BIOGRAFI
G. JENIS-JENIS BIOGRAFI
1. Biografi Berlandaskan dari Penulisnya
Berlandaskan penulisnya teks biografi ini dibagi menjadi 2 bagian, diantaranya ialah:
Autobiografi, ialah biografi yang dikutip sendiri oleh tokoh atau orang-orang yang
bersangkutan dengan autobiografi
Biografi, ialah biografi yang dikutip atau ditulis oleh orang lain dengan adanya izin
langsung dari tokoh yang akan ia kisahkan didalam sebuah karya tulisnya.
2. Biografi Berlandaskan dari Isinya
Berdasarkan dengan isinya, teks biografi ini dibagi menjadi 2 bagian. Diantaranya ialah:
Biografi tentang perjalanan hidup, ialah biografi yang mengisahkan atau menceritakan
tentang perjalanan hidup seseorang atau juga biasa disebut dengan tokoh yang ditulis
secara lengkap dan jelas atau juga ditulis secara ringkas.
Biografi tentang perjalanan karir, ialah biografi yang didalamnya mengisahkan atau
menceritakan tentang perjalanan karir seseorang tokoh dari awal mula perjalanan hingga
ia berhasil untuk menggapai sebuah kesuksesan dan menggapai segala cita-citanya yang
telah ia impi-impikan selama ini.
3. Biografi Berlandaskan Persoalan yang Diulas
Berdasarkan dengan persoalan yang diulas atau dibahas, teks biografi ini dibagi menjadi 2
bagian. Diantaranya ialah:
Buku sendiri, ialah biografi yang semua biayanya ditanggung oleh diri sendiri atau oleh
orang yang membuat biografi tersebut.
Buku subsidi, ialah biografi yang pembentukan atau pembuatannya dibiayai oleh pihak
sponsor entah itu dari segi biaya penulisannya, dari biaya percetakannya, bahkan dari
biaya-biaya lainnya yang tidak terduga ditanggung oleh pihak sponsor.
CONTOH BIOGRAFI
DEWI SARTIKA/ RA. KARTINI
Raden Dewi Sartika dilahirkan dari sebuah keluarga yang bernama priyayi dan letaknya
berada di tanah Sunda, Raden Somanagara dan Nyi Raden Rajapermas meskipun waktu itu
beliau sangat bertentangan dengan adat, ayah dan juga ibunya berusaha keras untuk
memasukan Dewi Sartika di sekolahan Belanda.
Sesudah Ayahnya Dewi Sartika meninggal dunia, Dewi Sartika ini dididik oleh pamannya
yang mana ketika itu pamannya sedang menjabat menjadi patih di daerah Cicalengka.
Dengan pamannya, beliau bisa mendapati ilmu pengetahuan tentang kebudayaan Suku
Sunda. Sementara wawasan-wawasan tentang kebudayaan atau kehidupan barat beliau dapati
dari seorang Nyonya Asisten Residen berkebangsaan Belanda.
Sejak kecil, Dewi Sartika telah memperlihatkan bakat pendidikan dan juga memperlihatkan
kegigihan yang dimiliki oleh dirinya untuk bisa menggapai keberhasilan. Ketika ia sedang
bermain di belakang gedung kerajaan, beliau sering mengerjakan aktivitas-aktivitas yang
pernah ia dapati di sekolah.
Yakni belajar membaca, belajar menulis, dan belajar bahasa Belanda bersama anak-anak
pembantu di kerajaan. Papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan-pecahan genting ia
jadikan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan belajar bersama.
Ketika itu, Dewi Sartika baru memasuki usia sepuluh tahun. Ketika keberadaannya di daerah
Cicalengka ia digemparkan oleh kemahirannya dalam membaca dan menulis serta beberapa
kata yang dikatakan oleh anak-anak pembantu dengan memakai bahasa Belanda.
Adanya persoalan ini membuat seluruh penduduk menjadi heboh, karena ketika itu belum
ada anak-anak yang mempunyai keahlian untuk berbahasa Belanda.
Setelah tumbuh menjadi seorang gadis, Dewi Sartika kembali lagi kepada ibunya yang
kebaradaan ibunya itu di daerah Kota Bandung. Jiwanya yang telah berkembang menjadi
dewasa semakin membawanya untuk bisa menggapai seluruh cita-cita yang ia impikan.
Hal ini di dukung juga oleh pamannya, Bupati Martangara, yang memiliki cita-cita yang
sama dengan Dewi Sartika. Namun, walaupun memiliki keinginan yang sama dengan
pamannya, tidak membuat cita-cita itu bisa tercapai dengan mudah.
Karena ketika itu terdapat sebuah adat yang membatasi para kaum perempuan. Persoalan itu
lah yang membuat paman Dewi Sartika mendapati kesusahan dan sangat khawatir sekali
kepada Dewi Sartika.
Sudah sepantasnya kita sebagai salah satu anggota generasi muda harus selalu mengenang
dan mengenang seluruh jasa Dewi Sartika yang telah diberikan kepada kita semua. Semangat
dan jasanya dalam memperjuangkan pendidikan untuk para kaum wanita tidak sepantasnya
untuk kita lupakan begitu saja.
Semoga dengan apa yang sudah dikerjakannya, perempuan-perempuan di negara Indonesia
bisa mendapati pendidikan yang lebih baik lagi untuk dimasa yang akan datang dan dimasa
yang lebih cerah.