Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No. 3 September 2008, hal.

447 – 458 PERBANKAN


Terakreditasi SK. No. 167/DIKTI/Kep/2007

PEMBIAYAAN SYARIAH PADA USAHA


MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH SEKTOR
AGRIBISNIS DENGAN POLA KEMITRAAN
Sutawi
Program Studi Magister Agribisnis Program Pasca Sarjana
Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Bandung No. 1 – Malang

Abstract: The agribusiness sector faces many problems, mainly lack of capital. High risk and
uncertainty characteristics of agribusiness cause financial institution willingness to finance
agribusiness very low. By these characteristics, sharia financial institutions have a great
opportunity to finance agribusiness sector. The agribusiness sector need flexible finance mainly
in the term of profit and loss sharing. Integrated sharia agribusiness partnership (ISAP) is a
solution to overcome capital constraint of agribusiness. ISAP is a partnership program which is
involves large-scale enterprises as a nucleus, and small-scale enterprises as a plasm, and the
sharia financial institutions as a financial lender in a cooperation agreement. The purposes of
ISAP are to improve feasibility of plasm farmers businesses, to increase link and cooperation
between nucleus enterprises and plasm farmers, and help the sharia financial institutions to
provide finance to micro, small and medium enterprises safely and efficiently.
Keywords: Agribusiness sector, sharia financial institutions, micro small and medium
enterprises, agribusiness partnership

Masalah utama pembangunan pertanian saat ini Hampir semua pembiayaan usaha di sektor
adalah rendahnya permodalan. Karakteristik pertanian yang ada selama ini berbasis
usaha pertanian yang mengandung banyak risiko perhitungan bunga. Menurut Ikhrom (2004), salah
dan ketidakpastian (risk and uncertainty) satu sebab utama ketertarikan pasar/pemilik modal
menyebabkan minat lembaga keuangan untuk terhadap perangkat bunga (interest) adalah
mendanai usaha sektor ini sangat rendah. Sebagai adanya karakteristik pre-determined return
gambaran, jika pada awal 1970-an alokasi kredit (kepastian hasil). Padahal bunga yang bersifat pre-
perbankan untuk sektor pertanian mencapai 27% determined berpeluang mengeksploitasi
(Soekartawi, 1996), namun pada 2005 menurun perekonomian, bahkan cenderung menyebabkan
hanya 5,3% (Rp 37,2 trilyun) dari sejumlah Rp resources misallocation dan penumpukan
701,89 trilyun kredit perbankan (Bank Indonesia, kekayaan pada sekelompok orang. Muhammad
2006). (2006) berpendapat bahwa sistem perbankan
konvensional berbasis bunga mengandung
Korespondensi dengan Penulis: beberapa kelemahan, seperti: (1) transaksi berbasis
Sutawi: Telp. +62 341 572 382, +62 341 551 253 bunga melanggar keadilan atau kewajaran bisnis,
Fax. +62 341 562 124 (2) tidak fleksibelnya sistem transaksi berbasis
E-mail: sutawi@umm.ac,id
bunga menyebabkan kebangkrutan, (3)
PEMBIAYAAN SYARIAH PADA USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH 447
SEKTOR AGRIBISNIS DENGAN POLA KEMITRAAN

