnya risiko kecelakaan
kerja. Kasus kecelakaan kerja di Indonesia masih tergolong
berdasarkan desain pengendalian (design control) pada suatu
proyek.
Proyek Pembangunan Jalan Tol Ruas Sigli - Banda Aceh
tinggi, sedangkan penyumbang terbesar kasus kecelakaan merupakan proyek dengan panjang rute 74,2 km. Proyek ini
kerja di Indonesia berasal dari sektor konstruksi dengan rata- melibatkan banyak sumber daya manusia, dilaksanakan pada
rata kejadian 32% setiap tahunnya. BPJS Ketenagakerjaan area yang luas area, waktu pelaksanaan yang terbatas, dan
mencatat kasus kecelakaan kerja mencapai 153.044 pada item pekerjaan yang cukup besar. Banyaknya jumlah pekerja
tahun 2020. Kecelakaan kerja sektor konstruksi menempati akan memperbesar tingkat kemungkinan terjadinya risiko
peringkat pertama pekerjaan paling berbahaya di seluruh kecelakaan kerja. Selain itu, analisis risiko kecelakaan kerja
dunia, memiliki risiko kematian 5 kali lebih besar bila pada proyek ini cukup penting untuk dilakukan, dikarenakan
dibandingkan dengan manufaktur, serta risiko cedera parah struktur elevated pada proyek ini melewati jalan raya, sungai,
2,5 kali lebih tinggi [1]. rawa-rawa, dan lain-lain yang memiliki risiko yang lebih
Pada tahun 2014 Kementrian Ketenagakerjaan Republik besar [3].
Indonesia menyatakan bahwa jumlah kecelakaan kerja yang Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai risiko kecelakaan
dialami pekerja konstruksi relatif tinggi yaitu sebesar 31,9% yang mungkin dapat terjadi, maka dilakukan penelitian
dari total kecelakaan kerja yang terjadi. Kasus kecelakaan “Analisis Risiko Kecelakaan Kerja Menggunakan Metode
tertinggi yaitu berupa 26% pekerja jatuh dari ketinggian, 12% FMEA pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Ruas Sigli -
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 11, No. 1, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E50

Tabel 1. Tabel 3.
Skala Tingkat Keparahan (Severity) Skala Tingkat Deteksi (Detection)
Tingkat/Dampak Nilai Tingkat Nilai
Kemungkinan Terdeteksi
Kematian atau menyebabkan perubahan 5 Kejadian
pada kehidupan individu Sangat kecil kemungkinan alat Sangat jarang 5
Dampak cukup serius (individu tidak dapat 4 kontrol yang ada untuk mendeteksi
melakukan aktivitas) bentuk dan penyebab kegagalan
Dampak sedang (individu tidak beraktivitas 3 Alat kontrol memiliki Sangat rendah 4
selama 1-2 hari) kemungkinan sangat rendah untuk
Dampak ringan (individu masih dapat 2 mendetekasi bentuk dan penyebab
melakukan aktivitas) kegagalan
Tidak berdampak (individu tidak merasakan 1 Alat kontrol memiliki Sedang 3
dampak yang signifikan) kemungkinan sedang untuk
mendetekasi bentuk dan penyebab
Tabel 2. kegagalan
Skala Tingkat Kejadian (Occurrence) Alat kontrol memiliki Tinggi 2
Tingkat Nilai kemungkinan yang tinggi untuk
Probabilitas Kejadian mendetekasi bentuk dan penyebab
Kejadian
kegagalan
Sangat tinggi dan tidak dapat >1 per 2 5
Alat kontrol dapat mendeteksi Hampir pasti 1
dihindari
secara pasti bentuk dan penyebab
Tinggi dan sering terjadi 1 per 8 4
kegagalan
Sedang dan kadang terjadi 1 per 80 3
Rendah dan relatif jarang terjadi 1 per 2000 2
sesuai dengan persamaan berikut.
Sangat rendah dan hampir tidak 1 per 150.000 1
mungkin terjadi 𝑅𝑃𝑁 = 𝑆 × 𝑂 × 𝐷 (2)
Banda Aceh Struktur Elevated”. Nilai RPN yang didapatkan dari hasil perkalian S, O, dan
D akan menghasilkan tingkatan risiko dari pekerjaan [5].
