(Budianto)
Kehadiran Saksi Pada Saat Transaksi Jual Beli Tanah Dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) Dalam Hubungannya Dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37
Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
Di Kabupaten Kubu Raya
ABSTRAK
Berdasarkan pada Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Pejabat
3HPEXDW $NWD 7DQDK GLVHEXW GHQJDQ MHODV EDKZD ³$NWD 33$7 KDUXV GLEDFDNDQ GLMHODVNDQ LVLQ\D NHSDGD
para pihak dengan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi sebelum ditandatangani seketika
itu juga oleh para pihak, saksi-VDNVL GDQ 33$7´ SDGD GDVDUQ\D XQWXN SHPHQXKDQ VLIDW RWHQWLN GDUL DNWD
pembacaan akta dilakukan sendiri oleh PPAT, penandatanganan para pihak, saksi dan oleh PPAT, dilakukan
segera setelah pembacaan akta dimaksud. Seringkali dikatahui penandatangan akta jual beli yang tidak
sesuai prosedur, sering didapati penandatangan di luar kantor dan tidak di hadiri para pihak, saksi maupun
notaris. Oleh karena itu penulis akan mengkaji hal tersebut melalui tesis ini.
Pendekatan yang digunakan adalah yuridis empiris yang memberikan kerangka pembuktian atau
kerangka pengujian untuk memastikan suatu kebenaran atau dengan kata lain disebut yuridis empiris.
Spesifikasi penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis yaitu penelitian yang
bertujuan untuk memberikan gambaran secara rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai segala sesuatu
yang berhubungan dengan masalah dengan menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan di atas.
Hasil pembahasan masalah adalah bahwa akibat hukum terhadap akta peralihan hak atas tanah (akta
jual beli tanah) yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang ditandatangani tanpa dihadiri
oleh para saksi maka akta jual beli tersebut tetap merupakan sebagai akta otentik namun secara yuridis
mengandung kelemahan jika dikemudian hari ada pihak yang mengajukan bantahannya.
Saran Hendaknya dilakukan pengawasan oleh pihak yang terkait terhadap pelaksanaan tugas dan
wewenang dari Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) agar tetap terjaga sifat otentik dari akta jual beli tanah
yang dilakukan di hadapan PPAT
Kata Kunci : Kehadiran Saksi, Transaksi Jual Beli Tanah, PPAT
ABSTRACT
Based on Article 22 of Government Regulation Number 37 of 1998 on the Regulation of Officials of Land
Authority, it is clear that: "The PPAT Act is read / disclosed to parties with at least 2 (two) witnesses present
before signing immediately, witnesses and PPAT ", basically to fulfill the authenticity of the deed, to read the
deed done by PPAT, signing the parties, witness and PPAT, immediately after the reading of the deed. The
familiar selling marker is not an appropriate procedure, often found outside the signing office and is not
attended by parties, witnesses or notaries. Therefore the authors will examine the problem through this
thesis.
The approach employed is empirical jurisdiction that provides a verification framework or testing
framework to ascertain the truth or in other words is called empirical jurisdiction. The research specification
used in this research is descriptive analytic research which aims to provide detailed, systematic and
comprehensive description of all matters relating to the problem by describing the applicable legislation with
legal theory and practice practice of positive law concerning the above problem.
The result of the discussion is that the legal effect on the deed of land transfer done by Indigenous Land
689
Vol. 4 No. 4 Desember 2017 : 689 - 698
Authority (PPAT) is signed without the presence of witness then the sales and sales deed is still valid. As a
juridical but legal juridical act if in the future there is a party who filed a rebuttal.
Suggestions Must be supervised by parties relating to the execution of duties and authorities of Land
Assistance Officers (PPAT) to maintain the authentic nature of the deed of sale and purchase of land
conducted in the presence of PPAT.
Keywords: Witness Presence, Land Sale and Purchase Transaction, PPAT
690
Kehadiran Saksi Pada Saat Transaksi Jual Beli Tanah...
