Anda di halaman 1dari 3

KASUS TUTORIAL 2 KMB 3

Riwayat Kesehatan
Seorang perempuan berusia 71 tahun dibawa ke IGD setelah mengalami kecelakaan bermotor jatuh
terpeleset karena licin saat hujan. Dia mengatakan nyeri pada panggul kanan dan tidak mampu
mengangkat beban tubuhnya. Dia tidak memiliki riwayat nyeri pada panggul sebelumnya. Dia tinggal
bersama suami dan selama ini beraktivitas sehari-hari selalu mandiri. Pasien memiliki riwayat penyakit
hipertensi dan jantung koroner sudah hampir 10 tahun dan mengkonsumsi lisinopril, aspirin, metoprolol,
pravastatin dan clopidrogel.
Pemeriksaan Fisik Preoperasi
Hasil pengkajian fisik menunjukkan bahwa positif dengan tes log roll dan nyeri pada saat dilakukan
ROM. Kaki kanan pasien flexi dan lebih pendek. Kondisi kulit di atas pinggul dan paha utuh tanpa lecet,
lutut pergelangan kaki tidak nyeri, dengan ROM tidak merasakan nyeri. neurovaskular pada kaki juga
baik yang ditandai dengan sensasi yang baik, CRT<2 detik, dan nadi (+) di kaki. Hasil Radiografi
menunjukkan fraktur pada leher femur subkapital pada pinggul kanan (Figure 1). Pasien mendapatkan
antinyeri dengan memblok saraf regional pada fascia iliaka dengan ultrasound guided di IGD dan dirawat
di rumash sakit A untuk treatment fraktur pada panggulnya. Traksi preoperatif tidak digunakan
(berdasarkan panduan American Academy of Orthopaedic Surgeons (AAOS guideline), “tidak ada
evidance yang cukup dalam penggunaan support rutin untuk preoperatif traksi pada fraktur panggul (hip
fracture)”), Namun pasien diletakkan di tempat istirahat dengan menggunakan alat kompresi pneumatik
intermiten. Analgesik juga diberikan dengan asetaminofen setelah pemberian blok regional, yang
digunakan untuk meminimalkan risiko delirium. Pasien dievaluasi penggunaan obat untuk menentukan
resiko operasi yang dapat ditoleransi oleh pasien. Dianjurkan agar operasi tidak tertunda meski pasien
menggunakan aspirin dan clopidrogrel.

Dokter bedah ortopedi telah mendiskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai keseluruhan prognosis
jangka panjang, kemungkinan mobilitas dan kemandirian yang menurun akibat patah tulang pinggul.
Diskusi juga mencakup kemungkinan kematian. Setelah mempertimbangkan tindakan pengobatan
nonsurgical, pasien membuat keputusan untuk melanjutkan operasi dengan mempertimbangkan kualitas
hidup dan manfaat mobilitas. Dokter bedah juga mendiskusikan dengan pasien pilihan artroplasti pinggul
total (total hip arthroplasty) yang memiliki manfaat untuk memperbaiki fungsi dan hasil jangka panjang.
Namun, akhirnya karena mempertimbangkan resiko dan bentuk panggul pasien akhirnya diputuslkan
menggunakan operasi hemiarthroplasty.
anastesi memutuskan dilakukan anatesi general karena bebrapa pertimbangan
dan keamanan saat dilakukan operasi. Radiografi postoperatif menunjukkan
posisi prostesis yang baik tanpa bukti patah periprostetik (Figure 2).

PENGKAJIAN PASCA-OPERATIF
Pasca operasi, pasien dimobilisasi. Latihan bantalan beban diperkenalkan dan
ditoleransi dengan terapi fisik dan occupational therapy. Dia diberikan heparin
dosis rendah dan dilanjutkan dengan clopidrogrel serta diberikan kasur dengan
kompresi pneumatik intermiten karena tingginya risiko kejadian tromboemboli
vena pada populasi pasien ini. Albumin pasien rendah; diperlukan konsultasi
pada ahli gizi. Pasien diawali dengan suplemen gizi setelah operasi untuk
memperbaiki kadar protein dan asupan kalorinya (rekomendasi tingkat sedang).
Selain itu, dia kekurangan vitamin D, dengan kadar vitamin D 23 ng / ml (normal,
0,30 ng / ml); Suplementasi kalsium dan vitamin D harus diberikan. ADL
bergantungpada keluarga.

Nyeri pada awalnya dikontrol dengan baik setelah operasi karena blok saraf
regional log-acting. Regimen nyeri multimodal juga digunakan (rekomendasi
kuat), termasuk perioperatif celecoxib, narkotika oral long acting, asetaminofen,
dan tramadol, sehingga meminimalkan penggunaan narkotika untuk menghindari
delirium. Tingkat hemoglobin pasien menurun menjadi 8,1 g / dL pasca operasi;
Namun, tekanan darahnya stabil. Meskipun ia mengalami nyeri kepala ringan dan
takikardia, namun dengan hidrasi yang cukup, kondisinya membaik; Transfusi
tidak diberikan karena risiko yang terkait relatif (berdasarkan pedoman pada
AAOS, berdasarkan evidence bahwa pemberian transfusi darah jika ambanglevel
Hb tidak lebih dari 8 g / dL pada pasien fraktur panggul pascaoperasi asimtomatik
kecuali terdapatalasan yang jelas dan meyakinkan).

Anda mungkin juga menyukai