Anda di halaman 1dari 49

PENANAMAN NILAI PANCASILA PADA ANAK USIA DINI

( IDENTITAS DIRI, KESADARAN DIRI, DAN ADAPTASI )

Disusun oleh :
Nita Hartatik
NIM 22117251012
S2 PAUD B

Mata Kuliah : Pengembangan Bahan Ajar Anak Usia Dini


Dosen Pengampu : Dr. Amir Syamsudin, S.Ag., M.Ag.

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Modul bahan ajar penanaman nilai pancasila pada anak usia dini disusun
supaya pembaca memahami lebih dalam dan mengaplikasikan secara baik hal-hal
yang berkaitan dengan nilai pancasila. Untuk mempelajari modul ini terdapat dua
jenis kegiatan belajar, yaitu kegiatan mempelajari materi dan kegiatan berlatih
mengerjakan soal. Dalam rangka mencapai hasil belajar yang optimal, disarankan
membaca referensi lain yang relevan. Referensi tersebut dapat berupa artikel atau
melakukan diskusi dengan teman sejawat. Berikut ini adalah petunjuk penggunaan
modul:
1. Lakukanlah orientasi terdahulu dengan membaca seksama cara penggunaan
yang terdapat dalam modul ini.
2. Bacalah secara cermat keseluruhan materi yang terdapat dalam modul.
3. Buatlah catatan-catatan kecil untuk setiap poin penting.
4. Diskusikan dengan instruktur ataupun teman sejawat jika ada materi yang
belum dipahami.
5. Silahkan menguji diri melalui mengerjakan pelatihan yang terdapat pada
modul.
6. Berdiskusilah dengan teman lain tentang isi modul ini untuk memperdalam
kemampuan anda terkait penanaman nilai pancasila pada anak usia dini.

ii
TUJUAN INSTRUKSIONAL EKSPLISIT DAN SPESIFIK

Secara umum tujuan yang diharapkan dari penyusunan modul bahan ajar ini
adalah agar pembaca memahami materi tentang penanaman nilai pancasila pada
anak usia dini. Sedangkan secara khusus tujuan yang diharapkan dari penyusunan
modul ini adalah agar pembaca dapat:
1. Memahami hakikat nilai pancasila.
2. Memahami penanaman nilai pancasila pada anak usia dini.
3. Memahami tujuan menanamkan nilai pancasila pada anak usia dini.
4. Memahami metode penanaman nilai pancasila pada anak usia dini.
5. Memahami lingkungan pendidikan nilai pancasila pada anak usia dini
6. Memahami penerapan nilai pancasila di sekolah
7. Memahami peran orang tua dalam menanamkan nilai pancasila
8. Memahami tantangan dalam menanamkan nilai pancasila

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i
Petunjuk Penggunaan Modul ................................................................................ ii
Tujuan Instruksional Eksplisit dan Spesifik.......................................................... iii
Daftar Isi................................................................................................................ iv
Daftar Gambar ....................................................................................................... v
Daftar Tabel .......................................................................................................... vi
Peta Konsep ........................................................................................................... vii
BAB I Pendahuluan .............................................................................................. 1
BAB II Kajian Teori.............................................................................................. 3
A. Hakikat nilai pancasila .............................................................................. 3
B. Penanaman nilai pancasila pada anak usia dini......................................... 3
C. Tujuan menanamkan nilai pancasila pada anak usia dini ......................... 9
D. Metode penanaman nilai pancasila pada anak usia dini ........................... 10
E. Lingkungan pendidikan nilai pancasila pada anak usia dini ..................... 12
F. Penerapan nilai pancasila di sekolah ......................................................... 15
G. Peran orang tua dalam menanamkan nilai pancasila................................. 17
H. Tantangan dalam menanamkan nilai pancasila ......................................... 18
BAB III Penutup ................................................................................................... 20
A. Kesimpulan ............................................................................................... 20
B. Saran .......................................................................................................... 21
Soal Evaluasi ......................................................................................................... 22
Kunci Jawaban ...................................................................................................... 34
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 41

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Konsep Penanaman Nilai Pancasila pada Anak Usia Dini.......... vii

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi soal bahan ajar nilai pancasila pendidikan anak usia dini ........ 22
Tabel 2. Kunci jawaban soal pilihan ganda .......................................................... 34
Tabel 3. Kunci jawaban soal C1-C6 ..................................................................... 36
Tabel 4. Evaluasi kualitas soal bahan ajar ............................................................ 37
Tabel 5. Evaluasi kualitas soal pilihan ganda ....................................................... 39

vi
PETA KONSEP

nilai dasar
Hakikat nilai
pancasila nilai instrumental
nilai psikis

Identitas dirinya terbentuk dari berbagai


karakteristik, termasuk gender, minat, agama,
sosial, dan budaya
Penanaman nilai
pancasila untuk
Kesadaran diri bahwa setiap orang memiliki
anak usia dini karakteristik dan kebiasaan yang berbeda
Tujuan
menanamkan nilai Menyesuaikan diri dengan lingkungan
pancasila untuk
anak usia dini bermain
bercerita
demonstrasi
Metode
menanamkan nilai bercakap-cakap
Nilai Pancasila pancasila untuk
anak usia dini bermain peran
pembiasaan
bernyanyi
karyawisata

Lingkungan keluarga
pendidikan nilai
pancasila pada sekolah
anak usia dini masyarakat

Penerapan nilai pancasila di sekolah

Peran orang tua dalam menanamkan nilai pancasila

Tantangan dalam menanamkan nilai pancasila

Gambar 1. Peta Konsep Penanaman Nilai Pancasil Pada Anak Usia Dini

vii
BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan memiliki peran utama dalam pembentukan pribadi manusia.


Sedangkan pribadi sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya tingkah
laku manusia dalam ukuran normatif. Reformasi pendidikan merupakan respon
terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk
mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya
manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang terus berkembang.
Pada era globalisasi ini manusia juga dihadapkan pada kemajuan informasi,
teknologi, komunikasi dan lain sebagainya yang menjadikan kita sangat mudah bila
ingin mengetahui sesuatu yang terjadi di belahan bumi lainnya. Disinilah titik
terberat bagi bangsa Indonesia dimana zaman mulai maju dan anak-anak bisa
mendapatkan informasi dengan mudah, dampaknya terjadilah krisis moralitas dan
banyaknya kejahatan yang dipicu karena penggunaan dan pemanfaatan teknologi
yang tidak semestinya. Maka pemerintah mengadakan pendidikan karakter bagi
siswa-siswa untuk meminimalisir penyalahgunaan teknologi.
Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita – cita bangsa Indonesia
dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi
bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter inipun
diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia emas
tahun 2025.
Pendidikan karakter sangatlah penting bagi bangsa Indonesia, tidak hanya
pada orang dewasa saja, mulai dari sekarang anak-anak usia dini-pun mulai
diajarkan pendidikan karakter karena anak-anak merupakan kader penerus bangsa
yang belum sepenuhnya merasakan globalisasi. Sebagai salah satu bagian dari
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, Taman Kanak-Kanak
mempunyai peranan penting dalam mengembangkan berbagai aspek
perkembangan yang berkaitan dengan kognitif, fisik motorik, sosial emosional,

1
bahasa, nilai agama moral, dan juga seni. Kegiatan yang ada di Taman Kanak-
Kanak diharapkan mampu memberikan rangsangan dan motivasi belajar sehingga
potensi peserta didik dapat berkembang secara optimal.
Dalam upaya pendidikan, stimulasi dini sangat diperlukan guna
memberikan rangsangan terhadap perkembangan seluruh aspek anak, yang
mencakup penanaman nilai– nilai dasar (agama dan budi pekerti), pembentukan
sikap (disiplin dan kemandirian), dan perkembangan kemampuan dasar (bahasa,
fisik motorik, kognitif, sosial emosional). Dalam hal ini penanaman nilai-nilai dasar
dan juga pembentukan sikap (karakter) merupakan hal yang harus dikembangkan
pada anak usia dini.
Ada beberapa kegiatan yang dapat menanamkan pendidikan karakter pada
anak usia dini melalui kegiatan bercerita, bersajak, bernyanyi dan lain sebagainya.
Dengan demikian anak akan selalu ingat pesan-pesan yang diterimanya. Rata-rata
anak–anak yang berusia 3 tahun ke atas sudah mampu berinteraksi dan
berkomunikasi dengan baik, biasanya anak-anak pada masa ini sangat senang
berbicara dan menirukan apa yang mereka liat maupun yang mereka dengar. Pada
usia 4-6 tahun anak-anak mulai mengenyam pendidikan di Taman Kanak-Kanak.
Pada masa keemasan ini anak-anak sangat cocok apabila diajarkan tentang tata
karma, norma sosial budaya dan pendidikan karakter.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Nilai Pancasila
Secara etimologis, Pancasila berasal dari bahasa Sansakerta. Panca
artinya lima, sedangkan sila artinya dasar, sendi, atau unsur. Jadi, Pancasila
mengandung arti lima dasar, lima sendi, atau lima unsur (Sulaiman, 2015).
Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai yang dikandung Pancasila baik dalam
kedudukan sebagai dasar dan ideologi negara maupun sebagai falsafah negara
dalam arti pandangan hidup bangsa. Nilai-nilai Pancasila tersebut meliputi
(Nany S, 2009) :
1. Nilai dasar yang berupa nilai yang tetap dan tidak dapat berubah yang
rumusannya terdapat dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 yang berupa
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan yang
sekaligus merupakan hakikat Pancasila.
2. Nilai instrumental merupakan arah, kebijakan, strategi, sarana dan upaya
yang dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta perkembangan
jaman.
3. Nilai psikis adalah nilai yang dilaksanakan dan dipraktekkan dalam
kehidupan konkrit.

