Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka
menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua
peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi
(didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada
penggunaan metode curah pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah
pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi,
pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan
peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi
pembelajaran bersama.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis mengajukan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari Brainstorming?
2. Apa tujuan dan manfaat dari Brainstorming?
3. Apa karakteristik dari Brainstorming?
4. Bagaimana metode pelaksanaan Brainstorming?
5. Apa perbedaan dari Brainstorming dengan Simposium dan Loka Karya?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelasankan pengertian Brainstorming.
2. Menjelaskan manfaat dari Brainstorming.
3. Menjelaskan karakteristik dari Brainstorming.
4. Menjelaskan metode pelaksanaan Brainstorming.
5. Menjelaskan perbedaan antara Brainstorming dengan Simposium dan Loka
Karya.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Brainstorming
Brainstorming sudah lama dikenal sebagai teknik untuk menghasilkan
gagasan dan ide kreatif sebanyak mungkin dalam sebuah kelompok. Pada dasarnya
brainstorming adalah salah satu bentuk diskusi kelompok atau musyawarah yang
bertujuan untuk mencari solusi masalah. Masing-masing anggota kelompok dituntut
untuk menyampaikan ide-ide kreatif secara spontan dalam sebuah sesi khusus.
Penggalian ide-ide itu merupakan bagian dari proses problem solving atau lebih
tepatnya tahap pengumpulan gagasan sebagai bahan untuk memecahkan masalah
dalam kelompok tersebut.     
Teknik brainstorming pertama kali dicetuskan oleh Alex Osborn pada tahun
1953 dalam bukunya Applied Imagination. Penggalian ide dengan  teknik ini bermula
dari pemikiran Osborn yang menganggap bahwa aliran ide spontan yang muncul dari
banyak orang lebih baik daripada gagasan seorang diri. Brainstorming mengacu pada
penggalian ide berdasarkan kreativitas berpikir manusia. Peserta diskusi bebas
menyampaikan pendapat tanpa rasa takut terhadap kritik dan penilaian sebab selama
tahap pengumpulan ide semua gagasan akan ditampung tanpa memberi label ide baik
atau ide buruk. Proses diskusi dan evaluasi baru dimulai ketika semua ide telah tergali
habis dan tidak ada lagi gagasan menarik yang ingin disampaikan oleh anggota
kelompok.    
Selain format kelompok, metode curah gagasan ini juga dapat dilaksanakan
secara individual. Di sini individu bebas mengeksplorasikan ide-idenya yang
dituangkan dalam bentuk mind map. Meskipun cara ini cocok diterapkan bagi pribadi
introvert yang sering kesulitan mengemukakan pendapatnya di muka umum, namun
brainstorming secara kelompok dinilai lebih efektif karena ide dari banyak orang
akan memperluas cakupan pemikiran serta lebih banyak gagasan yang muncul secara
spontan.   

2
B. Tujuan dan Manfaat Brainstorming
a. Tujuan Brainstorming
Brainstorming bertujuan untuk mendapatkan gagasan dan ide-ide baru
dari anggota kelompok dalam waktu yang relatif singkat tanpa adanya sifat
kritis yang ketat.
b. Manfaat Brainstorming
Sedangkan manfaat yang bisa diperoleh oleh suatu tim kerja yang
melakukan teknik brainstorming, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Mengidentifikasi masalah
Teknik brainstorming cukup efektif untuk menyelidiki sebab akibat
terjadinya masalah karena masing-masing peserta diskusi akan
mengeksplorasi faktor-faktor pemicu masalah. Setelah semua peserta
mengutarakan gagasannya mediator bisa menarik kesimpulan penyebab
permasalahan tersebut. 
2.      Menganalisis situasi
Peserta diskusi akan menganalisis permasalahan dan situasi yang
dihadapi oleh tim kerja tersebut saat ini.
3.      Mengalirkan ide-ide baru
Manfaat utama dari teknik brainstorming adalah mendapatkan ide
sebanyak mungkin dari para anggota. Semua peserta bebas
menyampaikan ide kreatif tanpa dibatasi oleh aturan-aturan tertentu.
4.      Menganalisis ide-ide
Aliran ide-ide segar dan inovatif dari peserta diskusi akan dianalisis
dalam sebuah diskusi lanjutan. Panel diskusi kemudian akan membahas
ide-ide mana saja yang relevan dan dapat diterapkan untuk mengatasi
masalah tersebut.
5.      Menentukan alternatif pemecahan masalah
Panel diskusi menentukan alternatif pemecahan masalah berdasarkan ide-
ide yang telah disepakati bersama. 

