Anda di halaman 1dari 7

Rafi Prayoga Anugrah – 2106636792 – Fakultas Farmasi

FG 3 - MPKT A

Laporan Ringkasan: Lambang Negara Burung Garuda

Oleh: Rafi Prayoga Anugrah, 2106636792

Judul : Modul MPKT A Bagian 1 - Jati Diriku Sebagai Cendekia

Nama Pengarang : Tim Revisi PPKPT Universitas Indonesia

Data Publikasi : Tim Revisi PPKPT Universitas Indonesia. (2017). Modul MPKT A
Bagian 3 - Jati Diriku Sebagai Cendekia. Depok: Universitas Indonesia.
2017. 194-195.

Dillistone (1955) menyatakan bahwa simbol memiliki pengaruh yang kuat terhadap
kehidupan manusia. Dari segi manapun, refleksi kehidupan manusia dapat diutarakan melalui
simbol-simbol atau sistem perlambangan. Sebagai makhluk sosial dan makhluk budaya, manusia
memiliki kemampuan untuk mengubah dan menciptakan fondasi kehidupan melalui simbol atau
sistem perlambangan. Dengan sistem tersebut, manusia dengan perlahan menguasai kemampuan
untuk menulis dan kemudian berkomunikasi lewat tulisan. Kemampuan tersebut merupakan
salah satu kemampuan eksentrik di kalangan makhluk hidup yang memungkinkan kita untuk
berkoordinasi dan bekerja sama dengan baik. Semakin kuat komunikasi yang dibangun, semakin
efektif pula pekerjaan yang dapat kita lakukan. Oleh sebab itu, sumber kemampuan kita dalam
berkomunikasi lewat tulisan dapat dilacak dari simbol dan lambang.

Sistem perlambangan awalnya digunakan dalam bentuk gambar, tetapi seiring


berjalannya waktu, manusia mulai merumuskan huruf dan angka. Terkait hal ini, manusia
akhirnya menguasai cara membaca dan menulis. Walaupun di era globalisasi, sistem
perlambangan mayoritasnya dibuat dalam bentuk tulisan, bukan berarti tidak ada lambang yang
diresmikan dalam bentuk gambar. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 36A menjelaskan bahwa
lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan
Rafi Prayoga Anugrah – 2106636792 – Fakultas Farmasi
FG 3 - MPKT A

Bhinneka Tunggal Ika. Dengan diresmikannya lambang Garuda Pancasila, dapat dikatakan
bahwa lambang tersebut merupakan hal yang sakral dan bermakna.

A. Sejarah Lambang Garuda Pancasila


Tokoh utama yang memiliki peran besar dalam perancangan lambang negara
adalah Sultan Hamid II. Beliau sempat menjabat sebagai Menteri Negara Zonder Porto
Folio dari tahun 1949 sampai dengan tahun 1950. Dengan aktif dan cekatan, beliau
berkontribusi merancang lambang negara yang digali dari budaya Nusantara untuk
memperkuat rasa persatuan. Arsip perancangan lambang negara ia serahkan kepada
Ketua Yayasan Idayu Jakarta pada tanggal 18 Juli 1974 dengan harapan sumbangannya
tersebut akan bermanfaat bagi negara yang dicintai. Namun, Sultan Hamid II terlibat
dalam kasus pemberontakan yang menutupi jasanya sebagai perancang lambang negara.
Posisi kita sebagai generasi Indonesia di masa yang akan datang harus menghargai
tokoh-tokoh sejarah yang berjasa sembari memahami kesalahan dan ketidaksempurnaan
yang dimiliki.
Pada naskah Persiapan Undang-Undang Dasar, Muhammad Yamin menyatakan
diperlukannya lambang negara atau wapen di samping usulan-usulan bendera. Akan
tetapi, hal ini tidak akan terealisasikan sampai setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Setelah melakukan literasi, saya menduga hal ini merupakan akibat dari
banyaknya pembahasan yang harus dilakukan selama merumuskan dasar negara dan
Peristiwa Rengasdengklok. Dengan demikian Panitia Indonesia Raya yang dipimpin oleh
Ki Hajar Dewantoro baru melakukan upaya perancangan lambang negara setelah
Indonesia Merdeka. Sayangnya, upaya Panitia Indonesia Raya tidak berbuah sehingga
pemerintah membuka sayembara rancangan lambang negara. Kegiatan ini diadakan oleh
Kementrian Penerangan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di berbagai
organisasi-organisasi seni lukis. Salah satu di antaranya adalah Seniman Indonesia Muda
atau SIM. Akan tetapi, usaha ini juga tidak membuahkan hasil yang memuaskan karena
Rafi Prayoga Anugrah – 2106636792 – Fakultas Farmasi
FG 3 - MPKT A