B. Menanamkan Nilai Pancasila Pada Anak Usia Dini


Pendidikan anak usia dini sangat diperlukan dengan tujuan untuk
mengembangkan seluruh potensi anak agar kelak dapat berfungsi sebagai
manusia yang utuh sesuai falsafah suatu bangsa. Untuk itu, nilai-nilai Pancasila
perlu ditanamkan pada anak terutama pada sejak usia dini. Hal ini disebabkan
karena anak pada usia dini pada dasarnya masih lunak dan mudah dibimbing
daripada anak yang sudah remaja. Kepribadian anak usia dini masih labil.
Mereka sering meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa maupun orang
yang sudah tua (Nany S, 2009).

3
Penanaman nilai pancasila pada anak usia dini meliputi kegiatan
pengenalan identitas diri, mengetahui kebiasaan di keluarga, sekolah, dan
masyarakat, mengetahui dirinya merupakan bagian dari warga Indonesia, serta
mengetahui keberadaan negara lain di dunia, yang mencakup : (1) Identitas
dirinya terbentuk dari berbagai karakteristik, termasuk gender, minat, agama,
sosial, dan budaya; (2) Kesadaran diri bahwa setiap orang memiliki
karakteristik dan kebiasaan yang berbeda; (3) Menyesuaikan diri dengan
lingkungan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan pemahaman di setiap
lingkungan memiliki kebiasaan, aturan yang berbeda, yang perlu diketahui dan
dihargai agar dirinya lebih terampil dalam melakukan kegiatan sehari-hari; (4)
Peran sebagai diri, anggota keluarga, warga sekolah, warga masyarakat, dan
warga negara sebagai fondasi dalam pengenalan hak, tanggung jawab, dan
peduli pada sesama, lingkungan, seni, budaya, dan menjaga kelestariannya; (5)
Identitas kenegaraan melalui pengenalan simbol, antara lain: bahasa, bendera,
lambang negara, lagu kebangsaan, dan informasi lainnya tentang Indonesia dan
negara lain (Kemendikbudristek, 2021).

1. Identitas dirinya terbentuk dari berbagai karakteristik, termasuk gender,


minat, agama, sosial, dan budaya.
“Diri” atau self adalah sebuah sistem tentang persepsi yang terus
berubah yang dibentuk dan dipertahankan dalam komunikasi dengan
orang lain dan dengan diri kita sendiri (Wood, 2011). Pengertian ini
menekankan bahwa self adalah proses. Pada masa golden age anak yakni
0-6 tahun, anak-anak belum memahami benar siapa diri mereka. Mereka
baru memasuki ranah mengenal nama sebagai identitas diri mereka untuk
membedakan diri mereka dari anak-anak lain yang seumur (Putri, 2012).
Berbagai faktor yang memengaruhi pembentukan konsep diri
dimulai dari age, appearance, education, relationships, sexual orientation,
emotional maturity, gender, culture, dan life experiences. Pada anak usia
dini, hanya beberapa faktor yang memengaruhi pembentukan konsep diri
yaitu usia, penampilan, pendidikan, hubungan, dan jenis kelamin. Untuk
faktor lainnya seperti orientasi seksual, kedewasaan emosi, kebudayaan

4
dan pengalaman hidup akan dilalui oleh anak usia dini ketika menjalani
proses kedewasaan di lingkungan keluarga dan masyarakat sosial yang
lebih luas (Putri, 2012).

a. Gender
Gender adalah suatu konsep yang mengidentifikasi perbedaan laki-
laki dan perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial dan budaya
(Hadianti, 2014).
b. Minat
Minat adalah suatu pemusatan perhatian yang mengandung unsur-
unsur perasaan, kesenangan, kecenderungan hati, keinginan yang
tidak disengaja yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari luar
(lingkungan). Minat merupakan berbagai usaha yang dilakukan
sehingga seseorang melakukan sesuatu. Bila dihubungkan dengan
proses belajar, maka minat dapat diartikan sebagai keseluruhan daya
penggerak untuk melakukan kegiatan belajar (Anchru P., 2019).
c. Agama
Agama dalam arti sempit dimaknai sebagai segala hal yang
berhubungan dengan keyakinan religius dan bersifat spiritual.
Pembahasan mengenai agama masih menjadi hal yang cukup sensitif,
meskipun kini kesadaran mengenai pentingnya topik ini dibahas di
depan umum dalam berbagai perspektif sudah banyak bermunculan.
Pembahasan mengenai arti agama telah lama menjadi bahan diskusi
diantara teolog, antropolog, dan sosiolog (Fauzi, 2017).
d. Sosial
Seseorang akan berinteraksi dengan banyak kelompok yang berbeda
sehingga orang tersebut akan memiliki beberapa kelompok referensi
yang berbeda. Komunikasi memiliki peran yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Komunikasi merupakan medium penting bagi
pembentukan atau pengembangan pribadi dalam kontak sosial.
Melalui Komunikasi kita tumbuh dan belajar, menemukan pribadi kita
dan orang lain, bergaul, bersahabat, mencintai atau mengasihi orang

5
lain, dan sebagainya. Hasil dari komunikasi kita dengan orang lain
akan menghasilkan ide, pertukaran informasi, pengalaman,
menambah pengetahuan, dan sebagainya (Putri, 2012).
e. Budaya
Secara etimologis, kata budaya atau kebudayaan yang terdapat dalam
khazanah bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yaitu
buddhayah. Kata tersebut merupakan bentuk jamak dari kata
Sansekerta buddhi yang berarti budi atau akal. Secara umum, kata
tersebut juga dapat diartikan sebagai “hal-hal yang berkaitan dengan
budi dan akal manusia” (Tjahyadi et al., 2020).
2. Kesadaran diri bahwa setiap orang memiliki karakteristik dan kebiasaan
yang berbeda.
Kesadaran diri adalah mengerti dan memahami siapa diri kita,
bagaimana menjadi diri sendiri, apa potensi yang kita miliki, gaya apa
yang kita miliki, apa langkah-langkah yang kita ambil, apa yang dirasakan,
nilai-nilai apa yang kita miliki dan yakini, kearah mana perkembangan
yang akan kita tuju (Fadillah et al., 2021).
Indonesia merupakan negara multikultural. Multikulturalisme
merupakan konsep di mana komunitas dalam konteks kebangsaan dapat
mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, ras, suku,
etnis, dan agama. Sebuah konsep yang memberikan pemahaman bahwa
sebuah bangsa yang plural dan majemuk adalah bangsa yang dipenuhi
dengan budaya-budaya yang beragam atau multikultural. Bangsa yang
multikultural adalah bangsa yang kelompok-kelompok etnik atau budaya
(ethnic and cultural groups)-nya yang ada dapat hidup berdampingan
secara damai dalam prinsip co-existensi yang ditandai oleh kesediaan
untuk menghormati budaya lain (Ubaidillah, 2016).
Indonesia merupakan suatu kesatuan wilayah laut yang di
dalamnya terdapat ribuan pulau. Keanekaragamaan Indonesia meliputi
kondisi geografi yang berupa negara kepulauan yang berisi dengan
keanekaragaman sumber daya alam : flora, fauna, dan mineral dan gas, dan

