Anda di halaman 1dari 81

PENGANTAR

HUKUM BISNIS
Pendekatan Dialog Kreatif Partisipatori

Jilid I

Wiyanto, S.Pd.,M.M.

PENERBIT CV. PENA PERSADA

i
Pengantar Hukum Bisnis
Pendekatan Dialog Kreatif Partisipatori

Penulis:
Wiyanto, S.Pd.,M.M.

ISBN : 978-623-6688-53-3

Desain Sampul :
Retnani Nur Briliant

Penata Letak :
Fajar T. Septiono

Penerbit CV. Pena Persada


Redaksi :
Jl. Gerilya No. 292 Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas
Jawa Tengah
Email : penerbit.penapersada@gmail.com
Website : penapersada.com
Phone : (0281) 7771388

Anggota IKAPI
All right reserved

Cetakan pertama: 2020

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang.


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan cara
apapun tanpa izin penerbit.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa atas rahmat dan bimbinganya, serta karunia sehat,
pemikiran yang baik, waktu yang cukup sehingga kami dapat
menyusun dan menyelesaikan Buku Ajar untuk mata kuliah
Pengantar Hukum Bisnis Dengan judul “Pengantar Hukum Bisnis
Dengan Pendekatan Dialog Kreatif Partisipatori” ini dengan baik.
Buku ini merupakan hasil pengembangan penelitian peneliti yang
dibiayai oleh Direktorat Riset Penelitan dan Pengabdian
Masyarakat Kemristek/Badan Riset Inovasi Nasional Tahun
Anggaran 2020.
Tentu sudah kita pahami secara seksama bahwa bisnis
merupakan aktifitas yang tidak dapat dihindari oleh siapa saja
yang tinggal di bumi ini. Sebab, manusia membutuhkan manusia
lainya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Baik berupa
kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Manusia yang satu
menciptakan value yang diwujudkan dalam bentuk produk barang
dan atau jasa sedangkan manusia yang lain menggunakan value
yang diciptakan oleh pihak lain untuk memenuhi kebutuhanya.
Produk yang dihasilkan dalam bentuk barang dan atau jasa yang
memiliki value tersebut dapat laku terjual manakalah cocok atau
sesuai dengan kebutuhan pembelinya. Ketika terjadi kecocokan
antara penjual dan pembeli, dilakukan transaksi jual beli maka
disitulah terjadi aktifitas jual beli disatu sisi ada pihak yang
membutuhkan barang, disisi lain ada pihak yang menyediakan
barang.
Kita mungkin sudah tidak asing lagi, bahwa transaksi jual
beli sering kali kita lihat, kita amati bahkan kita sendiri sebagai
pelakunya. Kegiatan tawar menawar dalam transaksi jual beli juga
kerap kita lihat, kita amati dan bahkan kita sendiri yang
melakukanya. Negosiasi dengan berbagai cara dilakukan baik oleh
penjual maupun pembeli dalam melakukan aktifitas jual beli juga
tak luput dari amatan dan kegiatan kita. Disatu sisi penjual
menawarkan barang atau jasa dengan harga, disisi lain pembeli
menawarnya dengan harga di bawahnya. Penjual pun mulai

iii
memberikan argumen akan kualitas produk barang dan atau jasa
yang di tawarkan. Keunggulan produk dibandingkan dengan
produk lain atau produk sejenis juga kerap sisampaikan untuk
menguatkan kelogisan harga yang ditawarkan. Jaminan yang
diberikan berupa garansi, kemudahan transaksi pembayaran,
hingga gratis pengantaran barang sampai ke tujuan juga tidak
luput sebagai salah satu penguat kelogisan harga yang ditawarkan.
Membandingkan produk sejenis dengan produk di penjual lain
baik online maupun ofline juga dijadikan argument oleh pembeli,
dengan harapan mendapatkan harga yang sesuai dan produk
barang dana tau jasa sesuai dengan yang diharapkan.
Kita tentu juga pernah melihat dan mengamati bahwa
banyak bisnis yang begitu cepat dan pesatnya berkembang. Banyak
pedagang yang kebanjiran order. Banyak tempat usaha yang
pelangganya rela mengantri berjam-jam hanya karena
menginginkan produk atau jasa yang dijual. Betapa luar biasanya
bayangan kita melihat hal demikian. Berapa banyak omset yang
dihasilkan perharinya oleh bisnis tersebut, bagaimana cara
mengelola keuangan bisnis tersebut sehingga sangat cepat
berkembang dengan pesat, apa yang menjadi daya Tarik pelanggan
sehingga rela mengantri ber-jam-jam, mengapa produk dana tau
jasa yang ditawarkan dalam bisnis tersebut banyak yang order,
hingga pada bayangan berkembang pesatnya bisnis tersebut
diperoleh dari keuntungan yang didapat atau dari uang hutangan
yang diputar untuk menjalankan bisnisnya?. Semuanya itu sangat
mungkin muncul di bayangan setiap orang yang melihatnya.
Kita juga tidak jarang mendapatkan berbagai informasi dari
berbagai sumber dan media bahwa ada bisnis yang pendapatanya
menurun yang disebabkan oleh berbagai hal, misalnya kesalahan
dalam pengelolaan, produk barang dan atau jasa yang ditawarkan
sudah usang sehingga tidak laku lagi dipasaran, terkena dampak
ekonomi global yang berakibat pada menurunya daya beli
masyarakat dan masih banyak faktor lainya. Bahkan tak jarang kita
menjumpai berbagai bisnis yang mendapatkan banyak complain
atau keluhan dari pelanggan, sehingga menyebabkan orang

iv
membeli produk barang dana tau jasa yang dihasilkan serta
berakhir pada menurunya pendapatan yang didapat.
Keuntungan dan kerugian dalam menjalankan bisnis dengan
berbagai resiko sudah melekat menjadi sebuah potensi. Bisnis
memiliki potensi mendatangkan keuntungan, bisnis juga memiliki
resiko kerugian. Bahkan resiko dalam menjalankan bisnis sangat
banyak dan beraneka macam serta ragamnya. Kebanjiran order
hingga stok barang habis, kehabisan bahan baku untuk diproduksi,
menjadi resiko tersendiri. Namun, potensi-potensi dalam bisnis
baik yang dapat mendatangkan keuntungan dan mendatangkan
kerugian sesungguhnya dapat diamati sejak awal bisnis dijalankan.
Problematika dalam berbisnis seringkali kita jumpai.
Problem dibidang bisnis dapat disebabkan oleh pelaku usaha,
pelanggan, faktor alam, atau faktor lainya. Bahkan tentu kita juga
sering melihat problem-problem tersebut ada yang ringan, hingga
tidak terlihat bahwa itu sesungguhnya problem, hingga problem
yang berat.
Rendahnya kemampuan pelaku usaha dalam menjalankan
bisnis sehingga tidak paham hal apa saja yang perlu dilakukan dan
diperhatikan, bahkan harus ditaati ketika menjalankan bisnis juga
kerap kita jumpai. Mislanya seringkali kita menyaksikan betapa
menyedihkanya ketika ada pelaku usaha, tempat usahanya harus
disegel oleh apparat yang berwenang yang disebabkan oleh tempat
usahanya belum memilik izin, tempat usaha harus disegel oleh
aparat yang berwenang karena lokasi usaha tidak pada tempat
yang benar, tempat usaha disegel apparat yang berwenang karena
telah lama tidak memenuhi kewajiban misalnya tidak membayar
pajak.
Disamping itu, juga kita menjumpai banyak tempat usaha
digrebek oleh apparat yang berwenang karena usaha yang
dijalankan illegal misalnya produk yang dihasilkan merupakan
produk-produk yang dilarang diedarkan di Indonesia misalnya
memproduksi sabu, ganja dan sejenisnya, atau bahkan produknya
legal tetapi yang diproduksi adalah produk palsu atau produk
oplosan, atau bahan baku produk dapat membahayakan misalnya
menggunakan pengawet yang membahayakan kesehatan manusia.

v
Ketidak pahaman antara pelaku usaha dan masyarakat
dalam bidang bisnis juga terjadi misalnya dalam perjanjian jual
beli. Siapa yang dapat mengadakan perjanjian jual beli, siapa yang
dapat mengadakan kontrak, jenis usaha apa yang boleh dijalankan,
dan sebagainya. Kesalahan seperti anak kecil tandatangan diatas
materai dalam transaksi jual beli seharusnya tidak dapat terjadi
manakalah pemahaman hukum dalam bisnis dipahami oleh
masyarakat dan pelaku usaha. Ketika kontrak sudah ditandatangai,
didalamnya melekat hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak,
serta konsekuensi-konsekuensi manakalah ada pihak yang
dirugikan atau faktor lain yang dapat menyebabkan dibatalkanya
kontrak hingga berujung pada konsekuensi hukum baik perdata
dan atau pidana yang merupakan akibat hukum dari perbuatan
hukum yang dilakukan oleh masing-masing pihak harusnya dapat
dihindari atau dicegah. Hal tersebut adalah sebagain kecil dari
problematika bisnis baik problematika hukum maupun lainya.
Guna menjamin keberlangsungan bisnis, pelaku bisnis tidak
hanya berorientasi pada hal keuntungan semata. Namun, juga
perlu memeprhatikan norma-norma hukum apa yang ada, berlaku
dan harus ditaati dimana bisnis tersebut dijalankan. Norma hukum
tersebut harus dijadikan sebagai standart acuan dalam
menjalankan bisnisnya agar bisnis yang dijalankan tidak
bertentangan dan tidak memiliki akibat hukum yang
membahayakan bagi kelangsungan bisnisnya. Sebab, berbagai
norma hukum tersebut dimaksudkan untuk menciptakan iklim
berusaha, berbisnis yang tertib, teratur, tentram, adil dan
menyejahterahkan bagi semua orang.
Kecurangan dalam berbisnis, akan menimbulkan akibat
yang tidak baik bagi pihak yang dirugikan. Pemahaman hukum
bisnis dengan benar, menjadi keharusan bagi setiap orang. Sebab,
dengan pemahaman hukum bisnis yang benar, memungkinkan
aktifitas bisnis yang bertentangan dengan norma hukum dapat
dicegah.
Bukan hanya pelaku usaha saja yang perlu memahami
hukum bisnis, masyarakat secara umum juga perlu memahami
hukum bisnis. Agar pelaku bisnis maupun masyarakat paham

vi
akan hak dan kewajibanya masing-masing serta paham atas
konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan dari aktiftas bisnis
serta lingkunganya. Disisi lain, pemerintah selaku pembuat
regulasi hendaknya dapat menyusun regulasi dengan benar dan
tepat, serta mampu menegakkan regulasi tersebut dengan penuh
kesungguhan. Regulasi yang disusun pemerintah hendaknya
berkualitas. Regulasi yang berkualitas manakalah disusun oleh
sumber daya yang berkualitas, yang paham akan esensi dan
substansi dari regulasi yang dibuat. Selain itu regulasi yang dibuat
benar, tepat serta cocok dengan keadaan bahkan memiliki jangka
waktu berlaku yang relative lama karena relevan dengan jaman.
Regulasi yang sarat akan kepentingan salah satu pihak dan
mengesampingkan kepentingan nasional hendaknya tidak terjadi.
Setelah regulasi dibuat hendaknya disosialisasikan ke masyarakat
luas melalui berbagai pendekatan, metode, saluran dan media hal
ini untuk meminimalisir adanya ketidak tahuan masyarakat bahwa
ada regulasi pemerintah yang mengatur soal aktifitas bisnis yang
dijalankan atau yang mengatur kegiatan bisnis yang dijalankan
baik bagi pelaku usaha maupun masyarakat. Pada tataran
implementasi, pemerintah hendaknya tegas dalam menegakkan
regulasi yang dibuat agar tercipta kepastian hukum, terciptanya
ketertiban dalam berbisnis, terciptanya keadilan hukum dalam
berbisnis dan pada akhirnya tercipta kehidupan yang
mensejahterakan.
Buku pengantar hukum bisnis dengan pendekatan dialog
kreatif partisipatori ini mencoba untuk menyajikan pemahaman
hukum bisnis secara teoritis, sistematis, logis maupun
implementatif secara benar. Melalui dialog kreatif partisipatori,
memungkinkan diperoleh pemahaman hukum bisnis dengan benar
sebab akan ditemukan urgensinya. Ketika urgensi diemukan maka
akan diperoleh nila vitalnya. Ketika nilai vitalnya ditemukan maka
hukum bisnis menjadi sebuah keniscahyaan untuk ditaati sebagai
kaidah normatif untuk mengatur dalam bertindak atau melakukan
sesuatu yang memiliki kaitanya dengan aktifitas bisnis sesuai
dengan peranya masing-masing. Oleh karenanya, para pelaku
usaha, masyarakat dan pemerintah agar memahami dengan benar

vii
peranya masing-masing, serta konsekuensi dari setiap peran yang
dibawanya dalam hal ini kaitanya dengan bisnis.
Buku pengantar hukum bisnis ini terdiri dari tiga jilid. Jilid 1
terdiri dari BAB 1 Mengnal Hukum dan/atau bisnis di Indonesia
dan BAB 2 Kontrak/Perjanian/Perikatan. Jilid 2 berisi BAB 3
badan usaha, BAB 4 HAKI, BAB 5 waralaba, BAB 6 kepailitan. Jilid
3 berisi BAB 7 perlindungan konsumen, BAB 8 asuransi, BAB 9
penanaman modal dan BAB 10 sengketa bisnis.
Tujuan dituliskanya buku ini adalah untuk memberikan
kemudahan bagi mahasiswa dan siapa saja yang ingin memiliki
pemahaman huku bisnis dengan benar. Bagai mahasiswa yang
menempuh mata kuliah Pengantar hukum bisnis maupun mata
kuliah hukum bisnis sangat relevan buku ini untuk dijadikan
sebagai salah satu referensinya.
Selain itu, sebagai dasar penulisan buku ini adalah
perkembangan dunia pendidikan tinggi mengharuskan
menghasilkan lulusan yang memiliki mutu yang berkualitas dan
juga memiliki karakter yang bagus. Oleh karenanya diperlukan
peningkatan dan perbaikan materi secara terus menerus dalam
kondisi yang dinamis ini, serta dimutakhirkan sesuai dengan
dinamika dan kebutuhan zaman yang ada. Sehingga cocok secara
substansi, sebab memiliki relevansi dengan kondisi terkini.
Selain itu, buku ini sebagai pengembangan dari buku
penulis sebelumnya yang berjudul pengantar hukum bisnis. Secara
khusus didalam buku pengantar hukum bisnis ini digunakan
pendekatan dialog kreatif partisipatori dalam penyajianya.
Penyajian buku dengan konsep pembelajaran yang berpusat pada
mahasiswa atau student center learning. Pendekatan dialog kreatif
partisipatori digunakan dalam rangka untuk memicu high order
thingking skill mahasiswa. Sehingga mahasiswa paham tentang
kebenaran substansi kajian, mampu berkarya nyata, dan mampu
menumbuhkan motivasi sesuai dengan konsep belajar sepanjang
hayat atau general education. Dengan pendekatan dialog kreatif
partisipatori ini, memungkinkan siapa saja yang menggunakanya
akan mendapatkan kemudahan dalam memahami hukum bisnis
dengan benar secara mandiri.

viii
Ucapan terimakasih kami haturkan kepada semua pihak
yang mendukung serta membantu dalam proses penyelesaian
buku ini. Serta tak luput dari perhatian kami para akadmeisi, para
peneliti ataupun pihak umum yang tidak dapat saya sbeut satu
satu persatu yang sedikit atau banyak pengalaman, gagasan,
pemikiranya dikutip oleh penulis untuk menjadi salah satu
referensi atau rujukan berkualitas, yang diramu menjadi sajian
dengan disesuaikan pada kebutuhan baik konten maupun
substansi isi dari buku ini. Semoga dapat menjadi salah satu amal
ibadah kita semua.
Namun, kami juga menyadari bahwa buku ini masih jauh
dari kesempurnaan dan senantiasa perlu diperbaiki dan
dikembangkan seiring perkembangan jaman yang sangat dinamis
dan powerfull. Oleh karena itu saran, masukan, dan koreksi dari
pembaca yang membangun bagi penyempurnaan buku ini
selanjutnya sangat kami harapkan demi perbaikan buku ini
kedepanya.

