PENDAHULUAN
1
membuat anak tidak lagi betah di sekolah. Mereka yang tidak tahan itulah yang
kemudian mencari pelarian dengan membolos, walaupun secara tidak langsung
hal seperti ini sebenarnya bukan merupakan suatu jawaban yang baik. Hal ini
dapat dibuktikan bahwa siswa yang suka membolos seringkali menjadi ikut serta
terlibat pada hal - hal yang cenderung merugikan.
Betapa seriusnya perilaku membolos ini perlu mendapat perhatian penuh
dari berbagai pihak. Bukan saja hanya perhatian yang berasal dari pihak sekolah,
melainkan juga perhatian yang berasal dari orang tua, teman maupun pemerintah.
Perilaku membolos sangat merugikan dan bahkan bisa saja menjadi sumber
masalah baru. Apabila hal ini terus menerus dibiarkan berlalu, maka yang
bertanggung jawab atas semua ini bukan saja dari siswa itu sendiri melainkan dari
pihak sekolah ataupun guru yang menjadi orang tua di sekolah juga akan ikut
menangungnya.
2
I.4 Manfaat Penulisan
a. Bagi Penulis
Manfaat yang bisa diambil bagi penulis setelah menyelesaikan
pembuatan makalah ini, penulis sekarang menjadi lebih tahu bagaimana
mengatasi kasus perilaku membolos pada pelajar/siswa.
b. Bagi Pembaca
Bagi pembaca, makalah ini juga dapat dimanfaatkan sebagai penambah
ilmu pengetahuan mengenai bagaimana mengatasi kasus perilaku
membolos pada pelajar/siswa.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
ialah dengan program Bimbingan Konseling (BK). Kita mungkin pernah melihat
atau bahkan mengalami sendiri bagaimana rasanya dihukum karena membolos.
Padahal menghukum bukanlah satu - satunya jalan untuk membuat siswa jera
dalam melakukan perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut malah menjadikan anak
lebih bengal dan lebih susah ditangani. Sebab siswa yang baru menginjak masa
remaja merupakan masa - masa di saat kondisi emosi yang tidak labil, mudah
tersinggung dan mudah sekali marah. Ibaratnya tulang rusuk, jika dipaksakan
untuk lurus maka ia akan patah. Oleh karena itu penanganannya harus hati-hati.
Tindakan yang dapat dilakukan dengan mengetahui faktor - faktor penyebabnya,
pembimbing sedikit tahu bagaimana kondisi permasalahan siswa. Langkah
selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya siswa yang membolos mau
menerima arahan dari guru. Adapun jika siswa masih bersikap tertutup, tidak mau
menceritakan permasalahan mengapa Ia membolos, maka pembimbing
menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua
informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil
tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang telah dikemukakan di atas,
pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat dan arahan yang baik
akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya. Tidak teraturnya
anak masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada siswa. Ada banyak sebab
yang terletak di luar kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak.
Jadi, kegiatan membolos siswa tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ada
faktor dari luar yang juga turut andil dalam pembolosan tersebut. Oleh karena itu,
tugas program Bimbingan dan Konseling (BK) selain memberi arahan pada siswa
juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya sebaik mungkin supaya siswa
merasa betah berada di sekolah. Selain itu, pembimbing juga selalu menjalin
komunikasi dengan keluarga siswa ada kesepakatan dalam usaha mengatasi
masalah anak.
Di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang yang bermasalah, dengan
menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku. yang merentang dari
kategori ringan sampai dengan berat.
5
Upaya untuk menangani siswa yang bermasalah, khususnya yang terkait dengan
pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu:
(1) Pendekatan disiplin, dan
(2) Pendekatan bimbingan dan konseling.
6
Bimbingan dan Konseling di dalamnya, diharapkan siswa yang bersangkutan bisa
tumbuh perasaan dan pemikiran positif atas masalah yang menimpa dirinya,
misalnya secara sadar menerima dan sadar bahwa berkelahi adalah perbuatan
yang tidak terpuji, keinginan untuk tetap sekolah, serta hal-hal positif lainnya.