3
6.      Merencanakan langkah-langkah dan kegiatan yang akan dilakukan
untuk memperbaiki masalah
Salah satu manfaat dari teknik ini adalah untuk menyusun langkah-
langkah berikutnya sebagai upaya perbaikan masalah. Panel diskusi dapat
merumuskan perencanaan jangka panjang berdasarkan curah gagasan
atau sumbang saran dari peserta brainstorming.

C. Karakteristik Brainstorming
Saat ada permasalahan yang memerlukan solusi cemerlang atau saat
merencanakan ide kegiatan yang menarik, teknik brainstorming sangat efektif
digunakan. Namun, banyak yang kurang memahami point penting yang merupakan
nilai lebih penggunaan metode brainstorming. Berikut ini 7 (tujuh) karakteristik
dalam brainstorming:
1. Ide Tanpa Batas
Dalam mengumpulkan ide-ide dari kelompok, semua pendapat diterima. Tak ada
yang boleh mengkritik, menyanggah atau melewatkan satu ide pun. Segila apapun ide
itu, entah logis atau tidak logis, semua diterima. Jangan biarkan satu orangpun ragu
untuk mengungkapkan setiap ide yang terlintas di kepala mereka. Siapa tahu solusi
jitu yang dicari berawal dari sebuah ide yang dianggap aneh atau tak masuk akal.
2.      Batasi Waktu
Waktu yang terbatas akan membuat pikiran bekerja lebih keras. Batasi proses
brainstorming dengan singkat, sekitar 10 sampai 20 menit. Pastikan brainstorming
dimulai dan diakhiri tepat waktu. Singkatnya waktu juga penting untuk mengurangi
candaan yang tidak perlu, meskipun tidak dilarang. Karena ide cemerlang kadang
keluar saat kita mencari ide yang konyol untuk bercanda.
3.      Catat
Yang tak boleh tertinggal dalam brainstorming adalah satu orang yang cukup cekatan
untuk mencatat semuanya. Semua usulan yang masuk wajib dicatat. Lebih baik jika
catatan dibuat dengan model “mind maping” sehingga pada akhirnya mudah di riview

4
dan diambil kesimpulan. Jangan ragu untuk mencatat dengan alat yang paling kamu
anggap efektif. Misalnya white board, lembaran kertas kecil, notebook, atau bahkan
merekamnya.
4.      Utamakan Kuantitas, Bukan Kualitas
Tujuan utama brainstorming adalah mencari ide sebanyak mungkin. Jangan berhenti
sejenak untuk melihat dan menilai ide-ide yang telah terkumpul. Prinsipnya, semakin
banyak ide yang masuk, semakin besar kemungkinan salah satu dari ide-ide itu adalah
solusi yang paling cemerlang.
5.      Gunakan Kedua Belah Otak
Orang yang sedang berpikir serius biasanya hanya menggunaka otak kiri. Di sisi lain,
ide kreatif memerlukan otak kanan. Itulah pentingnya tak ada larangan untuk
bercanda, asal porsinya tak terlalu banyak. Cara mencatat ide yang terkumpul dengan
pena berwarna dan format menarik juga merangsang kerja otak kanan kita.
6.      Have Fun
Sangat penting membuat suasana saat brainstorming tetap menyenangkan. Makanya
seorang pemimpin diskusi harus mampu mengawali diskusi dengan sesuatu yang
membuat suasana menyenangkan.
7.      Jangan terlewatkan
Seaneh apapun ide itu, sekalipun seperti tak ada hubungannya dengan masalah yang
dibahas, jika memang terlintas di pikiran jangan sampai tidak disampaikan. Keragu-
raguan untuk mengungkapkan ide yang terlintas akan beresiko membuat ide bagus
terlewatkan.

5
D. Metode Pelaksanaan Brainstorming
Menurut Dra.Roestiyah, (2008:73-75) penggunaan metode ini dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan.
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
tersebut.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut.
5. Menarik kesimpulan.

Brainstorming acapkali diterapkan dalam format diskusi kelompok yang


terdiri dari fasilitator (moderator), recorder (notulen), dan peserta diskusi. Fasilitator
bertugas untuk mengatur aliran ide-ide dari peserta serta memandu jalannya diskusi
itu secara menyeluruh. Sementara itu, recorder akan mencatat semua ide-ide kreatif
yang muncul pada saat sesi brainstorming. Idealnya, jumlah peserta diskusi berkisar
antara 10-12 orang. Apabila peserta diskusi terlalu banyak dikuatirkan akan memakan
waktu yang cukup panjang untuk menggali ide-ide dari semua peserta.