(Budianto)
juga oleh para pihak, saksi-VDNVL GDQ 33$7´ SDGD tersebut diatas. Selain akta Notaris/PPAT atau
dasarnya untuk pemenuhan sifat otentik dari akta, saksi pada umumnya merupakan saksi yang
pembacaan akta dilakukan sendiri oleh PPAT, mendengar, melihat sendiri suatu peristiwa yang
penandatanganan para pihak, saksi dan oleh PPAT, terjadi, misalnya jika terjadi jual beli dan dilakukan
dilakukan segera setelah pembacaan akta penyerahan sertifikat dan uang pembelian dari
dimaksud. pembeli tanah kepada penjual tanah, maka secara
Prakteknya di lapangan pada saat fisik saksi tersebut melihat sendiri peristiwa
penandatanganan akta jual beli masih ada tersebut.
sebagian yang melakukan penandatanganan tanpa
Metode Penelitian
hadir di hadapan PPAT, padahal dalam akhir isi
DNWD MXDO EHOL WHODK PHQ\HEXWNDQ ³DNKLUQ\D KDGLU penelitian ini menggunakan metode yuridis
juga dihadapan saya, dengan dihadiri oleh saksi- empiris yang memberikan kerangka pembuktian
saksi yang sama dan disebutkan pada akhir akhir atau kerangka pengujian untuk memastikan suatu
DNWD LQL´ kebenaran atau dengan kata lain disebut yuridis
Padahal dalam pembuatan perjanjian jual beli empiris. Spesifikasi penelitian yang dipakai dalam
tanah, diperlukan saksi-saksi yang mengetahui isi penelitian ini adalah deskriptif analitis yaitu
dari perjanjian tersebut. Saksi disini diperlukan penelitian yang bertujuan untuk memberikan
agar disaat ada gugatan dari pihak lain yang gambaran secara rinci, sistematis dan menyeluruh
menganggap jual beli tanah tersebut tidak sah, mengenai segala sesuatu yang berhubungan
maka saksi ini dapat dimintai keterangan untuk dengan masalah dengan menggambarkan
meluruskan permasalahan yang timbul, dan saksi peraturan perundang-undangan yang berlaku
dalam jual beli tanah disini harus terdiri dari lebih dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan
dari satu atau minimal 2 (dua) orang. hukum positif yang menyangkut permasalahan di
Hak milik atah tanah, baru beralih kepada atas.
pembelinya jika telah dilakukan apa yang disebut Penelitian Kepustakaan,Yaitu dengan
³3HQ\HUDKDQ <XULGLV´ \DQJ ZDMLE GLVHOHQJJDUDNDQ mempelajari literatur-literatur, undang-undang,
dengan pembuatan akta dimuka dan oleh Pejabat peraturan-peraturan dan tulisan para sarjana yang
Pembuat Akta Tanah (PPAT), dengan dihadiri oleh ada hubungannya dengan masalah yang diteliti
2 (dua) orang saksi. Bukanlah kepala desa dan dan Penelitian Lapangan, yaitu suatu kegiatan
juru tulisnya harus mengenal betul pemilik tanah. 1 penelitian di lapangan dengan menghimpun data
Saksi secara umum. Saksi ada 2 (dua), yaitu : secara langsung dari obyek yang akan diteliti.
(1) Mereka yang melihat, mendengar, dan Kemudian dilakukan teknik pengumpulan data
mengalami peristiwa-peristiwa yang jadi dengan mewawancarai langsung dengan sumber
persoalan dan data sebelum mewawancarai penulis juga
(2) Saksi yang waktu perbuatan hukum dilakukan pengambilan sampel dilakukan secara purposive
sengaja telah diminta untuk menjadi saksi. non random sampling, yaitu sampel yang
Menurut Pasal 171 HIR bahwa yang diwawancarai dipilih agar mendapatkan sumber
diterangkan oleh saksi adalah apa yang ia lihat, yang tepat
dengar atau rasakan sendiri, lagipula tiap-tiap
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
kesaksian harus disertai alasan-alasan apa
sebabnya, bagaimana ia sampai mengetahui hal- Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian Jual
hal yang diterangkan olehnya. Perasaan yang Beli Tanah.
istimewa, yang terjadi karena akal, tidak
Sebelum penandatanganan akta jual beli tanah
dipandang sebagai penyaksian.