Lebih jauh, meski saat ini paradigma pelayanan Bimbingan dan Konseling
lebih mengedepankan pelayanan yang bersifat pencegahan dan pengembangan,
pelayanan Bimbingan dan Konseling terhadap siswa bermasalah tetap masih
menjadi perhatian. Dalam hal ini, perlu diingat bahwa tidak semua masalah siswa
harus ditangani oleh guru Bimbingan dan Konseling (BK/Konselor). Dalam hal
ini, Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah berserta
mekanisme dan petugas yang menanganinya, sebagaimana dalam bagan berikut :
1. Masalah (kasus) ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada
bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum
minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Kasus ringan
dibimbing oleh wali kelas dan guru dengan berkonsultasi kepada kepala
sekolah (konselor/guru pembimbing) dan mengadakan kunjungan rumah.
2. Masalah (kasus) sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran, dengan
perbuatan menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar, karena
gangguan di keluarga, minum minuman keras tahap pertengahan, mencuri
kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Kasus sedang
dibimbing oleh guru BK (konselor), dengan berkonsultasi dengan kepala
sekolah, ahli/profesional, polisi, guru dan sebagainya. Dapat pula
mengadakan konferensi kasus.
3. Masalah (kasus) berat, seperti: gangguan emosional berat, kecanduan
alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas, siswa hamil, percobaan bunuh
diri, perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Kasus berat
dilakukan referal (alihtangan kasus) kepada ahli psikologi dan psikiater,
dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan
kegiatan konferensi kasus.
7
Dengan melihat penjelasan di atas, tampak jelas bahwa penanganan siswa
bermasalah melalui pendekatan Bimbingan dan Konseling tidak semata-mata
menjadi tanggung jawab guru Bimbingan dan Konseling (BK/Konselor) di
sekolah tetapi dapat melibatkan pula berbagai pihak lain untuk bersama - sama
membantu siswa agar memperoleh penyesuaian diri dan perkembangan pribadi
secara optimal.
8
perpustakaan yang tidak memadai, bisa juga kurikulum yang kurang bersahabat
sehingga mempengaruhi proses belajar di sekolah.
Selain faktor internal dan faktor eksternal yang telah dikemukakan di atas, Faktor
pendukung munculnya perilaku membolos sekolah pada remaja juga dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
9
anak tersebut. Orang tua seperti ini tidak memiliki pandangan jauh ke
depan, sebagai imbasnya masa depan anaklah yang menjadi korban.
10
mampu dengan mata pelajaran matematika, tetapi ia mampu pada mata
pelajaran biologi. Pada mata pelajaran yang ia tidak suka, ia cenderung
berusaha untuk menghindarinya, sehingga ia akan pilih-pilih jika akan
masuk sekolah. Sementara itu siswa tidak menyadari bahwa dengan tidak
masuk sekolah justru membuat dirinya ketinggalan materi pelajaran.
Melarikan diri dari masalah malah akan menambah masalah tersebut.
11
mereka mencoba - coba membolos lagi. Jika penyebab banyaknya perilaku
membolos adalah faktor tersebut, maka penanganan dapat dilakukan dengan
melakukan penegakan disiplin sekolah. Peraturan sekolah harus lebih jelas
dengan sangsi - sangsi yang dipaparkan secara eksplisit, termasuk
peraturan mengenai presensi siswa sehingga perilaku membolos dapat
diminimalkan.
12
membolos yang mengarah pada kenakalan remaja dapat dikurangi. Tentu saja,
pendekatan dari pihak sekolah ini hanya menjadi salah satu faktor saja. Faktor
lainnya seperti faktor personal dan faktor keluarga juga tak kalah penting dan
memberi kontribusi besar dalam perilaku membolos, sehingga pencarian
mengenai penyebab yang pasti dari perilaku membolos perlu dilakukan terlebih
dahulu sebelum kita menetapkan pihak mana yang layak melakukan intervensi.
