Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Di Susun Oleh :

Kelompok : 3

Diah Maytika Pratiwi : 2220500089

Ardina : 2220500097

Novia Ramadhani : 2220500173

Nur Hamidah : 2220500217

Dosen Pengampu : Hj. Hamidah, M pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY

PADANGSIDIMPUAN

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang atas rahmat-
nya dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
tema dari makalah ini adalah “PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada


dosen mata kuliah PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN / PPKn
yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari kesempurnaan , ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguh nya.Oleh karena itu keterbatasan waktu dan kemampuan kami,maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harap kan semoga makalah ini dapat berguna untuk
kita semua dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Padangsidimpuan,10 Oktober 2023

Hormat Kami

KELOMPOK 3
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A..Latar Belakang

B..Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A..Pengertian Pancasila

B..Pengertian Simbol-simbol Pancasila

a..Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

b..Pancasila sebagai Ideologi Negara

c..Pancasila sebagai Sistem Filsafat

d..Pancasila sebagai Sistem Etika

e..Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

f..Meneladani Nilai-Nilai Jung Perumus Pancasila

BAB III PENUTUP

A..Kesimpulan

B..Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila,
UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Empat pilar tersebut harus di perkokoh untuk
membangun bangsa dalam tantangan kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat.
Jika diibaratkan pilar merupakan tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara
kokoh. Jika tiang ini rapuh maka maka bangunan akan mudah roboh. Empat tiang penyangga
di tengah ini di sebut soko guru yang kualitas nya terjamin sehingga pilar ini akan
memberikan rasa aman tentram. Dengan demikian pilar Pancasila,UUD 1945, NKRI dan
Bhinneka Tunggal Ika merupakan tiang penyangga bagi berdirinya bangsa indnesia.

Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi masional membawa konsekuensi logis
bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi
penyelenggaraan negara indonesia. Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi
lima nilai dasar fundamental. Nilai-nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa, Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan indonesia,
nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dan kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Pancasila


2. Perubahan lambang Garuda
3. Pengertian simbol – simbol Pancasila
4. Apa yang di maksud Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila

Pancasila dianggap sebagai pandangan hidup negara, yang berarti bahwa masyarakat
Indonesia percaya bahwa nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan
keadilan adalah benar, baik, indah dan berguna sebagai pedoman masyarakat. Hiduplah
bersama negara dan ciptakan tekad yang kuat untuk mengamalkannya dalam kehidupan.
nyata. Pancasila sebagai way of life mengandung arti bahwa nilai-nilai Pancasila mengakar
dalam kehidupan masyarakat dan dijadikan norma sikap dan tindakan. Ketika Pancasila
menjadi way of life bagi bangsa. Indonesia, maka seluruh nilai-nilai Pancasila itu diwujudkan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Nurwardani dkk., 2016). Nilai-
nilai Pancasila dijadikan dasar dan motivasi dalam segala sikap, tingkah laku, dan perbuatan
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasionalnya
sebagaimana terkandung dalam pembukaan UUD 1945.

Lambang negara Indonesia adalah Pancasila. Pancasila berasal dari dua kata
Sanskerta, yaitu "panca" artinya lima dan "sila" artinya dasar, sendi, asas, atau peraturan
tingkah laku. Pancasila merupakan lima dasar negara Republik Indonesia yang dimana bunyi
sila-sila Pancasila yaitu: (1) Ketuhanan yang maha esa; (2) Kemanusiaan yang adil dan
beradab; (3) Persatuan Indonesia; (4) Kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan; (5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sosok Garuda terdapat lima lambang pada perisainya muncul untuk pertama kali
pada tahun 1950. Selepas pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda dalam Konferensi
Meja Bundar di Den Haag pada tahun 1949 dirasakan ada kebutuhan untuk menyusun
lambang resmi negara. Atas dasar itu, pada awal tahun 1950 pemerintah Republik Indonesia
Serikat (RIS) menyelenggarakan sayembara desain lambang negara. Sultan Hamid II (nama
waktu lahirnya adalah Syarif Abdul Hamid Alkadrie), putra sulung Sultan Pontianak ke-6
memenangkan sayembara itu. Berikut hasil desainnya.