6
beraneka suku bangsa yang mendiami dari Sabang sampai Merauke.
Selain itu keanekaragaman dari aspek agama, sosial-budaya, dan bahasa.
Keanekaragaman yang ada merupakan mozaik yang membentuk bangunan
kesatuan yaitu bangsa Indonesia. Oleh karena itu memahami bangsa
Indonesia harus memahami tentang mozaik keanekaragaman yang
membentuk sebuah kesatuan (Ubaidillah, 2016).
Menanamkan wawasan kebangsaan kepada anak usia dini sangat
bermanfaat dalam membentuk karakter anak. Pembekalan wawasan
kebangsaan dapat dimulai pada pendidikan anak usia dini. Usia 0-6 tahun
adalah usia emas bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Model
pendidikan berwawasan kebangsaan berpengaruh positif untuk
membentuk prilaku anak usia dini, sehinggah memiliki karakter
kebangsaan hingga trcapainya ketahanan pribadi anak. Serta dapat
mengembangkan sikap nasionalisme dalam menghadapi era globalisasi.
Dan pendidikan berwawasan kebangsaan ini dihrapkan dapat
mempersiapkan mereka kelak sebagai manusia-manusia yang mempunyai
identitas di dalam masyarakat lokal, sekaligus mempunyai visi untuk
membangun dunia bersama budaya global (Ubaidillah, 2016).
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan (keluarga, sekolah, dan
masyarakat) dan pemahaman di setiap lingkungan memiliki kebiasaan,
aturan yang berbeda, yang perlu diketahui dan dihargai agar dirinya lebih
terampil dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Penyesuaian diri diartikan mengubah diri sesuai dengan
lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan lingkungan
sendiri. Penyesuaian diri adalah proses kecakapan mental dan tingkah laku
seseorang dalam menghadapi tuntutan-tuntutan baik dari dalam diri sendiri
maupun dari lingkungannya. Saat anak mulai sekolah, mereka pasti akan
berhadapan dengan banyak permintaan baru, tantangan baru, mempelajari
sekolah baru, harapan guru, dan terlebih lagi penerimaan lingkungan
sekolah terutama teman baru untuk dapat menjadi bagian dari kelompok
teman sebaya yang baru. Oleh karena itu penyesuaian diri merupakan salah

7
satu hal yang penting dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam
berkelompok memenuhi tuntutan lingkungan sekitarnya (Susanti &
Widuri, 2013).
Lingkungan pendidikan terdiri atas tiga macam, yaitu : lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan
keluarga merupakan lingkungan pendidikan serta pendidik yang pertama
dan utama bagi anak, karena dari keluargalah anak dilahirkan, kemudian
berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan
keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh kembangnya watak, budi
pekerti, dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan dalam keluarga
yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan
selanjutnya di sekolah atau di masyarakat. Tugas dan tanggung jawab
orangtua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anak lebih bersifat
pembentukan watak dan budi pekerti, serta latihan keterampilan dan
pendidikan sosial (Susanti & Widuri, 2013).
Meskipun keluarga merupakan lingkungan pertama dalam proses
pendidikan, namun tidak semua pendidikan dapat dilaksanakan oleh
keluarga, terutama dalam ilmu pengetahuan dan berbagai macam
ketrampilan. Oleh karena itu, anak dimasukkan ke sekolah. Anak
prasekolah dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan berbagai
orang dari berbagai tatanan, yaitu keluarga, sekolah, dan teman sebaya,
namun pada kenyataannya sangat berlainan (Susanti & Widuri, 2013).
Selanjutnya adalah lingkungan masyarakat. Dalam konteks
pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan yang paling luas dan
menantang. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat dimulai ketika
anak - anak untuk beberapa waktu lepas dari asuhan keluarga dan berada
di luar pendidikan sekolah. Dengan demikian, pengaruh lingkungan
tampaknya lebih luas. Corak dan ragam pendidikan yang dialami
seseorang dalam masyarakat meliputi segala bidang, baik pembentukan
kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan minat,
maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan (Halima & Kiromi, n.d.).

8
Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat
individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan
itu mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya,
keluarga, sekolah, teman, atau masyarakat luas secara umum. Dalam hal
ini individu dan masyarakat sebenarnya sama-sama memberikan dampak
bagi komunitas, individu berbagai informasi, budaya dan adat istiadat yang
ada, sementara komunitas (masyarakat) diperkaya oleh eksistensi atau
karya yang diberikan oleh seorang individu. Apa yang diserap atau
dipelajari individu dalam proses interaksi dengan masyarakat masih belum
cukup untuk menyempurnakan penyesuaian sosial yang memungkinkan
individu untuk mencapai penyesuaian pribadi dan sosial dengan cukup
baik (Susanti & Widuri, 2013).
Proses berikutnya yang harus dilakukan individu dalam
penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma-norma dan
peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya punya
aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan, norma, atau nilai-nilai
tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok. Ada lima
faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri (Susanti & Widuri, 2013) :
a. Sifat dasar
b. Lingkungan prenatal
c. Perbedaan individu
d. Lingkungan
e. Motivasi

C. Tujuan Menanamkan Nilai Pancasila Pada Anak


Tujuan pembentukan moral yang sesuai dengan nilai Pancasila perlu
ditanamkan pada anak sejak usia dini adalah (Nany S, 2009) :
1. Untuk mempersiapkan anak sedini mungkin dalam mengembangkan sikap
dan perilaku yang didasari nilai-nilai Pancasila.
2. Munculnya dampak positif yang berkembang seperti akal pikiran, akhlak,
dan kemampuan sosialisasinya.

9
3. Untuk mempersiapkan agar tumbuh menjadi anak yang bermoral yang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang diharapkan bangsa.
4. Melahirkan generasi bangsa yang bermoral.

D. Metode Penanaman Nilai Pancasila Pada Anak Usia Dini


Metode yang dapat digunakan untuk menanamkan nilai Pancasila pada
anak usia dini di sekolah yaitu antara lain dengan (Amu & Tampi, 2021) :
1. Metode Bermain
Dengan bermain, anak secara tidak langsung telah tertanam nilai-nilai
Pancasila, seperti kebersamaan atau persatuan, keadilan, kejujuran,
kebenaran serta menolong orang lain. Nilai tersebut dapat dilihat pada cara
bermain mereka. Apabila ada teman lain yang jatuh dan terluka, mereka
pasti akan menolongnya. Contoh lain yang dilakukan adalah anak-anak
bermain bersama tanpa membedakan-bedakan dari segi SARA, latar
belakang sosial dan ekonomi, selesai bermain bekerja sama mengatur dan
merapikan dan menyimpan kembali main yang digunakan. Adapun contoh
bermain yang sering dilaksanakan untuk menanamkan nilai Pancasila
antara lain, menyusun balok atau puzzle, mencari teman, mencari
pasangan, sepak bola kecil, lempar tangkap bola, lompat tali, dan
permainan tradisional lainnya. Alat-alat permainan ada yang dibuat sendiri
oleh guru dan ada yang sudah tersedia di sekolah.
2. Metode Bercerita
Metode bercerita adalah penyampaian atau penyajian materi pembelajaran
secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak. Untuk menjelaskan
cerita supaya dapat dipahami dan dimengerti anak guru menggunakan
media terutama media gambar seperti gambar pahlawan, gambar lambang
negara. Gambar rumah dan baju adat, gambar orang sedang berwudhu dan
sholat, gambar binatang (Cerita Kancil dan Buaya) dan lain-lain.
3. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah menunjukkan, mengerjakan, dan menjelaskan
cara-cara mengerjakan sesuatu. Metode demonstrasi yang dapat dilakukan

10
antara lain adalah menunjukkan tata cara berwudhu, serta gerakan-gerakan
dalam sholat. Demonstrasi tentang cara menyebrangkan orang tua di jalan.
4. Metode Bercakap-cakap
Metode bercakap-cakap berupa kegiatan bercakap-cakap atau bertanya
jawab antara anak dengan guru atau atau antara anak dengan anak. Teknik
bercakap-cakap sering dilaksanakan dalam bentuk bercakap-cakap bebas,
bercakap-cakap menurut tema, dan bercakap-cakap berdasarkan gambar
seri.
5. Metode Bermain Peran
Metode bermain peran atau sosiodrama adalah cara memberikan
pengalaman kepada anak melalui bermain peran yakni anak diminta
memainkan peran tertentu dalam suatu permainan.
6. Metode Pembiasaan
Metode pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara teratur
dan berkesinambungan untuk melatih anak memiliki kebiasaan-kebiasaan
tertentu yang umumnya berhubungan dengan pengembangan kepribadian
anak seperti, emosi, disiplin, budi pekerti, kemandirian, penyesuaian diri,
hidup bermasyarakat. Rasa cinta tanah air ditanamkan kepada anak sejak
usia dini melalui misalnya dengan upacara sederhana setiap hari Senin
dengan hormat bendera merah putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya
dan mengucapkan Pancasila. Kegiatan lain adalah memperingati hari besar
nasional dengan kegiatan lomba atau pentas budaya, mengenalkan aneka
kebudayaan bangsa secara sederhana seperti tari daerah, lagu daerah. Hal
lain yang dibiasakan pada anak dengan memelihara lingkungan bersih
dengan membuang sampah di tempat sampah.
7. Metode Bernyanyi
Metode menyanyi adalah metode pembelajaran anak usia dini yang
menggunakan media nyanyian sebagai wahana belajar anak.
8. Metode Karyawisata
Karyawisata merupakan salah satu metode melaksanakan kegiatan
pengajaran di taman kanak-kanak dengan cara mengamati dunia sesuai

11
degnan kenyataan yang ada secara langsung yang meliputi manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda lainnya.

