Anda di halaman 1dari 3

Selamat sore, dokter sudaryadi dan teman teman sejawat semua.

Perkenalkan nama saya


wada. Pada kesempatan hari ini, saya akan mempresentasikan case report Penggunaan
Anestesi Spinal pada Operasi Rekonstruksi posterior cruciate ligament (PCL) atas Indikasi PCL
Tear.

Sebelum saya mulai, saya ingin mengulang sedikit mengenai definisi anestesi. Saya ingin
mengutip definisi anestesi kelas dokter joko karena bahasanya indah pakai bahasa inggris. Oke
jadi anesthesia is a reversible condition of comfort, quiescence and physiological stability in a
patient before, during and after performance of a procedure. Nah prosedur yang dimaksud
pada pernyataan ini adalah tindakan medis dan pada case report ini adalah anestesi spinal.
Teknik anestesi sendiri dibagi menjadi 3; umum, regional dan lokal. Umum sendiri dibagi 2;
dengan intubasi/tidak. Regional dibagi menjadi 2; neuroaxial blok dan blok saraf tepi.
Neuroaksial blok ini dibagi menjadi 2; spinal dan epidural. Nah pada kasus ini, kita akan
membahas lebih lanjut tentang anestesi spinal.

Pcl atau posterior cruciate ligament adalah salah satu dari empat ligamen utama pada sendi lutut
yang berfungsi untuk menstabilkan tibia pada femur. PCL ini berorigo di anterolateral kondilus
femoralis medial pada intercondylar notch dan berinsersio pada posterior tibial plateau. PCL ini
berfungsi untuk mencegah gesernya tibia ke posterior pada femur. Nah cedera pada pcl
umumnya disebabkan oleh tekanan di tibia proksimal, seperti pada saat berolahraga. Nah
robekny PCL ini ada ini adalah indikasi untuk melakukan rekonstruksi PCL dengan ORIF atau
Open reduction internal fixation.

Yak masuk ke ilustrasi kasus. Pak guntur usia 27 tahun bekerja sebagai tni datang dengan
keluhan utama nyeri pada lutut kanan. Nyeri pada lutut kanan terjadi 3 bulan yang lalu karena
terjatuh saat bermain sepak bola.
Pasien mengaku tidak ada riwayat penyakit sistemik, tidak pernah operasi, tidak ada riwayat
merokok dan konsumsi alkohol.

Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien compos mentis, ttv normal. Berat badan pasien
adalah 61 kg dan tinggi badan 170 cm dengan BMI 21.1 kg/m2 (normal) yang tidak menjadi
penyulit intubasi

Pada pemeriksaan kepala dan leher, kepala tampak normal, tidak ada deformitas, pembukaan
mulut >3 jari dan mallapati 1, thyromental distance > 7cm, dan mobilitas leher baik yang
menggambarkan tidak adanya penyulit intubasi. Nah, Walaupun pada pasien ini, rencana teknik
anestesi adalah spinal, tim anestesi tetap perlu memeriksa penyulit intubasi untuk persiapan jika
dibutuhkan intubasi untuk anestesi umum. Pemeriksaan thorax, abdomen dalam batas normal.
Pada pemeriksaan ekstremitas, tampak luar dalam batas normal namun lutut kanan bisa
digoyangkan jika diberi tekanan.

Pada pemeriksaan penunjang rontgen thorax, tidak tampak kelainan pada jantung paru.

Pada MRI genu dextra tanpa kontras Partial tear PCL genu kanan dengan sublukasi ke lateral os
tibia terhadap femur Sprain ACL genu kanan pada tibial attachment
Fluid collection di parapatella recess dan sendi femorotibial.

Berikut adalah lembar kajian pra anestesi dan sedasi. Pada lembar ini, tertulis semua
rangkuman, mulai dari identitas pasien, diagnosis bedah yang pada pasien ini adalah ACL tear
dan tindakan bedah adalah rekonstruksi ACL. Dilanjutkan dengan TTV, riwayat penyakit
sistemik, pf, pp, inform concent. Maka dapat disimpulkan bahwa pasien ini adalah ASA 1 dan
setuju untuk dilakukan anestesi spinal. Rencana monitoring akan menggunakan EKG lead, sp
O2, dan NIBP. Obat anestesi yang direncanakan adalah bupivacain, fentanyl. Rencana cairan
yang akan digunakan adalah nacl dan RL. Analgesik yang akan digunakan adalah paracetamol
dan tramadol. Nah temen temen ini adalah planning/rencana nanti pada pelaksanaanny ada
yang berbeda. Nanti akan kita bahas bersama ya.

Oke pasien sudah selesai perencanaan bedah dan anestesi pada tanggal 29/12/21. Tepat ya
sekitar 1 bulan sebelum tanggal operasi. Nah h-1 tim anestesi akan melakukan KPA untuk
skrining terakir apakah pasien layak untuk dioperasi atau tidak. Tim anestesi juga akan edukasi
besok tindakan anestesi yang akan dilakukan, risiko apa saja yang bisa terjadi supaya pasien
paham dan tenang.

Persiapan pasien. Nah perencanaan bedah dan anestesi juga KPA tadi juga termasuk persiapan
pasien. nah pasien posisinya sudah istirahat, dan puasa, idealnya 6-8 jam namun pada pasien
ini. pak guntur puasa 15 jam sehingga perlu diberikan cairan pengganti puasa. Jika kita hitung
pakai rumus maintanence 2cc/kgbb/jam. Dimana pak guntur ini memiliki bb 61 kg. cairan yang
dibutuhkan perjam adalah 122 cc. puasa selama 15 jam ini membutuhkan sekitar 1830cc.
dimana idealnya diberikan loading cairan sebelum masuk ok. Pada pukul 14.25 WIB pasien
masuk ke ruang transfer. Pasien dibawa dari bangsal ganti baju biru , dikonfirmasi kembali
identitas, rencana operasi, rencana anestesi, dan riwayat alergi lalu diinfus di ruang transfer
dengan cairan RL lepas.
Lalu pasien masuk ke kamar operasi dan dipindahkan ke operasi dengan posisi terlentang. Pasien
dipasangkan sphygmomanometer, EKG lead, dan Pulse oxymeter pada mesin NIBP untuk
menilai tekanan darah, ritme jantung, nadi, laju pernapasan, dan saturasi oksigen. Tim anestesi
akan menilai kesadaran, tekanan darah, laju pernapasan, nadi, saturasi oksigen, suhu, berat
badan, dan tinggi badan untuk penilaian pra induksi. Sebelum memulai tindakan anestesi, tim
anestesi sudah mempersiapkan anestesi, dimulai dari informed consent, monitoring, obat-obatan
anestesi, obat-obatan emergency, tatalaksana jalan napas, suction apparatus, dan mesin anestesi.

Nah ini adalah alat bahan yang digunakan untuk anestesi spinal.

Ini video teknik anestesi spinal pada pasien yang berbeda. Namun teknik dan prinsipnya sama.
Saya nyalakan sambil menjelaskan yaa.

Anda mungkin juga menyukai