Desain yang ia ciptakan menghadirkan sosok garuda tunggangan suci dewa Wisnu
yang mengacu pada arca dan relief di candi-candi kuno seperti Prambanan, Mendut,
Penataran, Sukuh dan lain sebagainya. Sang garuda berdiri di atas tahta bunga teratai dengan
dada terlindung oleh perisai. Pada perisai itu, perlambang yang digunakan berbeda dengan
perlambang Pancasila yang kita kenal sekarang. Gambar tersebut tidak ada terlihat simbol
bintang dan rantai, yang terlihat hanya gambar keris, pohon beringin, kepala banteng dan tiga
batang padi. Tidak terlihat juga tulisan Bhinneka Tunggal Ika.
Setelah ditetapkan sebagai pemenang sayembara, Sultan Hamid II kemudian
berdialog dengan Presiden RIS yakni Soekarno dan Perdana Menteri RIS yakni Mohammad
Hatta. Hasil dialog mereka yaitu memperbaiki lambang negara agar lebih baik lagi, maka
diperbaikilah desain lambang itu dengan mencantumkan lima lambang negara yang kita kenal
sekarang. Selain itu, ditambahkan juga helai kain bertuliskan "Bhinneka Tunggal Ika". Sang
Garuda kini digambarkan memiliki sepasang tangan yang memegang erat-erat perisai
Pancasila.

Kemudian setelah mendapat beberapa masukan, desain itu diperbaiki lagi. Kali ini
gambar tangan Garuda dihilangkan dan desain kepalanya diperbaiki. Pada sebuah acara di
Hotel Des Indes wilayah Jakarta tanggal 15 Februari 1950, Soekarno memperkenalkan desain
itu pada masyarakat

Namun desain garuda dirasa kurang cukup desain kepala elang itu kurang
mencerminkan kekhasan Burung Garuda, dalam cerita-cerita rakyat yang berkembang di
Nusantara masih tercium kesannya seperti kepala burung elang botak yang menjadi lambang
negara Amerika Serikat. Atas dasar itu maka ditambahkan jambul di depan dan belakang
kepala Garuda. Kemudian Soekarno meminta kepada Dullah, pelukis istana, untuk
menggambar ulang desain karya Sultan Hamid Il dengan mengubah posisi cakar yang semula
mencengkeram dari belakang helai kain menjadi tampak dari depan helai kain.

Desain lambang garuda hasil karya sultan hamid II telah final dan disahkan pada
bulan Maret 1950. Lantas Sultan Hamid II menjalankan penyelarasan akhir atas desainnya
dengan memperbaiki tata warna dan skala. Versi terakhir inilah yang kemudian dijadikan
sebuah patung perunggu berlapis emas yang ditempatkan di Ruang Kemerdekaan Museum
Nasional dan dijadikan acuan resmi Garuda Pancasila sebagai lambang negara Indonesia
sampai sekarang. Jadi, pada tanggal 17 Agustus 1951 lambang negara telah ditetapkan dalam
Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 1951 (pada tanggal 28 November 1951) tentang lambang
Negara dan dinyatakan berlaku terhitung mulai tanggal 17 Agustus 1950 (Kansil & Christine,
2011).
Arti dan makna simbolik dari lambang negara, yaitu Burung Garuda yang dinamakan "Sang
Raja Wali" dengan makna menurut Kansil & Christine (2011) sebagai berikut:

 Burung tersebut merupakan lambang kekuasaan dan kekuatan.


 Sayap yang masing-masing terdiri dari 17 helai, berarti tanggal 17. Ekor burung yang
terdiri dari 8 helai berarti bulan ke-8 yaitu bulan Agustus.
 Jumlah bulu kecil di bawah perisai sebanyak 19 helai dan jumlah bulu kecil di bawah
leher sebanyak 45 helai artinya tahun 1945. Hal ini mengingatkan kepada har yang
Proklamasi Indonesia, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945.
 Perisai:
 Perisai atau tameng yang digantungkan dengan rantai emas jantung s pada leher
Burung Garuda adalah lambang perlindungan.
 Garis melintang di tengah-tengah perisai melukiskan khatulistiwa (equator).
 Ruangan pada perisai ada 5 yang memuat simbol- simbol Pancasila, yaitu bintang,
rantai, pohon beringin, kepala banteng serta padi dan kapas.

 Bhinneka Tunggal Ika Pita yang dicengkeram oleh kedua kaki Burung Garuda
tercantum Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan semboyan bangsa Indonesia berarti
berbeda-beda tetapi tetap satu (M. A. Lubis, 2018b).