kebanyakan pelukis kurang paham akan hukum-hukum kesejarahan suatu tanda lambang
negara.
Setelah Pelantikan Republik Indonesia Serikat atau RIS tahun 1949 terkonklusi,
Sultan Hamid II yang diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio diamanatkan
untuk merencanakan lambang negara. Setelah Sultan Hamid II menyerahkan dokumen
proses perancangan lambang negara, Panitia Teknis yang memiliki sebutan Panitia
Lambang Negara dibentuk di bawah kepemimpinan Menteri Negara Zonder Porto Folio.
Kemudian, konstitusi Republik Indonesia Serikat atau Konstitusi RIS tahun 1949 Pasal 3
ayat 3 memperkuat urgensi lambang negara dengan pernyataan bahwa pemerintah
menetapkan materai dan lambang negara. Panitia Lambang Negara melaksanakan
sayembara lambang negara yang memiliki dua hasil, yaitu karya Sultan Hamid II dan
Muhammad Yamin. Desain milik Sultan Hamid II diterima oleh pemerintah sebab desain
Muhammad Yamin yang memiliki pancaran sinar matahari. Sinar tersebut dinilai
mengandung pengaruh Jepang sehingga tidak dipilih.

B. Makna Lambang Garuda Pancasila


Lambang negara Indonesia dapat dibagi menjadi garuda, perisai, dan pita yang
bertuliskan “Bhinneka Tunggal Ika”. Burung garuda merupakan kendaraan Wishnu
dalam mitologi kuno. Burung tersebut dijadikan lambang negara karena melambangkan
negara yang kokoh dan bangsa yang besar. Warna garuda adalah emas yang memiliki
makna, yakni kejayaan dan keagungan. Selain itu, tenaga pembangunan dilambangkan
oleh paruh, sayap, dan ekor dari burung garuda. Jumlah bulu pada burung tersebut sesuai
dengan tanggal Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.Tujuh belas helai bulu pada
masing-masing sayap melambangkan tanggal Proklamasi Kemerdekaan, delapan helai
bulu pada ekor melambangkan bulan Proklamasi Kemerdekaan, Sembilan belas helai
Rafi Prayoga Anugrah – 2106636792 – Fakultas Farmasi
FG 3 - MPKT A

bulu di pangkal ekor melambangkan tahun Proklamasi Kemerdekaan, dan 45 helai bulu
di leher juga melambangkan tahun Proklamasi Kemerdekaan.
Perisai yang berada di dada burung garuda memiliki makna perjuangan dan
perlindungan diri. Garis tebal yang posisinya berada di tengah perisai melambangkan
garis khatulistiwa, lima ruang yang ada diberikan untuk lambang dari Pancasila
melambangkan bahwa Pancasila merupakan dasar negara, dam warna yang digunakan
juga memiliki makna tertentu. Makna tersebut adalah warna yang melambangkan
bendera kebangsaan, Di dalam perisai, terdapat lima lambang dari Pancasila. Lambang
pertama, yaitu bintang tunggal yang mengidentifikasikan sila pertama. Isyarat di
belakang simbol tersebut adalah cahaya Tuhan yang menjadi cahaya kerohanian bagi
semua umat manusia. Kemudian, ada lambang rantai berwarna emas yang
mengisyaratkan sila kedua. Keterkaitannya terlihat karena rantai menandakan hubungan
manusia antara satu sama lain. Rantai tersebut tersusun dari gelang-gelang persegi yang
melambangkan pria dan gelang-gelang lingkaran yang menggambarkan wanita.
Selanjutnya ada simbol pohon beringin yang menandakan sila ketiga. Makna dibalik
simbol tersebut adalah akar pohon beringin yang tumbuh sangat dalam mencerminkan
rasa persatuan dan kesatuan. Setelah itu, simbol kepala banteng melambangkan sila
keempat. Banteng dianggap sebagai binatang yang senang berkumpul dan bersosialisasi
sehingga dinilai sesuai dengan makna sila keempat. Terakhir, ada simbol padi dan kapas
yang mengisyaratkan sila kelima. Simbol tersebut mengidentifikasi kebutuhan pokok
masyarakat tanpa status ataupun kedudukan.
Lambang negara burung garuda terlihat sedang mencengkram sebuah pita putih
dengan tulisan “Bhinneka Tunggal Ika”. Tulisan tersebut artinya berbeda-beda tetap satu.
Jadi, simbol ini dilambangkan sebagai tanda persatuan dan kesatuan di tengah-tengah
keberagaman budaya. Selain gambar, warna pada Garuda Pancasila juga memiliki arti
tertentu. Warna putih memiliki arti kesucian, kebenaran dan kemurnian, sedangkan warna
Rafi Prayoga Anugrah – 2106636792 – Fakultas Farmasi
FG 3 - MPKT A

hitam memiliki makna keabadian. Di sisi lain, warna merah memiliki arti keberanian dan
warna hijau bermakna kesuburan dan kemakmuran. Terakhir, ada warna kuning yang
berarti kebesaran, kemegahan, dan keluhuran.