E. Lingkungan Pendidikan Nilai Pancasila pada Anak Usia Dini


1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dalam proses
pendidikan. Orangtua berperan utama dalam menanamkan nilai-nilai
Pancasila pada anaknya. Karena orangtua berpengaruh yang paling besar
terhadap perkembangan seorang anak, sehingga orangtua harus berhati-
hati ketika akan melakukan sesuatu. Jangan sampai anak meniru hal-hal
yang tidak baik dari orang tuanya (Nany S, 2009).
Penanaman nilai-nilai termasuk nilai Pancasila di lingkungan
keluarga utamanya dilakukan melalui keteladan dan pembiasaan. Hal ini
dilakukan mengingat anak usia dini merupakan peniru ulung dan belum
dapat berfikir abstrak. Anak memilki mimik yang natural dan aktor yang
berbakat. Mereka dapat meniru perilaku dan model alami serta memainkan
peran dari orang lain. Orang dewasa yang peduli dengan perkembangan
ketrampilan sosial anak harus menunjukkan sebagai model yang positif
dan pada saat yang sama struktur lingkungan memberikan kesempatan
pada anak untuk mempelajari bagaimana tindakan dan perasaan orang lain
(Ariani, 2019).
Setelah keteladanan dan pembiasaan itu berjalan dan terlaksana
dan mejadi rutinitas keluarga maka nilai-nilai pancasila itu akan
membudaya dan menjadi ciri khas dalam pembentukan sikap dan moral
anggota keluarga. Keluarga yang baik adalah keluarga yang mampu
memiliki fungsi kontrol dan keteladanan dalam melaksanakan nilai-nilai
luhur pancasila tersebut. Sehingga pada akhirnya akan terwujud manusia
sebagai anggota keluarga yang pancasilais dan keluarga yang pancasilais
juga dengan penerapan nilai-nilai pancasila dalam aspek kehidupannya
sehari-hari (Ariani, 2019).

12
Selain itu, orangtua juga bisa mengajarkan pada anak dengan cara
memberikan pengertian pada anak bahwa kita sebagai manusia harus
menghargai orang lain. Selain itu, anak juga perlu diberi penjelasan
bagaimana kita menghargai orang yang lebih muda, yang sebaya dan yang
lebih tua. Orangtua menjelaskan bila dengan yang lebih muda harus saling
menyayangi, dengan yang sebaya harus saling menghargai, dan yang lebih
tua harus menghormati (Nany S, 2009).
Contoh kegiatan pembiasaan dan keteladanan yang dapat
dilakukan, misalnya (Ariani, 2019) :
a. Membiasakan anak bangun pagi, mengatur tempat tidur dan
berolahraga.
b. Membiasakan anak mandi dan berpakaian bersih.
c. Membiasakan anak turut membantu mengerjakan tugas–tugas rumah.
d. Membiasakan anak mengatur dan memelihara barang–barang yang
dimilikinya.
e. Membiasakan dan mendampingi anak belajar/mengulang pelajaran/
mengerjakan tugas sekolahnya.
f. Membiasakan anak pamit jika keluar rumah.
g. Membiasakan anak mengucap salam saat keluar dari dan pulang ke
rumah.
h. Menerapkan pelaksanaan ibadah shalat sendiri dan berjamaah.
i. Mengadakan pengajian Alquran dan ceramah agama dalam keluarga.
j. Menerapkan musyawarah dan mufakat dalam keluarga sehingga
dalam diri anak akan tumbuh jiwa demokratis.
k. Membiasakan anak bersikap sopan santun kepada orang tua dan tamu.
l. Membiasakan anak menyantuni anak yatim dan fakir miskin.

2. Lingkungan Sekolah
Tidak semua pendidikan dapat dilaksanakan oleh keluarga,
terutama dalam ilmu pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan. Oleh
karena itu, anak dimasukkan ke sekolah. Seiring dengan perkembangan
peradaban manusia, sekolah telah mencapai posisi yang sangat sentral

13
dalam pendidikan keluarga karena pendidikan telah berimbas pola pikir
ekonomi, budaya, politik, seni, dan lainnya. Kegiatan penanaman nilai
Pancasila yang dapat dilaksanakan di sekolah antara lain yaitu
memperingati hari besar nasional dengan kegiatan lomba atau pentas
budaya, mengenalkan aneka kebudayaan bangsa secara sederhana dengan
menunjukkan miniatur candi. Yang tidak kalah menariknya adalah
menanamkan rasa cinta tanah air melalui lagu. Dengan menyanyi apalagi
diiringi dengan musik, anak akan merasa senang, gembira serta mudah
hafal dan memahami pesan yang akan disampaikan dari lagu tersebut.
Dengan demikian anak tersebut akan cepat menyerap nilai-nilai Pancasila
tanpa adanya rasa tertekan dan terbebani (Nany S, 2009).
Selain dengan hal tersebut di atas, nilai-nilai Pancasila juga dapat
ditanamkan dengan (Nany S, 2009) :
a. Melingkari kalender pembelajaran dihubungkan dengan kalender dan
waktu. Guru menandai tanggal-tanggal pada kalender yang terkait
dengan berbagai kegiatan, seperti hari Kartini, hari kemerdekaan dan
hari pahlawan. Dapat pula yang berkaitan dengan kegiatan
keagamaan, seperti Ramadhan, hari raya Idul Fitri, hari Natal, Nyepi,
dan Waisak.
b. Kunjungan Umumnya anak senang melihat langsung berbagai
kenyataan yang ada di masyarakat melalui kunjungan. Berbagai
kegiatan kunjungan seperti ke museum perjuangan, museum
dirgantara, perpustakaan, kepolisian yang mampu memberikan
inspirasi untuk mengembangkan cita-citanya.

3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat adalah sebagai kumpulan individu atau kelompok
yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan, dan agama. Di dalamnya
termasuk semua jalinan hubungan yang timbal balik yang berangkat atas
kepentingan bersama, adat, kebiasaan, pola-pola, teknik-teknik, sistem
hidup, undang-undang, institusi, dan semua segi fenomena yang
dirangkum oleh masyarakat dalam pengertian luas dan baru. Dalam

14
konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan yang paling luas
dan menantang. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat dimulai ketika
anak-anak untuk beberapa waktu lepas dari asuhan keluarga dan berada di
luar pendidikan sekolah. Dengan demikian, pengaruh lingkungan
tampaknya lebih luas. Corak dan ragam pendidikan yang dialami
seseorang dalam masyarakat meliputi segala bidang, baik pembentukan
kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan minat,
maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan (Halima & Kiromi, n.d.).

F. Penerapan Nilai Pancasila di Sekolah


Penerapan atau penanaman nilai-nilai setiap butiran pancasila yang
harus diajarkan agar individu memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan
karakter luhur bangsa dan tidak menyimpang dari nilai pancasila yang sesuai
dengan sila-sila dalam pancasila adalah sebagai berikut (Sianturi & Dewi,
2021) :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Selalu tertib dalam menjalankan ibadah.
b. Tidak berbohong kepada guru maupun teman.
c. Bersyukur kepada Tuhan karena memiliki keluarga yang
menyayanginya.
d. Tidak meniru jawaban teman (menyontek) ketika ulangan ataupun
mengerjakan tugas di kelas.
e. Tidak mengganggu teman yang berlainan agama dalam beribadah.
f. Menceritakan suatu kejadian berdasarkan sesuatu yang diketahuinya,
tidak ditambah-tambah ataupun dikurangi.
g. Tidak meniru pekerjaan temannya dalam mengerjakan tugas di rumah.
h. Percaya pada kemampuan sendiri dalam melakukan apapun, karena
Allah sudah memberian kelebihan dan kekurangan kepada setiap
manusia.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
a. Menolong teman yang sedang kesusahan.