Tangerang, 3 September 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................... iii


Daftar Isi .............................................................................................. x

BAB I
Mengenal Hukum Bisnis Sebagai Bekal Sarjana Profesional
dan Masyarakat ................................................................................... 1
A. Menelusuri konsep ilmu hukum, hukum dan hukum
bisnis serta urgensinya ............................................................. 2
B. Menanya Diperlukanya Hukum Bisnis .................................. 21
C. Menggalih Sumber Hukum Bisnis .......................................... 22
D. Membnagun argument tentang dinamika dan tantangan
hukum bisnis............................................................................. 24
E. Esensi dan Urgensi Hukum Bisnis .......................................... 25
F. Rangkuman ............................................................................... 26
G. Latihan Soal ............................................................................... 28
H. Rencana Tindak Lanjut ............................................................ 28
I. Daftar Rujukan.......................................................................... 29

BAB II
Kontrak/ Perikatan/ Perjanjian Sebagai Salah Satu Sumber
Hukum ................................................................................................. 31
A. Menelusuri konsep dan urgensi kontrak/perikatan/
perjanjian...................................................................................... 32
B. Menanya diperlukanya kontrak/perjanjian ............................. 51
C. Menggali sumber kontrak/perjanjian ....................................... 52
D. Membangun argumen tentang dinamika dan tantangan
dalam kontrak/perjanjian .......................................................... 52
E. Esensi dan urgensi perjanjian..................................................... 54
F. Rangkuman .................................................................................. 54
G. Latihan Soal ................................................................................. 55
H. Rencana Tindak Lanjut ............................................................... 56
I. Daftar Rujukan ............................................................................ 57

Daftar Pustaka..................................................................................... 59
Glosarium ............................................................................................ 62

x
Indeks ................................................................................................... 64
Tentang Penulis................................................................................... 65

xi
PETUNJUK UMUM
MEMPELAJARI ISI BUKU

Agar diperoleh pemahaman yang baik dalam mempelajari


isi materi yang ada di dalam buku, pembaca diharapkan
melakukan langkah-langkah belajar sebagai berikut:
1. Pembaca diharapkan membaca bagian pendahuluan terlebih
dahulu serta membaca kemampuan yang diharapkan
sebelum mempelajari uraian materi yang ada pada masing-
masing BAB!
2. Baca dan pahami baik-baik uraian materi disetiap sub pokok
bahasan pada masing-masing BAB.
3. Catat hal-hal yang dianggap penting!
4. Jika ada yang belum jelas atau belum paham dapat
ditanyakan kepada orang yang dianggap tepat!
5. Setelah dibaca dan memahami isi modul, kerjakan latihan
soal yang ada di setiap akhir BAB!
6. Untuk menunjang sumber belajar, disarankan juga
membaca sumber lain yang relevan dengan cara:
a. Melihat daftar rujukan yang ada pada bagian akhir buku
dan mendapatkan buku atau perundang-undangan-nya
untuk dibaca.
b. Membaca rujukan berupa artikel imiah yang berasal dari
repository atau jurnal ilmiah lokal, nasional maupun
internasional dengan cara memasukkan kata kunci sesuai
dengan topik yang akan didalami. Misalnya:
Repository http://www.neliti.com >>> setelah muncul
laman Ketik topik yang ingin dikaji misalnya: perjanjian
>>>>maka laman akan menampilkan berbagai artikel
ilmiah multi tahun yang ada kaitanya dengan topik
perjanjian>>>>selanjutnya pembaca dapat membaca
artikel di laman atau men-download-nya untuk di-print
atau dibaca.

xii
BAB I
MENGENAL HUKUM BISNIS
SEBAGAI BEKAL SARJANA, PROFESIONAL DAN
MASYARAKAT

Mengenal hukum bisnis menjadi kajian pertama yang perlu


dipelajari dengan baik oleh calon sarjana, professional dan
masyarakat pada umumnya yang sedang dan akan menjalankan
aktifitas bisnis. Hal ini dikarenakan setiap individu baik langsung
maupun tidak langsung dalam kehidupan keseharianya akan
bersinggungan dengan kegiatan bisnis. Kegiatan atau aktifitas
bisnis yang dilakukan tidak sedikit yang menjadi sebuah
perbuatan hukum. Konsekuensi dari perbuatan hukum yang
dilakukan baik disadari maupun tidak , tidak sedikit yang
menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum yang ditimbulkan
tidak hanya akan berdampak pada diri sendiri tetapi juga orang
lain. Oleh karena itu, mengenal hukum menjadi penting kaitanya
dengan keberadaan individu serta aktivitas yang dijalankanya,
diantaranya didalam menjalankan aktivitas bisnis. Agar bisnis
yang dijalankan tidak bertentangan dengan kaidah atau norma
hukum yang berlaku dimana bisnis itu dijalankan dan tidak
menimbulkan akibat hukum yang merugikan bagi diri sendiri
maupun orang lain.
Mengapa para sarjana, professional serta masyarakat pada
umumnya perlu menegnal hukum bisnis?.
Agar pemahaman tentang hukum bisnis benar dan
komprehensip maka pada pokok bahasan ini kita akan
mempelajari tentang ilmu hukum, hukum dan hukum bisnis.
Sejalan dengan pendekatan pembelajaran dan pendekatan dalam
penyajian materi dengan menggunakan pendekatan dialog kreatif
partisipatori, secara sistematis kita akan mempelajari pokok
bahasan tentang: (1) Menelusuri konsep ilmu hukum, hukum dan
hukum bisnis serta urgensinya; (2) Menanya diperlukanya ilmu
hukum, hukum dan hukum bisnis; (3) Menggali sumber hukum
dan hukum bisnis; (4) Membnagun argumen tentang dinamika

1
dan tantangan hukum bisnis; (5) esensi dan urgensi hukum bisnis;
(6) diakhir pembahsan materi disajikan rangkuman, latihan soal,
rencana tindak lanjut serta sumber pustaka atau rujukan yang
dapat ditelusuri, diakses atau dimiliki agar pemahaman tentang
hukum bisnis menjadi lebih baik.
Setelah mempelajari pokok bahasan ini diharapkan dapat
untuk: (1) memiliki sikap positif terhadap hadirnya ilmu hukum,
hukum dan hukum bisnis; (2) Mampu memahami dan
menjelaskan konsep ilmu hukum, hukum dan hukum bisnis
dengan benar; (3) Mampu membangun argumen dan
menyampaikanya baik berupa konseptual maupun empiris
tentang hukum dan hukum bisnis, dinamika serta urgensinya
sebagai calon sarjana, sarjana, professional serta masyarakat pada
umumnya.
A. Menelusuri konsep ilmu hukum, hukum dan hukum bisnis
serta urgensinya
Pernahkan anda berfikir mengapa ilmu dan mengapa
ada ilmu hukum? Mengapa anda perlu belajar hal yang
sifatnya mendasar yakni pengantar ilmu hukum sebelum anda
mempelajari hukum dan hukum bisnis?. Dimana kedudukan
dan fungsi pengantar ilmu hukum?.
Untuk mendapatkan pemahaman tersebut perlu kiranya
anda tahu bahwa untuk memahami, mengolah dan
mengahayati dunia beserta isinya ada beberapa hal yang dapat
dilakukan manusia. Pendekatan yang digunakan adalah
filsafat, ilmu, pengetahuan, seni dan agama.
Pertama filsafat. Filsafat didefinisikan sebagai suatu
usaha untuk memahami dan mengerti dunia dalam hal makna
dan nilai-nilainya. Sehingga lingkup kajian filsafat sangat luas
sejauh dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia. Sehingga
obyek kajian filsafat meliputi objek materi dan objek formal.
Objek material filsafat meliputi segala sesuatu baik yang
bersifat material konkret seperti manusia, alam, benda,
binatang dan lain sebagainya. Selain itu, obyek material filsafat
juga meliputi yang immaterial abstrak seperti nilai, ide-ide,
ideologi, moral, pandangan hidup dan lain sebagainya.

2
Sedangkan obyek formal filsafat merupakan cara memandang
seseorang terhadap obyek material. Sebab, obyek material
tersebut dapat dipandnag dari berbagai sudut pandang.
Bahkan dapat dikatakan sebagai induk dari segala macam ilmu.
Seseorang yang memiliki pemikiran kefilsafatan biasanyanya
dapat dicirikan dari pemikiranya. Pemikiran yang merupakan
ciri kefilsafatan tersebut adalah radikal, universal, konseptual,
koheren dan konsisten, sistematis, komprehensip, bebas dan
bertanggung jawab.
Kedua, ilmu pengetahuan. Jika anda membaca kamus
besar Bahasa Indonesia diantara definisi ilmu adalah sebagai
suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang
pengetahuan tersebut. Seperti ilmu hukum, ilmu ekonomi, ilmu
kewarganegaraan, ilmu kimia dan lain-lain.
Selanjutnya agar anda memiliki pemahaman yang benar
maka silahkan telusuri konsep pengetahuan, seni dan agama
baik di kamus besar Bahasa Indonesia maupun sumber lain
yang relefan.
Ilmu hukum merupakan bidang yang secara khusus
menelaah, mengkaji hukum. Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa ilmu hukum membicarakan hal ihwal yang
berhubungan dengan hukum. Hukum dikatakan sebagai ilmu
penegtahuan tentu telah memenuhi unsur-unsur ilmu
pengetahuan sebagai berikut:
1. logis atau masuk akal maksdunya adalah sesuai dengan
kaidah-kaidah ilmu pengetahuan yang telah diakui
kebenaranya.
2. obyektif, sesuai dengan obyeknya dan didukung oleh fakta
3. metodik, pengetahuan diperoleh dengan cara-cara tertentu ,
dirancang, diamati dan terkontrol.
4. sistematis, pengetahuan disusun berdasarkan satu sistem
yang satu dengan yang lainya saling berkaitan, saling
menjelaskan sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh.
5. berlaku umum atau universal

3
6. kumulatif, berkembang dan tentative.

Dengan demikian pengantar ilmu hukum menjadi bekal


dasar dan mendasar untuk memahami hukum yang lebih lanjut
misalnya secara khsuus tentang hukum bisnis. Sebab didalam
studinya akan dipelajari pengertian-pengertian dasar,
gambaran dasar tentang sendi-sendi utama ilmu hukum.
Sedangkan tujuannya sendiri adalah menjelaskan tentang
keadaan, inti dan maksud tujuan dari bagian penting dari
hukum. Kegunaanya adalah agar anda mampu memahami
bagian-bagian atau jenis hukum lainya dengan landasan yang
benar.
Konsep yang perlu anda pahami berikutnya dalah
sesungguhnya hukum itu apa? Hukum lahir darimana dan
untuk siapa serta apa kegunaanya?. bagaimankaah kontruksi
hukum di indonesia secara umum serta bagaimana kontruksi
hukum bisnis di Indonesia?
Kita tentu tahu bahwa, kehidupan kita tidak terlepas dari
kehidupan kita sebagai individu seorang manusia, dan
individu yang menjadi bagian dari masyarakat, kaidah sosial,
dan lembaga kaidah sosial yang ada. Kaidah sosial tersebut
diantaranya lazim kita sebut sebagai hukum. Dimana hukum
dan manusia keduanya memiliki relasi, interaksi dan
interdependensi yang berlangsung sepanjang waktu.
Sebab, manusia sebagai makhluk individu yang memiliki
jiwa yang menyendiri atas dirinya sendiri, juga sebagai
makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dengan orang lain
atau khidupan sosialnya misalnya didalam masyarakat dimana
individu berada. Manusia sebagai makhluk individu juga
sebagai makhluk sosial dikenal dengan manusia sebagai
makhluk mono dualis.
Sebagaimana filsuf yunani Aristoteles anda tentu juga
pernah mendengan ada istilah bahwa manusia itu “zoon
politicon” yang dapat diartikan bahwa pada dasarnya manusia
selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia

4
lainya. Tabiat manusia yang suka bergaul satu dengan yang
lain dikenal dengan maklhuk sosial.
Sebagai makluk sosial manusia menjalin hubungan
antara manusia yang satu dengan yang lain saling mengadakan
interaksi, saling berhubungan untuk memenuhi kepentinganya
masing-masing. Baik kepentingan diri sendiri, maupun
kepentingan bersama.
Berhubungan dan memenuhi kebutuhanya merupakan
hak bagi setiap manusia. Namun selain hak, manusia juga
dibebani kewajiban atas keberadaan dirinya sebagai makluk
individu juga sebagai makhluk sosial. Apa sesungguhnya hak
dan kewajiban?. Secara sederhana hak dapat kita definisikan
sebagai kepemilikan yang dimiliki individu untuk melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu, untuk berbuat atau
tidak berbuat. Sedangkan kewajiban secara sederhana dapat
pula kita definisikans ebagai keharusan yang perlu dijalankan
oleh individu akibat dari konsekuensi-konsekuensi kedudukan
dan peranya.
Kita tentu juga mengetahui dalam memenuhi
kepentinganya, dalam memenuhi kebutuhanya manusia
seringkali satu sama lain saling berhadapan atau berlawanan
dan inti tidak menutup kemungkinan timbul kericuhan,
percekcokan, akibat dari perebutan kepentingan atau juga
dapat disebabkan karena kepentinganya tidak terpenuhi.
Dengan demikian dapat kita katakan bahwa untuk memenuhi
kepentingan tersebut, tidak sedikit manusia yang menhadapi
berbagai macam ancaman, bahaya yang disebabkan oleh
manusia lainya.
Kenapa hal di atas dapat terjadi?. Tentu sekarang anda
juga mengerti bahwa dalam perjalananya, manusia tidak
sedikit yang hanya menggunakan haknya saja dan
mengabaikan kewajibanya. Akibat hanya mementingkan hak
dan abai akan kewajiban terhadap orang lain sehingga
mengakibatkan berbagai gesekan kepentingan yang berujung
pada konflik atau keonaran lainya yang dapat mengganggu

5
mereka yang berkonflik maupun pihak lain di sekitarnya yang
terdampak.
Kepentingan sebagai suatu tuntutan perorangan atau
kelompok yang diharapkan dapat terpenuhi, diperlukanya
sebuah kaidah untuk mengaturnya agar tidak terjadi gesekan
kepentingan. Kaidah tersebut biasanya lahir di dalam
masyarakat.Masyarakat secara teiritis didefinisikan oleh Selo
Soemarjan sebagai orang yang hidup bersama yang
menghasilkan kebudayaan. Senada dengan pendapat tersebut,
Ralp Linton juga mendefinisikan bahwa masyarakat
merupakan setiap kelompok manusia yang hidup atau bekerja
bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri
mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan
sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
Sedangkan Kansil mendefinisikan masyarakat sebagai
persatuan manusia yang timbul dari kodrat yang sama.
Dengan demikian secara sederhana dapat kita katakana bahwa
masyarakat adalah sekelompok manusia yang terebntuk dari
dua orang atau lebih hidup bersama sehingga dalam pergaulan
hidup timbul berbagai hubungan yang mengakibatkan
seseorang dan orang lain saling kenal mengenal dan
mempengaruhi. Sehingga unsur masyarakat adalah manusia
yang hidup bersama, berkumpul dan bekerjasama untuk waktu
yang lama, merupakan satu kesatuan dan merupakan sistem
hidup bersama. Dengan demikian ciri masyarkat adalah
manusia yang hidup berkelompok, melahirkan kebudayaan,
mengalami perubahan, adanya interaksi satu dengan yang lain,
terdapat kepemimpinan dan adanya stratifikasi sosial.
Kaidah sosial didalam masyarakat merupakan patokan-
patokan atau pedoman-pedoman perihal tingkah laku dan
perlakuan yang diharapkan. Di dalam kaidah biasanya
memuat perintah dan larangan. Perinta merupakan keharusan
bagi seseorang untuk melakukan sesuatu karena akibat-
akibatnya dianggap baik dan menguntungkan. Sedangkan
larangan merupakan keharusan bagi seseorang utnuk tidak
berbuat karena akibatnya tidak baik atau dapat merugikan.

6
Kaidah sosial sebagaimana tersebut di atas, dapat kita
klasifikasikan menjadi dua yakni:
1. Kaidah yang mengatur hubungan pribadi manusia
2. kaidah yang mengatur hubungan antar manusia

Secara lebih jelas kita akan bahas satu persatu di bawah


ini:
1. Kaidah yang mengatur hubungan pribadi manusia. Kaidah
ini dapat kita bagi menjadi dua yakni kaidah agama dan
kaidah kesusilaan.
Kaidah agama bersumber dari ajaran agama, wahyu
tuhan. Misalnya dalam islam ada seruan berbuat baiklah
dan jauhi kemungkaran. Seruan berbuat baik dan
menjauhkan diri dari kemungkaran didasarkan dari wahyu
tuhan yakni sumber utama hukum islam al-qur’an. Barang
siapa yang berbuat baik akan mendapatkan pahala dengan
janji syurga dan barang siapa yang berbuat kemungkaran
akan mendapatkan dosa dan balasayan adalah neraka.
Kaidah sosial merupakan peraturan hidup yang
dianggap sebagai suara hati manusia. Sumber kaidah
kesusilaan ini dari hati nurani manusia itu sendiri, yang
bersifat otonom dan ditujukan kepada sikap batin. Misalnya
hendaklah engkau berlaku jujur, berbuat baiklah terhadap
sesame manusia, janganlah membunuh sesamamu, dan lain
sebagainya.

2. Kaidah yang mengatur hubungan antar manusia dapat kita


bagi menjadi dua pula yakni kaidah kesopanan dan kaidah
hukum.
Kaidah kesopanan, ditujukan agar pergaulan hidup
manusia berlangsung indah dan menyenangkan. kaidah
kesopanan lahir akibat dari hubungan antar manusia
misalnya: hormatilah yang tua dan sayangilah yang mudah.
Dalam kaidah tersebut tidak berarti bahwa yang tua bisa
semena-mena dengan yang mudah. Tetapi yang tua juga
perlu menyadari akan keberadaanya bahwa ia dihormati

7
karena faktor usianya. Namun, sangat disayangkan kaidah
kesopanan tersebut, terkadang disalah aplikasikan oleh
sebagian mereka yang usianya lebih tua, dengan cara
semena-mena dengan yang mudah. Yang mudah harus
nurut dengan yang tua, apapun yang diminta, apapun yang
diperintah oleh orang yang lebih tua atau senior
dianggapnya benar. Jika yang mudah tidak mau melakukan
dianggap salah. Ini adalah salah kaprah, yang perlu
diluruskan. Sejauh apa yang diminta, sejauh apa yang
diperintahkan oleh yang tua benar secara universal maka
dibenarkan. Tetapi, sejauh apa yang diminta atu
diperintahkan yang tua tetapi benarnya subyektif karena
kepentingan, maka perlu dipertimbangkan.
Kaidah hukum merupakan kaidah yang sangat
berbeda bila dibandingkan dengan kaidah sosial yang lainya
mislanya kesusilaan, agama dan kesopanan. Apabila kita
perhatikan secara seksama bahwa, salah satu tatanan sosial
yang sedikit banyak memiliki kontribusi terhadap
terciptanya kehidupan yang tertip dan teratur adalah kaidah
hukum.
Dilihat dari segi proses penciptaanya. Hukum
(hukum positif) dalam penciptaanya dibuat secara sengaja
oleh badan atau lembaga yang secara khusus ditugaskan
untuk itu. Di Indonesia misalnya hukum (UU) dibuat oleh
legislatif bersama dengan pemerintah. Peraturan dilevel
pusat dibuat dalam bentuk UU atau peraturan pemerintah.
UU dibuat oleh DPR bersama pemerintah. Peraturan
pemerintah, perpres dibuat oleh presiden dan permen
dibuat oleh menteri. Pada level daerah provinsi, kabupaten
atau kota hukum dibuat oleh DPRD Provinsi bersama
gubernur, dilevel kabupaten/kota dibuat oleh DPRD
kabupaten/kota bersama bupati.Maka sangat terlihat jelas
bahwa tatanan hukum didukung oleh norma-norma secara
sengaja dan sadar dibuat untuk menegakkan suatu jenis
ketertiban tertentu didalam msayarakat. Pihak yang
menentukan jenis ketertiban itu , tidak lain adalah

8
masyarakat itu sendiri atau perwakilanya yang ditunjuk
sesuai dengan mekanisme yang sudah disepakati. Dengan
demikian dapat kita katakan bahwa kehendak manusialah
yang menjadi faktor sentral pada proses penciptaan dan
kehadiran hukum. Sehingga dapat kita katakan bahwa
hukum lahir dari kehendak manusia. Karena hukum lahir
dari kehendak manusia tegaknya hukum tergantung
sejauhmana manusia menggunakan otoritasnya yang
dimiliki baik pihak yang menerima maupun pihak yang
menolaknya. Setidaknya hukum menjadi salah satu yang
mempu menjebatani antara yang sepakat dengan yang tidak
sepakat terhadap suatu hal yang disebabkan oleh
kepentingan manusia yang membawanya.