Sutawi
PERBANKAN

komitmen bank untuk menjaga keamanan uang NPLs (Non Performing Loans) Net bank umum
deposan berikut bunganya membuat bank cemas konvensional sebesar 4,8% (Investor, 2006). Ini
untuk mengembalikan pokok dan bunganya, (4) berarti bahwa semua dana pihak ketiga yang
sistem transaksi berbasis bunga menghalangi dihimpun bank syariah ditambah sebagian modal
munculnya inovasi oleh usaha kecil, dan (5) dalam sendiri sudah tersalur dalam bentuk pembiayaan,
sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam baik untuk kepentingan produktif maupun
kemitraan usaha kecuali ada jaminan kepastian konsumtif. Selain itu, pembiayaan bermasalah
pengembalian modal dan pendapatan bunga bank syariah ternyata lebih rendah dibandingkan
yang menarik. kredit bermasalah bank konvensional. Mengingat
Dengan karakteristik tersebut, lembaga potensinya yang demikian besar, Bank Indonesia
keuangan syariah berpeluang besar untuk mempercepat strategi pencapaian pangsa pasar
diterapkan pada sektor pertanian. Usaha 5% bank syariah dari tahun 2011 menjadi 2008.
pertanian yang penuh risiko dan ketidakpastian Kehadiran lembaga perbankan syariah, baik
membutuhkan pembiayaan yang lebih fleksibel bank umum syariah, unit usaha syariah, maupun
terutama dalam pembagian keuntungan atau BPR syariah sangat tepat untuk mengembangkan
kerugian (profit and loss sharing) dalam berusaha. sektor pertanian. Menurut data BI Januari 2005,
Selain sistem bagi hasil, lembaga keuangan syariah total pembiayaan syariah untuk sektor pertanian
juga menawarkan produk dengan sistem jual beli, baru sebesar Rp 851,7 milyar atau sekitar 7,3% dari
sewa, maupun gadai. pembiayaan yang disalurkan (Agustianto, 2005).
Mengingat besarnya peran sektor pertanian dalam
pembangunan nasional, peningkatan
PEMBIAYAAN SYARIAH pembiayaan syariah pada sektor pertanian
merupakan langkah strategis untuk mempercepat
pangsa 5% bank syariah pada khususnya, dan
Diawali oleh kelahiran Bank Muamalat mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional
pada 1991, sampai Agustus 2006 terdapat 126 pada umumnya.
lembaga perbankan syariah, yang terdiri 3 bank
umum syariah, 19 unit usaha syariah, dan 104 BPR Tujuh Faktor Dasar
syariah. Meskipun masih sedikit pelaku usaha yang Ashari dan Saptana (2005) mengemukakan
total menerapkan prinsip syariah, perkembangan tujuh faktor yang melandasi prospek pembiayaan
industri perbankan syariah di Indonesia cukup syariah untuk sektor pertanian. Pertama,
pesat. Sampai Agustus 2006 aset keseluruhan karakteristik pembiayaan syariah sesuai dengan
mencapai Rp 23,57 trilyun, dengan nilai kondisi bisnis pertanian. Dalam dunia bisnis
pembiayaan Rp 19,03 trilyun, dan dana pihak (termasuk sektor pertanian) fluktuasi besarnya
ketiga Rp 17,1 trilyun. Dari nilai aset bank syariah pendapatan sudah menjadi fenomena umum.
baru mencatat pangsa pasar 1,55%, sementara dari Skim pembiayaan syariah (terutama dengan bagi
dana pihak ketiga dan kredit masing-masing hasil), sangat sesuai dengan karakteristik bisnis
1,47% dan 0,09%. Indikator penting lainnya pertanian sehingga lebih memberikan rasa
adalah FDR (finance to deposit ratio) bank syariah keadilan karena untung dan rugi akan dibagi
rata-rata mencapai 112% dibandingkan 65% LDR bersama-sama. Artinya petani dan pemilik modal
(loan to deposit ratio) perbankan konvensional, akan bersama-sama bertanggung jawab terhadap
sementara NPF (Non Performing Financial) Net jalannya usaha. Berbeda dengan kredit
bank umum syariah hanya 1,69% dibandingkan konvensional yang berbasis bunga, petani

448 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 12, No. 3, September 2008: 447 – 458