di hadapan PPAT, perlu dibahas masalah aspek
Kedudukan saksi akta Notaris/PPAT berbeda
perjanjian jual beli tanah sebagaimana
dengan saksi pada umumnya sebagaimana
dikemukakan oleh Djoko Prakoso dan Bambang
1
Efrfendi Perangin, Praktek Jual Beli Tanah, PT. Raja Riyadi Lany, bahwa : jual beli tersebut merupakan
Grafindo Persada, Jakarta, 1994, Cet. 3, halaman 12. suatu perjanjian timbal balik dengan mana pihak
691
Vol. 4 No. 4 Desember 2017 : 689 - 698
yang lain berjanji untuk menyerahkan hak milik pihak lain dinamakan pembeli, jadi dalam hal ini
atas suatu barang, sedang pihak yang lain berjanji terdapat dua pihak yaitu penjual dan pembeli yang
untuk membayar harga yang terdiri dari atas bertimbal balik.5
sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak Berdasarkan ketentuan diatas, barang yang
milik tersebut.2 menjadi obyek perjanjian jual beli harus cukup
Dengan demikian menjadi jelas bahwa suatu tertentu, setidak-tidaknya dapat ditentukan wujud
perjanjian jual beli tanah antara pemilik (penjual) dan jumlahnya pada saat akan diserahkan hak
tanah dengan pembeli tanah adalah sah apabila miliknya kepada si pembeli. Unsur-unsur pokok
diantara kedua belah pihak telah tercapai kata perjanjian jual beli adalah adanya barang dan
sepakat untuk saling melaksanakan kewajibannya harga yang sesuai dengan asas konsensualisme
sesuai subyek dari perjanjian tersebut. dalam hukum perjanjian bahwa perjanjian jual beli
Sedangkan pendapat R. Subekti, adalah tersebut lahir sejak terjadinya kata sepakat
sebagai berikut : Unsur-unsur pokok (essentialia) mengenai barang dan harga. Begitu kedua belah
perjanjian jual beli adalah barang dan harga. pihak setuju mengenai barang dan harga, maka
6HVXDL GHQJDQ DVDV ³NRQVHQVXDOLVPH´ \DQJ lahirlah perjanjian jual beli yang sah. Sifat
menjiwai hukum perjanjian BW, perjanjian jual beli konsensual dari jual beli tersebut ditegaskan dalam
itu sudah dilahirkan pada detik tercapainya Pasal 1458 KUHPerdata yang menyatakan bahwa:
sepakat mengenai barang dan harga. Begitu pula jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua
kedua belah pihak sudah setuju tentang barang belah pihak seketika setelah mereka mencapai
dan harga, maka lahirlah pernjanjian jual beli yang kata sepakat tentang barang dan harga barang itu
sah.3 belum diserahkan maupun harganya belum
Dengan demikian dalam hubungannya dengan dibayar.
perjanjian jual beli tanah dapat dinyatakan ada Dalam perjanjian jual beli yang terdapat
dua unsur pokok yang merupakan hak dan penjual dan pembeli memiliki hak dan kewajiban
kewajiban pihak pembeli dan penjual tanah secara yang bertimbal balik dimana bagi si penjual
timbal balik, yakni kewajiban pihak pembeli tanah berkewajiban untuk menyerahkan hak milik atas
untuk membayar harga tanah yang telah barang yang diperjualbelikan serta menjamin
disepakati dengan pihak penjual, sedangkan pihak kenikmatan tenteram atas barang tersebut dan
penjual tanah berkewajiban menyerahkan hak menanggung terhadap cacad-cacad yang
kepemilikan tanah tersebut kepada pihak pembeli. tersembunyi dan terhadapnya berhak untuk
Menurut Pasal 1457 KUHPerdata, yang menerima pembayaran harga barang, sedangkan
dimaksud jual beli adalah "Suatu persetujuan, kewajiban si pembeli yang utama adalah
dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya membayar harga yang berupa sejumlah uang pada
untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak saat pembelian pada waktu dan ditempat
yang lain untuk membayar harga yang lebih sebagaimana yang ditetapkan menurut perjanjian,
dijanjikan". Dengan kata lain jual beli merupakan sedangkan haknya adalah menerima barang yang
suatu bentuk perjanjian yang terwujud dalam diperjualbelikan dari penjual tersebut.6
bentuk penyerahan kebendaan yang dijual oleh Perbuatan hukum jual beli dalam peralihan hak
penjual, dan penyerahan uang oleh pembeli atas tanah merupakan penyerahan tanah dari
kepada penjual.4 Dengan demikian perkataan jual pihak penjual kepada pihak pembeli untuk
beli ini menunjukkan bahwa dari satu pihak selamanya pada saat mana pihak pembeli
perbuatan dinamakan menjual, sedangkan dari menyerahkan harganya kepada pihak penjual.