Banyak ahli, banyak pakar yang memberikan definisi


atau pengertian tentang hukum. Definisi hukum menurut
Utrech sebagai mana dikutip oleh Raharjo (2005:38), bahwa
hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-
perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib
suatu masyarakat dan oleh karena itu masyarakat harus
menaatinya. Mochtar Kusumaatmadja memberikan definisi
hukum adalah keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas yang
mengatur pergaulan hidup manusia dalam masyarakat yang
bertujuan memelihara ketertiban dan keadilan yang meliputi
lembaga-lembaga dan proses-proses guna mewujudkan
berlakunya kaidah itu sebagai kenyataan.
Selain definisi di atas, ada bebrapa definisi hukum yang
dihimpun (RiduanSyahrani, 2009: 18), sebagai berikut:
1. Holmes yang berpaham realis, hukum adalah apa yang
diramalkan akan diputuskan oleh pengadilan.
2. Ceorg Frenzel yang berpaham sosiologis hukum merupakan
suatu rechtgewohenhheiten.
3. Pul Bohannan yang berpaham antropologis, hukum adalah
himpunan kewajiban yang telah dilembagakan dalam
pranata hukum.

9
4. Emmanual kant yang berpaham hukum alam, hukum
adalah keseluruhan kondisi-kondisi dimana terjadi
kombinasi antara keinginan pribadi seseorang dengan
keinginan pribadi orang lain sesuai dengan hukum umum
tentang kemerdekaan.
5. Hans Kelsen yang berpaham positivis, hukum adalah suatu
printah mekasa terhadap tingkah laku manusia.
6. Karl Von Savigni yang berpaham historis, hukum adalah
keseluruhan hukum sungguh-sungguh terbentuk melalui
kebiasaan dan perasaan rakyat yaitu melalui pengoperasian
kekuasaan secara diam-diam.

Setalah anda membaca beberapa definisi atau pengertian


hukum di atas, tentu anda dapat melihat bahwa definisi antara
yang satu dengan yang lain terlihat berbeda dari segi susunan
kata dalam kalimatnya. Padahal anda juga tahu bahwa semua
ahli diatas, sama-sama mendefinisikan hukum. Mengapa para
hali tersebut memberikan definisi yang berbeda? tentu
jawabanya adalah latar belakang keilmuanya berbeda,
pendekatan dan sudut pandang untuk mendefinisikan hukum
berbeda. Hal tersebut Nampak, ahli yang berpaham historis,
berbeda dengan ahli yang berpaham positivis, demikian halnya
ahli-ahli yang lainya.
Hukum banyak sekali segi dan sangat luas cakupanya,
sehingga pendekatan yang dapat dugunakan untuk mengkaji,
melihat hukumpun juga dapat dari berbagai macam sudut
pandang. Hal tersebut diantaranya juga disebabkan bahwa
hukum mengatur semua bidang kehidupan masyarakat, yang
tidak hanya satu bangsa atau negara tetapi juga dapat meliputi
antar negara atau masyarakat dunia yang dalam
perkembangan kehidupanya selalu berubah secara dinamis.
Perkembangan kehidupan yang dinamis dari tahun ke tahun,
dari masa ke masa memungkinkan terjadi pergeseran makna
hukum itu sendiri.
Secara sederhana dapat kita definisikan bahwa hukum
adalah himpunan petunjuk hidup (yang berisi perintah-

10
perintah dan larangan-larangan), yang dubuat oleh lembaga
resmi yang berwenang dan dilengkapi dengan sanksi untuk
mengatur tata tertib dalam masyarakat yang seharusya ditaati
oleh seluruh anggota masyarakat.
Adanya perintah dan/atau larangan, perintah dan/atau
laranagn itu harus ditaati setiap orang menjadi ciri daripada
kaidah hukum, norma hukum atau hukum.
Selanjutnya apa tujuan hukum? serta apa fungsinya? .
Tujuan hukum secara umum adalah untuk mengatur tingkah
laku manusia dalam hidup bermasyarakat sehingga tertib,
aman, dan adil. Secara khsuus tujuan hukum adalah:
1. untuk mengatur tata tertib masyarakat secara damai dan
adil
2. untuk menjaga kepentingan setiap manusia agar
kepentingan itu tidak dapat diganggu
3. untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam pergaulan
manusia.

Sedangkan fungsi hukum itu sendiri adalah untuk


melindungi hak-hak manusia agar tidak dilanggar oleh orang
lain.
Setelah anda memahami hukum lahir dari kehendak
siapa? apa itu hukum? serta apa tujuan dan fungsinya, anda
perlu pula memahami bagaimana hukum diklasifikasikan, apa
subyek dan obyek hukum, dan apa metode yang dapat kita
gunakan dalam mempelajari hukum?.
Beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut
klasifikasi hukum. Diantaranya adalah penggolongan hukum,
pengelompokan hukum dan pembagian hukum. Disini istilah
yang digunakan adalah kasifikasi hukum. Hukum dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa hal antara lain:
1. Berdasarkan wujudnya hukum dapat diklasifikasikan
menjadi dua yakni hukum tertulis dan tidak tertulis.
2. Berdasarkan ruang berlakuknya diklasifikasikan menjadi
tiga yakni hukum lokal, nasional dan internasional.

11
3. Berdasarkan waktu berlakukan diklasifikasikan menjadi tiga
yakni hukum yang berlaku sekarang (ius constitutum),
hukum yang berlaku dimasa yang akan datang (ius
constituendum) dan hukum yang berlaku antar waktu.
4. Berdasarkan pribadi atau kepruntukanya hukum dapat
diklasifikaiskan menjadi tiga yakni hukum yang berlaku
untuk satu golongan, hukum yang berlaku untuk semua
golongan dan hukum yang berlaku antar golongan.
5. Menurut isinya, hukum dapat diklasifikasikan menjadi dua
yakni hukum publik dan hkum privat. Hukum publik dapat
kita cntohkan seperti hukum tata negara, hukum
administrasi nengara, hukum pidana, hukum acara. Hukum
privat atau perdata dapat kita contohkan misalnya hukum
perorangan, hukum keluarga, hukum kekayaan dan hukum
waris.
6. menurut cara mempertahankanya hukum dapat
diklasifikaiskan menjadi hukum materiil dan hukum formil.
7. menurut sumbernya hukum dapat diklasifikasikan menjadi
hukum yang terdiri atas Undang-undnag,
kebiasaan/konvensi, yurisprudensi/keputusan hakim
terdahulu, perjanjian/traktat dan doktrin/pendapat ahli
hukum.

Agar pemahaman anda mendalam terkait klasifikasi


hukum sebagaimana di atas, anda hendaknya membaca
sumber atau referensi relefan. Setelah itu anda buat gambar
baganya, agar anda lebih mudah dalam memahami dan
mengingatnya.
Subyek hukum dan obyek hukum tidak kalah
pentingnya untuk dipahami dalam mempelajari materi terkait
hukum. Subyek adalah pelaku. Biasanya subyek itu berupa
orang. Kalau subyek itu orang maka subyek yang merupakan
orang tersebut memgang hak dan kewajiban. Itu adalah
pemahaman subyek secara umum. Secara khusus subyek
hukum dapat kita definisikan sebagai pemegang hak dan
kewajiban menurut hukum. Dengan kata lain bahwa subyek

12
hukum memegang hak dan kewajiban menurut hukum serta
dapat bertindak menurut hukum. Dengan demikian bahwa
subyek hukum merupakan pendukung hak dan kewajiban,
sebab memiliki kewenangan bertindak sesuai aturan hukum.
Didalam lapangan hukum, subyek hukum dapat dikategorikan
menjadi dua yakni subyek hukum orang dan subyek hukum
badan hukum.
1. Subyek hukum manusia atau orang
Manusia merupakan subyek hukum dalam arti
biologis. Sejak kelahiranya bahkan ketika masih ada
didalam kandungan jika kepentingan menhendaki bahkan
hingga meninggal dunia dapat menjadi subyek hukum.
Sebagaimana KUH Perdata pasal 2, jika kepentingan
menghendaki individu yang masih ada di dalam
kandungan ibunya dapat menjadi subyek hukum. Namun,
bila bayi lahir dalam keadaan meninggal dunia (secara
alamiah) dianggapnya tidak pernah ada, ia bukan subyek
hukum. Namun, bayi yang ada di dalam kandungan ibunya
kemudian digugurkan sehingga meninggal dunia, dan
bayinya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, bayi
tersebut dapat menjadi subyek hukum demikian halnya
orang tuanya. Dengan kemasan bahasa sederhana bilamana
dalam proses kelahiranya, atau karena meninggalnya si bayi
memiliki sebab yang dapat dibuktikan secara hukum, dapat
menjadi subyek hukum. Karena matinya tidak alamiah.
Selain hal di atas, dalam lapangan hukum ada
golongan manusia yang tidak dapat menjadi subyek
hukum, karena dianggap tidak cakap dalam melakukan
perbuatan hukum, yakni:
a. anak yang masih di bawah umur, belum dewasa atau
belum menikah.
b. anak yang masih dalam pengampuan

2. Subyek hukum badan hukum


Badan hukum merupakan subyek hukum dalam
artian yuridis. Badan hukum tercipta akibat dari kebutuhan

13
hidup manusia, badan hukum ada karena sengaja
diciptakan oleh manusia. Jika badan hukum sudah
terbentuk maka ia akan sama memegang hak dan kewajiban
seperti manusia.

Antara subyek hukum manusia dengan subyek hukum


berupa badan hukum sangat Nampak jelas bedanya. apabila
dirinci perbedaan keduanya adalah sebagai berikut:
1. Subyek hukum manusia merupakan makhluk hidup ciptaan
Tuhan YME, memiliki akal, perasaan, kehendak, dan dapat
mati. Sedangkan subyek hukum badan hukum adalah
badan ciptaan manusia pribadi berdasarkan hukum, dan
dapat dibubarkan oleh pembentuknya.
2. Subyek hukum manusia ia memiliki kelamin sehingga ia
dapat kawin dan dapat memiliki keturunan. Sedangkan
subyek hukum badan hukum tidak memiliki kelamin
sehingga tidak dapat kawin dan tidak dapat memiliki
keturunan.
3. Subyek hukum manusia dapat menjadi ahli waris.
Sedangkan subyek hukum badan hukum dapat diwariskan
dan tidak dapat menjadi ahli waris.

Obyek hukum adalah sesuatu yang memiliki manfaat


karena ada kepentingan atasnya, dan dapat menjadi obyek
dalam suatu hubungan hukum. Obyek hukum dapat berupa
benda atau barang ataupun hak yang dapat dimiliki serta
memiliki nilai ekonomis. Obyek hukum benda dapat berupa
benda yang bersifat kebendaan yakni dapat dilihat, diraba,
dirasakan dengan panca indera, yang dapat berupa benda
berwujud maupun benda yang tidak berwujud. Obyek hukum
juga dapat berupa benda yang tidak kebendaan yakni suatu
benda yang dirasakan panca indera saja tidak dapat dilihat
kemudian dapat direalisasikan menjadi suatu kenyataan seperti
merek, paten, ciptaan musik/lagi dan lain-lain.
Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk
mempelajari hukum. pendekatan tersebut diantaranya adalah:

14
1. Pendekatan normatif analitis. Pendekatan ini melihat
hukum sebagai aturan yang abstrak. Pendekatan ini melihat
hukum sebagai lembaga otonom dan dapat dibicarakan
sebagai subyek tersendiri terlepas dari hal-hal lain yang
berkaitan dengan peraturan-peraturan. Karena yang abstrak
sehingga perlu dilakukan penjelasan secara sistematis,
runtut dan logis baik secara lisan maupun tulisan.
2. Pendekatan sosiologi, pendekatan ini bertitik tolak pada
pandangan bahwa hukum lahir dari masyarakat dan
sebagai alat untuk mengatur kehidupan masyarakat.
3. Pendekatan historis, pendekatan historis mempelajari
hukum dengan cara melihat sejarah hukumnya, baik
susasana kebatinan ketika hukum tersebut diciptakan
maupun melihat hukum-hukum yang sudah ada
sebelumnya dan sejarah terciptanya.
4. Pendekatan idealis, pendekatan ini meletakan hukum
sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu dalam
masyarakat.
5. Pendekatan sistematis, pendekatan ini melihat hukum
sebagai sebuah sistem yakni input, proses, output, dan
outcome.
6. Pendekatan komparatif, pendekatan ini diantaranya dapat
dilakukan dengan cara melakukan perbandingan, baik
membandingkan antara harapan ideal dengan kenyataan
yang ada, membandingkan antara hukum yang satu dengan
yang lain, membandingkan hukum dari masa kemasa baik
dari sisi substansi, isi , maupun efektifitas dan efisiensi
ketika hukum tersebut diterapkan.
7. Pendekatan manajemen, pendekatan manajemen digunakan
dalam mempelajari hukum, pembuatan hukum, proses
penciptaan hukum maupun impelemnetasi hukum. Fungsi-
fungsi manajerial dapat digunakan untuk melihat
bagaimana hukum direncanakan, hukum diorganisasikan,
hukum diterapkan, dan bagaimana mengontrol hukum
yang diterapkan atau bagaimana mengevaluasi hukum.
Selain fungsi manajerial.

15
Semua pendekatan tersebut dapat digunakan dan saling
melengkapi satu sama lain. Sebab, semua pendekatan tersebut
baik untuk digunakan sesuai dengan kepentingan apa yang
akan dilihat dan dikaji. Ketepatan dalam memilih pendekatan
akan sangat menentukan hasil dari apa yang dikaji.
Pemahaman selanjutnya yang perlu anda ketahui adalah
tentang hukum bisnis. Apa definisi hukum bisnis, apa fungsi
hukum bisnis, apa tujuan hukum bisnis, apa ruang lingkup
hukum bisnis dana pa saja sumber hukum bisnis?.
Kalau kita lihat dari susunan katanya, hukum bisnis
tersusun atas dua kata yakni hukum dan bisnis. Apa itu
hukum? tentu anda sudah memahaminya. Sebab, sebelumnya
sudah anda pelajari. Bahwa hukum adalah himpunan petunjuk
hidup (yang berisi perintah-perintah dan larangan-larangan),
yang dubuat oleh lembaga resmi yang berwenang dan
dilengkapi dengan sanksi untuk mengatur tata tertib dalam
masyarakat yang seharusya ditaati oleh seluruh anggota
masyarakat. Selanjutnya anda harus memahami terlebih
dahulu apa itu bisnis?. Banyak ahli banyak pakar yang
mendefinisikan bisnis. Bahkan diberbagai laman elektronik
secara online banyak juga kita jumpai pengertian bisnis. Berikut
beberapa pengertian bisnis menurut para ahli.
1. Menurut Hooper
Bisnis adalah segala dan keseluruhan kompleksitas
yang ada pada berbagai bidang seperti penjualan dan
indistri, industri dasar, prosesing, dan industri manufaktur
dan jaringan, distribusi, perbankan, asuransi, transportasi,
dan seterusnya yang kemudian melayani dan memasuki
secara utuh dunia bisnis secara menyeluruh.

2. Menurut Urwick dan Hunt


Urwick dan Hunt mendefinisikan bisnis sebagai
segala perusahaan yang membuat, mendistribusikan,
ataupun menyediakan segala barang ataupun jasa yang
dibutuhkan oleh anggota masyarakat lainya serta bersedia
dan mampu untuk membeli atau membayarnya.

16
3. Menurut Prof. Owen
Bisnis adalahs ebuah perusahaan yang berhubungan
dengan produksi dan distribusi barang-barang untuk dijual
kepasaran ataupun memberikan harga pada setiap jasanya.

4. Menurut Griffin dan Ebert


Bisnis didefinisikan sebagai segala aktifitas yang
menyediakan barang atau jasa yang diperlukan atau
diinginkan oleh konsumen.

Selain definisi di atas, masih banyak definisi yang lain.