PERBANKAN

bertanggung jawab penuh dalam menanggung ajaran agama Islam diharapkan secara emosional
risiko usaha. akan mempermudah petani dalam menerima
Kedua, skim pembiayaan syariah sudah sistem pembiayaan syariah. Selain itu prinsip-
dipraktekkan secara luas oleh petani Indonesia. prinsip yang dijalankan di lembaga pembiayaan
Secara budaya, banyak petani sudah mengenal syariah mengandung tatanan nilai yang bersifat
model pembiayaan yang menyerupai atau sejalan universal dan tidak eksklusif. Nilai-nilai seperti
dengan sistem syariah (mudharabah) seperti maro keadilan dan perlakuan yang sama dalam meraih
(pembagian hasil 50%:50%) dan mertelu (1:2). kesempatan berusaha juga diterima kalangan non
Dengan sosialisasi yang lebih intensif, petani akan muslim.
lebih mudah dan cepat memahami konsep Keenam, komitmen bank syariah untuk
pembiayaan syariah karena secara historis maupun Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Dari
faktual pernah atau mungkin sedang pengalaman pembiayaan yang dilakukan oleh
mempraktekkan model tersebut. Ketiga, luasnya bank/lembaga syariah selama ini, alokasi
cakupan usaha di sektor pertanian. Usaha di sektor pembiayaan terbesar diperuntukkan untuk UKM.
pertanian/agribisnis mencakup beberapa subsistem Komitmen ini merupakan peluang yang besar
yang sangat luas, mulai dari subsistem pengadaan untuk sektor pertanian yang mayoritas berskala
saprodi, budidaya, panen, pasca panen, usaha kecil sampai menengah. Ketujuh, usaha di
pengolahan, dan pemasaran hasil, serta jasa sektor pertanian merupakan bisnis riil. Hal ini sesuai
penunjang. Pada semua subsistem ini dengan prinsip pembiayaan syariah yang
memungkinkan untuk menggunakan menitikberatkan pada pembiayaan pada sektor
pembiayaan model syariah. Demikian juga dilihat riil dan melarang pembiayaan pada sektor yang
dari cakupan komoditas sektor pertanian yang spekulatif.
beragam meliputi tanaman pangan (padi,
Produk Pembiayaan Syariah
palawija), hortikultura (sayuran dan buah-
buahan), perkebunan, peternakan, perikanan, Produk pembiayaan syariah yang dapat
dan kehutanan yang masing-masing terbangun diterapkan pada usaha agribisnis antara lain:
sebagai sistem agribisnis tersendiri. mudharabah, musyarakah, muzara’ah, musaqoh,
bai’ murabahah, bai’ istishna, bai’ as-salam, dan
Keempat, produk pembiayaan syariah
gadai (rahn) (Tabel 1). Sektor agribisnis yang telah
cukup beragam. Luasnya cakupan usaha dan
dibiayai perbankan syariah cukup banyak, antara
komoditas pertanian telah diantisipasi dengan
lain: agribisnis tanaman pangan (komoditas padi
produk pembiayaan syariah yang juga beragam.
dan jagung) melalui skim muzara’ah dan salam,
Hal ini memungkinkan nasabah untuk memilih
agribisnis perkebunan (investasi kelapa sawit dan
jenis produk pembiayaan syariah sesuai dengan
karet) melalui skim mudharabah, agribisnis
kondisi dan karakteristik usaha mereka. Kelima,
peternakan (investasi sapi perah dan
tingkat kepatuhan petani. Usaha pertanian saat
penggemukan sapi potong) melalui skim
ini masih digeluti oleh sebagian besar petani kecil
mudharabah, dan agribisnis holtikultura (investasi
di pedesaan, dan umumnya mereka menghormati
sayuran, bunga potong, dan salak pondoh)
aturan keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.
melalui mudharabah dan murabahah.
Adanya skim pembiayaan yang sesuai dengan

PEMBIAYAAN SYARIAH PADA USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH 449


SEKTOR AGRIBISNIS DENGAN POLA KEMITRAAN

Sutawi
PERBANKAN
Tabel 1. Alternatif Pendanaan sebagai Pemecahan Masalah dalam Sistem Agribisnis

Sumber: Wulandari dan Suroso (2004)