B. Pengertian Simbol-simbol Pancasila

Gambar Garuda Pancasila terdapat simbol-simbol yanng berdasarkan dari lima sila
dan masing-masing simbol memiliki makna yaitu:

a.Bintang

Simbol bintang yang memiliki 5 sudut melambangkan sila pertama Pancasila, yaitu
Ketuhanan yang Maha Esa. Bintang melambangkan sebuah cahaya, seperti cahaya yang
dipancarkan oleh Tuhan kepada setiap manusia. Lambang bintang juga diartikan sebagai
sebuah cahaya untuk menerangi dasar negara yang telah tercantum dalam Pembukaan UUD
1945 alinea ke-4 dan sebagai penerang agar dapat menempuh jalan yang benar.

b.Rantai

Rantai melambangkan sila kedua Pancasila rantai tersebut terdiri atas mata rantai
berbentuk segi empat dan lingkaran yang saling berkaitan. Makna simbol kedua sila
Pancasila adalah manusia yang berkemanusiaan, dalam filosofi Pancasila manusia Indonesia
dapat menerapkan nilai kemanusiaan ke dalam bentuk sikap tindak yang mengakui
persamaan derajat dengan mengembangkan sikap saling mencintai, bersikap tenggang rasa,
serta tidak semena-mena dengan orang lain. Rantai yang saling berkaitan melambangkan
bahwa laki-laki dan perempuan harus bersatu padu agar menjadi kuat seperti rantai.
c.Pohon Beringin

Pohon Beringin melambangkan sila ketiga, yaitu persatuan Indonesia. Pohon beringin
melambangkan pohon besar yang bisa digunakan oleh banyak orang sebagai tempat
berteduh.Hal ini mewakili keragaman suku bangsa yang menyatu di Indonesia, makna sila
ketiga Pancasila ialah nilai yang mengajarkan untuk selaras dengan hakikat satunya Indonesia
menjadi prinsip atau kehendak untuk tetap utuh dan tidak bisa dipecah belah.

d.Kepala Banteng

Kepala Banteng melambangkan sila keempat Pancasila, yaitu Kerakyatan yang


Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Kepala Banteng
melambangkan hewan sosial yang suka berkumpul seperti halnya musyawarah. Musyawarah
terlihat di mana-mana orang berkumpul untuk mendiskusikan sesuatu dan memiliki prinsip
untuk selaras dengan hakikat rakyat hakikat rakyat merupakan keseluruhan dalam
kebersamaan.

e.Padi dan Kapas

Padi dan Kapas melambangkan sila kelima Pancasila, yaitu Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Padi dan Kapas melambangkan kebutuhan dasar manusia, Padi
merupakan makanan pokok atau pangan, sedangkan Kapas sebagai sandang (Supadi &
Hastuti, 2014).

Pancsila sebagai dasar negara Republik Indonesia, ideologi negara, sistem filsafat,
sistem etika, serta sebagai dasar nilai pengembangan ilmu.Berikut uraiannya:

a) Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Sebagai dasar negara, Pancasila memiliki landasan yuridis dan historis yang
artinya kedudukan pokok Pancasila bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
dasar negara. Pernyataan demikian berdasarkan ketentuan Pembukaan UUD 1945
yang menyatakan sebagai berikut: “….maka disusunlah kemerdekaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, dan Kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ini merupakan kedudukan yuridis
formal oleh karena tertuang dalam ketentuan hukum negara, dalam hal ini UUD 1945
pada bagian pembukaan Alinea IV. Penegasan akan kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara semakin kuat dengan keluarnya Ketetapan MPR No.XVIII/MPR/1998
tentang penegasan Pancasila sebagai dasar negara dan pencabutan Ketetapan MPR
No.II/MPR/1978 tentang P4. Pasal 1 Ketetapan MPR tersebut menyatakan bahwa
Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harus
dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia berarti Pancasila sebagai dasar
filsafat atau dasar filsafah negara (philosophische grondslag) dari negara Indonesia.
Pancasila sebagai dasar filsafat oleh karena Pancasila merupakan rumusan filsafati
atau dapat dikatakan nilai-nilai Pancasila adalah nilai-nilai filsafat. Oleh karena itu,
harus dibedakan dengan dasar hukum negara yang dalam hal ini adalah UUD 1945.
Pancasila adalah dasar filsafat negara, sedangkan UUD 1945 adalah dasar hukum
negara Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara berarti nilai-nilai Pancasila menjadi
pedoman normatif bagi penyelenggaraan bernegara. Konsekuensi dari rumusan
demikian berarti seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan negara
Indonesia termasuk peraturan perundang-undangan merupakan pencerminan dari
nilai-nilai Pancasila. Penyelenggaraan bernegara mengacu dan memiliki tolok ukur,
yaitu tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai
persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan (Winarno: 2008: 12-14).
Pancasila sebagai dasar negara RI berarti Pancasila itu dijadikan dasar dalam
mengatur penyelenggaraan pemerintahan negara. Dalam kaitannya dengan fungsi
Pancasila yang demikian, maka pelaksanaan Pancasila mempunyai sifat mengikat dan
keharusan atau bersifat imperatif, artinya sebagai norma-norma hukum yang tidak
boleh dikesampingkan maupun dilanggar, sedangkan pelanggaran atasnya dapat
berakibat hukum dikenakannya suatu sanksi. Misalnya: bagi orang yang melakukan
tindak pidana pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, penghinaan kepada kepala
negara, maupun terhadap ideologi negara Pancasila, dapat dikenakan hukum fisik atau
penjara sesuai dengan berat ringannya kejahatan yang ia lakukan (Marsudi: 2016:8-9).
Menurut Munir, MBM., Salamah., dan Suratman., (2015: 45-46), dalam
kedudukannya sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara
hukum. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara tersebut dapat dirinci sebagai
berikut. a) Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala
sumber hukum (sumber tertib hukum) Indonesia. Dengan demikian, Pancasila
merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia yang dalam pembukaan UUD
1945 dijelmakan lebih lanjut kedalam empat pokok pikiran. a) Meliputi suasana
kebatinan (geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar 1945. b) Mewujudkan
cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum dasar tertulis maupun tidak
tertulis) c) Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggaraan negara lainnya
(termasuk para penyelenggara partai dan golongan fungsional) memegang teguh cita-
cita moral rakyat yang luhur. Hal ini sebagai mana tercantum dalam pokok pikiran ke
empat yang bunyinya sebagai berikut “….negara berdasarkan atas Ketuhanan yang
Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”. d) Merupakan sumber
semangat bagi Undang-Undang Dasar 1945, bagi penyelenggara negara, para
pelaksana pemerintahan (juga para penyelenggara partai dan golongan fungsional).
b) Pancasila sebagai Ideologi Negara

Istilah ideologi berasal dari kata “idea” yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar,
cita-cita dan “logos” yang berarti ilmu. Kata “idea” berasal dari Bahasa Yunani “eidos” yang
berarti bentuk. Disamping itu ada kata “idein” yang artinya melihat. Maka secara harfiah,
ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari “idea”
disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat
tetap yang harus dicapai sehingga cita-cita yang bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar,
pandangan atau faham. Memang pada hakikatnya, antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya
dapat merupakan satu kesatuan. Dasar ditetapkan karena suatu landasan, asas atau dasar yang
telah ditetapkan pula. Dengan demikian ideologi mencangkup pengertian tentang ide-ide,
pengertian dasar, gagasan dan cita-cita.
Seperti halnya filsafat, ideologi pun memiliki pengertian yang berbeda-beda. Begitu
pula dapat ditemukan berbagai definisi batasan pengertian tentang ideologi. Hal ini antara
lain disebabkan juga oleh dasar filsafat apa yang dianut, karena sesungguhnya ideologi itu
bersumber kepada suatu filsafat.

Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan-gagasan,


ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan, yang menyeluruh dan sistematis,
yang menyangkut pada:
a. Bidang Politik
b. Bidang Sosial
c. Bidang Kebudayaan
d. Bidang Keagamaan
e. Bidang Pertahanan dan Keamanan

Maka ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi basis bagi
suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan, pada
hakikatnya merupakan asas kerohanian yang antara lain memiliki ciri sebagai berikut :
a) Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
b) Oleh karena itu mewujudkan suatu asas kerohanian pandangan dunia, pandangan
hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan,
dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan
kesediaan berkorban.

Pancasila sebagai ideologi mencerminkan seperangkat nilai terpadu dalam kehidupan


politiknya bangsa Indonesia, yaitu sebagai tata nilai yang dipergunakan sebagai acuan di
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai ideologi, Pancasila
berlaku sebagai pedoman dan acuan dalam menjalankan aktivitas di segala bidang, dan
karena itu sifatnya harus terbuka, luwes dan fleksibel, dan tidak bersifat tertutup maupun
kaku, yang akan menyebabkan ketinggalan zaman (Munir, MBM., Salamah., dan Suratman:
2015: 52-54).
Perwujudan Pancasila sebagai ideologi nasional yang berarti menjadi cita-cita
penyelenggaraan bernegara terwujud melalui Ketetapan MPR No.VII/MPR/2001 tentang visi
Indonesia Masa Depan. Dalam ketetapan tersebut dinyatakan: Visi Indonesia Masa Depan
terdiri dari tiga visi yaitu:
a) Visi Ideal, yaitu cita-cita luhur sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b) Visi Antara, yaitu Visi Indonesia 2020 yang berlaku sampai dengan 2020
c) Visi Lima Tahunan, sebagaimana termaktub dalam Garis-Garis Besar Haluan
Negara. Visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang
damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju, dan sejahtera dalam wadah
negara kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang
sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran
hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos
kerja yang tinggi, dan berdisiplin.