II. METODOLOGI Pekerjaan dengan nilai RPN tertinggi memiliki tingkat risiko
yang tinggi, untuk selanjutnya akan mendapatkan prioritas
A. Identifikasi Risiko
utama dalam dilakukannya tindakan pencegahan (preventif)
Variabel risiko diidentifikasi dari studi literatur dan dan perbaikan (kuratif).
dokumen Job Safety Analysis (JSA) proyek. Kemudian 2) Pengendalian Risiko
dilanjutkan dengan kuesioner pendahuluan untuk Pengendalian risiko dilakukan untuk meminimalisir
mendapatkan validasi dari responden terkait relevan atau maupun menghindari potensi risiko yang mungkin terjadi
tidaknya variabel risiko terhadap keadaan faktual di proyek. pada suatu pekerjaan. Pengendalian risiko ini berfungsi untuk
Kemudian dilanjutkan dengan kuisioner utama untuk mengurangi dampak yang dihasilkan oleh variabel risiko agar
penilaian tingkat keparahan (severity), tingkat kejadian tidak menimbulkan kecelakaan kerja.
(occurrence), dan tingkat deteksi (detection) dengan skala Detail pengendalian risiko pada penelitian ini didapatkan
yang ditunjukkan oleh Tabel 1, 2, dan 3. melalui wawancara narasumber ahli di lapangan. Wawancara
tersebut dilakukan setelah dilakukan studi literatur terkait
B. Analisis Data penyebab terjadi risiko dan pengendalian risiko yang tepat
1) Analisis Risiko untuk setiap pekerjaan tersebut. Pengendalian yang
Langkah awal yang digunakan untuk analisis yaitu dilakukan akan fokus pada pekerjaan dengan tingkat risiko
menggunakan indeks dari masing-masing tingkat keparahan tertinggi, dikarenakan dampak yang dihasilkan sangat besar
(S), tingkat kejadian (O), dan tingkat deteksi (D). Adapun dan diperlukan tindakan pengendalian yang preventif untuk
nilai indeks dapat dihitung menggunakan persamaan berikut. mengurangi dampak tersebut.
∑5𝑖=1 𝑎𝑖 𝑥𝑖 C. Tahapan Penelitian
𝑆𝐼 = × 100% (1)
5∑5𝑖=1 𝑥𝑖 Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
mengetahui latar belakang permasalahan yang terjadi pada
Analisis risiko dalam penelitian ini dilakukan dengan lingkungan proyek, yang kemudian dilanjutkan dengan
menggunakan metode Failure Mode and Effect Analysis mengidentifikasi masalah yang terjadi. Langkah selanjutnya
(FMEA). Metode FMEA merupakan suatu metode yang yaitu studi literatur terkait permasalahan yang akan diteliti.
dirancang untuk [4]: Proses pengambilan data primer dilakukan melalui
a. Mengidentifikasi dan memahami mode kegagalan dan pengamatan lapangan, wawancara, dan kuesioner. Sedangkan
penyebab kegagalan tersebut, serta efek yang ditimbulkan data sekunder diperoleh dari kontraktor pelaksana. Setelah
oleh sistem untuk proses suatu produk tertentu. pengumpulan data dilakukan, maka dapat diketahui kegiatan
b. Menilai risiko yang berkaitan dengan mode yang apa saja yang berisiko pada kegiatan proyek konstruksi.
diidentifikasi kegagalannya, efek dan penyebabnya, serta Tahapan selanjutnya yaitu mengidentifikasi tahapan
memfokuskan tindakan pengendaliannya. pekerjaan yang memiliki tingkat risiko dengan menggunakan
c. Mengidentifikasi dan melakukan tindakan pengendalian metode FMEA. Analisis risiko menggunakan metode FMEA
untuk mengatasi masalah yang cukup serius. akan menghasilkan Risk Priority Number (RPN) yang
Dalam metode FMEA ini, nilai Risk Priority Number dijadikan sebagai acuan dalam penentuan urutan skala
(RPN) akan dihitung dari setiap variabel risiko kecelakaan prioritas. Pada penelitian ini, pengendalian risiko kecelakaan
kerja yang mungkin terjadi. Nilai RPN didapatkan dari hasil kerja difokuskan pada risiko dengan RPN tertinggi. Tahapan
perkalian severity (S), occurrence (O), dan detection (D) berikutnya adalah penentuan upaya pengendalian, yang
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 11, No. 1, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E51

Tabel 5. Tabel 4.