Walaupun ada beberapa jenis pembiayaan


yang ditawarkan oleh lembaga keuangan syariah,
KEMITRAAN AGRIBISNIS
pola pembiayaan mudharabah dan musyarakah
menggunakan konsep ”asset and production Meskipun potensi pembiayaan syariah pada
based” merupakan ide utama dan menjadi sektor agribisnis sangat besar, namun harus diakui
”pembeda” dengan lembaga konvensional (Beik, bahwa usaha sektor agribisnis menghadapi
2005). Ada beberapa keunggulan yang dimiliki sejumlah kendala, baik internal maupun eksternal.
dua pola pembiayaan ini. Pertama, kedua pola Kendala internal UKM agribisnis antara lain: (1)
tersebut adalah manifestasi dari prinsip risk-profit rendahnya kepemilikan dan penguasaaan faktor
sharing yang merupakan inti utama sistem produksi, (2) kurang mampu memanfaatkan dan
perbankan syariah. Kedua, mudharabah dan memperluas peluang dan akses pasar, (3) memiliki
musyarakah merupakan model pembiayaan kelemahan dalam struktur permodalan dan
investasi yang memiliki dampak nyata terhadap keterbatasan akses terhadap sumber-sumber
pengembangan sektor riil dan tingkat permodalan, (4) keterbatasan dalam penguasaan
produktivitas sumberdaya manusia atau umat. teknologi, (5) memiliki kelemahan di bidang
Ketiga, konsep mudharabah dan musyarakah akan organisasi dan manajemen. Sementara kendala
menggiring perubahan perilaku ekonomi ke arah eksternalnya antara lain: (1) kurangnya
yang lebih baik dan produktif. Para nasabah kepercayaan berbagai pihak terhadap
(pemilik dana) akan lebih peduli terhadap dana kemampuan usaha kecil, (2) iklim usaha yang
yang disimpannya. Berbeda dengan nasabah kurang kondusif, karena persaingan yang kuat
bank konvensional yang kurang peduli terhadap dari usaha besar, dan (3) sarana dan prasarana
dana depositonya karena dijanjikan menerima yang kurang memadai.
suku bunga yang tetap.

450 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 12, No. 3, September 2008: 447 – 458


PERBANKAN

Solusi untuk mengatasi kendala-kendala Pola inti-plasma merupakan hubungan


tersebut adalah kerjasama usaha dengan pola kemitraan antara kelompok mitra dengan
kemitraan. Menurut PP No. 44/1997 tetang perusahaan mitra, yang di dalamnya perusahaan
Kemitraan, kemitraan adalah kerjasama usaha mitra bertindak sebagai inti dan kelompok mitra
antara usaha kecil (UK) dengan usaha menengah sebagai plasma. Pada pola sub kontrak, kelompok
(UM) dan/atau dengan usaha besar (UB) disertai mitra memproduksi komponen yang diperlukan
pembinaan oleh UM dan/atau UB dengan perusahaan mitra sebagai bagian dari
memperhatikan prinsip saling memerlukan, produksinya. Pada pola dagang umum,
saling memperkuat, dan saling menguntungkan. perusahaan mitra memasarkan hasil produksi
Kemitraan dibedakan dalam berbagai pola kelompok mitra atau kelompok mitra memasok
berdasar derajat keterlibatan pihak UM/UB dalam kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra.
keputusan produksi. Sesuai Kepmentan 940/97 Pada pola keagenan, kelompok mitra diberi hak
tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha
kemitraan usaha pertanian dapat dilaksanakan perusahaan mitra. Pada pola Kerjasama
dengan pola inti-plasma, sub kontrak, dagang Operasional Agribisnis (KOA), kelompok mitra
umum, keagenan, atau Kerjasama Operasional menyediakan lahan, sarana dan tenaga,
Agribisnis (Tabel 2). sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya
atau modal dan/atau sarana untuk mengusahakan
Tabel 2. Pola Kemitraan Agribisnis atau membudidayakan suatu komoditas
pertanian. Berbagai pola kemitraan usaha
pertanian tersebut telah banyak diterapkan pada
sektor agribisnis di Indonesia, seperti kemitraan
benih jagung hibrida, kemitraan jagung hibrida,
kemitraan PIR-Bun, kemitraan ayam pedaging,
kemitraan agribisnis pondok pesantren, kemitraan
sapi perah, kemitraan hortikultura, kemitraan
tembakau, dan sebagainya.

PEMBIAYAAN SYARIAH PADA USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH 451


SEKTOR AGRIBISNIS DENGAN POLA KEMITRAAN

Sutawi
PERBANKAN
Tabel 3. Distribusi Daerah Kemitraan Agribisnis di Jawa Timur dan Komoditas yang Diusahakan

Sumber: Andri (2006)