Adapun misi bangsa Indonesia adalah :

a) Pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,


dan bernegara
b) Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk
mewujudkan kualitas kemanusiaan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
dalam kehidupan dan eratnya persaudaraan umat beragama yang berakhlak mulia,
toleransi, rukun, dan damai (Winarno: 2017: 106).

Pancasila sebagai ideologi diharapkan dapat mempersatukan seluruh penduduk bangsa


Indonesia secara politis, serta dapat mewakili dan menyaring berbagai kepentingan,
mengandung pluralisme agama dan dapat menjamin kebebasan beragama(Rahayu:2018:31-
32).

c) Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat
menjadi substansi dan isi pembentukkan ideologi pancasila.Filsafat Pancasila dapat di
defenisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar
negaea dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya yang mendasar da menyeluruh.Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena
pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yang di lakukan oleh the
founding father kita, yang di ruang kan dalam satu sistem (Ruslan Abdul Gani).Filsafat
Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat dan Pancasila
(Notonagoro).
d) Pancasila sebagai Sistem Etika

Pancasila sebagai sistem etika ialah moral yang bisa di realisasikan pada perbuatan
yang dapat di lihat sehingga melibatkan banyak sekali aspek kehidupan.Dapat di lihat masa
kini masih banyak sekali warga yang tidak berasaskan Pancasila.Tujuan Pancasila sebagai
sistem etika dengan melihat nilai apa saja yang tercantum pada isi Pancasila, maka dari itu
Pancasila bisa menjadi sistem etika yang sangat kokoh.Didalam etika pancasila sendiri
tercantum ketuhanan,kemanusiaan,persatuan, dan kerakyatan serta keadilan.Dilihat
berdasarkan nilai sila pancasila yang ada ini tidak ada bersifat keabsahan,tetapi pula realistis
dan penerapan.

e) Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Pancasila sebagai ideologi negara merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya, agama bangsa
indonesia. Sehingga nilai-nilai tadi akan mengakomodir seluruh aktufitas kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara.Demikian pula dalam aktifitas ilmiah.Dalam
perkembangan ilmu pengetahuan teknologi di indonesia didasarkan kelima sila dalam
pancasila merupakan pegangan dan pedoman dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.Sehingga diharapkan melalui tulisan ini diharapkan pancasila sebagai dasar nilai
pengembangan IPTEK dapat menjadi rambu-rambu normatif bagi pembangunan ilmu
pengetahuan di indonesia.