Agar pemahaman anda komprehensip anda dipersilahkan
untuk mencari 10 definisi bisnis dari berbagai sumber dan ahli,
kemudian anda buat sintesa berupa pengertian bisnis menurut
anda sendiri. Pengertian bisnis yang anda buat hendaknya
dapat mencakup keseluruhan definisi yang dibuat oleh para
ahli tersebut.
Secara sederhana anda dapat pula membangun
pemahaman, penegrtian bisnis sebagai berikut. Coba anda
perhatikan sepanjang perjalanan yang pernah anda lewati pada
saat anda dari rumah ke tempat kuliah, dari rumah ke tempat
kerja, dari rumah ke tempat wisata atau ke pusat bisnis dan lain
sebagainya, tentu banyak sekali orang yang dapat kita sebut
sedang menjalankan aktifitas bisnis bukan?. Misalnya kita
melihat pedagang asongan yang mendorong grobaknya itu kita
katakan telah menjalankan aktifitas bisnis, ketika kita melihat
pedagang bakso kita katakan mereka sedang menjalankan
aktifitas bisnis, kita melihat para pengusaha yang sedang
berkumpul kita katakan mereka sedang membicarakan soal
bisnis, kita datang ke swalayan besar atau perusahaan besar
yang jumlah orangnya di dalamnya banyak juga kita katakan
sedang terjadi aktifitas bisnis. Kita melihat penjual sepatu itu
kita katakana kegiatan bisnis (bisnis jual produk dalam bentuk
barang yakni sepatu). Kita datang ke tukang pangkas rambut,
ke salon kecantikan, ke konsultan, ke penyedian jasa tour and

17
travel, dan lain sebagainya, kita katakan mereka menjalankan
bisnis berupa jasa. Bahkan kita melihat pedagang gorengan
dipinggir jalan juga kita katakan sedang menjalankan kegiatan
bisnis (ia memproduksi pisang goreng dan menjualnya). Kalau
kita amati secara seksama kegiatan yang dilakukan orang
tersebut memiliki tujuan yang sama yakni untuk mendapatkan
keuntungan. Dengan demikian secara sedeerhana dapat kita
definisikan bahwa bisnis adalah suatu usaha yang dilakukan
oleh satu atau lebih orang (sekelompok
orang/organisasi/korporasi) untuk memproduksi dan/atau
menjual produk dalam bentuk barang dan/atau jasa yang
tujuanya mendapatkan keuntungan.
Nah anda sekarang sudah paham tentang hukum dan
bisnis.
Beberapa ahli seperti Munir Fuady mendefinisikan
hukum bisnis sebagai kaidah hukum yang mengatur tata cara
pelaksanaan kegiatan dagang yang dihubungkan dengan
kegiatan produksi dan bermotif untuk mendapatkan
keuntungan. Abdul R. Saliman juga mendefinisikan hukum
bisnis sebagai peraturan hukum, baik tertulis maupun tidak
tertulis, yang mengatur hak dan kewajiban perjanjian maupun
perikatan dalam praktik bisnis. Sedangkan menurut Jihanes
Ibrahim mendefinisikan hukum bisnis sebagai kaidah hukum
untuk mengatur serta menyelesaikan berbagai persoalan yang
timbul dalam aktifitas antar manusia, khususnya dalam bidang
perdagangan.
Maka anda dapat menyusun definsi hukum bisnis
berdasarkan definisi hukum dan bisnis yang sudah anda
bangun sebelumnya serta dari para ahli di atas.
Anda tentu masih ingat, sejak awal kemunculanya
hukum, ia lahir karena kehendak manusia. Kehendak manusia
diantaranya muncul dalam kegiatan bisnis. kegiatan bisnis
yang sehat dapat melahirkan perekonomian yang kuat, karena
perdagangan yang dijalankan kuat, sehat serta memberikan
manfaat. Untuk menciptakan kehidupan bisnis yang sehat
tentu diperlukan peraturan yang sifatnya lebih resmi bukan

18
hanya sekedar janji atau itikat baik. Sehingga hak-hak dan
kewajiban pelaku bisnis dapat terjamin. Aturan-aturan itulah
yang kita sebut dengan nama hukum bisnis.
Hukum bisnis adalah segala aturan yang mengatur
kegiatan bisnis. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
hukum bisnis merupakan suatu perangkat hukum yang
mengatur tata cara dan pelaksanaan suatu urusan atau kegiatan
perdagangan/jual beli/bisnis, industri maupun keuangan yang
berhubungan dengan pertukaran barang dan jasa, kegiatan
produksi, distribusi oleh pelaku bisnis dengan mitranya.
Hukum bisnis dapat kita definisikan sebagai segala peraturan
resmi, yang dibuat oleh lembaga resmi yang berwenang yang
secara khusus mengatur hal ihwal dalam berbisnis.
Peraturan diciptakan untuk menciptakan kehidupan
yang aman tertib dan tentram. begitu pula hukum bisnis.
Hukum bisnis memiliki fungsi sebagai sumber informasi yang
bermanfaat bagi pelaku bisnis, memberikan penjelasan atas hak
dan kewajibanya dalam kegiatan bisnis, serta mewujudkan
aktifitas bisnis dengan disertai watak dan perilakunya sehingga
tercipta kegiatan bisnis yang sehat, dinamis dan berkeadilan
karena ada jamnian kepastian hukum. Sehingga ada tiga kata
kunci fungsi hukum bisnis yakni informasi, hak dan kewajiban
dan karakter bisnis.
Intilah-istilah yang sering digunakan untuk menyebut
hukum yang berkaitan dengan hukum bisnis diantaranya Trade
law (hukum dagang), commercial law (hukum perniagaan),
Wetboek van Koophandel (WvK) (KUHD), dan Business law (untuk
menyebut hukum bisnis).
Jika kita perhatikan lebih lanjut istilah hukum bisnis dan
bisnis hukum sering kali seseorang menyamakanya dan
sebagian lagi menyatakan berbeda.
Hukum bisnis dan bisnis hukum keduanya memiliki
kesamaan yakni; (a) jumlah hurup penyusunya sama
berjumlah 11 (sebelas) huruf; (b) jumlah penyusunya sama
yakni terdiri dari 2 (dua) kata yaitu kata hukum dan kata
bisnis.

19
Namun, hukum bisnis dan bisnis hukum memiliki
perbedaan, yakni; (a) penyusunan katanya berbeda yaitu
hukum bisnis, kata hukum berada di depan dan bisnis di
belakang. Bisnis hukum, kata bisnis di depan dan kata hukum
di belakang. (b) secara pemaknaan juga memiliki perbedaan.
Hukum bisnis berbicara persoalan aturan-aturan untuk
mengatur kehidupan bisnis. Sedangkan bisnis hukum seolah
seperti hukum yang diperjual-belikan, hukum yang di
bisniskan seperti halnya kita menyebut bisnis sepatu menjual
sepatu, bisnis tas menjual tas, bisnis kuliner menjual kuliner
dan sebagainya. Apa jadinya kehidupan manusia ketika sebuah
aturan atau hukum diperjual belikan, tentu keadilan akan
menjadi nomor sekian, dan orang yang memiliki harta yang
lebih, ia dapat membeli keadilan.
Runag lingkup hukum bisnis sangat luas diantaranya
adalah kontrak bisnis, bentuk badan usaha, pasar modal dan
perusahaan go public, kegiatan jual beli, investasi atau
menanaman modal, likuidasi dan pailit, merger, biaya dan
kredit, jaminan hutang, surat-surat berharga, ketenagakerjaan,
hak kekayaan intelektal, usaha tidak sehat dan monopoli,
perlindungan terhadap konsumen, distribusi dana gen,
perpajakan, asuransi, sengketa bisnis, bisnis internasional,
hukum pengangkutan, jaminan hukum bagi pengguna dan
pemilik teknologi, hukum indistri, hukum eksport-import,
hukum pertambangan, hukum perbankan dan surat berharga,
hukum real estate, hukum perdagangan internasional, hukum
tindak pidana pencucian uang, dan lain-lain sesuai dengan
penyebutan dan konteksnya.
Mengenai hubungan antara KUH Perdata dengan
hukum bisnis dan KUHD dan peraturan perundangan di
bidang bisnis yang lain. KUHD (Kitab Undang-undang Hukum
Dagang) dan peraturan perundang-undangan lainnya yang
mengatur tentang hukum bisnis, misalnya: UU Perseroan
Terbatas (PT), UU Pasar Modal, UU Perbankan, yang
merupakan peraturan perundang-undangan di bidang bisnis
yang berada di luar KUHD.

20
Sehingga berlaku adagium: Lex specialis derogat legi
generalis: Hukum khusus mengesampingkan hukum umum
atau hukum khusus menghapuskan hukum umum. Hukum
perdata merupakan hukum umum (lex generalis) dan hukum
dagang serta hukum bisnis atau aturan lainya adalah hukum
khusus (lex specialis).
Hubungan antara KUH Perdata dengan KUHD sangat
erat, karena sejak kemunculan kedua instrumen hukum
tersebut, semula terdapat dalam satu kodifikasi. pemisahanya
disebabkan karena adanya tuntutan dan perkembangan hukum
itu sendiri dalam pergaulan di lapangan hukum perniagaan.

B. Menanya diperlukanya hukum bisnis


Setelah anda membangun konsep pemahaman hukum
bisnis dengan benar tentu akan muncul berbagai pertanyaan
yang perlu untuk dijawab lebih lanjut. Misalnya apa
problematika hukum bisnis di Indonesia?, apa tantangan
penegakan hukum bisnis di Indonesia?, apa problematika
pelaku usaha terkait hukum bisnis di Indonesia?, seberapa
efektifkah hukum bisnis sebagai wahana informasi?, pengatur
keseimbangan hak dan kewajiban dan membentuk karakter
bisnis yang baik?, Termasuk hukum pidana atau perdata bisnis
itu?.
Mari kita merefleksikan sedikit, atas pemahaman konsep
hukum, bisnis dan hukum bisnis dengan menanyakan apa
yang dimaksud dengan hukum? apa yang dimaksud dengan
bisnis?, dan apa yang dimaksud dengan hukum bisnis?.
Berdasarkan penelusuran konsep hukum di atas bahwa
hukum dapa didefinisikan sebagai himpunan petunjuk hidup
(yang berisi perintah-perintah dan larangan-larangan), yang
dubuat oleh lembaga resmi yang berwenang dan dilengkapi
dengan sanksi untuk mengatur tata tertib dalam masyarkat
yang seharusya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat. Bisnis
dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh
satu atau lebih orang (sekelompok
orang/organisasi/korporasi) untuk memproduksi dan/atau

21
menjual produk dalam bentuk barang dan/atau jasa yang
tujuanya mendapatkan keuntungan. Hukum bisnis dapat anda
definisikan sebagai seperangkat aturan hukum untuk mengatur
kegiatan bisnis.
Selanjutnya pertanyaan yang dapat dibuat untuk dijawab
adalah hukum lahir dari mana?, apa arti penting hukum? dan
apa fungsi hukum bisnis?.
Tentu pertanyaan tersebut juga dapat anda jawab. Bahwa
hukum lahir dari kehendak manusia. Pentingnya hukum
adalah untuk mengatur kehidupan manusia agar tertip, aman,
teratur, adil dan sejahtera. Hal ini dapat didasarkan banyaknya
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak
sedikti hanya menggunakan haknya saja melupakan
kewajibanya dan tak sedikit pula yang menggunakan haknya
dan hak tersebut mengganggu hak orang lain. fungsi hukum
bisnis sebagai sumber informasi yang bermanfaat bagi pelaku
bisnis, memberikan penjelasan atas hak dan kewajibanya dalam
kegiatan bisnis, serta mewujudkan aktifitas bisnis dengan
disertai watak dan perilakunya sehingga tercipta kegiatan
bisnis yang sehat, dinamis dan berkeadilan karena ada jaminan
kepastian hukum.
Selanjutnya akan pemahaman tentang sumber hukum
dan hukum bisnis akan dijelaskan pada sub-bab berikut;

C. Menggali sumber hukum bisnis


Sebelum anda memahami sumber hukum anda perlu
tahu terlebih dahulu kntruksi hukum di Indonesia. Jika kita
menelusuri sumber historis bahwa corak hukum di indonesia
sangat kental dengan nuansa hukum belanda. Misalnya KUHD,
KUHP, KUHPdt, dan lain-lain. Hal tersebut tidak dipungkiri
bahwa belanda pernah singgah di Indonesia dan membuat
produk hukum. Dengan kata lain hukum di indonesia diwarnai
oleh hukum warisan jaman hindia belanda. Misalnya:
1. Hukum Perdata
Hukum perdata merupakan segala aturan hukum
yang mengatur hubungan hukum antara orang perorangan.

22
Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH
Per)/ Burgelick Wetboek dibagi menjadi beberapa bagian
penting yaitu:
a. Buku I tentang orang (vanpersoon recht) mengatur tentang
hukum perorangan dan hukum keluarga. Buku I
mengatur secara khusus status serta hak dan kewajiban
yang dimiliki oleh subyek hukum. antara lain ketentuan
mengenai timbulnya hak keperdataan seseorang,
kelahiran, kedewasaan, perkawinan, perceraian dan
hilangnya hak keperdataan seseorang. Khusus persoalan
perkawinan di Indonesia sudah diatur di dalam UU
Perkawinan (baca juga UU No. 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan.
b. Buku II tentang benda (zaakenrecht) mengatur tentang
hukum benda yaitu hukum yang mengatur hak dan
kewajiban yang dimiliki subyek hukum yang berkaitan
dengan benda, waris dan penjaminan.
c. Buku III tentang perikatan (Verbintenesserenrecht)
merupakan hukum yang mengatur tentang hukum
perikatan (juga perjanjian) yakni jenis-jenis perikatan
(yakni perikatan yang timbul dari (ditetapkan) undang-
undang dan perikatan yang timbul akibat dari adanya
perjanjian).
d. Buku IV tentang daluwarsa dan pembuktian (verjaring en
bewjs) mengatur tentang hak dan kewajiban subyek
hukum (khususnya batas atau tenggat waktu) dalam
mempergunakan hak-haknya dalam hukum perdata dan
hal lain yang berkaitan dengan pembuktian.

2. KUHD
Selain diatur di dalam KUH Perdata, hukum bisnis
juga diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD) yang berlaku sejak 1 mei 1848 melalui
staasblad No. 23 yang terdiri atas 2 (dua) buku dan 23 (dua
puluh tiga) bab.
a. Buku I tentang perdagangan pada umumnya (10 bab)

23
b. buku II hak dan kewajiban yang timbul karena
perhubungan kapal/pelayaran (13 bab). (baca juga
KUHD).

Dua produk hukum di atas adalah contoh, anda dapat


pula menelusuri produk hukum yang lain.
Sumber-sumber hukum bisnis berasal dari:
a. Perundang-undangan mislanya KUH Perdata, KUH
Pidana, KUH Dagang
b. Peraturan perundang-undangan mislanya UU tentang
perbankan, UU tentang perseroan terbatas, UU tentang
hak cipta, UU tentang perlindungan konsumen, dan lain-
lain,
c. Perjanjian. Perjanjian yang dilakukan oleh para pihak
dalam aktifitas bisnis dapat menjadi sumber hukum.
d. Yurisprudensi
e. Kebiasaan dalam berbisnis
f. Doktrin

D. Membnagun argument tentang dinamika dan tantangan


hukum bisnis
Suatu kenyataan bahwa kegiatan bisnis selalu
mengalami perubahan yang cepat bahkan terkadang tak
terduga. Tidak jarang peristiwa hukum terjadi sedangkan
produk hukumnya belum ada. Selain itu, hukum sudah ada,
namun tidak mampu menyesuaikan dengan perkembangan
yang ada. Sehingga menjadi tidak heran manakalah sering kali
ada produk hukum yang dilakukan perubahan berkali-kali. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh instrumen hukum tidak
mampu mengakomodir kepentingan yang ada, sehingga perlu
dilakukan refisi atau diperbaharui. Idealnya hukum yang baik
adalah hukum yang mampu dan bertahan ketika zaman
berubah, atau hukum yang mampu berlaku lama atau jangka
panjang. Jika dilihat secara detail, tantangan hukum bisnis
meliputi hal-hal sebagai berikut:

24
1. Tantangan dari sisi proses pembuatanya, hukum bisnis yang
dibuat hendaknya sesuai dengan apa yang akan diatur, baik
dari sisi isi dan substansinya, serta harus terhindar adanya
ketidak netralan aparat pembuat hukum dalam membuat
hukum misalnya pembuat hukum tidak boleh jual beli pasal
dalam proses pembuatanya. Pembuat hukum harus
memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan
seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya untuk kelompok
atau golonganya.
2. Tantangan dari sisi sosialisasi, sosialisasi dilakukan dalam
rangka memasyarakatkan produk hukum yang dibuat oleh
aparat yang ditugasi membuatnya. Tantanganya adalah
bagaimana produk hukum yang dibuat dapat diketahui oleh
seluruh masyarkat yang notabene negara Indonesia ini
sangat luas, dengan berbagai kondisi demografi dan
geografinya.
3. Tantangan dari sisi implementasi. Proses pembuatan
produk hukum yang tidak netral dan tidak disosialisasikan
dengan benar akan menjadi tantangan tersendiri dalam
proses implementasinya, sebab banyak masyarakat yang
tidak tahu bahwa aktifitas yang dilakukan diatur oleh
peraturan resmi yakni undang-undnag misalnya. Proses
pembuatan hukum benar, sosialisasi benar namun
implementasi tidak didukung dengan komitmen seluruh
masyarakat dan aparat penegak hukum, maka hukum sama
halnya tidak ada artinya.

Selain itu, tantantangan hukum bisnis adalah kondisi


yang berubah sehingga jenis dan aktifitas bisnispun berubah,
pelaku bisnis, aparat pemerintah, dan masyarakat pada
umumnya.

E. Esensi dan urgensi hukum bisnis


Pernahkah anda berfikir, bagaimana kondisi bisnis di
Indonesia untuk masa yang akan datang dengan berbagai
instrumen hukum yang ada saat ini? Apakah instrumen hukum

25
yang ada mampu menciptakan iklim bisnis yang kondusif serta
memartabatkan atau sebaliknya?. Pertanyaan tersebut tentu
juga menjadi pertanyaan pada masa lampau dan masa kini
bukan?. Berbagai problematika dibidang bisnis yang
mengharuskan untuk diselesaikan melalui instrumen hukum
menunjukkan pentingnya hukum bisnis. Melalui informasi
yang benar, jaminan kesadaran kepastian hak dan kewajiban,
serta terciptanya iklim bisnis dan kehidupan yang kondusif
menjadi esensi tersendiri bagi hukum bisnis. Hal ini disebabkan
masih banyak kita jumpai masalah hukum dibidiang bisnis
yang disebabkan oleh pelaku usaha maupun masyarakat.