Di Jawa Timur kemitraan agribisnis telah Produksi untuk beberapa jenis benih hibrida
digunakan secara luas oleh banyak industri seperti jagung, padi dan tanaman hortikultura
pengolahaan dan perusahaan agribisnis untuk yang dikerjakan oleh perusahaan-perusahaan
berproduksi atau mendapatkan suplai bahan besar seperti PT PIONEER, PT BISI dan lain-lain juga
mentah yang mereka butuhkan (Tabel 3). diperoleh melalui jalinan kontrak dengan
Beberapa contoh yang dapat dilihat saat ini seperti kelompok tani dan koperasi. Selain itu beberapa
misalnya dalam industri perususuan, PT Nestle telah contoh serupa juga ditemukan pada komoditas-
sejak lama melakukan kontrak usaha dengan komoditas yang dibutuhkan oleh sektor-sektor
koperasi susu yang ada di wilayah ini dalam wadah industri seperti tembakau, kapas, tebu, coklat, dan
GKSI. Contoh lain juga didapat dalam usahatani ayam pedaging yang banyak diproduksi melalui
tanaman padi, kedelai dan jagung dimana kerjasama kontrak dengan petani atau peternak
beberapa koperasi pertanian ataupun kelompok lokal setempat.
tani secara langsung memilih mengusahakan Menurut Hafsah (1999), dengan menjalin
produksinya dalam sebuah kontrak tertulis kemitraan petani memperoleh manfaat antara
dengan beberapa perusahaan swasta. Kasus yang lain: (1) stabilitas pendapatan (income stability),
sama juga dapat dijumpai pada komoditas sayuran karena berkurangnya risiko produksi dan
untuk memenuhi pesananan outlet supermarket. pemasaran, (2) peningkatan efisiensi (improved

452 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 12, No. 3, September 2008: 447 – 458


PERBANKAN

efficiency) melalui bimbingan teknis, manajemen, memerlukan, saling memperkuat dan saling
pengetahuan pasar, dan akses teknologi, (3) menguntungkan antara inti dan petani plasma,
keamanan pasar (market security) berkaitan serta membantu bank syariah dalam
dengan grade dan standar produk yang meningkatkan pembiayaan usaha kecil secara
dihasilkan, dan (4) akses terhadap kapital (access lebih aman dan efisien.
to capital) lebih mudah karena sebagian sarana Bank syariah pelaksana akan menilai
produksi dipenuhi oleh perusahaan mitra kelayakan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip
sehingga petani dapat memperbesar skala bank teknis. Jika proyek layak untuk
usahanya. Bagi perusahaan, manfaat yang dikembangkan, perlu dibuat suatu nota
diperoleh antara lain : (1) terjadinya stabilitas kesepakatan (Memorandum of Understanding =
produksi yang menjamin kontinuitas suplai MoU) yang mengikat hak dan kewajiban masing-
(controlling input supply), (2) meningkatkan masing pihak yang bermitra (Inti, Plasma/Koperasi,
efisiensi dan kinerja perusahaan, baik tenaga kerja dan Bank). Sesuai dengan nota kesepakatan, atas
maupun permodalan, (3) menciptakan perluasan kuasa koperasi/plasma, pembiayaan perbankan
pasar dan memperkuat posisi persaingan pasar, syariah dapat dialihkan dari rekening koperasi/
dan (4) memperluas kesempatan melakukan plasma ke rekening inti untuk selanjutnya
ekspansi dan diversifikasi operasional perusahaan. disalurkan ke plasma dalam bentuk sarana
produksi, dana pekerjaan fisik, dan lain-lain.
Dengan demikian plasma tidak akan menerima
KEMITRAAN AGRIBISNIS SYARIAH uang tunai dari perbankan, tetapi yang diterima
adalah sarana produksi pertanian yang
penyalurannya dapat melalui inti atau koperasi.
Kemitraan usaha pertanian yang telah
Petani plasma melaksanakan proses produksi. Hasil
berkembang dapat disempurnakan lebih lanjut
produksi plasma dijual ke inti dengan harga yang
menjadi Kemitraan Agribisnis Syariah Terpadu
telah disepakati dalam MoU. Perusahaan inti akan
(KAST). KAST adalah suatu program kemitraan
memotong sebagian hasil penjualan plasma untuk
yang melibatkan usaha besar dan usaha
diserahkan kepada bank syariah sebagai
menengah (inti), usaha kecil (petani plasma)
pengembalian pinjaman dan sisanya
dengan melibatkan bank syairah sebagai pemberi
dikembalikan ke petani sebagai pendapatan
dana (pembiayaan) dalam suatu ikatan kerja sama
bersih. KAST dapat diimplementasikan pada
yang dituangkan dalam nota kesepakatan
beberapa komoditas pertanian seperti padi,
(Gambar 1). Tujuan KAST antara lain adalah untuk
jagung, perbenihan, ayam pedaging, kedelai, dan
meningkatkan kelayakan plasma, meningkatkan
ubi kayu dengan berbagai model tertentu.
keterkaitan dan kerjasama yang saling