Sekolah merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar. Di sana
tempat siswa - siswa belajar ilmu pengetahuan. Belajar akan lebih berhasil bila
bahan yang dipelajari menarik perhatian anak. Karena itu bahan harus dipilih yang
sesuai dengan minat anak atau yang di dalamnya nampak dengan jelas adanya
tujuan yang sesuai dengan tujuan anak melakukan aktivitas belajar. Jadi, suasana
kelas sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Selain itu, tujuan
pembelajaran yang jelas juga akan memudahkan siswa dalam pemahamannys.
Sehingga siswa tidak akan bosan dan mudah mengikuti kegiatan pembelajaran.
Jadi, dapat dikatakan bahwa faktor sekolah merupakan faktor yang berisiko
meningkatkan munculnya perilaku membolos pada remaja, yaitu antara lain
kebijakan mengenai pembolosan yang tidak konsisten, interaksi yang minim
antara orang tua siswa dengan pihak sekolah, guru-guru yang tidak suportif, atau
tugas-tugas sekolah yang kurang menantang bagi siswa.
13
Hal yang tidak mungkin terlewatkan ketika siswa membolos ialah hilangnya rasa
disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang. Bila diteruskan, siswa
akan acuh tak acuh pada urusan sekolahnya. Dan yang lebih parah siswa dapat
dikeluarkan dari sekolah. Lalu karena tidak masuk, secara otomatis ia tidak
mengikuti pelajaran yang disampaikan guru. Akhirnya ia harus belajar sendiri
untuk mengejar ketertinggalannya. Masalah akan muncul manakala ia tidak
memahami materi bahasan. Sudah pasti ini juga akan berpengaruh pada nilai
ulangannya.
2.4 Peran dan Fungsi Bimbingan Konseling (BK) dalam Mengatasi Siswa
yang Suka Membolos
Bimbingan Konseling atau sering disebut sebagai BP dahulu sering kali
menjadi momok atau bahkan sesuatu yang dibenci oleh siswa karena lebih
berfungsi sebagai pengadilan siswa dari pada membimbing siswa. Jika ada siswa
yang bermasalah melanggar aturan sekolah maka langsung dipanggil guru BP
untuk dilakukan pembinaan yang cenderung ke arah penghakiman. Paradigma itu
semestinya perlu sedikit diubah yaitu bahwa Bimbingan Konseling tidak hanya
mengurusi anak yang bermasalah melanggar aturan sekolah namun juga harus
bisa berfungsi sebagai teman bagi siswa dan pelajar hingga bisa menjadi tempat
curhat. Bimbingan konseling semestinya bisa memberikan rasa nyaman kepada
siswa dengan dapat memberikan banyak solusi terhadap masalah-masalah yang
dihadapi siswa baik stres masalah pelajaran, keluarga,pertemanan dan lain
sebagainya. Perubahan paradigma ini diharapkan kenakalan maupun stress
dikalangan siswa bisa semakin dieliminir.
Kewajiban sekolah, selain mengajar (dalam arti hanya mengisi otak anak -
anak dengan berbagai ilmu pengetahuan), juga berusaha membentuk pribadi anak
menjadi manusia yang berwatak baik. Mengajar tidak sekedar transfer
pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk membentuk pribadi santun dan
mampu berdiri sendiri. Sehingga jika terjadi suatu permasalahan pada siswa,
pendidik atau pihak sekolah juga turut memikirkannya, berusaha mencarikan jalan
keluar.