Risiko Pekerja Jatuh dari Ketinggian pada Pekerjaan Erection Girder Variabel Risiko
Failure Mode S O D RPN Kode
Variabel Risiko
Posisi pekerja terlalu dekat dengan 85 46,7 40 158.667 Variabel
girder Pekerjaan Pier
Galian dan timbunan tanah
Tabel 6. V1 Tertimbun tanah galian yang longsor
Upaya Pengendalian Risiko V2 Tertimpa alat berat
Pekerjaan Pabrikasi Rebar
Parameter Tindakan yang Dapat Dipertimbangkan V3 Pekerja terjepit mesin
Keparahan (S) Penggunaan body harness dan safety shoes V4 Pekerja terjepit alat kerja (tang) atau terjepit besi
Menggunakan safety net dan railing V5 Pekerja tersayat besi
Kejadian (O) Membatasi jumlah pekerja yang berada di area V6 Tertusuk besi bendrat
kerja pada ketinggian karena terbatasnya area V7 Pekerja terkena arus bertegangan tinggi
pijakan. V8 Rebar terjatuh dan menimpa pekerja
Penambahan area pijakan pada area pekerjaan yang Pekerjaan Mobilisasi Rebar
terbatas (penggunaan scaffolding untuk V9 Tertabrak kendaraan yang sedang melintas
memperluas area pijakan) V10 Truk dan muatan menimpa pengguna jalan
Membatasi jam kerja dan memberikan waktu V11 Membahayakan pengguna jalan dan mengganggu lalu lintas
istirahat yang cukup (maksimal 8 jam per hari) Unloading Rebar Workshop
Menunda pekerjaan hingga cuaca mendukung V12 Terkena alat kerja
Memberikan penyuluhan mengenai K3 secara rutin V13 Pekerja tersandung rebar
dan terjadwal Install Rebar
Melakukan toolbox meeting sebelum pekerjaan V14 Pekerja tersandung rebar
dimulai V15 Pekerja terjatuh pada saat pemasangan di ketinggian
Penambahan rambu-rambu bahaya ketinggian pada Pekerjaan Bekisting
lokasi proyek V16 Pekerja tergores material bekisting (kayu atau logam)
Deteksi (D) Penggunaan drone untuk melakukan inspeksi V17 Pekerja terjatuh dari ketinggian
kelengkapan penggunaan APD pekerjaan di V18 Pekerja tertusuk paku
ketinggian V19 Pekerja terpukul palu
Memastikan kondisi cuaca aman untuk melakukan V20 Tertimpa material yang jatuh
pekerjaan Pengecoran Pier
Penggunaan windsock untuk mengetahui arah V21 Terkena percikan semen
angin ketika pelaksanaan erection girder V22 Terjatuh dari ketinggian
Penggunaan Handheld Transceiver (HT) antara V23 Terkena alat berat
operator, flagman, dan pekerja yang berada pada V24 Terkena manuver end hose pump
area pekerjaan ereksi di ketinggian V25 Terkena arus listrik dari kabel vibrator beton
Pekerjaan Erection Girder
kemudian dilanjutkan dengan pengambilan kesimpulan dan Mobilisasi Crawler Crane
saran. Detail tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. V26 Tertabrak kendaraan yang sedang melintas
Penurunan crawler crane dan aksesoris, serta install crane
V27 Crawler crane menimpa pekerja
III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Mobilisasi Girder
V28 Kecelakaan pada saat mobilisasi girder
A. Profil Proyek V29 Tertabrak kendaran yang sedang melintas
Penurunan Girder
Proyek yang dijadikan sebagai studi kasus pada penelitian V30 Tertimpa sling crane yang putus
ini yaitu Proyek Pembangunan Jalan Tol Ruas Sigli - Banda V31 Tertimpa balok girder
Aceh, yang termasuk sebagai salah satu Proyek Strategis Joint Girder
Nasional (PSN). V32 Terjepit material (girder)
Stressing Girder
Proyek ini terletak di Provinsi Aceh, tepatnya di Kabupaten V33 Tersengat listrik
Aceh Besar dan Kabupaten Pidie yang terbagi menjadi 6 seksi V34 Tersandung kabel strand
yaitu Padang Tiji – Seulimum (Seksi 1), Seulimum – Jantho Pemotongan Strand dan Grouting
(Seksi 2), Jantho – Indrapuri (Seksi 3), Indrapuri – Blang V35 Tertusuk kabel strand
Pemasangan Bearing Pad
Bintang (Seksi 4), Blang Bintang – Kutabaro (Seksi 5), dan V36 Tertimpa crawler crane yang roboh
Kutabaro – Baitussalam (Seksi 6). Adapun total durasi V37 Tertimpa bearing pad yang terjatuh
pelaksanaan proyek adalah 840 hari kalender berdasarkan V38 Pekerja terjatuh dari ketinggian
kontrak per tanggal 30 November 2018. Erection Girder
V39 Pekerja terjatuh dari ketinggian
Pekerjaan proyek yang menjadi fokus di penelitian ini V40 Terkena manuver alat berat
adalah pada struktur elevated yaitu pekerjaan pier dan V41 Kejatuhan material (girder)
pekerjaan erection girder. Secara keseluruhan, proyek ini Perkuatan Girder
sedang berjalan dengan tingkat pekerjaan yang berbeda pada V42 Terkena peralatan kerja
V43 Terjatuh dari ketinggian
setiap seksinya. Setting Perancah
V44 Terjatuh dari ketinggian
B. Metode Pekerjaan Pier V45 Tertusuk besi
Pada proyek Pembangunan Jalan Tol Ruas Sigli - Banda V46 Tertimpa material perancah yang terjatuh
Aceh, metode pekerjaan pier diawali dengan penggalian kondisi lapangan sangat bervariasi. Penggalian tanah
tanah setelah proses pemancangan mini pile dilakukan. dilakukan menggunakan alat bantu excavator. Setelah
Setelah proses pemancangan yang dilakukan menggunakan penggalian tanah dilakukan, di beberapa area proyek
alat pancang drop hammer selesai, maka dilanjutkan dengan konstruksi ada yang ditambahkan struktur sheet pile baja
penggalian tanah. Kedalaman galian tanah berbeda-beda untuk menahan tekanan lateral tanah dan mencegah
tergantung dengan kondisi di lapangan, mengingat area terjadinya longsor pada galian.