C. Nilai Garuda Pancasila dalam Pembangunan Budaya


Garuda Pancasila dengan frontal memajang simbol dan makna dari Pancasila
yang dirumuskan berdasarkan budaya Nusantara. Oleh karena itu, Pancasila merupakan
filosofis dari kehidupan bangsa bukan hanya di era kemerdekaan, melainkan juga pada
zaman kekerajaan. Nilai kebudayaan tersebut perlu dimanfaatkan untuk berkreasi di
dunia modern. Untuk melakukan pembangunan yang baik, kita memerlukan integrasi
durabilitas kebudayaan dan teknologi. Jadi, Garuda Pancasila memiliki peran yang cukup
prominen dalam pembangunan budaya dalam skala nasional.
D. Garuda Pancasila pada Indonesia sebagai Religious Modern State
Sebagaimana dijelaskan di dalam Undang-Undang Dasar 45, Indonesia
merupakan negara yang berketuhanan. Untuk melestarikan dan menciptakan semangat
akan hal tersebut kita dapat memanfaatkan lambang negara kita, yaitu Garuda Pancasila.
Secara simultan, beberapa proses yang harus dilakukan adalah kelembagaan, regulasi,
dan budaya. Titik Garuda Pancasila berada pada proses kelembagaan dengan
memperkokoh komitmen empat konsensus dasar yang dua di antaranya adalah Pancasila
dan Bhinneka Tunggal Ika, dua dari tiga simbol pada lambang negara.
Rafi Prayoga Anugrah – 2106636792 – Fakultas Farmasi
FG 3 - MPKT A

Daftar Pustaka

- Anshari, A. (2012). Delik Terhadap Keamanan Negara (Makar) di Indonesia (Suatu


Analisis Yuridis Normatif pada Studi Kasus Sultan Hamid II). Universitas Indonesia
Library. Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Retrieved 6 March 2022, from
https://lontar.ui.ac.id/detail?id=20290112.
- Todo, N. (2017). Repository UNMAS. Repository.unmas.ac.id. Bali: Unmas Denpasar.
Retrieved 6 March 2022, from
http://repository.unmas.ac.id/journal/detail/6475/hubungan-peristiwa-rengasdengklok-den
gan-proklamasi-kemerdekaan-negara-kesatuan-republik-indonesia.
- Clayton, E. British Library. Bl.uk. Sunderland: British Library. Retrieved 6 March 2022,
from
https://www.bl.uk/history-of-writing/articles/where-did-writing-begin#:~:text=Scholars%
20generally%20agree%20that%20the,Southern%20Mesopotamia)%20and%20other%20l
anguages.
- Pertiwi, I. (2020). MAKNA-MAKNA DALAM AGAMA HINDU (Studi terhadap
Simbol-Simbol di Pura Merta Sari Rengas Tangerang Selatan). Repository.uinjkt.ac.id.
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Retrieved 6 March 2022, from
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50332/1/INTAN%20PERTIWI
%2011150321000033%20Br.pdf.
- Dewi, R. (2013). PERANAN CHAIRUL SALEH DALAM PERISTIWA
RENGASDENGKLOK TAHUN 1945. http://repository.unej.ac.id. Jawa Timur:
Universitas Jember. Retrieved 6 March 2022, from
http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/11711.
- Turiman, T. (2014). Menelusuri "Jejak" Lambang Negara Republik Indonesia
Berdasarkan Analisis Sejarah Hukum. Jhp.ui.ac.id. Jakarta: Jurnal Hukum dan
Rafi Prayoga Anugrah – 2106636792 – Fakultas Farmasi
FG 3 - MPKT A

Pembangunan. Retrieved 6 March 2022, from


http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/viewFile/18/18.
- Tim Revisi PPKPT Universitas Indonesia. (2017). Modul MPKT A Bagian 3 - Jati Diriku
Sebagai Cendekia. Depok: Universitas Indonesia. 2017. 194-195.
- KN, P. (2020). Mengenal Dasar Negara Republik Indonesia – PENDIDIKAN
PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Ppkn.unibabwi.ac.id. Jawa Timur:
Universitas PGRI Banyuwangi. Retrieved 6 March 2022, from
https://ppkn.unibabwi.ac.id/2020/02/13/pancasila/.
- Hilmar Farid. (2022). Pembangunan Budaya Kehidupan Pancasila. Depok: Emas2.
Universitas Indonesia.
- Adji Samekto. (2022). Religiusitas dan Kebangsaan. Depok: Emas2. Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai