Anda di halaman 1dari 11

BENTUK KEBIJAKSANAAN DAN IMPLEMENTASI

BAGI UKM

Disusun Oleh :

Ida Bagus Pradnyanatha Mahendra (1833122064)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS WARMADEWA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha Kecil Menengah atau yang sering disingkat UKM


merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara
maupun daerah, begitu juga dengan negara Indonesia. UKM ini sangat
memiliki peranan penting dalam lajunya perekonomian masyarakat. UKM
ini juga sangat membantu negara atau pemerintah dalam hal penciptaan
lapangan kerja baru dan lewat UKM juga banyak tercipta unit unit kerja
baru yang menggunakan tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung
pendapatan rumah tangga. Menurut keputusan Presiden RI no. 99 tahun
1998, usaha kecil menengah adalah Kegiatan ekonomi rakyat yang
berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan
kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan
usaha yang tidak sehat.

Karena pentingnya peran UKM bagi perekonomian masyarakat,


maka pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan dan mengimplementasikan
nya ke setiap kegiatan UKM, yang bertujuan untuk mengembangkan dan
memajukan UKM tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas, maka mini
paper ini dibuat dengan mengangkat masalah bentuk kebijaksanaan dan
implementasinya bagi UKM.

B. Rumusan Masalah
1. Arah kebijakan UKM
2. Bentuk kebijakan dan implementasi bagi UKM
3. Koordinasi
4. Masalah dalam koordinasi

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arah kebijakan UKM
2. Untuk mengetahui bentuk kebijakan dan implementasinya bagi
UKM
3. Untuk mengetahui koordinasi kebijakan UKM
4. Untuk mengetahui masalah – masalah yang terjadi dalam
koordinasi kebijakan UKM
BAB II

PEMBAHASAN

1. Arah Kebijakan UKM

Pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden


Jusuf Kalla terdapat sembilan agenda utama pemerintahan Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang disebut Program Nawa Cita.
Dalam Program Nawa Cita terdapat agenda yang berkaitan dengan
Koperasi dan UMKM, yaitu:

1) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar


internasional.
2) Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor –
sektor strategis ekonomi domestic

Guna mewujudkan agenda di atas maka kebijakan pemerintah yang


dilaksanakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM diarahkan pada
peningkatan daya saing UMKM agar berkembang secara berkelanjutan
dalam rangka mendukung kemandirian perekonomian nasional. Arah
kebijakan tersebut akan dilaksanakan melalui lima strategi yang tertuang
pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-
2019, yaitu :

1) Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia


2) Peningkatan akses pembiayaan
3) Peningkatan nilai tambah dan perluasan pemasaran
4) Penguatan kelembagaan usaha
5) Kemudahan, kepastian usaha

Dengan pelaksanaan strategi – strategi di atas, maka diharapkan


kebijakan – kebijakan bagi Koperasi dan UMKM dapat mencapai sasaran
sebagai berikut:

1) UMKM dan Koperasi menjadi penggerak ekonomi


2) Mewujudkan UMKM yang berdaya saing
3) Mewujudkan Koperasi yang maju dan mandiri
4) Memunculkan wirausaha baru yang layak dan inovatif

2. Bentuk dan Implementasi Kebijakan Bagi UKM


Untuk mencapai sasaran – sasaran yang telah ditetapkan,
Kementerian Koperasi dan UKM menerapkan kebijakan bagi Koperasi
dan UKM sesuai dengan strategi – strategi yang telah ditetapkan. Adapun
kebijakan yang diterapkan dan diimplementasikan kepada Koperasi dan
UKM adalah sebagai berikut:
1) Peningkatan Sumber Daya Manusia
a) Mengadakan diklat atau pelatihan kerja bagi pelaku UKM yang
bertujuan untuk memberi pengetahuan, skill, serta cara kerja
yang baik dan efisien bagi pelaku UKM. Sehingga nantinya
dapat meningkatkan produktivitas UKM, dan mengurangi
jumlah dan biaya kecelakaan kerja.
b) Memberikan pendampingan bagi pelaku UKM. Pendamping
UKM adalah orang / lembaga yang menjalin relasi dengan
pelaku UKM dalam rangka memperkuat dukungan,
memotivasi, memfasilitasi, dan menjembatani pemberdayaan
UKM.
2) Perluasan Akses Pembiayaan
a) Program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Merupakan kebijakan
pemberian kredit / modal kerja kepada debitur perseorangan
atau kelompok yang memiliki usaha yang produktif yang layak,
namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan
tambahan belum cukup. Tujuan program KUR antara lain
adalah memperluas akses pembiayaan kepada usaha produktif,
meningkatkan kapasitas daya saing UMKM, dan mendorong
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.
b) Dana Bergulir. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor
99/PMK 05/2008 tentang pedoman pengelolaan Dana Bergulir,
Dana bergulir adalah dana yang dialokasikan oleh Kementerian
Negara/Lembaga/Satuan Kerja Badan Layanan Umum untuk
kegiatan perkuatan modal usaha bagi koperasi, usaha mikro,
kecil, menengah, dan usaha lainnya yang berada di bawah
binaan Kementerian Negara/Lembaga. Dana bergulir bertujuan
untuk membantu perkuatan modal bagi UKM dalam upaya
pengembangan ekonomi nasional.
c) Resi Gudang.
Sistem Resi Gudang (SRG) merupakan instrument
perdagangan maupun keuangan yang memungkinkan
komoditas yang disimpan dalam gudang memperoleh
pembiayaan dari lembaga keuangan tanpa diperlukan jaminan
lainnya sehingga dapat meningkatkan kredit/pembiayaan bagi
petani, koperasi, dan UKM. Implementasi SRG di Indonesia
dimulai sejak ditetapkannya UU No. 9 Tahun 2006 kemudian
diubah oleh UU No. 9 Tahun 2011 dengan komoditas SRG
meliputi gabah, beras, jagung, kopi, kakao, lada, karet, rumput
laut, dan garam.
3) Peningkatan Nilai Tambah dan Perluasan Pemasaran
a) Pemanfaatan Teknologi. Pelaku UKM dilatih untuk dapat
memanfaatkan teknologi yang ada, khususnya teknologi
Internet, sehingga pelaku UKM dapat memperluas
pemasaranya melalui promosi di media sosial maupun
memasarkan produknya melalui situs belanja online yang
sedang menjadi tren di masyarakat.
b) Standarisasi/Sertifikasi UKM. Sesuai yang tertuang dalam UU
No. 20 Tahun 2014 bahwa dalam memenuhi standarisasi yang
ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional Indonesia (BSNI)
UKM bias mendapat bantuan pemrintah. Pelaksanaan
standarisasi dan sertifikasi ini merupakan tindakan preventif
dimana pelaku UKM/Produsen akan mengetahui bagaimana
cara membuat produk yang baik dan konsumen akan dijamin
keamanannya dengan melalui standar – standar yang harus
dipenuhi. Melalui sertifikasi dan standarisasi ini diharapkan
dapat meningkatkan mutu dan kualitas produk para pelaku
UKM sehingga mendongkrak daya saing UKM.
c) Revitalisasi Pasar Rakyat. Revitalisasi pasar rakyat
diprioritaskan bagi pasar yang telah berusia 25 tahun atau lebih,
pasca kebakaran, bencana alam, konflik sosial, daerah
tertinggal, atau daerah yang minim sarana perdagangannya, dan
daerah yang memiliki potensi perdagangan besar. Revitalisasi
pasar rakyat ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan
bagi pelaku UKM dan memudahkan akses jual beli dan
pemasaran produk.
4) Penguatan Kelembagaan Usaha
a) Pendekatan Cluster atau sentra bisnis dapat didefinisikan
sebagai suatu konsentrasi dari berbagai usaha sejenis, terutama