Sehingga pada saat jual beli hak atas tanah itu
2
langsung beralih dari penjual kepada pembeli.
Djoko Prakoso, dan Bambang Riyadi Lany, Dasar
Perjanjian, adalah suatu hal yang sangat
Hukum Persetujuan Tertentu Di Indonesia, PT. Bina
Aksara, Jakarta, 1987, halaman 1.
3 5
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Op.Cit, Halaman 2. Subekti, Aneka Perjanjian,cet. 10, Citra Aditya Bakti,
4
Gunawan, Widjaja, dan Kartini Muljadi, Jual Beli, Raja Bandung, 1995. hal. 1
6
Grafindo Persada, Jakarta, 2003. hal. 7 Boedi Harsono, Op.cit. hal 330
692
Kehadiran Saksi Pada Saat Transaksi Jual Beli Tanah...
(Budianto)
693
Vol. 4 No. 4 Desember 2017 : 689 - 698
berlakulah ia sebagai undang-undang bagi mereka Sastrio, adalah : Untuk tercapainya kesepakatan,
yang membuatnya.11 maka tentu harus ada satu pihak yang
Dari pernyataan itu jelaslah bahwa walaupun menawarkan ada penawaran (aanbod) dan ada
perjanjian itu dilakukan secara lisan, tanpa adanya yang menerima penawaran tersebut akseptasi.
suatu format tertentu, namun perjanjian yang Diterimanya / diakseptirnya penawaran kalau
dimaksud tetap mempunyai kekuatan mengikat dipenuhi juga syarat-syarat yang lain menimbulkan
yang kuat bagi para pihak yang membuatnya, perjanjian. Dengan demikian, maka yang namanya
namun untuk pembuktian khususnya dalam ³NHVHSDNDWDQ´ VHEHQDUQ\D WHUGLUL GDUL SHQDZDUDQ
perjanjian jual beli tanah semestinya dibuat secara dan akseptasi (akseptasi penawaran tersebut)15
tertulis. Sehingga pihak pemilik (penjual) tanah
Menurut Abdulkadir Muhammad, bahwa : menerima pernyataan pembeli tanah yang dalam
³3HUMDQMLDQ \DQJ GLEXDW VHFDUD OLVDQ VDMD GL hal ini melakukan pembayaran secara tunai, maka
dasarkan pada asas bahwa manusia itu dapat sejak saat itu pulalah perjanjian jual beli tanah itu
dipegang mulutnya artinya dapat dipercaya lahir.
dengan kata-NDWD \DQJ GLXFDSNDQQ\D ´12
Di dalam hukum perjanjian memberikan
kebebasan yang seluas-luasnya kepada
Upaya Menghadirkan Saksi Dalam
masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang
Pembuatan Akta Jual Beli Tanah.
berisi apa saja, asalakan tidak melanggar undang-
undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Jadi Adapun yang menjadi hak-hak saksi dalam
disini hukum perjanjian menganut sistem terbuka. pembuatan akta otentik (akta jual beli tanah) oleh
Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1338 Ayat (1) Kitab PPAT adalah dapat diketahui dalam Pasal 101 Ayat
Undang-Undang Hukum Perdata yang berbunyi: (2) dan (3) Peraturan Menteri Agraria/Kepala
³6HPXD SHUVHWXMXDQ \DQJ GLEXDW VHFDUD VDK Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997,
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang yang menegaskan bahwa:
PHPEXDWQ\D ´13 Pembuatan akta PPAT harus disaksikan oleh
Sedangkan sifat konsensualisme dari perjanjian sekurang-kurangnya 2 orang saksi yang
jual beli tersebut ditegaskan dalam Pasal 1458 memuat ketentuan peraturan perundang-
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang undangan yang belaku memenuhi syarat untuk
EHUEXQ\L ³-XDO EHOL LWX GLDQJJDS WHODK WHUMDGL bertindak sebagai saksi dalam suatu perbuatan
antara kedua belah pihak seketika setelahnya hukum, yang memberikan kesaksian antara lain
orang-orang ini mencapai sepakat tentang mengenai kehadiran para pihak atau kuasanya,
kebendaan tersebut dan harganya belum keberadaan antara lain mengenai kehadiran
GLED\DU ´14 para pihak atau kuasanya, keberadaan
Berdasarkan kedua pasal tersebut diatas, maka dokumen-dokumen yang ditunjukkan dalam
perjanjian jual beli tanah yang dilakukan antar pembuatan hukum tersebut oleh pihak yang
pemilik (penjual) tanah dengan pembeli tanah bersangkutan.
