Disusun Oleh:
Devrianti Amanda
Maya Audina
Asya Mianti
Tya Arisa
Ariel Saputra
Danil Putra
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
A. RINGKASAN MATERI
1. PENGERTIAN TEKS BIOGRAFI
Teks biografi adalah suatu bentuk teks yang berisi mengenai kisah atau cerita suatu
tokoh dalam mengarungi kehidupannya, entah itu berupa kelebihan, masalah atau kekurangan
yang ditulis oleh seseorang agar tokoh tersebut bisa menjadi teladan untuk orang banyak
Selain biografi, ada juga yang namanya Autobiografi. Autobiografi merupakan suatu riwayat
hidup yang ditulis sendiri oleh tokoh tesebut. Untuk itu, antara biografi dan autobiografi
sangatlah berbeda. Perbedaan tersebut dapat ditinjau dari penulisnya, apakah riwayat tersebut
ditulis sendiri atau
orang lain yang menulisnya.
Contoh biografi:
Teks biografi RA. Kartini
Ketika Indonesia masih di masa penjajahan, RA Kartini memperjuangkan emansipasi
wanita di Indonesia. Hal tersebut yang membuat beliau dikenal sebagai tokoh emansipasi
wanita. Perjuangan RA Kartini didasarkan oleh keberadaan wanita yang sering tidak dihargai.
Wanita hanya boleh mengerjakan urusan dapur dan anak, tanpa
diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang layak.
Akan tetapi, RA Kartini dengan segenap hatinya, berjuang
supaya wanita Indonesia yang merasa tertindas dapat sederajat
dengan pria. Saat ini, perjuangan dari RA Kartini benar-benar
memberi pengaruh serta arti besar bagi wanita Indonesia. Hal ini
terlihat dari banyaknya wanit Indonesia yang berprestasi bahkan salah satunya pernah
menjadi Presiden Republik Indonesia.
Kelahiran
Biografi RA Kartini singkat dimulai dari kelahiran beliau. RA Kartini lahir tanggal 21
April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. RA Kartini lahir di tengah-tengah keluarga bangsawan
Jawa. Hal tersebut menjadi alasan mengapa beliau mendapat gelar RA yang merupakan
singkatan dari Raden Ajeng. Namun setelah menikah, sesuai dengan tuntunan adat Jawa
kepanjangan dari gelar RA tersebut berubah menjadi Raden Ayu. Hari kelahiran RA Kartini
saat ini diperingati sebagai hari nasional, yaitu hari Kartini. Diperingatinya tanggal 21 April
sebagai hari Kartini tidak lain untuk mengenang dan menghormati jasa beliau yang telah ikut
berjuang bagi rakyat Indonesia, terutama kaum wanita, agar bisa lebih maju dan bersaing
dengan bangsa lainnya.
Latar Belakang Keluarga
RA Kartini merupakan putri pertama dari istri pertama Raden Adipati Ario
Sosroningrat. Ayah dari RA Kartini merupakan putra Pangeran Arion Tjondronegoro IV.
Meskipun ibu dari RA Kartini merupakan istri pertama, namun ibu dari RA Kartini bukan
istri yang utama. Ibu dari RA Kartini bernama MA Ngasirah. Beliau adalah seorang Kiyai di
Telukawur, Surabaya. MA Ngasirah sendiri bukan merupakan putri keturunan bangsawan.
Padahal, di masa kolonial Belanda terdapat peraturan jika seorang Bupati harus menikah
dengan sesama keturunan bangsawan. Itulah penyebab ayah RA Kartini menikahi Raden
Adjeng Woerjan yang merupakan keturunan bangsawan dari Raja Madura. Setelah
pernikahan tersebut, ayah RA Kartini kemudian diangkat menjadi bupati Jepara tepat setelah
RA Kartini dilahirkan.
Masa Remaja
Kakek dari RA Kartini adalah bupati pertama yang sudah memberikan pendidikan
Barat kepada anak-anaknya. Sedangkan RA Kartini merupakan merupakan anak ke-5 dari 11
bersaudara, baik kandung maupun tiri. RA Kartini sendiri merupakan putri tertua di antara
saudara sekandungnya. Kemudian RA Kartini bersekolah di ELS (Europese Lagere School)
hingga usia 12 tahun. Di masa sekolah inilah beliau belajar Bahasa Belanda. Singkatnya masa
sekolah tersebut disebabkan pada umur 15 tahun RA Kartini harus tinggal di rumah karena
sudah dipingit.
RA Kartini sangat pandai bahasa Belanda. Dirinya mulai belajar menulis surat pada
teman-teman dari Belanda, salah satunya adalah Rosa Abendanon, yang sangat mendukung
RA Kartini. Dimulai belajar surat-menyurat inilah RA Kartini tertarik dengan pola pikir
perempuan Eropa. Beliau mempelajari mengenai hal tersebut melalui surat kabar, majalah
hingga buku-buku. Lalu beliau mulai memiliki keinginan untuk memajukan perempuan
Indonesia yang status sosialnya masih rendah kala itu. RA Kartini mulai memperhatikan
masalah emansipasi wanita dengan membandingkan para wanita Eropa dengan wanita
Indonesia. Baginya seorang wanita harus mendapatkan persamaan, kebebasan, dan otonomi
serta kesetaraan hukum. Hal tersebut yang kedepannya diperjuangkan oleh RA Kartini.