proyek konstruksi pembangunan jalan tol sangat luas dan
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 11, No. 1, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E52

kayu atau triplek yang tidak boleh digunakan lebih dari tiga
kali. Hal tersebut karena akan berpengaruh terhadap kondisi
beton yang dicetak, yaitu sisa beton sebelumnya masih
menempel di bekisting dan menimbulkan rongga pada beton.
Selain itu, penggunaan bekisting bekas pakai juga akan
mengurangi kekuatan dari bekisting untuk menahan beton
segar saat proses pengecoran. Bekisting kayu yang digunakan
untuk kolom memiliki klem pengatur di bagian luar yang
dikaitkan menggunakan baut, penguat tegak dan penguat
datar, serta balok penunjang (push pull) untuk menopang
bekisting dari berbagai arah, sehingga bentuk bekisting dapat
dipastikan tidak berubah.
Setelah bekisting terpasang dengan sempurna, maka
tahapan selanjutnya yaitu pengecoran. Pelaksanaan
pengecoran sangat tergantung pada cuaca di lapangan,
sehingga apabila hujan maka proses pengecoran ditunda
hingga cuaca memungkinkan. Hal ini dilakukan untuk
menghindari tercampurnya air hujan yang dapat menambah
volume air dalam beton segar sehingga mengakibatkan
perubahan pada mix design dan menurunkan mutu beton.
Selain itu, untuk menghindari terjadinya risiko kecelakaan
kerja yang lebih besar akibat cuaca hujan. Mobilisasi beton
segar dilakukan menggunakan truck mixer dengan kapasitas
beton segar per truk sebesar 6 m3. Dalam proses pengecoran,
truck mixer yang dibutuhkan berkisar antara 6-8 truk untuk
satu buah pier. Pengecoran dilakukan menggunakan truk
concrete pump untuk menunang beton segar ke dalam
bekisting. Digunakan vibrator untuk memadatkan beton
segar pada bekisting, untuk menghindari timbulnya rongga
pada hasil pengecoran.
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian.
C. Metode Erection Girder
Pekerjaan galian tanah setelah pemancangan tersebut
dilakukan bersamaan dengan kegiatan pabrikasi rebar pada 1) Persiapan Erection Girder
workshop. Dilakukan kegiatan pemotongan rebar Pelaksanaan erection girder membutuhkan alat berat
menggunakan bar cutter sesuai dengan panjang yang berupa mobile crane. Langkah awal yang dilakukan yaitu
diinginkan dan pembengkokan rebar menggunakan bar mobilisasi mobile crane dan aksesorisnya menggunakan alat
bender. Seluruh proses pabrikasi rebar yang digunakan pada berat truk lowbed trailer. Mobile crane yang dibutuhkan
proyek dilakukan pada workshop. Setelah proses pabrikasi dalam proyek ini berjumlah dua unit, dengan jenis yang
dan galian pada tanah telah selesai, maka proses selanjutnya digunakan berupa crawler crane. Dua buah crawler crane
yaitu mobilisasi rebar dari workshop ke lokasi proyek. dan aksesoris yang telah tiba ke lokasi proyek, kemudian
Kegiatan mobilisasi rebar diawali dengan proses loading segera diturunkan dari alat angkut untuk dilanjutkan dengan
rebar ke dalam kendaraan pengiriman. Kegiatan mobilisasi pengecekan kelengkapan dan kelayakannya. Setelah crawler
pada proyek ini dilakukan dengan menggunakan truk untuk crane diturunkan, maka langkah selanjutnya yaitu
membawa hasil pabrikasi rebar ke lokasi proyek. Pekerjaan menempatkan crawler crane pada titik yang sudah
ditentukan. Pada area pergerakan crawler crane dipasangi
mobilisasi dilakukan pada jam tertentu untuk menghindari
pelat baja setebal 20 mm sebagai landasan, untuk membantu
terjadinya kemacetan lalu lintas dan dapat mengganggu
menahan beban crawler crane agar kondisi tanah timbunan
pengguna jalan lainnya karena adanya risiko kecelakaan.
tidak cekung.