PEMBIAYAAN SYARIAH PADA USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH 453


SEKTOR AGRIBISNIS DENGAN POLA KEMITRAAN

Sutawi
PERBANKAN

Gambar 1. Kemitraan Agribisnis Syariah Terpadu

Kemitraan Agribisnis Padi dibentuk kemitraan antara petani dengan


Dalam rangka mengatasi kendala yang pengusaha hulu dan hilir melalui PERPADI.
dihadapi dalam peningkatan produktivitas padi, Sekaligus sebagai avalis dari petani untuk
perbaikan kualitas hasil serta menjaga stabilitas menjamin penyaluran pembiayaan dari pihak
harga dan mengatasi permasalahan rendahnya perbankan syariah. Model kemitraan tersebut
penyaluran pembiayaan syariah maka perlu dapat digambarkan seperti Gambar 2.

Gambar 2. Model Kemitraan Agribisnis Padi

454 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 12, No. 3, September 2008: 447 – 458


PERBANKAN

Koperasi tani (sebaiknya yang telah dihadapi oleh pabrik pakan ternak (yang meliputi
berbadan hukum) bermitra dengan penggilingan aspek kuantitas, kualitas dan kontinuitas jagung)
padi. Peran enggilingan padi antara lain sebagai dan permasalahan rendahnya penyaluran produk
penjamin untuk mendapatkan pembiayaan dari pembiayaan syariah, maka dianjurkan
bank syariah dan menyalurkannya kepada terbentuknya konsorsium pengembangan
Koperasi Tani serta memenuhi kebutuhan saprodi agribisnis jagung sebagai tempat bermitranya
dan alsin untuk budidaya padi. Selain itu, petani dengan pengusaha hulu dan hilir.
penggilingan padi menampung, membeli, Konsorsium akan berlaku sebagai avalis dari petani
menyimpan dan menggiling gabah milik petani untuk menjamin penyaluran produk pembiyaan
anggota Koperasi, kemudian menjual beras dari pihak perbankan syariah. Model kemitraan
kepada pedagang, koperasi atau sub Dolog tersebut dapat digambarkan pada Gambar 3.
setempat. Petani mengembalikan modal Dalam kemitraan ini, Koperasi Tani bermitra
pembiayaan bank syariah dalam bentuk natura dengan konsorsium pengusaha hulu dan hilir
atau dana kontan kepada koperasi untuk yang bertindak sebagai avalis. Untuk menjamin
selanjutnya dibayarkan kepada penggilingan pemasaran jagung, konsorsium mengadakan
padi. Petani mendapatkan penyuluhan dari kontrak pembelian jagung dengan Gabungan
aparat Pemerintah dan pihak terkait. Pengusaha Makanan Ternak/Asosiasi Pakan
Ternak/Eksportir. Konsorsium menjamin saprodi,
Kemitraan Agribisnis Jagung
modal dan alsin, selain itu petani mendapatkan
Dalam rangka menggerakkan semua
penyuluhan berkenaan dengan teknologi baru,
potensi yang ada ditingkat masyarakat dan pelaku
dalam budidaya jagung. Walaupun demikian,
agribisnis untuk mengatasi kendala yang dihadapi
petani dapat berhubungan langsung dengan
petani (masalah ketersediaan agro input, fluktuasi
bank syariah dalam hal penyimpanan dana dalam
harga), untuk mengatasi permasalahan yang
bentuk tabungan atau deposito.