15
b. Tidak membeda-bedakan dalam memilih teman.
c. Berbagi makanan dengan teman lain jika sedang makan didepan teman
lain.
d. Mau mengajari teman yang belum paham dengan pelajaran tertentu.
e. Memberikan tempat duduk kepada orang tua, ibu hamil, atau orang
yang lebih membutuhkan saat ada di kendaraan umum.
f. Tidak memaki-maki teman bersalah kepada kita.
g. Meminta maaf atau memaafkan apabila melakukan kesalahan.
h. Hormat dan patuh kepada guru, tidak membentak-bentaknya.
i. Hormat dan patuh kepada orang tua.
3. Persatuan Indonesia
a. Mengikuti upacara bendera dengan tertib.
b. Bergotong royong membersihkan lingkungan sekolah.
c. Tidak berkelahi sesama teman maupun dengan orang lain.
d. Memakai produk-produk dalam negeri.
e. Menghormati setiap teman yang berbeda ras dan budayanya.
f. Bangga menjadi warga negara Indonesia.
g. Tidak sombong dan membangga-banggakan diri sendiri.
h. Mengagumi keunggulan geografis dan kesuburan tanah wilayah
Indonesia.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan.
a. Membiasakan diri bermusyawarah dengan teman-teman dalam
menyelesaikan masalah.
b. Memberikan suara dalam pemilihan.
c. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
d. Menerima kekalahan dengan ikhlas apabila kalah bersaing dengan
teman lain.
e. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

16
f. Berani mengkritik teman, ketua maupun guru yang bertindak semena-
mena.
g. Berani mengemukakan pendapat di depan umum.
h. Melaksanakan segala aturan dan keputusan bersama dengan ikhlas dan
bertanggung jawab.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a. Berlaku adil kepada siapapun.
b. Berbagi makanan kepada teman lain dengan sama rata.
c. Seorang ketua memberikan tugas yang merata dan sesuai dengan
kemampuan anggotanya.
d. Seorang guru memberikan pujian kepada siswa yang rajin dan memberi
nasihat kepada siswa yang malas.
e. Tidak pilih-pilih dalam berteman.
f. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
g. Suka bekerja keras

G. Peran Orang Tua Dalam Menanamkan Nilai Pancasila


Peran orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain
(Ariani, 2019) :
1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya.
2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan
menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak.
3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak.
4. Mewujudkan kepercayaan.
5. Mengadakan kumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak)
Hal ini diawali dengan penanaman nilai-nilai Pancasila, dengan orang
tua sebagai penanggungjawab utama dengan melibatkan anggota keluarga
lainnya. Keluarga merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama dan
merupakan penentu masa depan kehidupan seorang anak (Ariani, 2019).

17
Senada dengan hal tersebut, tugas-tugas dan kewajiban kedua orang tua
sebagai home base dapat dikelompokkan sebagai berikut (Ariani, 2019):
1. Sebagai pemelihara dan pelindung keluarga. Orang tua dituntut untuk
memberikan jaminan material bagi kelangsungan hidup keluarganya.
2. Sebagai pendidik, orang tua berkewajiban untuk memberikan bimbingan
dan pendidikan karena hal ini akan membuat anak akan memperoleh
pengalaman dan dapat mengembangkan diri secara aktif dan optimal.
Apabila anak diarahkan atau dibiasakan dengan perbuatan baik maka anak
akan menjadi baik dan demikian pula sebaliknya.

H. Tantangan Dalam Menanamkan Nilai Pancasila


Tantangan sebagai orang tua tentunya menjadi lebih berat di era digital
ini, karena kemudahan memperoleh informasi, kehadiran orang tua sebagai
pemberi informasi terkesan terabaikan. Misal: anak dapat secara mandiri
mencari informasi yang diperlukannya tanpa harus bertanya pada orang tuanya.
Hal lain yang perlu diwaspadai adalah gempuran budaya asing yang secara tak
langsung mengkikis nilai-nilai budaya Indonesia (Ariani, 2019).
Penanaman nilai-nilai Pancasila sejatinya dapat menyesuaikan
perkembangan di era digital dengan tidak melupakan prinisp-prinsip
pembelajaran anak usia dini. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua
dan anak yang disarikan dari beberapa sumber (Ariani, 2019):
1. Penguatan peran keluarga dan masyarakat dalam memahami Pancasila
secara konseptual dan implementasi. Pancasila dapat dikenalkan melalui
hal-hal sederhana di keseharian. Misal: melalui dongeng, cerita pahlawan,
sejarah perjuangan merebut kemerdekaan, sastra anak, dan permainan
tradisional yang semuanya itu berorientasi menguatkan nasionalisme.
2. Pemanfataan teknologi juga dapat digunakan untuk penanaman Pancasila,
misal: mengenalkan lagu-lagu daerah dan membuat makanan daerah
melalui youtube.
3. Inovasi pembelajaran berbasis e-learning, misal membuat vlog tentang
pelaksanaan hari menggunakan bahasa daerah.

18
4. Pembelajaran bahasa daerah menggunakan aplikasi khusus.
5. Sinergitas keluarga dan sekolah sesuai satuan pendidikan anak dnegan
memanfaatkan media sosial untuk mengontrol dan mengedukasi anak.
Orang tua dan guru dapat memanfaatkannya untuk berkomunikasi dan
sharing informasi tentang perkembangan anak.
6. Keteladanan untuk bijak menggunakan teknologi. Saat berkomunikasi
dengan anak atau keluarga tidak menggunakan gadget, pembiasaan jam
belajar adalah waktu istirahat gadget.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai yang dikandung Pancasila baik
dalam kedudukan sebagai dasar dan ideologi negara maupun sebagai falsafah
negara dalam arti pandangan hidup bangsa. Penanaman nilai pancasila pada
anak usia dini dapat dilakukan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah
maupun lingkungan masyarakat. Tujuan pembentukan moral yang sesuai
dengan nilai Pancasila perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini adalah:
1. Untuk mempersiapkan anak sedini mungkin dalam mengembangkan sikap
dan perilaku yang didasari nilai-nilai Pancasila;
2. Munculnya dampak positif yang berkembang seperti akan pikiran, akhlak,
dan kemampuan sosialisasinya;
3. Untuk mempersiapkan agar tumbuh menjadi anak yang bermoral yang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang diharapkan bangsa; dan
4. Melahirkan generasi bangsa yang bermoral.
Metode yang dapat digunakan untuk mengajarkan nilai pancasila pada
anak usia dini yaitu antara lain :
1. Metode bermain,
2. Metode bercerita,
3. Metode demonstrasi,
4. Metode bercakap-cakap,
5. Metode bermain peran,
6. Metode pembiasaan,
7. Metode bernyanyi,
8. Metode karyawisata.
Tantangan sebagai orang tua tentunya menjadi lebih berat di era digital
ini, karena kemudahan memperoleh informasi, kehadiran orang tua sebagai
pemberi informasi terkesan terabaikan. Penanaman nilai-nilai Pancasila

20
sejatinya dapat menyesuaikan perkembangan di era digital dengan tidak
melupakan prinisp-prinsip pembelajaran anak usia dini.

B. Saran
Saran yang dapat diungkapkan oleh penulis adalah sebagai orangtua
kita wajib mendidik anak, seperti apapun anak kita, nakal maupun yang
tergolong tidak begitu nakal. Dalam mendidik anak, harus memperhatikan
keadaan anak. Karena anak usia dini masih dalam masa pertumbuhan, dia
memiliki kemampuan yang harusdioptimalkan. Untuk itu, orangtua harus
mendidiknya dengan sebenarbenarnya sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, agar
mereka tumbuh menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa.