Tahapan yang dilakukan setelah mobilisasi yaitu proses Pekerjaan selanjutnya yaitu proses mobilisasi girder yang
unloading rebar atau kegiatan pembongkaran muatan dari dilakukan dari workshop menuju lokasi proyek. Mobilisasi
kendaraan pengangkut. Penempatan rebar dilakukan pada ini menggunakan alat berat yaitu trailer truck. Proses
lokasi proyek dengan posisi yang dekat dengan titik mobilisasi dilakukan pada malam hari untuk menghindari
pekerjaan pier untuk memudahkan saat install rebar. Setelah terjadinya risiko kecelakaan pada lalu lintas yang ramai, serta
proses unloading rebar dilakukan, maka tahapan selanjutnya diperlukan pengawasan dari pihak kepolisian dalam proses
yaitu install rebar atau pemasangan rebar pada titik yang mobilisasi tersebut. Adapun jenis girder yang digunakan
telah ditentukan. Pemasangan rebar dilakukan untuk footing, dalam proyek Pembangunan Jalan Tol Ruas Sigli – Banda
kemudian dilanjutkan dengan pier dan pier head. Aceh tersebut yaitu PCI Girder dengan beberapa tipe yaitu
Setelah install rebar selesai dikerjakan, maka dilanjutkan PCI-140, PCI-160, PCI-170, dan PCI-210 tergantung pada
dengan proses pembuatan bekisting. Bekisting berfungsi kebutuhan di lokasi proyek.
sebagai cetakan sementara untuk menahan beban dan sebagai Girder yang dibawa dari workshop ke lokasi proyek adalah
cetakan agar memperoleh bentuk yang diingkan saat berupa segmen. Setelah segmen girder sampai di lokasi
pengecoran. Jenis bekisting yang digunakan yaitu bekisting proyek, maka dilakukan penurunan girder menggunakan
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 11, No. 1, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E53

crawler crane yang dilanjutkan dengan pekerjaan joint titik yang direncanakan agar crane boom dapat menjangkau
girder, yaitu menempatkan segmen girder di atas balok letak penempatan PCI Girder.
beton, disusun membentuk layout girder agar memudahkan Alat berat crawler crane terlebih dahulu dilakukan
saat proses stressing girder, pemasangan sling pada saat pengecekan kelayakan operasinya, yang salah satunya yaitu
proses erection girder, dan untuk menjaga beton girder agar dengan proses test load. Proses test load ini dilakukan dengan
tidak mengalami keretakan. Pada pekerjaan joint girder cara mengangkat PCI Girder setinggi 70 cm, lalu ditahan
tersebut, jarak antar penempatan girder adalah 40 cm. selama 5 menit untuk mengetahui apakah terjadi penurunan
Masing-masing segmen girder memiliki tendon, dimana saat proses pengangkatan girder dan kelayakan
tendon ini nantinya akan dimasukkan untaian strand, dengan pengoperasian crawler crane. Setelah proses test load selesai,
ujung dari untaian strand tersebut telah terikat lakban. maka dilanjutkan dengan proses pemasangan sling ke girder.
Apabila untaian strand sudah dimasukkan ke dalam tendon, Setelah kedua sling terpasang sempurna, maka dilanjutkan
maka ujung untaian strand tadi dimasukkan ke dalam wedge dengan proses pengangkatan girder.
plate atau alat pengunci strand. Kemudian wedge plate Saat pengangkatan girder oleh crawler crane, tinggi PCI
ditekan hingga menyentuh casting. Selanjutnya dilakukan Girder tidak boleh lebih dari 0,3 m dari permukaan tanah.
pemasangan alat jacking force untuk melakukan stressing. Sudut crane boom harus diantara rentang 65°-80°, serta safety
Pada saat yang bersamaan, pekerja mengoleskan lem beton di zone antara crawler crane dan ujung girder yaitu berkisar
antara segmen girder agar dapat melekat sempurna saat antara 7.4 - 8 m. Jalan akses dan area kerja dari crawler crane
proses stressing dilakukan. harus datar untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.
Stressing girder merupakan proses pemberian tegangan Pengangkatan girder dilakukan bersamaan antara dua buah
pada struktur PCI Girder dengan menarik untaian strand crawler crane, yang dibantu dengan tenaga manual dengan
yang berada di dalam tendon dan menyatukan struktur menggunakan tali yang ditarik oleh pekerja untuk membantu
segmental girder menjadi satu bentang PCI Girder yang utuh. menstabilkan posisi girder. Kemudian, girder diletakkan di
Alat yang digunakan dalam stressing girder yaitu genset, atas bearing pad, yang dalam proses perletakannya dibantu
compressor, dan jacking force. Stressing girder bertujuan oleh pekerja agar posisi girder sesuai yang direncanakan.