usaha dalam skala kecil. Dengan dibentuknya cluster atau
sentra – sentra bisnis, berbagai kendala yang menghambat
perkembangan UKM seperti, pasar, pengadaan bahan baku
yang cepat dan murah, dan harga yang kompetitif dapat diatasi
dengan lebih baik. Hal ini dikarenakan pasar akan terbentuk
dengan sendirinya, serta dengan pendekatan ini dapat menjadi
ajang promosi bagi produk sejenis yang ditawarkan UKM.
b) Pendekatan Inkubator. Inkubator merupakan lembaga yang
melakukan pembinaan terhadap kegiatan bisnis, terutama usaha
mikro dan kecil. Pembinaan yang dilakukan beragam, baik
pembinaan bagi wirausaha atau upaya untuk memunculkan
wirausaha baru dengan konsep, perencanaan, pembiayaan,
teknologi, dan pasar yang sesuai sehingga memunculkan UKM
yang berdaya saing.
5) Kemudahan, dan Kepastian Usaha
a) Kemudahan izin usaha bagi UKM tertulis pada UU No. 20
Tahun 2008 pasal 12 ayat 1 dan 2 yang intinya memudahkan
pengurusan izin bagi UKM dan memberikan keringanan biaya
untuk pengurusan izin usaha.
b) Kepastian usaha bagi UKM juga termuat dalam UU No.20
Tahun 2008 BAB IV bagian 1 yang memberi kepastian tentang
penjaminan dan pembiayaan, serta BAB VIII yang mengatur
tentang kemitraan bagi UKM.
3. Koordinasi Kebijakan UKM
Menurut hasil Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) bidang
Koperasi dan UKM tahun 2018, koordinasi kebijakan bagi Usaha Kecil
Menengah (UKM) dilakukan sesuai arahan dari Kementerian Koordinator
Perekonomian dan integrasi perencanaan dilakukan melalui Bappenas.
Sedangkan sinkronisasi program dilakukan Bersama pemerintah daerah.
Tujuannya agar program yang dilaksanakan oleh Kementerian Koperasi
dan UKM tidak tumpang tindih dan dapat berjalan dengan efektif dan
efisien. Cukup banyak program dari Kemenkop dan UKM yang terbentuk
dari hasil koordinasi dengan kementerian dan lembaga lain. Contohnya
program Kredit Usaha Rakyat yang terbentuk dari hasil koordinasi
Kemenkop dan UKM dengan Kementerian Keuangan, OJK, bank dan
lembaga keuangan bukan bank. Kemudian ada Izin Usaha Mikro dan Kecil
(IUMK) hasil koordinasi dengan Kemendagri dan Kemenkumham.
4. Masalah dalam Koordinasi
1) Banyak program dan kebijakan dari Kementerian Koperasi dan UKM
tidak terinformasikan dengan baik akibat kurangnya sosialisasi
program terkait dari Kementerian Koperasi dan UKM
2) Kebijakan yang direncanakan seperti Kredit Usaha Rakyat yang dinilai
masih memberatkan pelaku UKM. Bunga dari KUR mencapai 24 %
per tahun, sehingga membuat beban operasional UKM membengkak,
yang mengakibatkan sulitnya UKM untuk berkembang.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari bahasan yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan
bahwa bentuk kebijakan dan implementasi dari kebijakan tersebut kepada
Usaha Kecil Menengah (UKM) adalah hal yang sangat penting. Jika
kebijakan yang diterapkan kepada UKM baik dan implementasinya
berjalan lancar dan dapat diterima oleh pelaku UKM, maka akan membuat
UKM tersebut semakin berkembang dan tentunya dapat menjadi
penggerak perekonomian Indonesia.
B. Saran
Menurut pendapat saya, pembuatan kebijakan dan
implementasinya bagi UKM masih harus diperbaiki. Seperti kebijakan
yang memberatkan pelaku UKM dan pengurusan birokrasi yang tumpang
tindih, harus segera ditemukan solusinya agar menjaga kelangsungan
hidup Usaha Kecil dan Menengah.
DAFTAR REFERENSI
1) M. Azrul Tanjung, 2017, Koperasi dan UMKM sebagai Fondasi
Perekonomian Indonesia, Erlangga
2) UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
3) http://www.depkop.go.id/uploads/tx_rtgfiles/
81._Rakornas_2017_Bappenas.pdf
4) https://ews.kemendag.go.id/revitalisasi/KonsepRevitalisasi.aspx
5) https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/16/111300326/200-pengusaha-
umkm-dilatih-gunakan-teknologi
6) https://www.bi.go.id/id/umkm/penelitian/nasional/kajian/Pages/Kajian-
dan-Publkasi-Sektor-Riil.aspx
7) http://www.depkop.go.id/uploads/tx_rtgfiles/
40._Paparan_Rakornas_Yogyakarta_2018_-_Kesimpulan_Rakornas.pdf

Anda mungkin juga menyukai