f) Meneladani Nilai-Nilai Juang Perumus Pancasila

Merumuskan dasar negara Indonesia merupakan hasil kerja keras para tokoh-tokoh
pahlawan. Tokoh-tokoh tersebut berjuang dengan ikhlas untuk merumus dasar negara
Indonesia.
Berikut para perumus dasar negara Indonesia yang harus kita ketahui:
1) Soekarno
Soekarno lahir di Blitar provinsi Jawa Timur pada tanggal 6 Juni 1901 dan wafat
pada tanggal 20 Juni 1970. Ayah beliau Bernama Raden Sukemi Sasrodiharjo yang
masih keturunan Raja Kediri. Ibu beliau bernama Ida Ayu Nyoman Rai yang masih
keturunan bangsawan Bali. Soekarno pernah menjadi mahasiswa di Sekolah Teknik
Bandung yang sekarang bernama ITB (Institut Teknologi Bandung). Selain menjadi
mahasiswa, Soekarno juga membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI). Pada kongres
pertama PNI, Soekarno terpilih sebagai ketua PNI.
Pada zaman pendudukan Jepang, Soekarno diminta Jepang mengobarkan
semangat bangsa Indonesia agar bersedia membantu melawan sekutu. Karena itu,
Soekarno bersama Mohammad Hatta, Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara (empat
serangkai) ditunjuk sebagai pemimpin organisasi Putera (Pusat Tenaga Rakyat).
Menjelang kemerdekaan Indonesia, Soekarno berjuang di dalam organisasi BPUPKI
dan PPKI. Soekarno menyumbangkan pemikirannya dalam pembentukan dasar
negara Indonesia yang disebut Pancasila. Soekarno juga dipercaya menjadi Ketua
PPKI yang dipersiapkan untuk membentuk negara Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno mengumandangkan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dengan didampingi oleh Mohammad Hatta atas nama seluruh
bangsa Indonesia. Meskipun bangsa Indonesia telah merdeka, perjuangan Soekarno
tidak berhenti begitu saja. Pada tanggal 18 Agustus 1945 dalam sidang PPKI,
Soekarno terpilih dan dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.
2) Mohammad Hatta
Mohammad Hatta lahir di Bukit Tinggi, Sumatera Barat pada tanggal 12 Agustus
1902 dan wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Jakarta. Beliau lebih dikenal dengan
sebutan Bung Hatta yang merupakan sosok mulia akhlaknya. Ketika diusia muda pada
tahun 1921, beliau menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Ekonomi (Handels Hogere
Schools) di Rotterdam, Belanda. Mohammad Hatta menjadi Ketua Perhimpunan
Indonesia di Belanda yang merupakan organisasi pergerakan mahasiswa dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Aktivitas yang dilakukan oleh Mohammad Hatta membuat pemerintah marah
sehingga mengakibatkan beliau ditangkap pada tanggal 24 September 1927 dengan
tuduhan menjadi anggota organisasi terlarang dan menghasut orang untuk menentang
pemerintah Belanda. Pada sidang pengadilan di Den Haag, Hatta dituntut 3 tahun
penjara. Hatta membacakan pembelaannya yang berjudul "Indonesia Vrij", artinya
ialah Indonesia merdeka. Pada sidang itu, Hatta dinyatakan tidak bersalah dan
dibebaskan.
Mohammad Hatta kembali ke Indonesia dan tetap menjalankan aktivitas mencapai
kemerdekaan Indonesia. Akibatnya, pada tahun 1942 Hatta ditangkap pemerintah
kolonial Hindia Belanda dan dibuang ke Boven, Digul, Papua. Ia dibebaskan setelah
Jepang masuk dan menduduki Indonesia. Menjelang kemerdekaan Indonesia, Hatta
aktif dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Ia menjadi anggota BPUPKI dan
juga PPKI. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Hatta bersama Soekarno
mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 18 Agustus
1945, PPKI menetapkan dan melantik Hatta sebagai Wakil Presiden mendampingi
Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia. Kemudian pada tahun 1986,
pemerintah Indonesia menganugerahi Soekarno dan Hatta sebagai Proklamator
Indonesia.
3) Mohammad Yamin
Mohammad Yamin lahir di Tawali, Sawahlunto, Sumatera Barat pada tanggal 23
Agustus 1903 dan wafat pada tanggal 17 Oktober 1962. Beliau memiliki rasa
nasionalisme yang sangat besar. Hal itu dibuktikan dengan bergabung pada organisasi
Jong Sumatranen Bond (JBS) serta Indonesia Muda. Beliau sering mengkritik
pemerintah kolonial Hindia Belanda. Karena keberanian dan kritikannya yang sangat
tajam, membuat Belanda mencabut beasiswa yang diberikan kepadanya. Namun,
Mohammad Yamin tidak gentar menghadapinya. Pidato dan kritikan tajam serta
ajakannya untuk Bersatu melawan penjajah dikemukakannya dalam Kongres Pemuda
II di Jakarta. Pada kongres tersebut, Mohammad Yamin menjabat sebagai Sekretaris
Panitia Kongres.
Menjelang kemerdekaan, Mohammad Yamin aktif dalam BPUPKI. Pada tanggal
29 Mei 1945, Mohammad Yamin menyumbangkan pemikirannya tentang dasar
negara untuk Indonesia dalam sidang BPUPKI. Beliau juga terlibat dalam Panitia
Sembilan di BPUPKI. Mohammad Yamin memberi nama hasil rumusan dasar negara
yang dihasilkan Panitia Sembilan dengan sebutan Jakarta Charter atau Piagam
Jakarta.
Setelah Indonesia merdeka, Mohammad Yamin menjadi anggota Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Beliau pernah menjabat sebagai Ketua Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada
Kabinet Ali Sastroamijoyo I dan juga Menteri Penerangan pada Kabinet Kerja III.
Kemudian beliau ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Pergerakan
Nasional pada tahun 1973.
4) K.H Agus Salim
Kiai Haji Agus Salim lahir pada tanggal 8 Oktober 1884 di kota Gadang, Bukit
Tinggi dan wafat pada tanggal 4 November 1954 dimakam di Taman Makam
Pahlawan Kalibata Jakarta. Beliau adalah orang yang cerdas, dengan penguasaan
bahasa asing yang sangat luar biasa. Beliau juga menguasai 6 bahasa asing, yaitu
Arab, Prancis, Jerman, Jepang, Turki, dan Inggris.
Semasa hidupnya, beliau pernah menjadi Ketua Partai Sarekat Islam Indonesia
pada tahun 1929. Beliau bersama Semaun mendirikan Persatuan Pergerakan Buruh
pada tahun 1919. Mereka gigih menuntut kepada pemerintah kolonial Hindia Belanda
agar membentuk Dewan Perwakilan Rakyat (Volskraad).
Menjelang Proklamasi Kemerdekaan, K.H. Agus Salim termasuk salah satu
anggota Panitia Sembilan dalam BPUPKI. Ketika masa Kemerdekaan, K.H. Agus
Salim dipercaya menjadi Menteri dalam Negeri pada Kabinet Syahrir I dan II. Beliau
juga pernah ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Mohammad Hatta.
Perjuangan K.H. Agus Salim di dalam negeri maupun luar negeri sangat luar biasa
sehingga pemerintah mengangkat beliau sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional pada
tahun 1961.
5) K.H Abdul Wahid Hasyim
Kiai Haji Abdul Wahid Hasyim lahir pada tanggal 1 Juni 1914 di Jombang, Jawa
Timur dan wafat pada tanggal 19 April 1953 di Cimahi. Beliau adalah putra dari K.H.
Hasyim Asy'ari yang merupakan ulama besar dan pendiri Nahdlatul Ulama. beliau
pada masa mudanya menimba ilmu di pesantren Tebu Ireng milik ayahnya. Beliau
adalah seorang otodidak dan juga mempelajari ilmu pengetahuan dengan cara
membaca buku sehingga mempunyai wawasan yang luas.
Pada tanggal 1935, K.H. Abdul Wahid Hasyim mendirikan madrasah modern
dengan nama Nidzamiya. Beliau termasuk tokoh ulama yang kharismatik seperti
ayahnya. Beliau ditunjuk sebagai Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama karena
ketokohan dan wawasannya yang luas. Selain itu, beliau juga termasuk salah satu
anggota Panitia Sembilan dalam BPUPKI dan juga anggota PPKI Beliau mempunyai
peranan penting dalam perumusan dasar negara. Beliau bersama dengan tokoh Islam
lainnya, menyetujui adanya perubahan rumusan sila pertama dari Pancasila.
6) Soepomo