21
TABEL 1
KISI-KISI SOAL BAHAN AJAR NILAI PANCASILA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Uraian Materi Sub-materi Kisi-kisi Soal Jumlah Soal

Nilai Pancasila Anak Nilai-nilai Pancasila Mengetahui nilai-nilai Pancasila 3


Usia Dini Menanamkan nilai Pancasila Identitas diri (gender, minat, agama, sosial, budaya) 1
pada anak usia dini Kesadaran diri 1
Adaptasi (keluarga, sekolah, masyarakat) 1
Tujuan menanamkan nilai Mengetahui tujuan pembentukan moral yang sesuai dengan nilai 1
Pancasila pada anak Pancasila pada anak sejak usia dini
Metode penanaman nilai Metode bermain 2
Pancasila pada anak usia dini Metode bercerita 1
Metode demonstrasi 1
Metode bercakap-cakap 1
Metode bermain peran 1
Metode pembiasaan 1
Metode bernyanyi 2
Metode karyawisata 1

22
Lingkungan pendidikan nilai Lingkungan keluarga 1
Pancasila pada anak usia dini Lingkungan sekolah 1
Lingkungan masyarakat 1
Penerapan nilai Pancasila di Ketuhanan Yang Maha Esa 1
sekolah Kemanusiaan yang adil dan beradab 1
Persatuan Indonesia 2
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam 2
permusyawaratan perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 1
Peran orang tua dalam Mengetahui peran orang tua dalam mewujudkan kepribadian 1
menanamkan nilai Pancasila anak
Mengetahui tugas dan kewajiban orang tua dalam mewujudkan 1
kepribadian anak
Tantangan dalam menanamkan Mengetahui tantangan dalam menanamkan nilai Pancasila 1
nilai Pancasila

23
Soal pilihan ganda !

1. Rumusan Pancasila yang sah dan benar tercantum dalam…..


a. Alinea I Pembukaan UUD 1945
b. Alinea II Pembukaan UUD 1945
c. Alinea III Pembukaan UUD 1945
d. Alinea IV Pembukaan UUD 1945
e. Batang tubuh UUD 1945

2. Pancasila sebagai dasar menentukan arah, kebijakan, strategi, sarana dan


upaya yang dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta
perkembangan jaman merupakan nilai…..
a. dasar
b. instrumental
c. praktis
d. psikis
e. spiritual

3. Pancasila berkedudukan sebagai pandangan hidup bangsa, artinya….


a. Pancasila menuntun segala gerak langkah dan perilaku masyarakat
dalam hidup berbangsa dan bernegara.
b. Pancasila mendasari segala gerak langkah dan perilaku masyarakat
dalam hidup berbangsa dan bernegara.
c. Pancasila mengatur segala gerak langkah dan perilaku masyarakat
dalam hidup berbangsa dan bernegara.
d. Pancasila mengikuti segala gerak langkah dan perilaku masyarakat
dalam hidup berbangsa dan bernegara.
e. Pancasila memantau segala gerak langkah dan perilaku masyarakat
dalam hidup berbangsa dan bernegara.

4. Berikut merupakan faktor yang memengaruhi pembentukan konsep diri atau


identias diri, kecuali…..

24
a. gender
b. bakat
c. minat
d. usia
e. budaya

5. Bangsa yang multikultural adalah bangsa yang kelompok-kelompok etnik


atau budaya (ethnic and cultural groups)-nya yang ada dapat hidup
berdampingan secara damai dalam prinsip co-existensi yang ditandai oleh
kesediaan untuk…..
a. mengadopsi budaya lain
b. menyatukan berbagai budaya
c. menerima budaya lain sebagai budayanya
d. ikut melaksanakan budaya lain
e. menghormati budaya lain

6. Berikut merupakan faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri,


kecuali…….
a. minat
b. motivasi
c. sifat dasar
d. lingkungan prenatal
e. perbedaan individu

7. Berikut merupakan tujuan pembentukan moral yang sesuai dengan nilai


Pancasila perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini, kecuali…..
a. mempersiapkan anak sedini mungkin dalam mengembangkan sikap
dan perilaku yang didasari nilai-nilai pancasila.
b. munculnya dampak positif yang berkembang seperti akal pikiran,
akhlak, dan kemampuan sosialisasinya.
c. mempersiapkan agar tumbuh menjadi anak yang bermoral yang
sesuai dengan nilai-nilai pancasila yang diharapkan bangsa.

25
d. melahirkan generasi bangsa yang bermoral.
e. membekali anak agar dapat menghafal pancasila dengan baik

8. Permainan tradisional yang dilakukan oleh anak usia dini mencerminkan


budaya dari lingkungan kehidupan anak, terutama dalam konteks
lingkungan…..
a. mikrosistem
b. eksosistem
c. makrosistem
d. mesosistem
e. kronosistem

9. Contoh kegiatan bermain untuk menanamkan nilai kebersamaan atau


persatuan yaitu bermain…..
a. menyusun balok atau puzzle
b. lompat tali
c. sepak bola
d. mobil-mobilan
e. playdough

10. Metode penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan


dalam bentuk cerita dari guru kepada anak merupakan metode……
a. bercerita
b. bercakap-cakap
c. demonstrasi
d. pembiasaan
e. bermain peran

11. Memberikan contoh tata cara berwudhu serta gerakan-gerakan sholat


merupakan contoh metode…….
a. bercerita
b. bercakap-cakap

26
c. demonstrasi
d. pembiasaan
e. bermain peran

12. Kegiatan bertanya jawab antara anak dengan guru atau antara anak dengan
anak merupakan pengertian metode……
a. bercerita
b. bercakap-cakap
c. demonstrasi
d. pembiasaan
e. bermain peran

13. Berikut ini yang bukan merupakan perilaku bermain dalam drama atau
sosiodrama adalah……
a. adanya interaksi
b. kemampuan meniru
c. komunikasi verbal
d. tebak kata
e. kerjasama

14. Kegiatan yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan untuk


melatih anak memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu yang umumnya
berhubungan dengan pengembangan kepribadian anak seperti, emosi,
disiplin, budi pekerti, kemandirian, penyesuaian diri, hidup bermasyarakat,
merupakan metode…..
a. bercerita
b. bercakap-cakap
c. demonstrasi
d. pembiasaan
e. bermain peran

27
15. Berikut adalah beberapa kriteria lagu yang baik untuk anak usia dini,
kecuali....
a. sesuai dengan dunia anak-anak
b. menggunakan bahasa yang sederhana
c. tema lagu sesuai dengan lagu yang sedang viral
d. tema lagu sesuai dengan minat dan kurikulum
e. menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak

16. Ada beberapa bentuk lagu daerah yang dipakai sebagai media ..…. untuk
anak usia dini. Misalnya “Cublak-cublak Suweng” berasal dari Jawa
Tengah, “Pok Ame-ame” berasal dari Betawi.
Manakah istilah yang tepat untuk mengisi titik-titik di atas?
a. visual
b. hiburan
c. bermain
d. sosial
e. audio

17. Melaksanakan kegiatan pengajaran dengan cara mengamati dunia sesuai


dengan kenyataan yang ada secara langsung yang meliputi manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda lainnya, merupakan metode……
a. bercerita
b. bercakap-cakap
c. demonstrasi
d. karyawisata
e. bermain peran

18. Lingkungan pertama dalam proses pendidikan anak adalah……


a. sekolah
b. tetangga
c. keluarga
d. masyarakat

28
e. teman

19. Contoh kegiatan penanaman nilai pancasila yang dapat diterapkan di


lingkungan sekolah yaitu membiasakan anak…….
a. memperingati hari besar nasional
b. bangun pagi, mengatur tempat tidur dan berolahraga.
c. mandi dan berpakaian bersih.
d. turut membantu mengerjakan tugas–tugas rumah.
e. berpamitan jika keluar rumah

20. Berikut yang bukan merupakan pengaruh lingkungan masyarakat terhadap


pendidikan anak usia dini yaitu pembentukan……
a. sikap
b. pembiasaan
c. pengetahuan
d. kesusilaan
e. bakat

21. Berikut merupakan contoh penerapan nilai Pancasila sila pertama yaitu…..
a. mengikuti upacara bendera dengan tertib.
b. tidak mengganggu teman yang sedang beribadah.
c. menolong teman yang sedang kesusahan.
d. tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
e. berbagi makanan kepada teman lain dengan sama rata.

22. Berikut merupakan contoh penerapan nilai Pancasila sila kedua yaitu……
a. tidak berbohong kepada guru maupun teman.
b. tidak memaki-maki teman bersalah kepada kita.
c. tidak berkelahi sesama teman maupun dengan orang lain.
d. tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
e. tidak pilih-pilih dalam berteman

23. Bunyi sila Pancasila yang ketiga adalah......

29
a. Ketuhanan Yang Maha Esa
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

24. Berikut merupakan contoh penerapan nilai Pancasila sila ketiga yaitu……
a. selalu tertib dalam menjalankan kegiatan ibadah.
b. bergotong royong membersihkan lingkungan sekolah.
c. berbagi makanan kepada teman lain dengan sama rata.
d. menolong teman yang sedang dalam kesusahan.
e. berani mengemukakan pendapat di depan umum.