Pasca Pernikahan Hingga Wafat
12 November 1903 tepatnya ketika RA Kartini berusia 24 tahun, beliau diminta
menikah dengan Bupati Rembang saat itu, yaitu K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo
Adhiningrat. Suami RA Kartini tersebut telah memiliki tiga orang istri. Suami dari RA
Kartini sangat memberi pengertian tentang keinginan RA Kartini. Bahkan beliau
membebaskan dan mendukung RA Kartini untuk mendirikan sekolah wanita di timur pintu
gerbang perkantoran Rembang, yang saat ini telah menjadi gedung pramuka.
Dari pernikahannya dengan K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, RA
Kartini dikaruniai seorang putra bernama RM Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada
tanggal 13 September 1904. Sangat disayangkan, empat hari setelah RA Kartini melahirkan,
tepatnya pada usia 25 tahun, RA Kartini meninggal dunia dan beliau dimakamkan di Desa
Bulu, Rembang. Sedangkan Soesalit Djojoadhiningrat sendiri sempat menjabat sebagai
Mayor Jenderal pada masa kependudukan Jepang. Di mana dirinya kemudian memiliki anak
bernama RM. Boedi Setiyo Soesalit yang merupakan cucu RA Kartini. Lalu RM Boedi
Setiyo Soesalit menikah dengan wanita bernama Ray Sri Biatini Boedi Setio Soesalit.
Kemudian, dari hasil pernikahannya beliau dikaruniai lima orang anak bernama yang
merupakan cicit RA Kartini. Masing-masingnya bernama RA Kartini Setiawati Soesalit, RM
Kartono Boediman Soesalit, RA Roekmini Soesalit, RM Samingoen Bawadiman Soesalit,
dan RM Rahmat Harjanto Soesalit. Yayasan, Buku, dan Penghargaan.
Tepat pada tahun 1912, Yayasan Kartini di Semarang mendirikan sekolah wanita
yang diberi nama Sekolah Kartini. Sekolah tersebut didirikan oleh keluarga Van Deventer
yang merupakan tokoh Politik Etis kala itu. Pembangunan sekolah tersebut kemudian
berlanjut di Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan berbagai daerah lainnya. Setelah
wafatnya RA Kartini, seorang pria belanda bernama J.H. Abendanon yang kala itu menjabat
sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda, mengumpulkan surat-
surat yang pernah ditulis oleh RA Kartini saat aktif melakukan korespondensi dengan teman
Eropa-nya kala itu. Dari situlah awal mula penyusunan buku yang judul awalnya “Door
Duisternis tot Licht” dan kemudian diterjemahkan menjadi “Dari Kegelapan Menuju
Cahaya”, kemudian diterbitkan pada tahun 1911. Buku tersebut dicetak lima kali, dan khusus
pada cetakan kelima terdapat surat-surat yang pernah ditulis oleh RA Kartini. Pemikiran yang
tertuang oleh RA Kartini banyak menarik perhatian masyarakat masa itu, terutama kaum
Belanda. Sebab orang yang menulis surat-surat ke orang Eropa tersebut merupakan wanita
pribumi.
Pemikiran RA Kartini banyak merubah pola pikir masyarakat Belanda terhadap
wanita pribumi saat itu. Tulisan RA Kartini juga menjadi inspirasi para tokoh-tokoh
Indonesia seperti W.R Soepratman yang kemudian menciptakan lagu dengan judul “Ibu Kita
Kartini”. Kemudian, berkat jasa-jasa RA Kartini, Presiden Soekarno sendiri saat itu
mengeluarkan instruksi berupa Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964,
pada tanggal 2 Mei 1964, yang mana keputusan tersebut menetapkan RA Kartini sebagai
Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Bahkan Presiden Soekarno sendirilah yang turut
menetapkan hari lahir RA Kartini pada tanggal 21 April untuk diperingati sebagai Hari
Kartini hingga masa kini.
KESIMPULAN
1. Teks biografi adalah suatu bentuk teks yang berisi mengenai kisah atau cerita suatu
tokoh dalam mengarungi kehidupannya, entah itu berupa kelebihan, masalah atau
kekurangan yang ditulis oleh seseorang agar tokoh tersebut bisa menjadi teladan untuk
orang banyak Selain biografi, ada juga yang namanya Autobiografi.
2. Terdapat tiga ciri- ciri teks biografi diantaranya: memuat informasi berdasarkan fakta
pada toko yang diceritakan dalam bentuk narasi, memuat sebuah fakta pengalaman
hidup suatu tokoh dalam memecahkan masalah-masalah sampai pada akhirnya sukses,
sehingga patut menjadi teladan dan memiliki struktur yang jelas.
3. Tiga struktur dalam teks biografi yaitu:
a. Orientasi.
b. Peristiwa dan masalah.
c. Reorientasi.
4. Kaidah kebahasaan yang harus diperhatikan dalam teks biografi yaitu:
a. Kata hubung.
b. Rujukan kata.
c. Peristiwa, waktu dan tempat.
d. Kata kerja.