untuk memberikan tegangan pada PCI Girder sehingga Girder yang telah berada di atas bearing pad akan diberi
girder dapat memikul beban yang ditentukan. Setelah alat perkuatan. Perkuatan girder setelah proses ereksi ini yaitu
jacking terpasang, maka mesin compressor dinyalakan dan berupa pengelasan bracing pada girder dan abutment atau
diberikan gaya sesuai dengan desain yang telah ditetapkan. pier head, pemasangan kayu diantara girder, dan pemasangan
Setelah proses stressing selesai dilaksanakan, maka semua besi ulir.
alat yang telah terpasang tadi dilepas, sisa untaian strand
D. Data Penelitian
dipotong menggunakan bar cutter, lalu dilanjutkan dengan
proses patching dan grouting. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui
Pekerjaan lain dalam persiapan erection girder yaitu kuesioner pendahuluan dan kuesioner utama kepada para
pemasangan perancah sebagai akses pekerja menuju pier responden. Pemilihan responden didasarkan pada tingkat
head. Akses ini sangat dibutuhkan untuk melepas bekisting pengetahuan mengenai K3 dan tingkat pengalaman dalam
pada pier head sebelum proses erection girder, lalu pekerjaan proyek. Responden dalam penelitian ini terdiri dari
memudahkan rigger dan pekerja lainnya saat perletakan manajer proyek, site manager, commercial manager, HSE
girder pada bearing pad. Proses selanjutnya yaitu officer, dan medis HSE officer. Jumlah responden yang
pemasangan bearing pad dengan ukuran 350x400x600 mm, direncanakan pada pengisian kuesioner adalah 13 responden,
420x500x50 mm, 450x500x60 mm, dan 450x650x56 mm di namun respon yang berhasil dikumpulkan hanya berjumlah
atas pier head yang berfungsi sebagai dudukan girder. Proses 12 kuesioner.
pengangkatan dan pemasangan bearing pad dibantu dengan
menggunakan crawler crane. E. Survei Pendahuluan
2) Ereksi PCI Girder Survei pendahuluan dilakukan untuk membantu
identifikasi mode kegagalan dari risiko kecelakaan kerja yang
Metode ereksi PCI Girder yang digunakan pada Proyek
terjadi pada proyek. Survei pendahuluan ini dilakukan
Pembangunan Jalan Tol Ruas Sigli – Banda Aceh ini
dengan tinjauan lapangan, pengisian kuesioner pendahuluan,
menggunakan crawler crane dan launcher girder.
dan wawancara pada proyek Pembangunan Jalan Tol Ruas
Penggunaan metode ereksi bergantung pada kondisi pada
Sigli – Banda Aceh.
area proyek. Proyek ini menggunakan satu hingga dua
Dari hasil survei pendahuluan didapatkan variabel risiko
crawler crane. Metode ini dinilai yang paling efektif,
yang akan digunakan dalam penelitian. Adapun detail varibel
pengerjaan dapat dilakukan dengan cepat karena bersifat
risiko yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada
dinamis, serta harganya relatif lebih murah apabila
Tabel 4. Variabel risiko pada penelitian ini diperoleh dari
dibandingkan dengan metode ereksi yang lain. Crawler crane
failure mode yang berpotensi terjadi pada serangkaian proses
yang digunakan dalam proyek ini pada bagian atasnya dapat
metode kontruksi di lapangan. Sebagai contoh, terdapat
berputar 360°. Alat berat crawler crane ini memiliki roda
potensi failure mode berupa tanah galian longsor, yang
rantai yang dapat mudah bergerak di dalam lokasi proyek.
mungkin timbul pada proses metode kontruksi galian dan
Metode ini memerlukan daerah proyek yang luas dan aman
timbunan tanah di item pekerjaan pier, sehingga
untuk memudahkan manuver alat.
menimbulkan risiko tertimbun tanah galian yang longsor
Sebelum proses ereksi dilakukan, seluruh pekerja terlebih
sebagai Variabel 1.
dahulu melakukan toolbox meeting yang membahas tahapan
pekerjaan dan materi K3, agar proses ereksi dapat berjalan F. Analisis Risiko dengan Metode FMEA
dengan baik. Selanjutnya crawler crane ditempatkan sesuai Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 11, No. 1, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E54

merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi yang memerlukan penanganan lebih lanjut berdasarkan pada
mode kegagalan dan penyebab dari terjadinya kegagalan, peringkat RPN. Nilai RPN tertinggi adalah sebesar 158.667
menilai risiko yang berkaitan dengan failure mode yang pada Variabel 39, yaitu pekerja terjatuh dari ketinggian untuk
teridentifikasi, mengetahui dampak dan penyebab serta pekerjaan erection girder.