Gambar 3. Model Kemitraan Agribisnis Jagung

PEMBIAYAAN SYARIAH PADA USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH 455


SEKTOR AGRIBISNIS DENGAN POLA KEMITRAAN

Sutawi
PERBANKAN

Kemitraan Agribisnis Perbenihan disampaikan kepada industri/perusahaan benih


Pola kemitraan yang banyak diterapkan dan selanjutnya diteruskan ke bank/lembaga
dalam produksi dan distribusi benih khususnya keuangan syariah pemberi pembiyaan, (4) Calon
benih padi dan jagung oleh industri/perusahaan benih yang dihasilkan oleh kelompok penangkar,
benih dengan kelompok penangkar dapat dibeli oleh industri/perusahaan benih untuk
dikemukaan pada Gambar 4. diproses lebih lanjut sehingga dihasilkan benih

Gambar 4. Model Kemitraan Agribisnis Perbenihan

Dalam kemitraan ini melibatkan industri/ berlabel, (5) Pemasaran benih berlabel dilakukan
perusahaan benih yang juga bertindak sebagai oleh industri/perusahaan benih tersebut atau
avalis, Bank/lembaga keuangan syariah sebagai konsorsiumnya.
pemberi pembiayaan dan Kelompok Penangkar
Kemitraan Ayam Pedaging
sebagai pelaksana perbanyakan/produksi calon
benih. Mekanisme kerja dalam kemitraan ini Model kemitraan ayam pedaging meliputi
anatara lain sebagai berikut: (1) Kelompok tiga aktivitas pokok yaitu : (1) pemasokan sarana
penangkar binaan industri/perusahaan benih produksi berupa DOC, pakan dan obat-obatan,
menyusun RDKK (Rencana Definitif Kebutuhan (2) pemeliharaan ayam pedaging, dan (3)
Kelompok) dengan bimbingan industri/ pemasaran. Perusahaan inti bertanggung jawab
perusahaan benih bersama petugas pembina dalam pemasokan sarana produksi dan pemasaran
wilayah atau PPL, (2) Pembiayaan yang diajukan hasil produksi berupa ayam hidup, sedangkan
berbentuk natura (untuk benih sumber/materi peternak plasma bertanggung jawab dalam proses
induk, pupuk dan pestisida) yang disuplai oleh produksi untuk menghasilkan ayam pedaging
industri/perusahaan benih dan biaya langsung dengan kualitas baik.
untuk operasional kelompok penangkar, (3) RDKK

456 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 12, No. 3, September 2008: 447 – 458


PERBANKAN

Gambar 5. Model Kemitraan Agribisnis Ayam Pedaging

Dalam kemitraan ayam pedaging ini, bank daerah. Kedua, bank syariah melakukan analisis
syariah berperan dalam pembiayaan pembelian kelayakan terhadap pola-pola kemitraan yang
sarana produksi maupun peralatan yang telah teridentifikasi. Ketiga, bank syariah
dibutuhkan peternak melalui perusahaan inti. menentukan produk pembiayaan syariah yang
Peternak menjual hasil produksi kepada inti sesuai dengan pola kemitraan yang dinyatakan
dengan harga yang telah disepakati. Selanjutnya layak untuk dibiayai. Keempat, menjalin kerjasama
inti akan menjual hasil produksi peternak kepada dengan perusahaan inti yang bersedia menjadi
pedagang, pengolah, maupun perusahaan penyalur (channeling) dan avalis (penjamin)
makanan. Perusahaan inti, yang juga berperan pembiayaan yang akan disalurkan kepada petani
sebagai avalis, akan memotong sebagian hasil mitra. Kelima, penyaluran pembiayaan kepada
penjualan plasma untuk diserahkan kepada bank petani mitra melalui perusahaan mitra. Keenam,
syariah sebagai pengembalian pinjaman dan pemantauan usaha petani mitra bersama
sisanya dikembalikan ke petani sebagai perusahaan mitra/inti sampai pembiayaan yang
pendapatan bersih. disalurkan dilunasi dengan perhitungan bagi hasil
sesuai akad kesepakatan.