adalah sah, di mana kedua belah pihak telah PPAT wajin membaca akta kepada para pihak
mencapai kata sepakat baik terhadap barang yang bersangkutan dan memberi penjelasan
(tanah) yang dibeli maupun harga yang harus mengenai isi dan maksud pembuatan akta, dan
dibayar pembeli tanah kepada pemilik (penjual) prosedur pendaftaran yang harus dilaksanakan
tanah. selanjutnya dengan ketentuan yang berlaku.
Kesepakatan yang terjadi tersebut menurut J. Berdasarkan ketentuan tersebut jelas bahwa
saksi berhalangan untuk menghadiri setiap
11
rangkaian dalam rangka pembuatan akta otentik
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Alumni, Bandung, 1984,
halaman 4.
(akta jual beli tanah) yang dilakukan di hadapan
12
Ibid, halaman 85.
13 15
R. Subekti, dan R. Tjitrosudibio, Op. Cit, halaman 285. J. Satrio, Hukum Perjanjian, PT. Citra Aditya,
14
Ibid. halaman 305. Bandung, 1992, halaman 163
694
Kehadiran Saksi Pada Saat Transaksi Jual Beli Tanah...
(Budianto)
PPAT dan kehadiran saksi ini antara lain untuk akta jual beli yang kemudian akan dijadikan dasar
memberikan kesaksian telah terjadinya suatu pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah
transaksi jual beli tanah di hadapan PPAT. sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 95
Dalam pembuatan akta otentik juga harus Ayat 1 huruf a Peraturan Menteri Agraria/Kepala
disaksikan oleh dua orang saksi yang disebut saksi Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997.
instrumentair, dan saksi ini menyaksikan semua Akta Jual Beli yang dibuat dihadapan PPAT
perbuatan juga wajib mendatangani akta otentik tersebut bertujuan untuk memberikan kepastian
tersebut. Selain saksi instrumentair, juga ada saksi hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang
yang memperkenalkan para penghadap, yang tanah (pembeli tanah).19
disebut saksi attesterend, saksi ini tidak diwajibkan
Akibat Hukum Pencantuman Tanda Tangan
menandatangani akta.16
Saksi Tanpa Kehadiran Saksi Dalam
Dapat diartikan peralihan hak sebagai suatu
Transaksi Jual Beli Tanah Di Hadapan
perbuatan hukum yang bertujuan memindahkan
Pejabat Pembuat Akta Tanah.
hak atau barang atau benda bergerak atau tidak
bergerak. Perbuatan yang mengakibatkan Akibat Hukum Pencantuman Tanda Tangan
dialihkan hak atau barang atau benda tersebut Saksi Tanpa Kehadiran Saksi Dalam Transaksi Jual
antara lain dapat berupa jual beli, tukar menukar, Beli Tanah di Hadapan Pejabat Pembuat Akta
hibah yang diatur dengan peraturan perundang- Tanah Sebagaimana telah diketahui bahwa yang
undangan dan memenuhi syarat-syarat yang menjadi dasar hukum akta otentik yang dibuat
ditentukan. oleh PPAT adalah Pasal 1868 Kitab Undang-
Dalam hal ini yang termasuk "Peralihan hak Undang Hukum Perdata.
atas tanah tidak hanya meliputi jual beli tanah Dalam Pasal 1868 menyebutkan syarat-syarat
tetapi dapat juga terjadi karena hibah, tukar yang harus dipenuhi agar suatu akta dapat
menukar, pemberian dengan wasiat dan dinyatakan sebagai akta otentik, yakni sebagai
perbuatan-perbuatan lain yang bermaksud berikut :
memindahlan hak pemilikan tanah". 17 1. Dibuat oleh atau dihadapan pegawai umum
Dapat diartikan Peralihan hak sebagai suatu 2. Dibuat dalam bentuk ditentukan oleh undang-
perbuatan hukum yang bertujuan memindahkan undang
hak atau barang atau benda bergerak atau tidak 3. Pegawai umum itu berwenang membuat akta
bergerak. Perbuatan yang mengakibatkan itu.