25. Sikap yang harus kita lakukan terhadap hasil keputusan musyawarah
mufakat jika tidak sesuai keinginan kita adalah...
a. tidak melaksanakan karena tidak sesuai keinginan kita.
b. tetap melaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
c. tetap melaksanakan walau dengan hati kecewa.
d. tidak melaksanakannya dengan senang hati.
e. protes dan menolak hasil keputusan yang ditetapkan

26. Berikut merupakan contoh penerapan nilai Pancasila sila keempat


yaitu……
a. tidak berbohong kepada guru maupun teman
b. meminta maaf atau memaafkan apabila melakukan kesalahan
c. bergotong royong membersihkan lingkungan sekolah
d. berani mengemukakan pendapat
e. tidak pilih-pilih dalam berteman

27. Berikut merupakan contoh penerapan nilai Pancasila sila kelima yaitu……
a. tidak mengganggu teman sedang beribadah

30
b. meminta maaf apabila melakukan kesalahan
c. gotong royong membersihkan lingkungan sekolah
d. berani mengemukakan pendapat
e. tidak pilih-pilih dalam berteman

28. Berikut peran orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak, kecuali….
a. kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya.
b. kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah
c. saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak.
d. mewujudkan kepercayaan diantara semua anggota keluarga
e. menuruti semua kemauan dan keinginan yang diminta anak

29. Salah satu tugas dan kewajiban orang tua kepada anak adalah sebagai
pemelihara dan pelindung keluarga. Maksud dari pernyataan tersebut
adalah……
a. orang tua berkewajiban untuk memberikan bimbingan kepada anak
b. kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah
c. saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak.
d. orang tua dituntut untuk memberikan jaminan material bagi
kelangsungan hidup keluarganya
e. orang tua memberikan pendidikan yanag layak kepada anak

30. Penanaman nilai-nilai Pancasila sejatinya dapat menyesuaikan


perkembangan di era digital dengan tidak melupakan prinisp-prinsip
pembelajaran anak usia dini. Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang
tua dan anak antara lain…..
a. membiarkan anak bermain gadget tanpa pengawasan
b. membelikan gadget agar dipandang mampu oleh tetangga.
c. tidak membatasi waktu pemakaian gadget kepada anak.
d. saat berkomunikasi dengan anak atau keluarga tidak menggunakan
gadget
e. memberikan kebebasan kepada anak untuk mengakses media sosial

31
Soal C1-C6 Versi Anderson
(Penerapan Nilai Pancasila – Lingkungan Keluarga)

1. Lingkungan pertama dalam proses pendidikan anak adalah……


a. sekolah
b. tetangga
c. keluarga
d. masyarakat
e. teman

2. Penanaman nilai-nilai termasuk nilai Pancasila di lingkungan keluarga


utamanya dilakukan melalui metode…..
a. pembiasaan
b. bermain peran
c. bernyanyi
d. bercerita
e. demonstrasi

3. Contoh pembiasaan penanaman moral dalam keluarga yaitu…..


a. menolong teman yang terjatuh ketika bermain di halaman kelas
b. membiasakan anak mengucap salam saat keluar dari dan pulang ke
rumah
c. memberikan tempat duduk kepada ibu-ibu ketika naik kendaraan umum
d. membiasakan anak mengikuti kegiatan upacara bendera dengan tertib
e. membiasakan anak mengucap salam saat masuk kelas dan ketika pulang

4. Salah satu tugas dan kewajiban orang tua kepada anak adalah sebagai
pemelihara dan pelindung keluarga. Maksud dari pernyataan tersebut
adalah……
a. orang tua berkewajiban untuk memberikan bimbingan kepada anak
b. kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah

32
c. saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak.
d. orang tua dituntut untuk memberikan jaminan material bagi
kelangsungan hidup keluarganya
e. orang tua memberikan pendidikan yanag layak kepada anak

5. Perhatikan pernyataan berikut!


1. Menerapkan pelaksanaan ibadah shalat sendiri dan berjamaah
2. Menghormati teman yang sedang melaksanakan kegiatan ibadah
3. Menerapkan musyawarah dan mufakat dalam keluarga sehingga
dalam diri anak akan tumbuh jiwa demokratis
4. Tidak pilih-pilih ketika berbagi makanan dengan teman
Dari pernyataan diatas yang merupakan contoh penanaman nilai Pancasila
di lingkungan keluarga yaitu :
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 3
d. 2 dan 4
e. 3 dan 4

6. Berikut yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam menghadapi tantangan
menanamkan nilai Pancasila di era globalisasi adalah….
a. membiarkan anak bermain gadget tanpa pengawasan
b. membelikan gadget agar dipandang mampu oleh tetangga
c. tidak membatasi waktu pemakaian gadget kepada anak
d. menentukan waktu tentang kapan anak boleh bermain gadget
e. memberikan kebebasan kepada anak untuk mengakses medsos

33
TABEL 2. KUNCI JAWABAN SOAL PILIHAN GANDA

NO KUNCI JAWABAN KATEGORI SOAL


1 D Alinea IV Pembukaan UUD 1945 C1.1 : remember-recalling
2 B instrumental C2.1 : understand-interpreting
3 A Pancasila menuntun segala gerak langkah dan C2.7 : understand-explaining
perilaku masyarakat dalam hidup berbangsa dan
bernegara
4 B bakat C2.3 : understand-classifying
5 E menghormati budaya lain C2.1 : understand-interpreting
6 A minat C2.3 : understand-classifying
7 E membekali anak agar dapat menghafal pancasila C2.3 : understand-classifying
dengan baik
8 C makrosistem C2.3 : understand-classifying
9 C sepak bola C2.2 : understand-exemplifying
10 A bercerita C2.1 : understand-interpreting
11 C demonstrasi C2.2 : understand-exemplifying
12 B bercakap-cakap C2.1 : understand-interpreting
13 D tebak kata C2.3 : understand-classifying
14 D pembiasaan C2.1 : understand-interpreting
15 C tema lagu sesuai dengan lagu yang sedang viral C2.3 : understand-classifying
16 C bermain C2.3 : understand-classifying
17 D karyawisata C2.1 : understand-interpreting
18 C keluarga C1.1 : remember-recognizing
19 A memperingati hari besar nasional C3.2 : aplly-implementing
20 E bakat C2.3 : understand-classifying
21 B tidak mengganggu teman yang sedang C3.2: aplly-implementing
beribadah
22 B tidak memaki-maki teman bersalah kepada kita C3.2 : aplly-implementing

34
23 C Persatuan Indonesia C1.2 : remember-recalling
24 B bergotong royong membersihkan lingkungan C3.2 : aplly-implementing
sekolah
25 B tetap melaksanakan dengan penuh tanggung C3.2 : aplly-implementing
jawab
26 D berani mengemukakan pendapat C3.2 : aplly-implementing
27 E tidak pilih-pilih dalam berteman C3.2 : aplly-implementing
28 E menuruti semua kemauan dan keinginan yang C2.2 : understand-exemplifying
diminta anak
29 D orang tua dituntut untuk memberikan jaminan C4.3 : analyze-attributing
material bagi kelangsungan hidup keluarganya
30 D saat berkomunikasi dengan anak atau keluarga C3.2 : aplly-implementing
tidak menggunakan gadget

35
TABEL 3. KUNCI JAWABAN SOAL C1-C6

NO KUNCI JAWABAN KATEGORI SOAL


1 C keluarga C1.1 : remember-recognizing
2 A pembiasaan C2.3 : understand-classifying
3 B membiasakan anak mengucap salam saat keluar C3.2 : apply-implementing
dari dan pulang ke rumah
4 D orang tua dituntut untuk memberikan jaminan C4.3 : analyze-attributing
material bagi kelangsungan hidup keluarganya
5 B 1 dan 3 C5.1 : analyze-checking
6 D menentukan waktu tentang kapan anak boleh C6.2 : create-planning
bermain gadget

36
TABEL 4. EVALUASI KUALITAS SOAL BAHAN AJAR

KATEGORI SOAL
NO POKOK SOAL
C-1 C-2 C-3 C-4 C-5 C-6
1 Rumusan pancasila 1 0 0 0 0 0
2 Nilai Pancasila sebagai dasar menentukan arah, kebijakan, strategi, sarana dan upaya yang dapat 0 1 0 0 0 0
disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta perkembangan jaman
3 Arti kedudukan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa 0 1 0 0 0 0
4 Yang bukan faktor yang memengaruhi pembentukan konsep diri atau identias diri 0 1 0 0 0 0
5 Konsep bangsa multikultural 0 1 0 0 0 0
6 Yang bukan faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri 0 1 0 0 0 0
7 Yang bukan tujuan pembentukan moral yang sesuai dengan nilai Pancasila 0 1 0 0 0 0
8 Konteks lingkungan dalam permainan tradisional anak usia dini 0 1 0 0 0 0
9 Contoh kegiatan bermain untuk menanamkan nilai kebersamaan atau persatuan 0 1 0 0 0 0
10 Metode penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru 0 1 0 0 0 0
kepada anak
11 Metode yang memberikan contoh tata cara berwudhu serta gerakan-gerakan sholat 0 1 0 0 0 0
12 Metode yang merupakan kegiatan bertanya jawab antara anak dengan guru atau antara anak dengan anak 0 1 0 0 0 0
13 Yang bukan perilaku bermain dalam drama atau sosiodrama 0 1 0 0 0 0
14 Metode yang merupakan kegiatan yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan untuk melatih 0 1 0 0 0 0
anak memiliki kebiasaan-kebiasaan tertentu yang umumnya berhubungan dengan pengembangan
kepribadian anak seperti, emosi, disiplin, budi pekerti, kemandirian, penyesuaian diri, hidup
bermasyarakat
15 Yang bukan kriteria lagu yang baik untuk anak usia dini 0 1 0 0 0 0

37
16 Lagu daerah sebagai media apa 0 1 0 0 0 0
17 Metode yang melaksanakan kegiatan pengajaran dengan cara mengamati dunia sesuai dengan kenyataan 0 1 0 0 0 0
yang ada secara langsung yang meliputi manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda lainnya
18 Lingkungan pertama dalam proses pendidikan anak 0 1 0 0 0 0
19 Contoh kegiatan penanaman nilai pancasila yang dapat diterapkan di lingkungan sekolah 0 0 1 0 0 0
20 yang bukan merupakan pengaruh lingkungan masyarakat terhadap pendidikan anak usia dini 0 1 0 0 0 0
21 contoh penerapan nilai Pancasila sila pertama 0 0 1 0 0 0
22 contoh penerapan nilai Pancasila sila kedua 0 0 1 0 0 0
23 Bunyi sila Pancasila yang ketiga 1 0 0 0 0 0
24 contoh penerapan nilai Pancasila sila ketiga 0 0 1 0 0 0
25 Sikap yang harus dilakukan terhadap hasil keputusan musyawarah mufakat 0 0 1 0 0 0
26 contoh penerapan nilai Pancasila sila keempat 0 0 1 0 0 0
27 contoh penerapan nilai Pancasila sila kelima 0 0 1 0 0 0
28 Yang bukan peran orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak 0 1 0 0 0 0
29 Analisis tugas dan kewajiban orang tua kepada anak sebagai pemelihara dan pelindung keluarga 0 0 0 1 0 0
30 yang bisa dilakukan oleh orang tua dan anak dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila di era digital 0 0 1 0 0 0

38
TABEL 5. EVALUASI KUALITAS SOAL PILIHAN GANDA

No Daftar Cocok Analisis Soal Pilihan Ganda S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 S-7 S-8 S-9 S-10 S-11 S-12 S-13 S-14 S-15
1 Pertanyaan sesuai dengan indikator soal (dalam kisi- √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kisi)
2 Pilihan jawaban homogen √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Pilihan jawaban logis ditinjau dari segi materi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Soal hanya memiliki satu jawaban benar √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Pokok soal dirumuskan dengan jelas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6 Pokok soal dan pilihan jawaban adalah pernyataan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
yang diperlukan saja
7 Pokok soal tidak mengarah pada jawaban tertentu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
8 Pokok soal tidak menggunakan pernyataan negatif √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
ganda
9 Panjang pilihan jawaban soal mendekati sama √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 Pilihan jawaban tidak menyatakan "semua pilihan di
atas benar"
11 Pilihan jawaban berupa angka diurutkan dari angka √
kecil ke besar
12 Gambar, Tabel, Grafik dalam soal jelas dan berguna
13 Soal tidak terkait dengan soal sebelumnya √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
14 Soal ditulis sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
15 Soal ditulis menggunakan kosa kata yang mudah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dipahami
16 Soal menggunakan bahasa komunikatif √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
17 Pilihan jawaban tidak mengulang pokok soal √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

39
TABEL 5. EVALUASI KUALITAS SOAL PILIHAN GANDA

No Daftar Cocok Analisis Soal Pilihan Ganda S-16 S-17 S-18 S-19 S-20 S-21 S-22 S-23 S-24 S-25 S-26 S-27 S-28 S-29 S-30
1 Pertanyaan sesuai dengan indikator soal (dalam kisi- √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kisi)
2 Pilihan jawaban homogen √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Pilihan jawaban logis ditinjau dari segi materi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Soal hanya memiliki satu jawaban benar √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 Pokok soal dirumuskan dengan jelas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6 Pokok soal dan pilihan jawaban adalah pernyataan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
yang diperlukan saja
7 Pokok soal tidak mengarah pada jawaban tertentu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
8 Pokok soal tidak menggunakan pernyataan negatif √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
ganda
9 Panjang pilihan jawaban soal mendekati sama √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 Pilihan jawaban tidak menyatakan "semua pilihan di
atas benar"
11 Pilihan jawaban berupa angka diurutkan dari angka
kecil ke besar
12 Gambar, Tabel, Grafik dalam soal jelas dan berguna
13 Soal tidak terkait dengan soal sebelumnya √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
14 Soal ditulis sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
15 Soal ditulis menggunakan kosa kata yang mudah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
dipahami
16 Soal menggunakan bahasa komunikatif √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
17 Pilihan jawaban tidak mengulang pokok soal √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

40
DAFTAR PUSTAKA

Amu, S., & Tampi, F. L. (2021). Metode penanaman nilai-nilai pancasila pada anak
usia dini di taman kanak-kanak kecamatan pinolosian kabupaten bolaang
mongondow selatan. KIDSPEDIA : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1),
2.
Anchru P., A. (2019). Pengembangan minat belajar dalam pembelajaran. Idaarah:
Jurnal Manajemen Pendidikan, 3(2), 205.
https://doi.org/10.24252/idaarah.v3i2.10012
Ariani, F. (2019). Orang tua sebagai penanam nilai pancasila untuk anak usia dini
di era digital. Journal of Early Childhood Education (JECE), 1(2), 60–68.
https://doi.org/10.15408/jece.v1i2.12515
Fadillah, S., Wahyuni, S., & Solomon. (2021). Peningkatan self-swareness snak
usia 5-6 tahun melalui pembelajaran lagu daerah Riau. Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini (PERNIK), 4(1), 100–104. https://jurnal.univpgri-
palembang.ac.id/index.php/pernik/article/view/6801
Fauzi, A. M. (2017). Sosiologi agama (Issue May).
Hadianti, A. N. (2014). Pendidikan gender pada anak usia dini. Jurnal Pendidikan
dan Pemberdayaan Masyarakat, 1(1), 86.
https://doi.org/10.21831/jppm.v1i1.2359
Halima, & Kiromi, I. H. (n.d.). Peranan masyarakat terhadap pentingnya pendidikan
anak usia dini untuk mencetak generasi unggul di dusun penangan desa
sokaan. 155–168.
Kemendikbudristek. (2021). Peraturan menteri pendidikan, kebudayaan, riset, dan
teknologi nomor 7 tahun 2022 tentang standar isi pada pendidikan anak usia
dini, jenjang pendidikan dasar, dan jenjang pendidikan menengah.
jdih.kemdikbud.go.id
Nany S, Y. C. (2009). Menanamkan nilai pancasila pada anak sejak usia dini.
Humanika, 9(1), 107–116.
Putri, D. M. (2012). Pembentukan konsep diri anak usia dini di one earth school
bali. Journal Communication Spectrum, 2(1), 100–117.
http://jurnal.bakrie.ac.id/index.php/Journal_Communication_spectrum/article
/view/41
Sianturi, Y. R. U., & Dewi, D. A. (2021). Penerapan nilai-nilai pancasila dalam
kehidupan sehari-hari dan sebagai pendidikan karakter. Jurnal
Kewarganegaraan, 5(1), 222–231. https://doi.org/10.31316/jk.v5i1.1452
Sulaiman, A. (2015). Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (p. 163). Arfino
Raya.
Susanti, A., & Widuri, E. L. (2013). Penyesuaian diri pada anak ataman kanak-

41
kanak. Emphaty, Jurnal Fakultas Psikologi, 1(1), 16–30.
Tjahyadi, I., Andayani, S., & Wafa, H. (2020). Pengantar teori dan metode
penelitian budaya (A. Sutrisno & N. Hidayati (eds.); 1st ed.). Pagan Press.
http://repository.upm.ac.id/1591/1/PCX - Report PengantR DAN mETODE
_18 PERSEN.pdf
Ubaidillah. (2016). Model pendidikan berwawasan kebangsaan bagi anak usia dini
sebagai sarana integrasi bangsa. 1–23.
Wood, J. T. (2011). Communication mosaics: An introduction to the field of
communication (6th ed.). Wadsworth Cengage Learning.
http://books.google.com/books?id=6DscU5nk74cC&pgis=1

42

Anda mungkin juga menyukai