E. Perbedaan Brainstorming dengan Simposium dan Loka Karya


1. Brainstorming
Brainstorming ialah kegiatan sekelompok orang yang mengemukakan gagasan
baru sebanyak-banyaknya. Brainstorming dapat digunakan untuk mendiskusikan
segala masalah. Brainstorming dilaksanakan apabila kita ingin:
1. menentukan informasi macam apa yang diperlukan dan bagaimana mendapat
informasi tersebut,
2. menentukan kriteria yang tepat untuk menguji tepat tidaknya sebuah gagasan,
3. menentukan gagasan mana yang mungkin dilakukan, dan
4. menentukan pelaksanaan keputusan.

6
2. Simposium
Simposium adalah serangkaian pidato pendek di depan pengunjung dengan
seorang pemimpin. Simposium menampilkan beberapa orang pembicara dan mereka
mengemukakan aspek-aspek pandangan yang berbeda dan topik yang sama. Dapat
juga terjadi, suatu topik persoalan dibagi atas beberapa aspek, kemudian setiap aspek
disoroti tersendiri secara khusus, tidak perlu dari berbagai sudut pandangan.
Pembicara dalam simposium terdiri dari pembicara (pembahas utama) dan
penyanggah (pemrasaran banding), dibawah pimpinan seorang moderator. Pendengar
diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau pendapat setelah pembahas
utama dan penyanggah selesai berbicara. Moderator hanya mengkoordinasikan
jalannya pembicaraan dan meneruskan pertanyaan-pertanyaan, sanggahan atau
pandangan umum dari peserta. Hasil simposium dapat disebar luaskan, terutama dari
pembahas utama dan penyanggah, sedangkan pandangan-pandangan umum yang
dianggap perlu saja. Tujuan dari Simposium:
a. Untuk mengemukakan aspek-aspek yang berbeda dari suatu topik tertentu.
b. Jika kelompok peserta besar.
c. Kalau kelompok membutuhkan keterampilan yang ringkas.
d. Jika ada pembicara yang memenuhi syarat (ahli dalam bidang yang disoroti).

3. Loka Karya
Istilah lain lokakarya adalah workshop. Topik bahasannya diambil dari bidang
tertentu dan dikaji secara mendalam. Peserta biasanya orang yang bergerak dalam
lingkungan kerja yang sejenis atau seprofesi. Tujuan diadakan lokakarya adalah
untuk:
1. mengevaluasi suatu proyek yang sudah dilaksanakan,
2. mengadakan pembaharuan sesuai dengan kebutuhan & tuntutan, dan
3.bertukar pengalaman dengan tujuan lebih meningkatkn kemampuan kerja
masyarakat.

7
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Brainstorming merupakan suatu alat kreatif untuk memecahkan masalah,
menurut arti harfiahnya menuntut penggunaan otak (brain) untuk melakukan
penghancur leburan (to storm) suatu problem. Pada pelaksanaannya brainstorming tak
lain adalah pencatatan semua ide yang dilontarkan atau digagas oleh sekelompok
orang terhadap suatu pertanyaan atau masalah yang disodorkan kehadapan mereka.
Brainstorming dilakukan dengan terpimpin dimana seorang pemimpin yang juga
berfungsi sebagai pengarah menjaga agar supaya respon-respon dari peserta tidak
keluar dari permasalahan yang telah disodorkan kehadapan mereka sebelumnya.
Dalam pelaksanaannya, para peserta diberi kebebasan untuk berfikir kreatif. Hal ini
dilakukan oleh pemandu dengan cara tidak membolehkan adanya pembahasan atau
tanggapan terhadap suatu ide sebelum semua ide dianggap telah dikumpulkan.
Dengan demikian semua ide dianggap sah-sah saja untuk dilontarkan, bahkan ide-ide
yang sangat eksentrik sekalipun.
B. Saran
Dalam proses berjalannya strategi brainstorming dalam kelas Team leader
perlu memberi dorongan, teguran dan arahan kepada peserta untuk membantu
kelancaran proses. Disamping itu, para peserta sendiri dituntut untuk menyadari
prinsip-prinsip aturan main sehingga proses belajar akan berjalan dengan efektif dan
efesien.

8
DAFTAR PUSTAKA

Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta


Sudjana, D. 2001. Metode & Metode Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah
Production.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.
Jakarta:Kencana Prenada Media Grup, 2006.

Anda mungkin juga menyukai