dialihkan hak atau barang atau benda tersebut Suatu akta dapat dinyatakan sebagai akta
antara lain dapat berupa jual beli, tukar menukar, otentik adalah apabila akta tersebut dibuat oleh
hibah yang diatur dengan peraturan perundang- atau dihadapan pegawai umum, yakni PPAT (Pasal
undangan dan memenuhi syarat-syarat yang 1 Jabatan Notaris dan Pasal 1 angka 1, Pasal 2 jo
ditentukan. Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun
Peralihan hak atas tanah adalah perbuatan 1997) tentang Pembuat Akta Tanah.
hukum pemindahan hak atas tanah yang dilakukan Dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 37
dengans sengaja supaya hak tersebut terlepas dari Tahun 1997, menegaskan bahwa :
pemegangnya semula dan menjadi hak pihak 1. PPAT hanya berwenang membuat akta
lain.18 Pembuktian bahwa hak atas tanah tersebut mengenai hak atas tanah atau Hak Milik atas
dialihkan, maka harus dibuktikan dengan suatu rumah susun yang terletak di dalam daerah
akta yang dibuat oleh dan dihadapan PPAT yaitu kerjanya.
2. Akta tukar menukar, akta pemasukan ke dalam
perusahaan, dan akta pembagian hak bersama
16
JM. Siregar, Bahasa Hukum Dalam Akta-Akta/Kontrak mengenai beberapa hak atas tanah dan hak
dan Risalah Rapat, 1984. hal. 19.
17
Lili Rasjidi, Filsafat Hukum apakah Hukum Itu, Remaja
19
Karya, Bandung, 1988. hal. 73 Saleh Adiwinata, Pengertian Hukum Adat Menurut
18
K. Wantjik Saleh, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Undang-Undang Pokok Agraria, Alumni, Bandung, 1980.
Indonesia, Jakarta, 1977. hal. 15-18 hal. 21-30
695
Vol. 4 No. 4 Desember 2017 : 689 - 698
milik atas satuan rumah susun yang tidak hukum dalam akta, yang disampaikan
semuanya terletak di dalam daerah kerja kepada Kantor Pertanahan untuk keper-
seorang PPAT dapat dibuat oleh PPAT yang luan pendaftaran, atau dalam hal akta
daerah kerjanya meliputi salah satu bidang tersebut mengenai pemberian kuasa
tanah atau satuan rumah susun yang haknya membebankan hak Tanggungan, disampai-
menjadi obyek perbuatan hukum dalam akta. kan kepada pemegang kuasa untuk dasar
Dipertegas dalam penjelasan Pasal 4 Peraturan pembuatan akta pemberian Hak
Pemerintah Nomor 37 Tahun 1997, bahwa : Tanggungan, dan diberikan salinannya.
1. Pada dasarnya PPAT hanya berwenang Selain ketentuan tersebut di atas, dalam
membuat akta mengenai tanah atau rumah pembuatan akta otentik (akta jual beli tanah) juga
susun yang terletak dalam daerah kerjanya, disyaratkan harus dihadiri oleh 2 (dua) orang saksi
kecuali kalau ditentukan lain menurut Pasal ini. untuk menyaksikan seluruh rangkaian kegiatan
Pelanggaran terhadap ketentuan ini dalam rangka pembuatan akta otentik, yang
mengakibatkan aktanya tidak sah dan tidak meliputi menyaksikan kehadiran para pihak
dapat digunakan sebagai dasar pendaftaran. (penjual dan pembeli tanah) atau kuasanya dalam
2. Pengecualian yang dimaksudkan pada saat ayat hal para pihak berhalangan hadir, menandatangani
ini dapat dilakukan PPAT tanpa izin terlebih akta otentik (akta jual beli tanah) yang dibuat
dahulu. dihadapan PPAT, mendengarkan isi dari akta
Dengan demikian tidak semua pejabat umum otentik (akta jual beli tanah) yang dibacakan oleh
dapat membuat akta otentik, melainkan pejabat PPAT.
umum yang terletak dalam daerah kerjanya, yakni Akibat hukum apabila akta tersebut dibuat
pejabat umum yang terletak dimana tempat para tetapi tidak memenuhi ketentuan di atas, yakni
pihak (penjual dan pembeli tanah) melakukan ditanda tangani saksi tetapi tidak dihadiri oleh
transaksi jual beli tanah, dimana daerah kerja saksi, maka akta tersebut tidak merupakan akta
PPAT adalah satu wilayah kerja Kantor Pertanahan otentik, melainkan hanya merupakan akta di
Kabupaten/Kota. bawah tangan. baik akta otentik maupun akta di
Apabila akta tersebut dibuat oleh pejabat bawah tangan dibuat dengan tujuan untuk
umum di luar wilayah kerjanya, maka aktanya dipergunakan sebagai alat bukti.