pengendaliannya. Metode FMEA ini juga akan membantu
mengukur tingkat risiko kecelakaan kerja dan membaginya G. Upaya Pengendalian Risiko
menjadi tingkatan prioritas yang didapatkan dari nilai Risk Upaya pengendalian risiko dilakukan untuk mencegah
Priority Number (RPN). terjadinya failure mode dengan melakukan tindakan
FMEA dilakukan untuk menganalisis potensi kesalahan preventif, sehingga dampak dari risiko kecelakaan dapat
ataupun kegagalan, dan juga efeknya terhadap suatu proses. dikurangi. Tindakan preventif dapat dilakukan dengan cara
Metode ini dapat mengidentifikasi potensial failure mode mengubah desain (ukuran, material, spesifikasi teknis) dan
berdasarkan pada kejadian sebelumnya yang berkaitan mengembangkan peralatan deteksi. Pengendalian risiko pada
dengan produk atau proses serupa [6]. penelitian ini didapatkan dari hasil studi literatur dan
Penilaian dilakukan oleh responden berdasarkan skala wawancara dengan pihak proyek yang memiliki pengetahuan
penilaian yang telah ditentukan untuk masing-masing tingkat mengenai keselamatan kerja.
keparahan (severity), tingkat kejadian (occurrence), dan Pada penelitian ini, upaya pengendalian risiko difokuskan
tingkat deteksi (detection). Skala penilaian tertera pada pada pekerjaan dengan peringkat Risk Priority Number
kuesioner utama. (RPN) tertinggi. Hasil RPN menunjukkan bahwa pekerja
Contoh perhitungan indeks untuk penilaian tingkat terjatuh dari ketinggian (Variabel 39) pada pekerjaan erection
keparahan (severity) pada Variabel 1 (tertimbun tanah galian girder menempati peringkat tertinggi dengan total nilai RPN
yang longsor) yang ditimbulkan oleh potensi failure mode yaitu 158.667, yang rinciannya ditunjukkan oleh Tabel 5.
berupa tanah galian longsor, pada metode kontruksi galian Pekerjaan erection girder memiliki tiga failure mode. Dari
dan timbunan tanah di item pekerjaan pier, adalah sebagai ketiga failure mode tersebut, nilai RPN tertinggi didapatkan
berikut. dari failure mode berupa posisi pekerja yang terlalu dekat
∑5
dengan girder, yang berpotensi menimbulkan risiko pekerja
𝑖=1 𝑎𝑖 𝑥𝑖
𝑆𝐼 = × 100% terjatuh dari ketinggian (Variabel 39), dengan penyebab
5∑5
𝑖=1 𝑥𝑖
utama yaitu area kerja yang terbatas.
∑5
𝑖=1 (1×1)+(2×1)+(3×1)+(4×3)+(5×6) Penjelasan mengenai metode pada pekerjaan erection
𝑆𝐼 = × 100%
5∑5
𝑖=1 (12) girder secara lebih detail akan membantu dalam menentukan
𝑆𝐼 = 80% upaya pengendalian risiko yang diperlukan. Metode erection
dengan : girder yang dilakukan pada proyek ini yaitu mobile crane
a = konstanta penilaian (1 s/d 5) dengan jenis crawler crane. Dalam pelaksanannya, crawler
xi = probabilitas responden crane berada pada sisi pier/abutment sesuai dengan posisi
i = 1,2,3,4,5 yang telah ditentukan untuk memudahkan dalam mengangkat
girder dan manuver alat. Proses ereksi menggunakan crawler
Perhitungan di atas menunjukkan bahwa skala 1 dipilih
crane dimulai dengan mengaitkan sling pada girder dibantu
oleh 1 responden, skala 2 dipilih oleh 1 responden, skala 3
oleh helper pada kedua sisi ujung girder. Jika sling sudah
dipilih oleh 1 responden, skala 4 dipilih oleh 3 responden, dan
dipastikan terpasang dengan sempurna, maka proses
skala 5 dipilih oleh 6 responden dalam penilaian tingkat
selanjutnya yaitu lifting atau pengangkatan. Saat proses
keparahan (S).
lifting, operator crawler crane mengangkat girder secara
Dengan cara yang sama, dihitung pula indeks untuk
bersamaan. Untuk mencegah girder swing, maka proses
masing-masing penilaian tingkat kejadian (O) dan tingkat
lifting ini dibantu oleh helper yang mengarahkan tagline.
deteksi (D). Setelah didapatkan indeks untuk masing-masing
Selanjutnya crawler crane bergerak menuju titik dudukan
penilaian S, O, dan D, maka tahapan selanjutnya yaitu
girder. Setelah posisi sudah sesuai titik, maka girder pun
mengalikan nilai indeks tersebut menggunakan metode
perlahan diturunkan sesuai aba-aba dari flagman.