F. Rangkuman
1. Ilmu hukum merupakan bidang yang secara khusus
menelaah, mengkaji hukum. pengantar ilmu hukum
menjadi bekal dasar dan mendasar untuk memahami
hukum yang lebih lanjut misalnya secara khsuus tentang
hukum bisnis.
2. Hukum lahir dari kehendak manusia. Kaidah hukum
berbeda dengan kaidah sosial lainya mislanya kaidah
agama, kesusilaan dan kesopnan.
3. Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (yang berisi
perintah-perintah dan larangan-larangan), yang dubuat oleh
lembaga resmi yang berwenang dan dilengkapi dengan
sanksi untuk mengatur tata tertib dalam masyarkat yang
seharusya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat. Salah
satu tatanan sosial yang sedikit banyak memiliki kontribusi
terhadap terciptanya kehidupan yang tertip dan teratur
adalah kaidah hukum.
4. Tujuan hukum secara umum adalah untuk mengatur
tingkah laku manusia dalam hidup bermasyarakat sehingga
tertib, aman, dan adil. Secara khsuus tujuan hukum adalah:
(1) untuk mengatur tata tertib masyarakat secara damai dan
adil; (2) untuk menjaga kepentingan setiap manusia agar
kepentingan itu tidak dapat diganggu; dan (3) untuk

26
menjamin adanya kepastian hukum dalam pergaulan
manusia.
5. Fungsi hukum adalah untuk melindungi hak-hak manusia
agar tidak dilanggar oleh orang lain.
6. Bisnis adalah suatu usaha yang dilakukan oleh satu atau
lebih orang (sekelompok orang/organisasi/korporasi)
untuk memproduksi dan/atau menjual produk dalam
bentuk barang dan/atau jasa yang tujuanya mendapatkan
keuntungan.
7. Hukum bisnis dapat kita definisikan sebagai segala
peraturan resmi, yang dibuat oleh lembaga resmi yang
berwenang yang secara khusus mengatur hal ihwal dalam
berbisnis.
8. Hukum bisnis memiliki fungsi sebagai sumber informasi
yang bermanfaat bagi pelaku bisnis, memberikan penjelasan
atas hak dan kewajibanya dalam kegiatan bisnis, serta
mewujudkan aktifitas bisnis dengan disertai watak dan
perilakunya sehingga tercipta kegiatan bisnis yang sehat,
dinamis dan berkeadilan karena ada jamnian kepastian
hukum.
9. Sumber-sumber hukum bisnis berasal dari: Perundang-
undangan, Peraturan perundang-undangan, Perjanjian,
Yurisprudensi, Kebiasaan dalam berbisnis, Doktrin
10. Dinamika hukum bisnis sangat disesuaikan dengan kondisi
kehidupan bisnis yang berkembang. Tantangan hukum
bisnis adalah bagiaman hukum bisnis yang dibuat agar
selalu relefan dengan segala situasi dan kondisi. Selain itu,
instrument hukum yang dibuat baik dari sisi proses,
sosialisais dan implementais hukum bisnis menjadi
tantangan tersendiri. Selain faktor sumber daya lainya
mislanya sumberdaya manusia pelaku bisnis, sumberdaya
manusia parat pembuat dan penegak hukum bisnis dan
dukungan masyarakat pada umumnya dalam membangun
komitmen didalam penerapan hukum bisnis bagi
kehidupan bisnis dan kehidupan pad aumumnya.

27
11. Hukum bisnis dihadapkan pada perubahan jaman sangat
dinamis dengan berbagai problematikanya. Hukum bisnis
diharapkan dapat hadir mengatasi problematikan tersebut.

G. Latihan Soal
1. Silahkan saudara jelaskan hukum lahir dari kehendak siapa?
serta apa pentingnya hukum bagi kehidupan manusia?
2. Apa perbedaan norma hukum dengan kaidah sosial lainya?
Jelaskan!
3. Pendekatan apa saja yang dapat digunakan untuk
mempelajari hukum? Jelaskan!
4. Tulislah 10 definisi hukum menurut para ahli, kemudian
buatlah sintesa penegrtian hukum dengan menggunakan
Bahasa saudara sendiri!
5. Buatlah bagan atau peta konsep klasifikasi hukum!
6. Jelaskan yang dimaksud subyek dan obyek hukum!
7. Tulislah 10 definisi bisnis menurut para ahli, kemudian
buatlah sintesa definisi bisnis dengan menggunakan Bahasa
saudara sendiri!
8. Apakah yang dimaksdu hukum bisnis serta sebutkan
sumber hukum bisnis!
9. Bagaimanakah dinamika dan tantangan hukum bisnis di
Indonesia baik dilihat dari sisi proses pembuatan hukum,
sosialisasi hukum dan implementasi hukum?
10. Apa esensi dan urgensi hukum bisnis bagi kehidupan pada
umumnya dan kehidupan bisnis pada khususnya? Silahkan
lengkapi jawaban saudara dengan 4 contoh kasus dibidang
bisnis yang dapat menunjukkan bahwa hukum bisnis itu
penting, jawaban dapat saudara peroleh dengan menelusuri
berbagai sumber dan media yang ada!

H. Rencana Tindak lanjut


Agar pemahaman saudara komprehensip hendaknya
saudara memahami materi yang sudah disajikan dengan penuh
kesungguhan serta memperkaya berbagai materi terkait dari
berbabagai sumber dan media yang relefan, mislanya

28
menelusuri buku-buku pengantar hukum bisnis, buku hukum
bisnis, baik yang tersedia cetak maupun eletronik, serta artikel
ilmiah dan lain sebagainya. Saudara juga dapat menelusuri
referensi sebagai mana yang ada pada daftar rujukan sub bab I.
Selain itu, tugas yang perlu saudara lakukan adalah
melakukan survei kepada mahasiswa (yang bukan berasal dari
kelas saudara) dan pelaku usaha pemahamnya tentang hukum
bisnis melalui pertanyaan berikut:
1. Apa yang saudara ketahui dengan hukum bisnis?
2. Tahukah saudara bahwa bisnis yang anda jalankan diatur
oleh hukum (Pertanyaan untuk pelaku usaha)?, Tahukan
saudara bahwa berbisnis itu diatur oleh undnag-undnag
(pertanyaan untuk mahasiswa)
3. Sebutkan 10 jenis undang-undang yang mengatur
kehidupan bisnis (undang-undang apa nomor berapa dan
tahun berapa, serta mengarur tentang apa)!
4. Laporkan hasil kerja anda sesuai dengan tempat, saluran
dan mekanisme sesuai permintaan dosen anda!

I. Daftar Rujukan
Daliyo, JB. 2001. Pengantar IlmuHukum. Panduan Untuk
Mahasiswa. Jakarta: Prenhalindo.

Faisal Santiago. 2012 . Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta: Mitra


wacana Media

Fuady, Munir. 1996. Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek.


Bandung: Citra Aditya Bakti.

_________. 2005. Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern


di Era Global. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Mariam Darus Badrulzaman. 1994. Aneka Hukum Bisnis.


Bandung: Alumni.

Mertokusumo, Sudikno. 1988. Mengenal Hukum. Yogyakarta:


Liberty.

29
Rahardjo, Satjipto. 1991. Ilmu Hukum. Jakarta: Citra Aditya
Bakti.

Sutjipto Raharjo. 2005. Ilmu Hukum. Bandung: Citra Adtya Bakti

Ricard Burton Simatupang. 2007. Aspek Hukum Dalam Bisnis.


Jakarta: Rineka Cipta

Riduan Syahrani. 2009. Rangkuman Intisari Ilmu Hukum.


Bandung: Citra Adtya Bakti

Salim HS. 2006. Pengantar Hukum Perdata Tertulis[BW]. Cetakan


Keempat. Jakarta: Sinar Grafika

Sudikno Mertokusumo. 1999. Mengenal Hukum. Yogyakarta:


Liberty.

Wiyanto. 2019. Pengantar Hukum Bisnis. Yogyakarta:


Deepublish

30
BAB II
KONTRAK/PERIKATAN/PERJANJIAN SEBAGAI
SALAH SATU SUMBER HUKUM

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya terkadang


saling menggantungkan dirinya satu sama lain. Sebab, semua
kebutuhan manusia tidak semuanya dapat dipenuhi oleh dirinya
sendiri. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut tidak
jarang kita jumpai atau bahkan kita sendiri sebagai pelakunya
mengadakan perjanjian dengan pihak lain. Baik berupa perjanjian
hutang piutang, untuk meneguhkan komitmen antara pihak
berapa banyak uang yang dpinjam, kapan uang dikembalikan,
bagaimana cara pengembalianya, berapa besar bunga yang harus
dibayarkan. Ketika anda bekerja juga tak jarang anda diminta
tanda tangan kontrak kerja, untuk meneguhkan apa hak dan
kewajiban anda sebagai pekerja dan pemberi kerja serta
konsekuensinya. Perjanian yang dilakukan antara pemberi kerja
dengan tenaga kerja biasa dikenal dengan perjanjian kerja.
Perjanjian kerja merupakan suatu perjanjian antara pekerja atau
buruh dan pengusaha taua pemberi kerja yang memuat syarat-
syarat hak dan kewajiban pihak untuk melakukan hubungan kerja.
Dibidang ekonomi misalnya, kerap kali perjanjian itu
dilakukan oleh para pelaku ekonomi baik perjanjian yag sifatnya
formal maupun non formal. Sebut saja jual beli misalnya. Jual beli
tak jarang dilakukan perjanjian antara penjual dan pembeli.
Bahkan perjanjian itu sekedar dilakukan dengan sebuah ucapan
atau janji biasa disertai dengan keyakinan. Selain itu, sewa
menyewa, pemberian kuasa, pemberian jasa, pemborongan
pekerjaan, perjannian kerja, asuransi, lisensi, keagenan, waralaba,
dan masih banyak lagi yanglainya. Semua aktifitas tersebut
memiliki ikatan dengan persoalan hukum atau tidak dapat
terlepas dari jangkauan hukum. Hukum perjanjian yang biasa
dikenal dengan contract law adalah salah satu hukum yang dapat
menjangkaunya.

31
Agar pemahaman anda komprehensip berkaitan dengan
perjanjian/kontrak atau perikatan maka pada pokok bahasan ini
akan disajikan secara khusus tentang perjanjian. Sejalan dengan
pendekatan pembelajaran dan pendekatan dalam penyajian materi
dengan menggunakan pendekatan dialog kreatif partisipatori,
secara sistematis kita akan mempelajari pokok bahasan yang
meliputi; (1) menelusuri konsep dan urgensi perjanjian; (2)
Menanya diperlukanya perjanjian; (3) Menggalih berbagai sumber
perjanjian; (4) Membangun argument tentang dinamika dan
tantangan dalam perjanjian; (5) Esensi dan urgensi perjanjian; (6)
diakhir pembahsan materi disajikan rangkuman, latihan soal,
rencana tindak lanjut serta sumber pustaka atau rujukan yang
dapat ditelusuri, diakses atau dimiliki agar pemahaman anda
tentang perjanjian menjadi lebih baik.
Setelah mengkaji pokok bahasan ini diharapkan anda dapat
memahami baik secara teoritis maupun praktis konsepsi perjanjian
sebagai hukum positif dan pelaksanaanya, sumber perjanjian,
dinamika dan tantangan dalam perjanjian, serta esensi dan
urgensinya dalam kehidupan sehar-hari.
A. Menelusuri konsep dan urgensi kontrak/perikatan/perjanjian
Jika saudara mempelajari sejarah bahwa kontrak ada
berkembang di romawi dimana pada masa tersebut orang
bersumpah dianggapnya sebagai janji. Apabila yang
bersumpah melanggarnya maka diberikan hukuman atau
sanksi (Hartono, 1969:13). Pada abad ke-19 sangat Nampak
jelas perkembangan hukum kontrak dengan teori klasiknya
mengenai substantive justice yang merupakan kritik dari abad
pertengahan. Dimana dalam teori klasik ini menekankan pada
kebebasan individual. Sebab, pada masa ini model umum
hukum konrak yang klasik dibangun dari ideology
individualism era klasik (Ridwan, 2011:41). Pada masa itu,
hakim-hakim dan sarjana hukum di Inggris dan Amerika
Serikat menolak justifikasi kewajiban kontraktual yang
diderivasi dari inherent justice atau fairness of an exchange.
Sumber kewajiban kontraktual adalah bertemunya kehendak

32
(convergence of the wills) atau konsensus para pihak yang
membuat kontrak.
Di Indonesia, Hukum kontrak saat ini menganut tradisi
civil law yang berpedoman pada aturan yang merupakan
warisan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda, fakta lain
yang tampak adalah pengaruh Belanda yang telah
menancapkan pilar-pilar ketentuan yang mengikat antara
masyarakat dengan penguasa maupun masyarakat dengan
masyarakat sendiri (David dan Jhon, 1978:21).
Di atas adalah sedikit sajian sejarah perjanjian atau
kontrak. Saudara dapat menggalih lebih mendalam dari masa
ke masa perkembangan hukum kontrak di dunia maupun
diindonesia dengan cara menelusuri berbagai sumber yang
relefan terkait fakta-fakta sejarah kontrak atau perjanjian.
Banyak tersedia buku-buku, literature, serta banyak
perpustakaan-perpustakaan diindonesia maupun dunia yang
dapat diakses oleh siapa saja yang memiliki kepentingan.
SUmber referensi cetak dan digital banyak di sana yang sangat
bermanfaat bagi kita.
Agar pemahaman kita komprehensip, sekalipun anda
awam dalam memepelajari hukum maka pada pokok bahasnan
ini tentu anda akan bertanya bukan, sesungguhnya apa yang
dimaksud dengan kontrak/perjanjian, apa unsurnya, apa asas-
asa dalam kontak, apa syarat sahnya, kapan mulai berlaku dan
berakhirnya kontrak/perjanjian dana pa jenis kontrak?
Sebagaimana di awal sudah disajikan bahwa salah satu
hukum yang mampu menjangkau aktfitas kegiatan ekonomi
misalnya jual beli, sewa menyewa, leasing, pemberian kuasa,
pemebrian jasa, waralaba, asuransi, pemborongan kerja,
perjanjian kerja, lisensi, keagenan dan masih banyak lagi lainya
adalah hukum perjanjian atau yang dikenal dengan istilah
contract law. Oleh karenanya dalam pemenuhan kebutuhan
manusia hamper tidak lepas dengan namanya perjanjian. Baik
yang formal amupun non formal, tertulis maupun tidak
tertulis, perjanjian yang fleksible hingga perjanjian yang baku.

33
Sesungguhnya apa yang dimaksud dengan perjanjian?.
Banyak istilah yang dapat digunakan untuk menyebut kata
kontrak atau perjanjian misalnya Akad (Bahasa arab),
Overeenkomst (Bahasa Belanda), Contract atau agreement
(bahasa inggris), dan kontrak atau perjanjian dalam Bahasa
Indonesia.
Secara sepintas kalau kita bicara soal kontrak, maka yang
terbesit di pikiran kita adalah perjanjian yang tertulis. Namun,
akan berbeda kalau kita mengatakan perjanjian yang terbesit
diotak kita adalah baaik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis. Sehingga pengertian kontrak bisa menjadi lebih sempit
dibandingkan dengan perjanjian.
Pengertian perjanjian dapat kita jumpai didalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata atau yang dikenal dengan
KUH Perdata. Didalam KUH Perdata khususnya pada pasal
1313 perjanjian diartikan sebagai suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya dengan satu orang
atau lebih lainya. Sehingga jika mencermati definisi tersebut,
pengertian tersebut mengandung kelemahan misalnya sifatnya
yang sepihak, tidak menyebut tujuan, serta tidak mampu
memberi batasan pada perbuatan apa, sehingga bisa
dipersepsikan berbagai macam. Oleh karenanya definisi
tersebut kurang menggambarkan esensi yang sebenarnya
(Ilhamdi, 2014:2).
Selain itu, kelemahan yang juga dapat kita urai satu
persatu sebagai berikut:
1. Kelemahan pertama

"Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan


mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih".

Kata suatu perbuatan dianggap terlalu luas. Karena


meliputi:
a. perbuatan hukum yang dapat menimbulkan akibat
hukum (zaakwaarneming)

34
b. Perbuatan yang melawan hukum (onrechtmatigedaad),
dan
c. Perbuatan biasa yang tidak menimbulkan akibat hukum.

Sedangkan perjanjian merupakan perbuatan hukum,


karena perjanjian terjadi disebabkan oleh adanya
kesepakatan dan dikehendaki oleh kedua belah pihak serta
menimbulkan akibat hukum. Maka, kata suatu perbuatan
yang terdapat dalam pasal 1313 KUH Perdata lebih tepat
apabila menggunakan kata “suatu perbuatan hukum”.

2. Kelemahan kedua

"Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan


mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain a tau lebih".

Definisi tersebut dianggap tidak lengkap karena


hanya mengacu sepihak saja. Sehingga rumusan yang lebih
tepat adalah “atau kedua belah pihak saling mengikatkan
diri”.

3. Kelemahan ketiga

"Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan


mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain a tau lebih".

Definisi tersebut masih terlalu luas padahal yang


dimaksudkan adalah hanya perbuatan dalam lapangan
hukum harta kekayaan saja. Jika kita cermati lebih
mendalam dari definisi tersebut perbuatan yang dapat
termasuk didalamnya adalah perbuatan dalam lapangan
hukum keluarga.

Selain definifi di atas, kontrak atau perjanjian juga


didefinisikan oleh beberapa ahli. Misalnya Prof. Subekti

35
mendefinisikan perjanjian berbeda dengan perikatan. Beliau
menganggap bahwa perjanjian itu tidak sama atau beda
dengan perikatan. Beliau mendefinisikan perikatan sebagai
suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu
hal dari pihak lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk
memenuhi tuntutan itu. Sedangkan perjanjian adalah suatu
peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau
dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
sesuatu hal. Selain itu, Sudikno Mertokusumo Beliau
menyatakan bahwa hendaknya perjanjian dibedakan dengan
janji. Perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak atau
lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat
hukum.
Pada hakekatnya perikatan dan perjanjian pada dasarnya
sama yakni hubungan hukum antara pihak-pihak yang diikat
di dalamnya, namun definisi perikatan lebih luas dibandingkan
perjanjian, sebab hubungan hukum yang ada dalam perikatan
munculnya tidak hanya dari perjanjian tetapi juga dari aturan
perundang-undangan. Secara substansial bahwa kontrak
adalah adanya mutual agreement atau persetujuan (assent) para
pihak yang menciptakan kewajiban yang dilaksanakan atau
kewajiban yang memiliki kekuatan hukum.
Berdasarka pengertian di atas maka dapat kita buat
rumusan definisi "Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan
hukum dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih atau kedua belah pihak
saling mengikatkan diri dalam lapangan hukum harta
kekayaan.
Dengan demikian, berdasarkan pengertian di atas,
unsur-unsur perjanjian dapat meliputi:
1. Adanya dua pihak atau lebih. Dua pihak tersebut adalah
subyek hukum yakni orang atau badan hukum. Perjanjian
dapat terjadi antara satu orang dengan satu orang, satu
orang dengan banyak orang, banyak orang dengan banyak
orang, satu orang dengan badan hukum, banyak orang

36
dengan badan hukum, banyak badan hukum dengan
banyak orang, satu badan hukum dengan satu badan
hukum, banyak badan hukum dengan banyak badan
hukum.
2. Adanya kata sepakat diantara para pihak. Perjanjian terjadi
manakala ada kesepakatan antara kedua belah pihak. Jika
tidak ada kesepakatan berarti perjanjian tidak akan terjadi.
Bila mana tidak ada kesepakatan tetapi perjanjian tetap
dilakukan, berarti dalam proses perjanjian tersebut ada yang
salah.
3. Adanya akibat hukum yang ditimbulkan berupa hak dan
kewajiban atau melakukan suatu perbuatan.