tidak sah atau tidak merupakan akta otentik Dalam kenyataan ada tulisan yang dibuat tidak
melainkan hanya merupakan akta di bawah tangan dengan tujuan sebagai alat bukti, tapi dapat
dan tidak dapat digunakan sebagai dasar dipergunakan sebagai alat bukti, jika hal seperti ini
pendaftaran tanah. terjadi agar mempunyai nilai pembuktian harus
Mengenai bentuk dari akta otentik, Pasal 21 dikaitkan atau didukung dengan alat bukti lainnya.
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1997, Perbedaan yang penting antara kedua jenis akta
tentang Pembuat Akta Tanah menentukan : tersebut, yaitu dalam nilai pembuktian, akta
(1) Akta PPAT dibuat dengan bentuk yang otentik mempunyai pembuktian yang sempurna.
ditetapkan oleh Menteri Kesempurnaan akta notaris sebagai alat bukti,
(2) Semua jenis akta PPAT diberi satu nomor urut maka akta tersebut harus dilihat apa adanya, tidak
yang berulang pada permulaan tahun takwin perlu dinilai atau ditafsirkan lain, selain yang
(3) Akta PPAT dibuat dalam bentuk asli dalam 2 tertulis dalam akta tersebut.20 Akta di bawah
(dua) lembar, yaitu : tangan mempunyai kekuatan pembuktian
a. Lembar pertama sebanyak 1 (satu) sepanjang para pihak mengakuinya atau tidak ada
rangkap disimpan oleh PPAT yang penyangkalan dari salah satu pihak, jika para pihak
bersangkutan, dan mengakuinya, maka akta di bawah tangan
b. Lembar kedua sebanyak 1 (satu) rangkap tersebut mempunyai kekuatan pembuktian yang
atau lebih menurut banyaknya hak atas
20
tanah atau Hak Milik atas satuan rumah Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir Tematik
susun yang menjadi obyek perbuatan Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan
Notaris), Refika Aditama, Bandung, 2009, hal. 121.
696
Kehadiran Saksi Pada Saat Transaksi Jual Beli Tanah...
(Budianto)
sempurna sebagaimana akta otentik jika salah satu (PPAT) yang ditandatangani tanpa dihadiri oleh
pihak tidak mengakuinya, beban pembuktian para saksi maka akta jual beli tersebut tetap
diserahkan kepada pihak yang menyangkal akta merupakan sebagai akta otentik namun secara
tersebut, dan penilaian penyangkalan atas bukti yuridis mengandung kelemahan jika
tersebut diserahkan kepada Hakim. Baik alat bukti dikemudian hari ada pihak yang mengajukan
akta di bawah tangan maupun akta otentik bantahannya.
keduanya harus memenuhi rumusan mengenai 3. Upaya yang dilakukan dengan membawa akta
sahnya suatu perjanjian berdasarkan Pasal 1320 jual beli tanah setelah transaksi jual beli tanah
KUHPerdata, dan secara materil mengikat para kepada para saksi untuk dimintakan tanda
pihak yang membuatnya (Pasal 1338 KUHPerdata) tangannya, kemudian penjual dan pembeli
sebagai suatu perjanjian yang harus ditepati oleh tanah membawa kepada PPAT dan
para pihak (pacta sunt servanda). menandatangani akta tersebut bersama-sama
Dalam Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor penjual, pembeli, dan PPAT.