FMEA yaitu berupa perhitungan RPN. Variabel risiko yang
Penempatan girder pada dudukan girder (bearing pad)
mendapatkan nilai RPN tertinggi merupakan variabel risiko
dibantu oleh beberapa pekerja yang berada di atas pierhead
dengan prioritas paling utama. Contoh perhitungan nilai RPN
dan/atau abutment.
untuk Variabel 1 (risiko tertimbun tanah galian yang longsor
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi adanya failure
pada item pekerjaan pier) adalah sebagai berikut.
mode yaitu faktor manusia, faktor manajemen, faktor teknis,
𝑅𝑃𝑁 = 𝑆 × 𝑂 × 𝐷
dan faktor lingkungan. Berdasarkan faktor-faktor yang telah
𝑅𝑃𝑁 = 80 × 46,7 × 36,7
disebutkan, maka upaya pengendalian yang dapat dilakukan
𝑅𝑃𝑁 = 136.888,9
untuk Variabel 39 (pekerja terjatuh dari ketinggian) dengan
Nilai 80 pada tingkat keparahan (S), nilai 46,7 pada tingkat failure mode posisi pekerja terlalu dekat dengan girder, dapat
kejadian (O), dan nilai 36,7 pada tingkat deteksi (D) tersebut dilihat pada Tabel 6. Secara umum, upaya pengendalian
didapatkan dari hasil perhitungan indeks pada Variabel 1 risiko dilakukan untuk mengurangi tingkat keparahan (S),
(tertimbun tanah galian yang longsor pada item pekerjaan mengurangi tingkat kejadian (O), dan meningkatkan
pier), sehingga diperoleh nilai total RPN yaitu kemudahan deteksi (D) pada failure mode yang mungkin
136.888,9.Setelah menghitung nilai RPN dari semua variabel terjadi.
risiko pada Tabel 4, maka didapatkan urutan prioritas risiko
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 11, No. 1, (2022) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E55

IV. KESIMPULAN DAN SARAN elevated yaitu pekerjaan pier dan erection girder. Berikutnya
A. Kesimpulan diharapkan analisis risiko yang dilakukan dapat mencakup
pekerjaan struktur bawah, arsitektur, dan/atau
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh MEP;(2)Analisis risiko kecelakaan kerja juga dapat
beberapa kesimpulan sebagai berikut:(1)Analisis risiko menggunakan metode lain yaitu Risk Based Inspection (RBI)
menggunakan metode FMEA menunjukkan bahwa variabel yang fokus pada pengoperasian peralatan dan/atau metode
dengan nilai RPN tertinggi yaitu risiko pekerja terjatuh dari House of Risk (HOR) yang dapat membantu mengurutkan
ketinggian (V39) pada item pekerjaan erection girder dengan preventive action.
nilai RPN sebesar 158.667. Risiko tersebut berasal dari
failure mode berupa posisi pekerja yang terlalu dekat dengan
girder karena keterbatasan area kerja;(2)Upaya pengendalian DAFTAR PUSTAKA
risiko pada kegiatan yang memiliki RPN tertinggi yaitu [1] K. Yahya, M. Asilian, and H. Ebrahim, “Factors Influencing unsafe
behaviors and accidents on construction sites: a review,” Int. J. Occup.
berupa penghilangan failure mode dengan Saf. Ergon., vol. 20, no. 1, pp. 111–125, 2014.
mempertimbangkan kelengkapan penggunaan APD, [2] N. Safitri and E. Widowati, “Penerapan risk management pada
penggunaan peralatan K3 dan rambu-rambu, membatasi pekerjaan di ketinggian berdasar SNI ISO 31000:2011,” J. Public Heal.
Res. Dev., vol. 1, no. 2, pp. 77–78, 2017.
jumlah pekerja dan jam kerja, memberikan penyuluhan [3] Supriyadi and Muntohar, Jembatan, IV. Yogyakarta: Beta Offset,
mengenai K3, melakukan inspeksi pekerjaan dan peralatan, 2007.
serta penggunaan peralatan tambahan seperti windsock, [4] K. Tay and C. Lim, “Fuzzy FMEA with guided rule reduction system
for prioritization of failures,” Int. J. Qual. Realibility Manag., vol. 23,
Handheld Transceiver (HT), dan drone. pp. 1047–1066, 2006.
[5] L. Susilo and V. Kaho, Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000 untuk
B. Saran Industry Non Perbankan. Jakarta: PPM, 2010.
Saran dari penelitian ini yang dapat digunakan untuk [6] C. S. Carlson, Effective FMEAs: Achieving Safe, Reliable, and
penelitian selanjutnya yaitu:(1)Analisis risiko kecelakaan Economical Products and Processes Using Failure Mode and Effects
Analysis. Hoboken, N.J: John Wiley & Sons, 2012.
kerja yang dilakukan pada penelitian ini hanya untuk struktur

Anda mungkin juga menyukai