Soepomo dilahirkan pada tanggal 23 Januari di Sukoharjo, Jawa Tengah dan wafat pada
tanggal 12 September 1958 di Jakarta serta dimakamkan di Solo. Semasa muda beliau
bersekolah di Europeesche Lagere School (setingkat SD) dan lulus tahun 1917. Selanjutnya,
beliau melanjutkan ke Meer Uitgebreid Larger (setingkat SMP) di Solo dan lulus tahun 1920.
Setelah lulus dari SMP, beliau berangkat ke Jakarta untuk meneruskan pendidikan
Rechtsschool (sekolah hukum) dan lulus tiga tahun kemudian.

Setahun kemudian, Soepomo mendapat kesempatan belajar di Universitas Leiden dan


memperoleh gelar Meester In Rechten serta doktor ilmu hukum. Selama belajar di Negeri
Belanda, beliau ikut organisasi Perhimpunan Indonesia. Setelah pulang dari Belanda, beliau
menjadi ahli hukum. Sebab, beliau ahli hukum makanya Jepang menunjuknya untuk
memimpin Departemen Kehakiman.

Soepomo aktif dalam BPUPKI yang dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 1945. Beliau
mengajukan konsep dasar negara Indonesia. Beliau juga aktif menjadi ketua panitia kecil
bagian dari Panitia Perancang UUD. Beliau pernah diangkat menjadi Menteri Kehakiman dan
juga pernah menjadi Duta Besar Republik Indonesia untuk Inggris. Atas jasa-jasanya,
pemerintah Indonesia menetapkan Soepomo sebagai Pahlawan Kemerdekaan.