Selain 3 (tiga), hal di atas unsur perjanjian atau kontrak


dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga):
1. Unsur Esensiali. Unsur esensiali merupakan unsur pokok
yang harus ada dalam kontrak. Unsur esensiali ini adalah
harus ada adalah kesepakan dan adanya hal tertentu yang
diperjanjikan, karena tanpa adanya kesepakatan maka
kontrak tidak akan terjadi. Sebagai contoh, di dalam
kegiatan kontrak jual beli harus ada kesepakatan antara
barang dan harga yang akan dijual oleh penjual serta barang
dan harga yang akan dibei oleh pembeli. Apabila tanpa
kesepakatan mengenai barang dan harga dalam kontrak jual
beli, kontrak yang dilakukan dapat batal demi hukum
karena tidak ada hal tertentu yang diperjanjiakan.
2. Unsur naturalia. Unsur Naturalia merupakan unsur yang
telah diatur dalam undang-undang apabila tidak diatur oleh
para pihak dalam kontrak, undang-undang yang
mengaturnya. Dengan demikian, unsur naturalia ini
merupakan unsur yang selalu dianggap ada dalam kontrak.
Sebagai contoh, jika dalam kontrak todak diperjanjikan
tentang cacat tersembunyi, secara otomatis berlaku
ketentuan dalam BW bahwa penjual yang harus
menanggung cacat tersembunyi.

37
3. Unsur aksidentalia. Unsur ini merupakan unsur yang nanti
ada atau mengikat para pihak jika para pihak
memperjanjikannya. Sebagai contoh. Dalam kontrak jual beli
dengan angsuran diperjanjikan bahwa apabila pihak debitur
lalai dalam membayar utangnya dikenakan denda dua
persen perbulan keteralambatan, dan apabila debitur lalai
membayar selama tiga bulan berturut-turut, barang yang
sudah dibeli dapat ditarik kembali oleh kreditor tanpa
melalui pengadilan.

Suatu perjanjian yang dibuat baik secara tertulis maupun


tidak tertulis seharusnya mampu mengekspresikan kehendak
pihak-pihak yang saling mengikatkan diri di dalam perjanjian.
Sudah menjadi hal yang wajar dan umum guna mewujudkan
tujuan yang diinginkan dari dilakukanya kesepakatan ketika
akan mengadakan perjanjian (Schwartz dan Scott, 2003).
Hukum kontrak menekankan tanggung jawab sukarela
seseorang untuk melakukan suatu kewajiban atau dikenal
dengan self imposed obligation. Kewajiban di bawah kontrak
bisa jadi tidak dapat dilaksanakan karena munculnya keadaan
memaksa atau overmacht.
Perjanjian yang disepakati baik tertulis maupun tidak
tertulis perlu mengindahkan asas-asas dalam perjanjian dan
aturan hukum yang berkaitan dengan perjanjian.
Dengan demikian pemahaman mmendasar tentang asas
dalam perjanjian/kontrak menjadi sangat penting. Sehingga
kita perlu untuk memahaminya secara komprehensip. Agar
pemahaman kita tidak salah maka kita lihat terlebih dahulu
asas di dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan sebagai
(1) dasar (sesuatu yang menjadi tumpuhan berfikir atau
berpendapat); (2) dasar cita-cita; dan (3) hukum dasar.
Sedangkan asas / Principle (bahasa Inggris) / Leer (bahasa
Belanda) mempunyai arti sebagai teori atau ajaran pokok.
Asas jika di kaitkan dengan pembicaraan soal hukum
muncul istilah asas hukum. Prof. Sudikno, memberikan definisi
yang dimaksud dengan asas hukum adalah suatu pikiran dasar

38
yang bersifat umum yang melatarbelakangi pembentukan
hukum positif.
Hubungan fungsional antara asas dan ketentuan hukum
dapat dipahami bahwa; (1) Asas-asas hukum berfungsi sebagai
pembangun sistem; dan (2) Asas-asas itu membentuk satu
dengan lainnya suatu sistem check and balance.
Kaitanya dengan perjanjian/kontrak sehingga muncul
istilah asas hukum kontrak/perjanjian. Sehingga pengkajian
asas-asas hukum perjanjian memiliki peranan yang sangat
penting untuk memahami berbagai undang-undang mengenai
sahnya perjanjian. Akan lebih mudah seseorang memahami
ketentuan perundang-undangan manakalah telah mengetahui
asas-asas yang berkaitan dengan masalah tersebut.
Pada pasal 1338 KUH Perdata menyatakan bahwa:
1. Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya;
2. Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kata
sepakat keduabelah pihak atau karena alasan undang-
undang yang dinyatakan cukup untuk itu; dan
3. Perjanjian tersebut harus dilaksanakan dengan iktikad baik.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa hukum


perjanjian memberikan kebebasan kepada subyek perjanjian
(orang atau badan hukum) untuk melakukan perjanjian dengan
beberapa pembatasan tertentu.
Berdasarka teori, di dalam ilmu hukum perdata suatu
hukum kontrak memuat 5 (lima) asas. Kelima asas tersebut
adalah:
1. asas kebebasan berkontrak (freedom of contract),
2. asas konsensualisme (concsensualism),
3. asas kepastian hukum (pacta sunt servanda),
4. asas itikad baik (good faith), dan
5. asas kepribadian (personality).

39
Secara lebih rinci kelima asas tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. asas kebebasan berkontrak (freedom of contract)
Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari
ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPer, yang berbunyi:
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Dengan kata
lain bahwa kesepakatan yang diambil oleh para pihak yang
mengikatkan diri, mengikat mereka sebagai undang-
undang.
Asas kebebasan berkontrak menjadi sumber
berkembang pesatnya hukum perjanjian, tidak hanya
diindonesia, tetapi juga dilever regional maupun
internasional (Ery Agus Priyono, 2018:20). Asas kebebasan
berkontrak ini menjadi dasar berlakunya asas konsensual.
Asas kebebasan berkontrak juga merupakan asas yang
sangat esensial. Di dalam kehidupan pribadi maupun
kehidupan sosial kebebasan berkontrak merupakan bagian
dari hak asasi manusia yang harus dihormati (Khairandy,
2013).
Sebagaimana lahirnya,yang menjadi latar belakang
asas kebebasan berkontrak adalah adanya paham
individualisme yang secara embrional lahir dalam zaman
Yunani, yang diteruskan oleh kaum Epicuristen dan
berkembang pesat dalam zaman renaissance melalui antara
lain ajaran-ajaran Hugo de Grecht, Thomas Hobbes, John
Locke dan J.J. Rosseau.
Menurut paham individualisme, setiap orang bebas
untuk memperoleh apa saja yang dikehendakinya. Dalam
hukum kontrak asas ini diwujudkan dalam “kebebasan
berkontrak”. Teori leisbet fair ini menganggap bahwa the
invisible hand akan menjamin kelangsungan jalannya
persaingan bebas. Karena pemerintah sama sekali tidak
boleh mengadakan intervensi didalam kehidupan sosial
ekonomi masyarakat.

40
Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan
kebebasan kepada para pihak untuk:
a. membuat atau tidak membuat perjanjian;
b. mengadakan perjanjian dengan siapa pun;
c. menentukan isi perjanjian, pihak yang telah sepakat akan
membuat perjanjian bebas untuk menentukan apa yang
boleh dan tidak boleh dicantumkan dalam suatu
perjanjian. Selain itu, para pihak nantinya yang akan
menentukan bagaimana pelaksanaan perjanjian, dan apa
saja persyaratannya.
d. serta menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis
atau lisan.

Pada penerapanya asas kebebasan berkontrak


menjadi dasar bagi berlakunya asa konsensual.Indikasikan
adanya keseimbangan kepentingan, kesembingan
dalampembagian beban resiko, dan keseimbangan posisi
tawar (bargaining position) menjadi dasar landasanya.
Walaupun dalam praktiknya apa yang mengikat sebagai
undang-undang bagi para pihak itu didasarkan kesepakatan
semu. Apa dasar alasanya?. Dalam perkembangannya asas
ini muncul menjadi paradigma baru dalam hukum kontrak
yang menjurus pada kebebasan tanpa batas (unretristicted
freedom of contract). Kondisi sekarang, asas ini juga membuat
orang/pihak yang kuat bisa memaksakan kehendaknya
terhadap pihak yang lemah, sehingga cita-cita kebebasan
berkontrak yang awalnya memberikan keseimbangan
hukum, keseimbangan kepentingan dan juga keseimbangan
dalam posisi tawar, menjadi sarana penekan bagi pihak
yang lemah. Oleh karenanya dalam penerapan asas
kebebasan berkontrak tidak dapat berdiri sendiri. Perlu
dilengkapi dengan asas yang lain. Mislanya asas consensus,
juga adanya itikat baik. Oleh karenanya, perjanjian harus
didasarkan pada “sebab” yang halal artinya tidak dilarang
undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan
yang baik atau ketertiban umum.

41
Didalam praksisnya, penerapan asas kebebasan
berkonrak perlu diikuti dengan seperangkat aturan hukum
yang mengikat para pihak yang dapat memebrikan
perlindungan hukum secara lebih proporsional bagi pihak-
pihak yang mengadakan perjanjian. Misalnya perjanjian
yang dibuat antara penjual dan pembeli. Penjual selaku
pengusaha atau produsen, pembeli selaku konsumen.
Perbuatan hukum yang dilakukan antara penjual dan
pembeli yang diikat dengan perjanjian jual beli perlu diikuti
dengan UU Perlindungan konsumen atau Undang-undang
lainya yang berkaitan.

2. Asas konsensualisme (concsensualism)


Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal
1320 ayat (1) KUHPer. Pada pasal tersebut ditentukan
bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya
kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Konsensus
tidak akan tercapai manakalah posisi tawar salah satu pihak
lebih kuat dibandingkan pihak lain dan tidak ada yang mau
mengalah. Apabila pihak yang akan mengadakan konsenus
kepentinanya terpenuhi, kemudian saling memiliki
keyakinan bahwa kepentinganya akan terpenuhi, consensus
pasti akan terpenuhi. Asas ini merupakan asas yang
menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak
diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya
kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah
persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat
oleh kedua belah pihak. Asas konsensualisme muncul
diilhami dari hukum Romawi dan hukum Jerman. Didalam
hukum Jerman tidak dikenal istilah asas konsensualisme,
tetapi lebih dikenal dengan sebutan perjanjian riil dan
perjanjian formal. Perjanjian riil adalah suatu perjanjian
yang dibuat dan dilaksanakan secara nyata (dalam hukum
adat disebut secara kontan). Sedangkan perjanjian formal
adalah suatu perjanjian yang telah ditentukan bentuknya,
yaitu tertulis (baik berupa akta otentik maupun akta bawah

42
tangan). Dalam hukum Romawi dikenal istilah contractus
verbis literis dan contractus innominat. Yang artinya bahwa
terjadinya perjanjian apabila memenuhi bentuk yang telah
ditetapkan. Asas konsensualisme yang dikenal dalam
KUHPer adalah berkaitan dengan bentuk perjanjian.

3. Asas kepastian hukum (pacta sunt servanda)


Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas
pacta sunt servanda merupakan asas yang berhubungan
dengan akibat perjanjian. Istilah “Pacta Sunt Servanda”
berarti “janji itu mengikat”. Yang dimaksudkan adalah
bahwa suatu kontrak yang dibuat secara sah oleh para pihak
mengikat para pihak tersebut secara penuh sesuai isi
kontrak tersebut. Istilah terkenalnya adalah “my word is my
bonds” atau sesuai dengan tampilan bahasa Indonesia “jika
sapi dipegang talinya, jika manusia dipegang mulutnya”.
Mengikatnya secara penuh atas kontrak yang dibuat oleh
para pihak tersebut oleh hukum kekuatannya dianggap
sama saja dengan kekuatan mengikat mengikat dari suatu
undang-undang. Karena itu, apabila suatu pihak dalam
kontrak tidak menuruti kontrak yang telah dibuatnya, oleh
hukum disediakan ganti rugi atau bahkan pelaksanaan
kontrak secara paksa.
Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa
hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi
kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya
sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan
intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para
pihak. Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam
Pasal 1338 ayat (1) KUHPer.

4. Asas itikad baik (good faith)


Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3)
KUHPer yang berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan
dengan itikad baik.” Asas ini merupakan asas bahwa para
pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan

43
substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan
yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak. Asas
itikad baik terbagi menjadi dua macam, yakni itikad baik
nisbi dan itikad baik mutlak. Pada itikad yang pertama,
seseorang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang
nyata dari subjek. Pada itikad yang kedua, penilaian terletak
pada akal sehat dan keadilan serta dibuat ukuran yang
obyektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak memihak)
menurut norma-norma yang objektif. Berbagai putusan
Hoge Raad (HR) yang erat kaitannya dengan penerapan
asas itikad baik dapat diperhatikan dalam kasus-kasus
posisi berikut ini. Kasus yang paling menonjol adalah kasus
Sarong Arrest dan Mark Arrest. Kedua arrest ini berkaitan
dengan turunnya nilai uang (devaluasi) Jerman setelah
Perang Dunia I.

5. Asas kepribadian (personality).


Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan
bahwa seseorang yang akan melakukan dan/atau membuat
kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini
dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPer.
Pasal 1315 KUHPer menegaskan: “Pada umumnya
seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau
perjanjian selain untuk dirinya sendiri.” Inti ketentuan ini
sudah jelas bahwa untuk mengadakan suatu perjanjian,
orang tersebut harus untuk kepentingan dirinya sendiri.
Pasal 1340 KUHPer berbunyi: “Perjanjian hanya berlaku
antara pihak yang membuatnya.” Hal ini mengandung
maksud bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak
hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya.
Setelah pemahaman tentang asa perjanjian sudah
anda pahami, pemahaman berikutnya yang perlu anda
katahui adalah tentang proses berkontrak. Jika dilihat dari
proses pembentukanya, perjanjian meliputi 3 tahap. Yakni:
a. Tahap pra kontrak
b. Kontrak

44
c. Pasca Kontrak

Tahap pra kontrak merupakan tahap awal yang


sangat penting dilakukan dalam rangkaian perjanjian. Pada
tahap ini dilakukan penjajakan untuk menentukan
kebutuhan pihak-pihak yang akan mengadakan perjanjian.
Pada tahap ini pula memungkinkan terjadinya proses
negosiasi antar pihak untuk menemukan kecocokan.
Walaupun dalam praktiknya, tidak semua perjanjian
melalui proses penjajakan. Misalnya dalam industri
perbankan, leasing, dan lain-lain seolah perjanjian yang
dilakukan hanya sepihak dan pihak yang memiliki
kebutuhan untuk kredit atau pinjam mau tidak mau, suka
tidak suka menyepakati atau sudah dianggap sepakat.
Karena sifat perjanjianya sudah baku. Ada kemungkinan
yang bisa muncul dari perjanjian baku. Kemungkinan
tersebut adalah adanya potensi yang dapat menimbulkan
kerugian pada salah satu pihak dan dimungkinkan dapat
menguntungkan pihak lain. Pada perjanjian baku terkadang
seolah salah satu pihak sudah dianggap mengetahui isi dari
perjanjianya dan dianggapnya hal yang umum dan wajar.
Perjanjian baku juga membuat salah satu pihak
mendapatkan nilai lebih yakni efektifitas dan efisiensi. Pihak
yang akan mengadakan perjanjian tak perlu lagi menyusun
draft dari awal, membuat satu persatu pasal demi pasal dan
membahasnya. Karena didalam perjanjian yang baku
hamper seluruh klausula – klausulanya sudah dibakukan
oleh pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak
mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta
perubahan (Priyono, 2017). Perjanjian baku biasanya juga
sudah dipakai secara meluas dalam bidang bisnis dan
digunakan secara berulang-ulang. Sehingga keabsahanya
sudah tidak perlu dipersoalkan lagi. Perjanjian baku sudah
dianggap sebagai suatu kenyataan karena lahir dari
kebutuhan masyarakat. Dunia bisnis tidak dapat
berlangsung efektif dan efisien tanpa hadirnya perjanjian

45
baku. Bisnis-bisnis yang menggunakan perjanjian baku
misalnya leasing, perbankan, operator seluler, asuransi, dan
lain-lain. Perjanjian baku juga saat ini sduah menjadi
kebutuhan dan sudah diterima masyarakat. Walaupun
akibat dari perjanjian baku juga kerapkali ada salah satu
pihak yang dirugikan. Karena pasal-pasal yang ada didalam
perjanjian baku terkadang cenderung menguntungkan salah
satu pihak. Yang perlu diantisipasi adalah perjanjian baku
yang dibuat oleh salah satu pihak agar tidak dijadikan
sebagai sarana untuk menyalahgunakan keadaan. Secara
hukum perjanjian baku yang ada unsur atau motif
penyahgunaan keadaan dapat diancam dengan pembatalan
perjanjian. Bahkan bisa juga batal demi hukum.
Walaupun perjanjianya baku, pada perjanjian apa saja
sudah dipastikan terjadi proses pemufakatan yang lazimnya
dikenal dengan penawaran. Kalau itu leasing ya terjadi
penawaran antara lessor dengan lease. Kalau itu perbankan
ya pihak bank dengan calon nasabahnya. Selain penawaran,
jika masing-masing pihak yang akan mengadakan perjanjian
dan kepentinganya terakomodir maka terjadilah
penerimaan. Apabila kepentingan kedua belah pihak tidak
terakomodir, maka dapat berujung pada penolakan atau
tidak sepakat. Ketika tidak terjadi kesepakatan maka akan
muncul kemungkinan, pertama dilakukan negosiasi ulang,
kedua penolakan karena tidak sepakat sehingga perjanjian
tidak dapat dilakukan. Prinsipnya adalah apabila didalam
pasal-pasal yang ada di dalam perjanjian baku tidak
mengandung pasal yang eksoneratif, maka tidak dilarang
perjanjian itu untuk dilakukan. Selain itu perjanjian yang
dibuat tidak melanggar syarat sah serta tidak berakibat pada
batal demi hukum atau dapat dibatalkanya perjanjian.
“You make the contrac, the courts enforce it” sebuah
ungkapan untuk menjadi peringatan agar tidak timbul
“That is not what I meant at all”. Apa maksudnya, pihak-
pihak yang mengadakan perjanjian hendaknya tidak
mengesampingkan aspek yuidis formil dan materiil.