LANGKAH-LANGKAH IMPLEMENTASI
KESIMPULAN
Implementasi pembiayaan syariah pada
sektor agribisnis dengan pola kemitraan ini Sektor agribisnis memiliki peran sangat
dilakukan melalui beberapa tahapan. Pertama, penting dalam pembangunan nasional, antara
bank syariah mengidentifikasi pola-pola lain sebagai andalan mata pencaharian sebagian
kemitraan yang telah berkembang di berbagai besar penduduk, sumbangannya terhadap PDB,
PEMBIAYAAN SYARIAH PADA USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH 457
SEKTOR AGRIBISNIS DENGAN POLA KEMITRAAN

Sutawi
PERBANKAN

kontribusi terhadap ekspor, bahan baku industri, Ashari dan Saptana. 2005. Prospek Pembiayaan
serta dalam penyediaan bahan pangan. Syariah untuk Sektor Pertanian. Forum
Walaupun berperan sangat strategis, sektor Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 23 No. 2
agribisnis dihadapkan pada banyak Desember 2005:132-147. Pusat Analisis Sosial
permasalahan, terutama lemahnya permodalan. Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.
Karakteristik usaha pertanian yang mengandung
Bank Indonesia. 2006. Laporan Perekonomian
banyak risiko dan ketidakpastian menyebabkan
Indonesia 2005. Bank Indonesia. Jakarta.
minat lembaga keuangan untuk mendanai usaha
sektor pertanian sangat rendah. Dengan Beik, I.S. 2005. Musyarakah dan Mudharabah; Pola
karakteristik demikian, lembaga keuangan syariah Pembiayaan Bank Islam Ideal. Majalah
berpeluang besar untuk diterapkan pada sektor Hidayatullah. Edisi 95/XVIII/September.
pertanian. Usaha pertanian yang penuh risiko dan Yayasan Pers Hidayatullah. Surabaya.
ketidakpastian membutuhkan pembiayaan yang
lebih fleksibel terutama dalam pembagian Deptan. 1997. SK Mentan No. 994/Kpts/OT.210/10/
keuntungan atau kerugian dalam berusaha. 1997 tentang Pedoman Penetapan Tingkat
Hubungan Kemitraan Usaha Pertanian.
Kemitraan Agribisnis Syariah Terpadu (KAST)
Departemen Pertanian, Jakarta.
merupakan solusi untuk mengatasi kendala
permodalan pada usaha pertanian. KAST adalah Hafsah, M. J. 1999. Kemitraan Usaha, Konsepsi dan
suatu program kemitraan yang melibatkan usaha Strategi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
besar (inti), usaha kecil (petani plasma) dengan
melibatkan bank syairah sebagai pemberi dana Ikhrom, A. 2004. Pengantar Penerjemah. Dalam
(pembiayaan) dalam suatu ikatan kerja sama yang Ekonomi Islam di Tengah Ekonomi Global
dituangkan dalam nota kesepakatan. Tujuan KAST (Said Sa’ad Marthon). Penerbit Zikrul Hakim.
adalah untuk meningkatkan kelayakan petani Jakarta.
plasma, meningkatkan keterkaitan dan kerjasama Investor. 2006. Menanti Geliat ‘Si Macan Tidur’.
yang saling memerlukan, saling memperkuat, dan Investor Edisi 156, 4-16 Oktober 2006.
saling menguntungkan antara inti dan petani
plasma, serta membantu bank syariah dalam Muhammad. 2006. Konsep Syariah dan Produk
meningkatkan pembiayaan usaha mikro, kecil, Bank Syariah. Short Course Bank Syariah.
dan menengah secara lebih aman dan efisien. Sekolah Tinggi Ekonomi Islam. Yogyakarta.

Soekartawi. 1996. Strategi “Ganda” dalam


Pengembangan Agribisnis di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Pangan, Vol.VII, No.27.

Wulandari, S. dan Suroso, A.I. 2004. Lembaga


Agustianto. 2005. Pembiayaan Syari’ah untuk Keuangan Syariah Alternatif Strategis
Agribisnis. Waspada Online, 20 Mei 2005. Memajukan Sektor Agribisnis. Agrimedia,
www.waspada.co.id Vol. 9, No.1.

Andri, K.B. 2006. Melihat Potensi dari Sistem Usaha


Tani Kontrak. INOVASI Vol.7/XVIII/Juni 2006

458 JURNAL KEUANGAN DAN PERBANKAN

Vol. 12, No. 3, September 2008: 447 – 458

Anda mungkin juga menyukai