Daribeberapa pejuang di atas menjadi contoh bagi kita penerus perjuangan mereka dan
harus kita lakukan. Ada nilai-nilai yang perlu kita teladani dari perjuangan mereka, yaitu
musyawarah, menghargai perbedaan, dan toleransi. Musyawarah adalah cara yang ditempuh
anggota BPUPKI ketika merumuskan Pancasila. Banyaknya perbedaan, pengambilan
keputusan memang sulit dilakukan. Namun, para perumus Pancasila membuktikan bahwa
mereka dapat bekerja sama. Padahal, mereka memiliki banyak perbedaan. Melalui kerja
sama, sebuah keputusan bersama berupa Pancasila pun berhasil disepakati. Kerja sama
tersebut terwujud dalam musyawarah.

Kemudian, kesediaan menghargai perbedaan merupakan salah satu kunci keberhasilan


musyawarah. Tanpa adanya kesediaan ini, keputusan dalam musyawarah tidak akan tercapai.
Menghargai perbedaan terletak pada kesediaan untuk menerima pendapat yang berbeda demi
kepentingan lebih besar. Hal ini terbukti penghapusan kalimat "dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya". Namun, dengan adanya kesediaan
menghargai perbedaan, perdebatan tersebut tidak menjadi permusuhan. Atas dasar kesediaan
menghargai perbedaan lahirlah keputusan untuk mengganti rangkaian kata tersebut. akhirnya,
para perumus memutuskan untuk mengubah kata-kata tersebut menjadi "Ketuhanan Yang
Maha Esa".
Selanjutnya, toleransi masih berkaitan dengan menghargai perbedaan. Latar belakang
yang berbeda dari para perumus dasar negara disatukan dalam wadah BPUPKI. Tentu saja
perbedaan ini terbawa ke dalam sidang. Latar belakang yang berbeda pendapat yang muncul
pun beragam. Perbedaan tersebut bahkan kadang saling bertentangan. Agar dapat melahirkan
sebuah dasar negara yang kukuh, perbedaan ini tidak boleh menjadi penghambat. Ini yang
membuktikan betapa pentingnya toleransi, tanpa adanya toleransi keputusan bersama tidak
dapat terwujud.

Itulah beberapa nilai juang yang harus kita teladani dari para perumus Pancasila. Tentu
saja masih banyak nilai lain yang dapat kita teladani. Untuk itu, terapkanlah apa yang
dilakukan para pahlawan terdahulu dalam kehidupan sehari-hari untuk mengokohkan
persatuan dan kesatuan bangsa demi Indonesia merdeka.

Proses perumusan Pancasila yang dilakukan para tokoh Indonesia menjadi pelajaran
berharga bagi kita sebagai generasi. Semua dilakukan dengan penuh nilai perjuangan dan
diliputi dalam semangat kebersamaan. Berikut beberapa nilai semangat kebersamaan dari
para tokoh perumus dasar negara Indonesia yang harus kita teladani.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pancasila dianggap sebagai pandangan hidup negara,yang berarti bahwa masyarakat


indonesia percaya bahwa nilai-nilai ketuhanan,kemanusiaan,persatuan,demokrasi dan
keadilan adalah benar,baik,indah,dan berguna,sebagai pedoman masyarakat.

Nilai-nilai Pancasila dijadikan dasar dan motivasi dalam hidup bermasyarakat ,berbangsa
dan bernegara untuk mencapai tujuan nasionalnya sebagaimana terkandung dalam
pembukaan UUD 1945.

Pancasila merupakan lima dasar negara Republik Indonesia yang di mana bunyi sila-sila
Pancasila yaitu:

1) Ketuhanan yang maha esa.


2) Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Persatuan indonesia.
4) Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

B. SARAN

Diharapkan di masa yang akan datang tidak ada lagi perdebatan tentang kedudukan
Pancasila, karena sudah sangat jelas dalam sejarah bahwa pancasila merupakan ideologi
bangsa atau jatidiri bangsa, yang di susun oleh pendiri bangsa dengan harapan-harapan yang
akan membangun indonesia lebih maju dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung di
dalam Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Marsudi, Subandi, Al. (2016). Pancasila dan UUD’45 Dalam Paradigma Reformasi
Edisi Revisi.Depok: PT Rajagrafindo Persada.
Lubis Maulana Arafat, dkk. (2022). PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN SD/MI. Yogyakarta: PT
Samudra Biru.
Munir, MBM, Umi Salamah,& Suratman.(2015).Pendidikan Pancasila.Malang:
Mardani Media.
Amri, S . R (2018).Pancasila Sebagai Sistem Etika.Voice of Midwifery, 8(01), 760-
768.
Ika Setyorini Syariat: Jurnal Al-Qur’an dan Hukum 4 (02), 213-222,2018

Anda mungkin juga menyukai