46
Sehingga sebelum kontrak dikukuhkan, kedua aspek
tersebut perlu diberikan perhatian. Selain itu, isi yang ada
didalam klausa perjanjian telah mewakili kehendak mereka.
Sehingga dikemudian hari tidak muncul ucapan dari salah
satu pihak bahwa bukan itu yang dimaksud atau diinginkan
dalam melakukan kerjasama dalam bentuk perjanjian yang
disepakati sebelumnya.
Aspek yuridis materiil menjadi syarat yang harus
dipenuhi untuk menjadi sahnya suatu perjanjian. Asas
kontinuitas logika dalam penerapan syarat sahnya
perjanjian sebagaimana di dalam pasal 1320 KUH Perdata
perlu untuk dipertimbangkan. Di dalam undang-undang
hukum Perdata aspek yuridis materiil ini dapat digolongkan
menjadi dua. Di dalam perjanjian/kontrak aspek yuridis
materiil ini dikenal dengan dua syarat yakni syarat
subyektif dan syarat obyektif. Syarat subyektif berkenaan
dengan subyek perjanjian. Sedangkan syarat obyektif
berkenaan dengan obyek perjanjian.
a. Syarat subyektif
Syarat subyekti di dalam KUH Perdata dapat kita
jumpai pada pasal 1320. Kontrak/perjanjian apabila
tidak terpenuhinya salah satu syarat subyektif ini, maka
kontrak dapat dibatalkan atau dimintakan batal oleh
salah satu pihak yang berkepentingan. Adapun syarat
subyektif tersebut adalah “kata sepakat” bagi pihak-
pihak yang mengikatkan dirinya didalam perjanjian dan
“kecakapan” untuk membuat perjanjian. Adapun secara
lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Adanya kesepakatan mereka yang mengikatkan diri.
Dengan syarat kesepakatan kehendak
dimaksudkan agar suatu kontrak dianggap sah oleh
hukum, kedua belah pihak mesti ada kesesuaian
pendapat tentang apa yang diatur oleh kontrak
tersebut. Akan tetapi, walaupun terjadi kesepakatan
para pihak yang melahirkan perjanjian, terdapat
kemungkinan bahwa kesepakatan yang telah dicapai

47
tersebut mengalami kecacatan atau yang biasa disebut
cacat kehendak atau cacat kesepakatan sehingga
memungkinkan perjanjian tersebut dimintakan
pembatalan oleh pihak yang merasa dirugikan oleh
perjanjian tersebut.
Cacat kehendak/cacat kesepakatan dapat
terjadi karena hal-hal diantaranya yaitu:
a) Paksaan (dwang, duress)
b) Penipuan (bedrog, fraud)
c) Kekhilafan/kesesatan
d) Penyalahgunaan keadaan

Sebagaimana pada pasal 1321 dan pasal 1449


KUH Perdata menentukan bahwa kata sepakat tidak
sah apabila diberikan karena kekhilafan atau
diperoleh dengan paksaan atau penipuan sehingga
menerbitkan suatu tuntutan untuk membatalkannya.
Sehingga “kata sepakat” yang dimaksudkan
disini adalah para pihak yang mengikatkan diri telah
dapat memperhitungkan hak dan kewajiban yang
akan timbul dari kehendak yang berbeda yang telah
disepakatinya.
Ruang lingkup hak dan kewajiban yang timbul
biasanya Nampak jelas pada “hal tertentu” pada
obyek yang diperjanjikan. Walaupun terkadang
ketidak cermatan dalam menelaah, mencermati isi
dari klausa perjanjian baik aspek yuridis formil dan
materiilnya bisa berakibat pada adanya pembatasan
hak dan kewajiban yang menjadi tidak dapat
dipenuhi.

2) Cukup cakap hukum bagi pihak-pihak yang


mengikatkan diri atau pihak-pihak yang akan
melakukan perjanjian memiliki kecakapan untuk
membuatnya secara hukum.

48
Seseorang yang dikatakan cakap cukup hukum
yang dipahami saat ini adalah seseorang yang sudah
dewasa. Seseorang yang sudah dewasa menurut
hukum adalah seseorang yang secara usia sudah
memenuhi sesuai aturan hukum, sudah pernah kawin
atau menikah, tidak gila atau hilang ingatan, bukan di
bawah pengampuan atau anak kecil.
Sehingga seseorang yang sudah cukup cakap
hukum berhak dan memiliki wewenangn untuk
mengadakan kontrak atau perjanjian. Syarat wenang
berbuat maksudnya adalah bahwa pihak yang
melakukan kontrak haruslah orang yang oleh hukum
memang berwenang membuat kontrak tersebut.
Sebagaimana pada pasal 1330 KUH Perdata
menentukan bahwa setiap orang adalah cakap untuk
membuat perikatan, kecuali undang-undang
menentukan bahwa ia tidak cakap.
Mengenai orang-orang yang tidak cakap untuk
membuat perjanjian dapat kita temukan dalam pasal
1330 KUH Perdata, yaitu;
a) Orang-orang yang belum dewasa
b) Mereka yang berada dibawah pengampuan
c) Wanita yang bersuami. (Sebagai catatan, ketentuan
ini dihapus dengan berlakunya Undang-Undang
No.1 tahun 1974 tentang perkawinan. Karena pasal
31 Undang-Undang ini menentukan bahwa hak
dan kedudukan suami istri adalah seimbang dan
masing-masing berhak untuk melakukan
perbuatan hukum).

b. Syarat obyektif
Syarat sahnya kontrak/perjanjian di dalam KUH
Perdata dapat kita jumpai di dalam pasal 1320.
Konsekuensi hukum yang akan ditimbulkan apabila
syarat obyektif tidak terpenuhi adalah kontrak yang
dibuat dapat batal demi hukum. Maksudnya adalah

49
sejak kontrak tersebut ditanda-tangani secara otomatis
telah batal atau tidak sah. Syarat obyektif yang dimaksud
adalah adanya suatu “hal tertentu” dan suatu “sebab
yang halal”. Adapun penjelasan lebih rinci sebagai
berikut:
1) Adanya suatu hal tertentu
Dengan syarat perihal tertentu dimaksudkan
bahwa suatu kontrak haruslah berkenaan dengan hal
yang tertentu, jelas dan dibenarkan oleh hukum.
Mengenai hal ini dapat kita temukan dalam pasal
1332 ddan1333 KUH Perdata. Pasal 1332 KUH
Perdata menentukan bahwa “Hanya barang-barang yang
dapat diperdagangkan saja dapat menjadi pokok suatu
perjanjian”. Sedangkan pasal 1333 KUH Perdata
menentukan bahwa “Suatu perjanjian harus mempunyai
sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan
jenisnya,Tidaklah menjadi halangan bahwa jumlah barang
tidak tentu, asal saja jumlah itu terkemudian dapat
ditentukan / dihitung”.

2) Suatu sebab yang halal


Maksudnya adalah bahwa suatu kontrak
haruslah dibuat dengan maksud / alasan yang sesuai
hukum yang berlaku. Jadi tidak boleh dibuat kontrak
untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
hukum. Dan isi perjanjian tidak dilarang oleh
undang-undang atau tidak bertentangan dengan
kesusilaan / ketertiban umum (Pasal 1337 KUH
Perdata). Selain itu pasal 1335 KUH Perdata juga
menentukan bahwa suatu perjanjian yang dibuat
tanpa sebab atau dibuat karena suatu sebab yang
palsu atau terlarang adalah tidak mempunyai
kekuatan hukum.

Berakhirnya perikatan diatur dalam pasal 1381 KUH


Perdata. Yang diartikan dengan berakhirnya perikatan

50
adalah selesainya atau hapusnya sebuah perikatan yang
diadakan oleh dua pihak yaitu kreditor dan debitor tentang
sesuatu hal. Pihak kreditor adalah pihak atau orang yang
berhak atas suatu prestasi, sedangkan debitor adalah pihak
yang berkewajiban untuk memenuhi prestasi. Bisa berarti
segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh kedua pihak,
bisa jual beli, utang piutang, sewa menyewa, dan lain-lain.
Disebutkan dalam KUH Perdata tentang berakhirnya
perikatan diantaranya yaitu :
a. Karena Pembayaran
b. Karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan
penyimpanan atau penitipan
c. Karena pembaharuan utang (Novasi)
d. Karena perjumpaan utang atau kompensasi
e. Karena percampuran utang (Konfusio)
f. Karena pembebasan utang
g. Karena musnahnya barang yang terutang
h. Karena batal atau pembatalan
i. Karena berlakunya suatu syarat batal
j. Karena lewatnya waktu (Kedaluwarsa)

Secara umum, perjanjian dapat hapus manakala:


a. Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak
b. Undang-undang menentukan batas berlakunya suatu
perjanjian
c. Para pihak atau undang-undang dapat menentukan
bahwa dengan terjadinya peristiwa tertentu maka
perjanjian akan hapus
d. Pernyataan menghentikan perjanjian (opzegging)
e. Perjanjian hapus karena putusan hakim
f. Tujuan perjanjian telah tercapai
g. Dengan perjanjian para pihak

B. Menanya diperlukanya kontrak/perjanjian


Setelah anda selesai belajar membangun konsep
pemahaman tentang kontrak/perjanjinan atau perikatan

51
dengan benar, tentu anda akan bertanya-tanya untuk ditanya
lebih lanjut. Misalnya pertanyaaan yang dapat kalian tanyakan
adalah mengapa perjanjian/kontrak/perikatan itu penting
dalam kegiatan bisnis? Apa konsekuensinya jika dalam
kegiatan bisnis tidak ada kontrak atau perjanjian?. Apakah
perjanjian merupakan satu-satunya sumber hukum dalam
bisnis? Bagaimanakah kekuatahn perjanjian dimata hukum?
Atau bahkan saudara dapat menanyakan hal lainya sesuai
dengan pemahaman saudara-masing-masing. Pertanyaan
tersebut perlu untuk saudara telusuri jawabanya atau sauara
mendiskusikanya dengan dosen, rekan saudara atau teman
yang dianggap mampu untuk menjawabnya serta saudara
dapat menelusuri dari berbagai sumber lain yang relefan.

C. Menggali sumber kontrak/perjanjian


Perjanjian aatu kontrak lahir karena adanya kepentingan.
Yakni kepentingan para pihak yang akan mengadakan
perikatan antara yang satu dengan yang lain. Perjanjian tidak
akan pernah terjadi manakalah tidak adanya hal tertentu yang
menjadi obyek yang diperjanjikan, serta pihak yang
mengadakan perjanjian juga harus cukuk dan cakap hukum.
Misalnya anak yang masih dibawah pengampuhan tidak dapat
mengadakan perjanjian. Bila mana anak yang masih di bawah
umur atau masih dibawah pengampuhan oleh walinya
mengadakan perjanjian maka secara hukum perjanjian yang
dilakukan tidak sah atau batal demi hukum.

D. Membangun argumen tentang dinamika dan tantangan


dalam kontrak/perjanjian
Kontrak atau perjanjian merupakan salah satu sumber
hukum dalam aktifitas bisnis. Isi yang ada didalam kontrak
atau perjanjian mengikat bagi pihak-pihak yang mengikatkan
diri. Misalnya jasa asuransi dengan pihak yang mengasuransi-
kan jiwanya. Maka didalam polis mengikat bagi pemilik jasa
asuransi dan orang yang mengasuransikan dirinya. Didalam
aktifitas pinjam-meminjam misalnya, didalam isi perjanjian

52
juga mengikat bagi pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.
Oleh karenanya, dinamika dan tantangan didalam perjanjian
adalah tergantung bagaimana para pihak yang mengikatkan
diri. Kepentingan-kepentingan para pihak yang menjadi dasar
lahirnya kesepakatan perjanjian menjadi hal yang sifatnya
fundamental dan dasar. Sebab, dari kepentngan-kepentingan
masing-masing pihak tersebut nantinya ditindak lanjuti
menjadi beberapa hal misalnya yang termuat didalam pasal-
pasal dialam kontrak yakni yang memuat hak dan kewajiban
masing-masing pihak. Jika hak dan kewajiban masing-masing
pihak terakomodir serta dalam pelaksanaan perjanjian berjalan
baik maka perjanjian akan berakhir dengan baik. Namun,
sebaliknya jika didalam pelaksanaannya ada salah satu pihak
yang dirugikan, bisa jadi pernjanjian akan berakhir walau
waktu yang termuat didalam perjanjian harusnya masih
berlangsung. Bila mana terjadi perselisihan didalam kontrak
atau perjanjian, tergantung dari pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian sejauh kasus tersebut tidak masuk ranah pidana
murni.
Hal ini disebabkan karena hukum perjanjian
memberikan ruang kepada para pihak untuk membentuk dan
menentukan isi dari perjanjian yang akan dilakukan, meski
demikian, dalam penerapanya terjadi beberapa permasalahan
yang sering dialami dalam menjalankan perjanjian tersebut,
salah satu diantaranya adalah adanya kontrak baku (Hasan,
2015:74). Agar tercapainya keadilan dalam berkontrak maka
diperlukan pengaturan klausula baku yang digunakan di
dalam perjanjian saat ini. Klausula baku cenderung
menguntungkan pihak yang membuatnya dalam hal ini adalah
pihak perusahaan atau kreditur, dimana pihak kreditur
memiliki waktu yang cukup banyak untuk membuat klausula
perjanjian, sedangkan masyarakat/ debitur tidak memiliki
ruang yang cukup untuk melakukan negosiasi atas klausula
dalam perjanjian tersebut, bahkan masyarakat sendiri tidak
atau bahkan belum familiar dengan istilah-istilah yang terdapat
di dalam klausula baku.

53
E. Esensi dan urgensi perjanjian
Esensi dari perjanjian adalah kesepakatan, yang disifati
oleh adanya kehendak para pihak yang saling mengikatkan diri
satu sama lain untuk mencapai tujuan dan mendapatkan
keuntungan semaksimal mungkin. Pada dasarnya perjanjian
atau kon-trak melahirkan hubungan hukum yang mengikat
antara para pihak yang ber-sepakat, yang baik itu dibuat secara
lisan maupun tertulis. Perjanjian-perjaniian juga akan menjadi
hu-kum atau undang-undang yang mengikat para pihak yang
bersepakat itu. Karena itu, bagi para pihak yang sudah
menyatakan diri terikat pada perjanjian yang telah disepakati,
mesti mentaati pe-laksanaan perjanjian itu. Ketaatan para pihak
untuk melaksanakan perjanjian yang telah dise-pakati
merupakan bahagian dari penegakan asas pacta sunt servanda.
Asas ini pertama kali diperkenalkan oleh Hugo de Grotius, ahli
hukum berkebangsaan Belanda yang kemudian menginspirasi
bagi penegakan asas dalam BW. Asas pacta sunt servanda ini
menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Ketentuan ini mengisyaratkan peletakan
komitmen dari para pihak yang wajib mentaati dan melak-
sanakan perjanjian yang telah disepakati seperti halnya
mentaati undang-undang.

F. Rangkuman
1. Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dengan
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang atau lebih atau kedua belah pihak saling
mengikatkan diri dalam lapangan hukum harta kekayaan.
2. unsur-unsur perjanjian meliputi Adanya dua pihak atau
lebih, Adanya kata sepakat diantara para pihak dan Adanya
akibat hukum yang ditimbulkan berupa hak dan kewajiban
atau melakukan suatu perbuatan.
3. Selain 3 (tiga), hal di atas unsur perjanjian atau kontrak
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga): Unsur Esensiali,
Unsur naturalia dan Unsur aksidentalia.

54
4. Ada 5 asas dalam perjanjian yakni: asas kebebasan
berkontrak (freedom of contract), asas konsensualisme
(concsensualism), asas kepastian hukum (pacta sunt servanda),
asas itikad baik (good faith), dan asas kepribadian
(personality).
5. Di dalam perjanjian/kontrak aspek yuridis materiil dikenal
dengan dua syarat yakni syarat subyektif dan syarat
obyektif. Syarat subyektif berkenaan dengan subyek
perjanjian. Sedangkan syarat obyektif berkenaan dengan
obyek perjanjian.
6. Disebutkan dalam KUH Perdata tentang berakhirnya
perikatan diantaranya yaitu : Karena Pembayaran, Karena
penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan
atau penitipan, Karena pembaharuan utang (Novasi), Karena
perjumpaan utang atau kompensasi, Karena percampuran
utang (Konfusio), Karena pembebasan utang, Karena
musnahnya barang yang terutang, Karena batal atau
pembatalan, Karena berlakunya suatu syarat batal, Karena
lewatnya waktu (Kedaluwarsa)
7. Secara umum, perjanjian dapat hapus manakala: Ditentukan
dalam perjanjian oleh para pihak, Undang-undang
menentukan batas berlakunya suatu perjanjian, Para pihak
atau undang-undang dapat menentukan bahwa dengan
terjadinya peristiwa tertentu maka perjanjian akan hapus,
Pernyataan menghentikan perjanjian (opzegging), Perjanjian
hapus karena putusan hakim, Tujuan perjanjian telah
tercapai, Dengan perjanjian para pihak

G. Latihan soal
1. Jelaskan pengertian perjanjian menurut KUH Perdata Pasal
1313 serta kelemahan-kelemahan yang terkandung di
dalamnya!
2. Jelaskan unsur-unsur yang terdapat di dalam perjanjian!
3. Perihal apa saja yang diataur di dalam KUH Perdata Buku
III tentang perikatan? Sebutkan!