37 tentang PP$7 7DKXQ PHQHQWXNDQ ³$NWD
Saran
PPAT harus dibacakan/dijelaskan isinya kepada
para pihak dengan dihadiri oleh sekurang- Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang telah
kurangnya 2 (dua) orang saksi sebelum dikemukakan di atas, maka penulis dapat
ditandatangani seketika itu juga oleh para pihak, memberikan saran, sebagai berikut:
saksi-VDNVL GDQ 33$7´ 1. Hendaknya pihak PPAT tetap konsisten
hukum seperti ditentukan dalam Penjelasan melaksanakan ketentuan dalam pembuatan
Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun akta otentik yang diberikan kewenangan
WHQWDQJ 33$7 ³8QWXN SHPHQXKDQ VLIDW kepadanya, yakni dengan tetap menghadirkan
otentik dari akta, pembacaan akta dilakukan para saksi dalam penandatanganan akta jual
sendiri PPAT. Penandatanganan para pihak, saksi beli tanah.
dan oleh PPAT, dilakukan segera setelah 2. Hendaknya dilakukan pengawasan oleh pihak
pembacaan akta dimDNVXG´ yang terkait terhadap pelaksanaan tugas dan
Dengan demikian akibat hukum ketidak hadiran wewenang dari Pejabat Pembuat Akta Tanah
saksi dalam penandatanganan akta jual beli tanah (PPAT) agar tetap terjaga sifat otentik dari akta
yang dilakukan dihadapan PPAT akta tersebut jual beli tanah yang dilakukan di hadapan
tetap merupakan sebagai akta otentik tetapi PPAT.
mengandung kelemahan atau cacat yuridis. 3. Hendaknya para pihak (penjual dan pembeli
tanah) dapat memastikan para saksi untuk
hadir pada saat penandatangan akta jual beli
PENUTUP
tanah yang dilakukan di hadapan PPAT dengan
Kesimpulan menanyakan kepada para saksi waktu kapan
mereka (para saksi) bisa hadir.
Berdasarkan uraian analisis data yang telah
dikemukakan, maka Penulis mencoba menarik
DAFTAR PUSTAKA
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
A. Buku-buku
1. Bahwa masih terjadi dalam penandatanganan
Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia (Tafsir
akta jual beli tanah antara pihak (pembeli dan
Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004
penjual) yang dilakukan di hadapan PPAT tanpa
Tentang Jabatan Notaris), Refika Aditama,
dihadiri oleh para saksi sebagaimana ditentukan
Bandung, 2009
dalam Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor
37 Tahun 1997 Tentang PPAT di kabupaten Abdurrahman.,Beberapa Aspek Tentang Hukum
Kubu Raya. Agraria, Alumni, bandung, 1985.
2. Bahwa akibat hukum terhadap akta peralihan
--------------------.,Kedudukan Hukum Adat Dalam
hak atas tanah (akta jual beli tanah) yang
Perundang-undangan Dalam
dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah
697
Vol. 4 No. 4 Desember 2017 : 689 - 698
Agraria Indonesia, Akademika Pressindo, Jakarta, Studi Perbandingan, CV. Mandar Maju,
1984. Jakarta, 1991.
Arief.S., UUPA Dan Hukum Agraria Dan Hukum Soerjono Soekanto., Pengantar Penelitian Hukum,
Tanah Dan Beberapa Masalah Hukum UI Press, Jakarta, 1997.
Tanah, Pustaka Tinta Mas, Surabaya.
Sudargo Gautama., TafsiranUndang-Undang Pokok
Bachsan Mustafa., Hukum Agraria Dalam Agraria, Alumni, Bandung, 1993.
Perspektif, Remaja Karya, Bandung, 1988.
SurosoIsmuhadi., Pendaftaran Tanah di Indonesia,
Boedi Harsono., Hukum Agraria Indonesia, PT. Relindo Jayatama, Jakarta, 1997.
Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum
Wantijk Saleh. K. Hak Anda Atas Tanah, Ghalia
Tanah, Djambatan, Jakarta, 1985.
Indonesia, Jakarta, 1985.
Djoko Prakoso.,dan Budiman Adi Purwanto.,
Effendi Perangin, Praktek Jual Beli Tanah, PT. Raja
Eksistensi Prona Sebagai Pelaksana
Grafindo Persada, Jakarta, 1994
Mekanisme Fungsi Agraria, Ghalia Indonesia,
1985.
Imam Soetikjo., Politik Agraria Nasional, B. Perundang-undangan
Gajahmada University Press,1983. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960, Tentang
JM.Siregar.,Bahasa Hukum Dalam Akta-Akta/ Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.
Kontrak Dan Risalah Rapat, Jakarta, 1987. PeraturanPemerintahNomor 24 Tahun 1997,
Mudjiono.,Hukum Agraria, Liberty, Yogyakarta, Tentang Pendaftaran Tanah.
1992. PeraturanPemerintahNomor 37 Tahun 1998,
Parlindungan A.P., Landreform di Indonesia Suatu Tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah.
698