14
Dalam menghadapi anak tersebut peran BK sangatlah penting. Sebagai sarana
untuk mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan personal,
harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga
pembimbing dapat memahami dan mendapat gambaran secara jelas apa yang
sedang dihadapi siswa. Menghentikan sepenuhnya kebiasaan membolos memang
tidaklah mudah dan sangatlah minim kemungkinannya. Tetapi usaha untuk
meminimalisisir kebiasaan tidak baik tersebut tentu ada. Dan salah satu usaha dari
pihak sekolah ialah dengan program Bimbingan Konseling (BK). Kita mungkin
pernah melihat atau bahkan mengalami sendiri bagaimana rasanya dihukum
karena membolos. Padahal menghukum bukanlah satu-satunya jalan untuk
membuat siswa jera dalam melakukan perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut malah
menjadikan anak lebih bengal dan lebih susah ditangani. Sebab siswa remaja
merupakan masa kondisi emosi yang tidak labil, mudah tersinggung dan mudah
sekali marah. Ibaratnya tulang rusuk, jika dipaksakan untuk lurus maka ia akan
patah. Oleh karena itu, penanganannya harus hati - hati.
15
dalam pembolosan tersebut. Oleh karena itu, tugas BK selain memberi
arahan pada siswa juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya sebaik
mungkin supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain itu
pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada
kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah anak.
16
jam sekolah maka ditingkatkan menjadi taraf pemantauan. Jika dari pihak
pengelola masih membiarkan para pelajar bolos bermain di situ maka dapat
diberi peringatan ,jika peringatan tidak diindahkan maka bisa dilakukan
penyegelan sementara atau bahkan penutupan paksa disesuaikan dengan
aturan yang berlaku.
SOLUSI
1. Guru melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa,
memposisikan siswa sebagai teman bicara dan bukan sebagai terdakwa
2. Guru memberikan teladan yang baik kepada siswa, jangan sampai siswa
terlambat dihukum sedangkan guru yang sering terlambat dibiarkan saja.
3. Guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria
menyenangkan dan hidup.
4. Guru hendaknya merefleksi dan mengevaluasi diri apakah siswa dapat
menerima dan memahami yang telah diajarkan guru.
5. Guru harus memberikan penilaian kepada siswa dengan adil, transparan, jujur
dan tidak merekayasa.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ø Bimbingan merupakan
a) Suatu proses yang berlesinambungan.
b) Suatu proses membantu individ.
c) Bantuan yang diberikan itu dimaksudkan agar individu yang
bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya
secara optimal sesuai dengan kemampuan/potensinya.
d) Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu
dapat memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan
lingkungannya.
18
Ø Akibat yang ditimbulkan oleh siswa yang membolos, akan mengalami
kegagalan dalam pelajaran. Selain mengalami kegagalan belajar, siswa
tersebut juga akan mengalami marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh
teman - temannya.
Ø Peran program Bimbingan dan Konseling (BK) dalam hal mengatasi siswa
yang suka membolos, yakni dengan mengetahui faktor - faktor penyebab
siswa membolos, menerapkan gerakan disiplin serta sosialisasi kepada
pengelola hiburan.
Ø Melalui program BK, pihak sekolah berupaya mencari solusi bagi mereka
yang suka membolos. Karena membolos terkait berbagai faktor, maka
dalam penyelesaiannya tidaklah mudah. Oleh karena itu pihak sekolah juga
mengikutsertakan orang tua.
Ø Dengan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah (dalam hal ini BK)
dan orang tua siswa, permasalah membolos siswa diharapkan dapat
diselesaikan sehingga tidak menjalar kepada siswa lainnya.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, para pembaca bisa lebih mengetahui
tentang cara menanggulangi Perilaku siswa yang suka membolos yang kerap
dilakukan para siswa sekolah.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. http://enisuryanitas3.blogspot.com/2012/05/kajian-bimbingan-
konseling.html
2. Sumber : http://depdiknas.go.id, Editorial Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan Edisi 36. Diunggah tanggal 4 Juni 2012
3. http://www.teacheracim.blogspot.com/ diunggah tanggal 5 Juni 2012
20
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur haturkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
perlindungannya yang telah memberikan kekuatan lahir maupun batin sehingga
penulisan makalah ini dapat terselesaikan. makalah ini diharapkan mampu
menjadi solusi bagi guru dalam mengatasi masalah yang timbul dari sekolah atau
kelasnya sendiri.
21