55
4. Jelaskan yang dimaksud denga asas dan asas hukum! Serta
sebut dan jelaskan asas-sasa dalam perjanjian!
5. Perjanjian terjadi manakalah ada kesepakatan. Ada
beberapa hal yang menyebabkan perjanjian cacat
kehendak/cacat kesepakatan terjadi. Sebut dan jelaskan!
6. Perjanjian dapat berlaku manakalah memenuhi dua syarat
yakni syarat subyektif dan syarat obyektif. Silahkan saudara
jelaskan masing-masing!
7. Kapankah seseorang itu dianggap cakap untuk membuat
perjanjian? Apa akibatnyajika orang yang tidak cakap itu
membuat perjanjian?
8. Berdasarkan hak dan kewajibanya, perjanjian dibedakan
menjadi beberapa macam. Silahkan sebut dan jelaskan!
9. Apa yang dimaksud dengan wanprestasi? Apa syaratnya
dan kapan seseorang itu dinyatakan wanprestasi?
10. Jelaskan apa saja yang menyebabkan hapusnya perjanjian!

H. Rencana tindak lanjut


Agar pemahaman saudara komprehensip hendaknya
saudara memahami materi yang sudah disajikan dengan penuh
kesungguhan serta memperkaya berbagai materi terkait dari
berbabagai sumber dan media yang relefan, mislanya
menelusuri buku-buku pengantar hukum bisnis, buku tentang
perjanjian/kontrak, baik yang tersedia cetak maupun eletronik,
serta artikel ilmiah dan lain sebagainya. Saudara juga dapat
menelusuri referensi sebagai mana yang ada pada daftar
rujukan sub bab II.
Selain itu, tugas yang perlu saudara lakukan adalah
melakukan mencari artikel ilmiah yang berkaitan dengan
perjanjian atau kontrak. Kemudian saudara print, saudara baca
dan buatlah ringkasanya. Hasil ringkasan saudara dari hasil
kajian yang saudara lakukan kemudian saudara presentasikan
didepan kelas dan didiskusikan. Mintalah feedback kepada
dosen saudara.

56
I. Daftar Rujukan
C,F,G. Sunaryati Hartono. 1969. Mentjari Bentuk dan Sistim
Hukum Perdjanjian Nasional Kita. Bandung:Alumni

Ery Agus Priyono. 2018. Asas Keadilan Dalam Kontrak Bisnis


Di Indonesia (Kajian Pada Perjanjian Waralaba). Jurnal
Law Reform. Vol.14 No. 1. Halaman 15-28.

Ilhamdi. 2014. Perjanjian Kerjasama Waralaba antara PT. Raos


Aneka Pangan dengan Ny. Hj. Maryenik Yanda. JOM,
Jurnal FH Riau Vol. 1 (No. 2 Oktober). pp. 1-15.

Muhamad Hasan Muaziz dan Achmad Busro. 2015. Pengaturan


Klausula Baku Dalam Hukum Perjanjian Untuk
Mencapai keadilan berkontrak. Jurnal Law Reform. 11
(1), pp 74-84

Muhammad Sjaiful. 2015. Karakteristik Asas Kebebasan


Berkontrak dalam Perjanjian Berbasis Syariah.
Perspektif Hukum. 15 (1), pp 68-84

Priyono, E.A. 2017. Peranan Asas Itikad Baik dalam Kontrak


Baku. Diponegoro Private Law Review Jurnal Bag.
Keperdataan FH Undip. Jilid 1 (No.1, November).
pp.13-21

Khairandy, R. 2013. Hukum Kontrak Indonesia dalam Perspektif


Perbandingan. Yogyakarta : FH UII Press.

Paripurna P Sugarda. 2015. Posisi Hukum Adat Dalam Hukum


Kontrak Nasional Indonesia. Yustisia. 4(3), pp 504-521

Ridwan Khairandy. 2011. Landasan Filosofis Kekuatan


Mengikatnya Kontrak. Jurnal Hukum, No. Edisi
Khusus Vol, 18 Oktober 2011, Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta.

Rene David and John. E.C. Brierley. 1978. Major Legal Systems in
the World Today. Second Edition, Stevens & Sons,
London.

57
Rizka Maulinda, Dahlan, dan M. Nur Rasyid. 2016.
Perlindungan Hukum bagi Pekerja Kontrak Waktu
Tertentu dalam Perjanjian Kerja pada PT. IU. Kanun
Jurnal Ilmu Hukum . 18 (3), pp 337-351

Schwartz, Alan & Scott, Robert E. 2003. Contract Theory and the
Limits of Contract Law. Virginia : Yale law Schools
Publishing

Wiyanto. (2019). Pengantar Hukum Bisnis. Yogyakarta:


Deepublish

58
DAFTAR PUSTAKA

C,F,G. Sunaryati Hartono. 1969. Mentjari Bentuk dan Sistim Hukum


Perdjanjian Nasional Kita. Bandung:Alumni

Daliyo, JB. 2001. Pengantar IlmuHukum. Panduan Untuk


Mahasiswa. Jakarta: Prenhalindo.

Ery Agus Priyono. 2018. Asas Keadilan Dalam Kontrak Bisnis Di


Indonesia (Kajian Pada Perjanjian Waralaba). Jurnal Law
Reform. Vol.14 No. 1. Halaman 15-28.

Faisal Santiago. 2012 . Pengantar Hukum Bisnis. Jakarta: Mitra


wacana Media

Fuady, Munir. 1996. Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek.


Bandung: Citra Aditya Bakti.

_________. 2005. Pengantar Hukum Bisnis, Menata Bisnis Modern di


Era Global. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Ilhamdi. 2014. Perjanjian Kerjasama Waralaba antara PT. Raos


Aneka Pangan dengan Ny. Hj. Maryenik Yanda. JOM,
Jurnal FH Riau Vol. 1 (No. 2 Oktober). pp. 1-15.

Mariam Darus Badrulzaman. 1994. Aneka Hukum Bisnis. Bandung:


Alumni.

Muhamad Hasan Muaziz dan Achmad Busro. 2015. Pengaturan


Klausula Baku Dalam Hukum Perjanjian Untuk
Mencapai keadilan berkontrak. Jurnal Law Reform. 11 (1),
pp 74-84

Muhammad Sjaiful. 2015. Karakteristik Asas Kebebasan


Berkontrak dalam Perjanjian Berbasis Syariah. Perspektif
Hukum. 15 (1), pp 68-84

Priyono, E.A. 2017. Peranan Asas Itikad Baik dalam Kontrak Baku.
Diponegoro Private Law Review Jurnal Bag. Keperdataan FH
Undip. Jilid 1 (No.1, November). pp.13-21

59
Khairandy, R. 2013. Hukum Kontrak Indonesia dalam Perspektif
Perbandingan. Yogyakarta : FH UII Press.

Mertokusumo, Sudikno. 1988. Mengenal Hukum. Yogyakarta:


Liberty.

Paripurna P Sugarda. 2015. Posisi Hukum Adat Dalam Hukum


Kontrak Nasional Indonesia. Yustisia. 4(3), pp 504-521

Rahardjo, Satjipto. 1991. Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

_______. 2005. Ilmu Hukum. Bandung: Citra Adtya Bakti

Ricard Burton Simatupang. 2007. Aspek Hukum Dalam Bisnis.


Jakarta: Rineka Cipta

Ridwan Khairandy. 2011. Landasan Filosofis Kekuatan


Mengikatnya Kontrak. Jurnal Hukum, No. Edisi Khusus
Vol, 18 Oktober 2011, Fakultas Hukum Universitas Islam
Indonesia (UII), Yogyakarta.

Riduan Syahrani. 2009. Rangkuman Intisari Ilmu Hukum. Bandung:


Citra Adtya Bakti

Rene David and John. E.C. Brierley. 1978. Major Legal Systems in the
World Today. Second Edition, Stevens & Sons, London.

Rizka Maulinda, Dahlan, dan M. Nur Rasyid. 2016. Perlindungan


Hukum bagi Pekerja Kontrak Waktu Tertentu dalam
Perjanjian Kerja pada PT. IU. Kanun Jurnal Ilmu Hukum .
18 (3), pp 337-351

Salim HS. 2006. Pengantar Hukum Perdata Tertulis[BW]. Cetakan


Keempat. Jakarta: Sinar Grafika

Schwartz, Alan & Scott, Robert E. 2003. Contract Theory and the
Limits of Contract Law. Virginia : Yale law Schools
Publishing

Sudikno Mertokusumo. 1999. Mengenal Hukum. Yogyakarta:


Liberty.

60
Wiyanto. 2019. Pengantar Hukum Bisnis. Yogyakarta: Deepublish

61
GLOSARIUM

Badan hukum. Badan hukum merupakan subyek hukum dalam


artian yuridis.
Bisnis. suatu usaha yang dilakukan oleh satu atau lebih orang
(sekelompok orang/organisasi/korporasi) untuk
memproduksi dan/atau menjual produk dalam
bentuk barang dan/atau jasa yang tujuanya
mendapatkan keuntungan.
Filsafat. Suatu usaha untuk memahami dan mengerti dunia dalam
hal makna dan nilai-nilainya.
Hukum. Hukum merupakan himpunan petunjuk hidup (yang
berisi perintah-perintah dan larangan-larangan),
yang dubuat oleh lembaga resmi yang berwenang
dan dilengkapi dengan sanksi untuk mengatur tata
tertib dalam masyarakat yang seharusya ditaati oleh
seluruh anggota masyarakat.
Hukum bisnis. sebagai segala peraturan resmi, yang dibuat oleh
lembaga resmi yang berwenang yang secara khusus
mengatur hal ihwal dalam berbisnis.
Hukum perdata. merupakan segala aturan hukum yang mengatur
hubungan hukum antara orang perorangan.
Ilmu hukum. Ilmu hukum merupakan bidang yang secara khusus
menelaah, mengkaji hukum.
Masyarakat. sekelompok manusia yang terebntuk dari dua orang
atau lebih hidup bersama sehingga dalam pergaulan
hidup timbul berbagai hubungan yang
mengakibatkan seseorang dan orang lain saling
kenal mengenal dan mempengaruhi.
Objek material filsafat. Obyek baterial meliputi segala sesuatu
baik yang bersifat material konkret seperti manusia,
alam, benda, binatang dan lain sebagainya.
obyek formal filsafat. Obyek formal filsafat merupakan cara
memandang seseorang terhadap obyek material.

62
Obyek hukum. sesuatu yang memiliki manfaat karena ada
kepentingan atasnya, dan dapat menjadi obyek
dalam suatu hubungan hukum.
Perjanjian. suatu perbuatan hukum dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau
lebih atau kedua belah pihak saling mengikatkan
diri dalam lapangan hukum harta kekayaan.
Subyek hukum manusia atau orang. Manusia merupakan subyek
hukum dalam arti biologis.
Unsur aksidentalia. merupakan unsur yang nanti ada atau
mengikat para pihak jika para pihak
memperjanjikannya.
Unsur esensiali. merupakan unsur pokok yang harus ada dalam
kontrak.
Unsur Naturalia. merupakan unsur yang telah diatur dalam
undang-undang apabila tidak diatur oleh para pihak
dalam kontrak, undang-undang yang mengaturnya.

63
INDEKS

asas kepribadian, 37 Masyarakat, 5, 6


asas itikad baik, 37 Metodik, 3
asas kebebasan berkontrak, Obyektif, 3
33, 34, 35 Obyek Hukum, 9, 10, 12
asas kepastian hukum, 36 pacta sunt servanda, 36, 45
asas konsensualisme, 35, 36 Perjanjian, 26, 27, 28, 29, 30,
Bisnis, 14 31,32, 33, 34,35, 36, 37, 38
Burgelick Wetboek, 19 real estate, 17
Business Law, 16 Sistematis, 3
Comercial law, 16 Subyek Hukum, 9, 10, 11
convergence of the wills, 27 Syarat obyektif, 40
fairness of an exchange, 27 Syarat subyektif, 39
Filsafat, 2 Tentatif, 3
go public, 16 Trade law, 16
Hukum, 1, 2 , 3, 4, 7 , 8, 9, 10, Unsur aksidentalia, 32, 46
Hukum Bisnis, 1, 15, 16 Unsur Esensiali, 31, 46
inherent justice, 27 Unsur naturalia, 31, 46
Logis, 3 vanpersoon recht, 19
Kumulatif, 3 Verbintenesserenrecht, 19
Lex specialis derogat legi verjaring en bewjs, 19
generalis, 17 Wetboek van Koophandel, 16
lex generalis, 17 Zaakenrecht, 19
lex specialis, 17 Zoon Politicon, 4

64
TENTANG PENULIS

Wiyanto. dilahirkan di Rembang, pada hari


selasa pon , 21 Maret 1989. Ia berasal dari
keluarga Bapak Dariyono dan Ibu Wati, adik
dari Ibu Tarwati dan Ibu Dasrini. Pria bontot
dari tiga bersaudara ini mulai mengenyam
bangku pendidikan di SDN 1 Watupecah
lulus tahun 2001. SMP N 2 Kragan lulus
tahun 2004. SMA N 1 Kragan lulus tahun
2007. Kemudian melanjutkan studi S1 pada
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang (UNNES) Lulus Tahun 2011. Studi
S2 pada Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas
Pamulang (UNPAM) Lulus Tahun 2016. Sejak 2016- sampai
sekarang menjadi dosen tetap pada Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang.
Minat dibidang ilmu manajemen sudah nampak sejak
menempuh pendidikan sarjana. Beberapa karya penelitianya
seperti:
1. Model Penanganan Komplain (Keluhan) Masyarakat Dalam
Mewujudkan Tata Pamong (Good Governance) Yang Baik DI
Kota Semarang Tahun 2010
2. Pengelolaan Keluhan Masyarakat Untuk Mewujudkan Tata
Pamong Yang Baik (Good Governance) Di Kota Semarang
Tahun 2011
3. Pengembangan Kompetensi Kepramukaan Mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang Pasca
Kursus Pembina Pramuka Mahir Dasar (KMD) Tahun 2011
4. Analisis Penerapan Manajemen Pengetahuan dan
Pengetahuan Berbasis Strategi Untuk Menciptakan
Keunggulan Bersaing Berkelanjutan (Studi Kasus Pada SMK
YPUI Parung-Bogor) Tahun 2016
5. Model Implementasi Manajemen Kerjasama Antara Sekolah,
Orang Tua dan POLSEK Untuk Mencegah dan

65
Meminimalisir Perkelaihan Antar Pelajar Di Kecamatan
Parung-Kabupaten Bogor Tahun 2018
6. Pengembangan Bahan Ajar Pengantar Hukum Bisnis
Dengan Pendekatan Dialog Kreatif Partisipatori Tahun 2020

Beberapa karya yang sudah diterbitkan dalam bentuk jurnal


ilmiah, proceeding maupun buku adalah:
1. Analisis Penerapan Manajemen Pengetahuan dan
Pengetahuan Berbasis Strategi Untuk Menciptakan
Keunggulan Bersaing Berkelanjutan (Studi Kasus Pada SMK
YPUI Parung-Bogor)- Artikel ilmiah (Proceeding) pada
konferensi Nasional Riset Manajemen X Tema ”Akselerasi
Daya Saing Menuju Keunggulan Organisasi Yang
Berkelanjutan” Tahun 2016.
2. Pengelolaan Keluhan Masyarakat Untuk Mewujudkan
Pemerintahan Yang Baik Di Kota Semarang – Artikel ilmiah
terbit pada Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan FKIP
UNPAM Volume 4 Issue 2 hal 101-120 Tahun 2017.
3. Pendekatan Saintifik Pada Perkuliahan Dengan Sistem E-
Learning—Artikel Ilmiah terbit pada jurnal Integralistik
Jurusan PKn FIS Universitas Negeri Semarang. 28 (2), 217-
229 Tahun 2017
4. Strategi Bersaing Dalam Rangka Menghadapi MEA (Studi
Kasus Rs. Bhakti Asih Karang Tengah-Tangerang)—Artikel
terbit pada Jurnal Pemarasan Kompetitif Prodi Manajemen
FE UNPAM. 1 (3), 93-111 Tahun 2018
5. Peran Manajemen Pengetahuan Untuk Memperkokoh
Integrasi Nasional Indonesia—Artikel disajikan pada
Seminar Nasional Jurusan PKN FIS Universitas Negeri
Semarang Pada tanggal 13 September 2018.
6. Generasi Milenial Anti Tawuran: Pelajar Punya Masa
Depan---Buku Saku Diterbitkan Oleh The Sadari Institute
No. ISBN: 978-602-52153-7-7
7. Membangun Road Map Career---Buku Pengembangan Diri
Diterbitkan Oleh Penerbit WR No. ISBN-978-602-5775-36-9
8. Model Implementasi Manajemen Kerjasama Untuk
Mencegah Dan Meminimalisir Perkelaihan Antar Pelajar Di

66
Kecamatan Parung - Kabupaten Bogor--- Artikel Ilmiah
terbit pada jurnal Integralistik Jurusan PKn FIS Universitas
Negeri Semarang. 29 (2), 41-52 Tahun 2018
9. Pelatihan Pembutan Nugget Jambu Mete bagi Ibu-Ibu PKK
Desa Tegalmulyo Kecamatan Kragan Kabupaten Rembang--
- Artikel Ilmiah terbit pada jurnal E-DIMAS: Jurnal
Pengabdian kepada Masyarakat. 10(1), 11-15 Tahun 2019
10. Pengantar Hukum Bisnis—Buku yang diterbitkan oleh
penerbit deepublish No. ISBN 978-623-02-0136-3

67

Anda mungkin juga menyukai