Anda di halaman 1dari 5

hasil hutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dimana gaharu banyak

dimanfaatkan dalam pembuatan parfum, obat-obatan, ornament dan lain-lain

(Wahyuni dkk, 2018). Daun gaharu umumnya merupakan limbah dari kegiatan

pruning yang umum dilakukan dalam budidaya gaharu (Wangiyana dan Putri,

2019).

Identifikasi senyawa yang terkandung pada ekstrak daun gaharu dilakukan

dengan menggunakan metode Gas Chromotography Mass Spectrometry (GC-

MS). GC-MS merupakan metode pemisahan senyawa organik menggunakan dua

metode analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk menganalisis jumlah

senyawa secara kuantitatif dan spektrometri massa (MS) untuk menganalisis

struktur molekul senyawa analit. Untuk spektra GC diperoleh waktu retensi untuk

tiap-tiap senyawa dalam sampel dan untuk spektra MS diperoleh informasi

mengenai massa molekul relatif dari senyawa sampel tersebut (Illing, 2018).

Adapun hasil pemecahan spectra dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.2. Hasil kromatogram ekstrak daun gaharu pada konsentrasi pelarut 60%
Gambar 4.3. Hasil kromatogram ekstrak daun gaharu pada konsentrasi pelarut 70%

Gambar 4.4. Hasil kromatogram ekstrak daun gaharu pada konsentrasi pelarut 96%

Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa hasil kromatogram

menunjukkan 4 puncak spektra yang teridentifikasi. Pada gambar 4.3 hasil

kromatogram menunjukkan adanya 3 puncak spektra yang teridentifikasi.

Kemudian pada gambar 4.4 hasil kromatogram menunjukkan adanya 4 puncak

spektra yang teridentifikasi. Puncak-puncak spektra tersebut menunjukkan jumlah

senyawa yang teridentifikasi pada masing-masing sampel.


Tanin -
Asam Lemak +

Berdasarkan tabel 4.2 dan beberapa hasil penelitian tentang komponen

senyawa penyusun ekstrak daun gaharu (Aquilaria sp.) dapat dilihat bahwa

terdapat beberapa perbedaan kandungan komponen senyawa metabolit sekunder.

Dimana komponen senyawa fenil propanoid, poliektida dan asam lemak hanya

terdapat pada penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa selain perbedaan

konsentrasi pelarut, jenis pelarut yang digunakan sangat mempengaruhi

kandungan senyawa yang diperoleh.

Utomo dkk (2020) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi produksi

metabolit sekunder adalah kondisi lingkungan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Rachmawati (2020) bahwa akumulasi metabolit sekunder sangat tergantung pada

berbagai faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, air tanah, kesuburan dan salinitas

tanah, dan untuk sebagian besar tanaman, perubahan faktor individu dapat

mengubah komposisi metabolit sekunder.

C. Pengaruh Waktu Ekstraksi Terhadap Komposisi Senyawa Ekstrak Daun


Gaharu (Aquilaria sp.)
Gambar 4.5. Hasil kromatogram ekstrak daun gaharu pada waktu ekstraksi 24 jam

Gambar 4.6. Hasil kromatogram ekstrak daun gaharu pada waktu ekstraksi 48 jam

Gambar 4.7. Hasil kromatogram ekstrak daun gaharu pada waktu ekstraksi 72 jam

Berdasarkan gambar 4.5 dapat dilihat bahwa hasil kromatogram menunjukkan

6 puncak spektra yang teridentifikasi. Pada gambar 4.6 hasil kromatogram

menunjukkan adanya 4 puncak spektra yang teridentifikasi. Kemudian pada

gambar 4.7 hasil kromatogram menunjukkan adanya 4 puncak spektra yang

teridentifikasi. Puncak-puncak spektra tersebut menunjukkan jumlah senyawa

yang teridentifikasi pada masing-masing sampel.

Tabel 4.3. Senyawa dominan yang muncul pada ekstrak dari daun gaharu dengan
variasi waktu ekstraksi
%Area
Rumus
Nama Senyawa RT SI 24 48 72
Molekul
Jam Jam jam
Alpha.-Cadinol C15H26O 10.840 83 9.19 - -

Anda mungkin juga menyukai