Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ANALISIS DAN ESTIMASI BIAYA

PT ADHI KARYA PERIODE 2014-2015

Disusun Oleh:

Nama : Zulmi Ceasar

NIM : 221151136

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

STT. WASTUKANCANA

TAHUN 2022/2023
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Analisis Laporan Keuangan PT
Adhi Karya dengan baik. Makalah ini kami buat dengan tujuan pemenuhan Tugas Kelompok
yang dikumpulkan saat UAS.
Kami berterima kasih kepada Bapak Widhi Astono S.E., MM. yang telah
membimbing kami dalam proses pembuatan makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada
seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat memperluas wawasan pembaca mengenai
Analisis Laporan Keuangan suatu perusahaan.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah yang kami buat.
Untuk itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai bagian dari
pembelajaran kami.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Profil Perusahaan


PT Adhi Karya merupakan perusahaan yang sangat bersejarah di Indonesia.
Perusahaan yang pada mulanya bernama Architecten-Ingenicure-en Annemersbedrijf
Associatie Selle en de Bruyn, Reyerse en de Vries N.V. (Assosiate N.V.) ini dinasionalisasi
pada 11 Maret 1960 menjadi PN Adhi Karya. Kemudian, berdasarkan pengesahan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia, pada tanggal 1 Juni 1974, ADHI berubah status menjadi
Perseroan Terbatas. Hingga pada tahun 2004 ADHI telah menjadi perusahaan konstruksi
pertama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.1

1.2 Latar Belakang Pemilihan Perusahaan


Sejak awal mula nasionalisasi hingga saat ini, PT Adhi Karya telah menjadi pemacu
pembangunan infrastruktur di Indonesia. Berbagai proyek di Indonesia sudah diselesaikan
atau masih dalam proses pembangunan, hingga yang terbaru, pembangunan proyek LRT di
DKI Jakarta yang ternyata memberi dampak yang cukup signifikan terhadap kondisi
keuangan PT. Adhi Karya. Kami ingin menganalisis kondisi keuangan yang nampaknya
berubah cukup signifikan dalam 2 tahun terakhir (2014-2015). Dengan menggunakan
berbagai instrumen analisis rasio, kami berharap makalah ini bisa menguraikan analisis
sederhana terhadap kondisi keuangan perusahaan ini dan mudah-mudahan juga bisa menjadi
sumber informasi dan pembelajaran bagi kami untuk mata kuliah Pengantar Akuntansi 2.

1
http://www.adhi.co.id/about-adhi/company-profile
BAB II

ISI

2.1 Analisis Rasio Likuiditas


Rasio likuiditas berfungsi unutk menunjukkan atau mengukur kemampuan peruahaan
dalam memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar
perusahaan maupun dalam perusahaan (Kasmir, 2015: 110).

2.1.1 Accounts Receivable Turnover

Perputaran piutang (Account Receivable Turnover) merupakan rasio yang mengukur


berapa kali dana yang ditanam dalam piutang berputar dalam satu periode. Semakin besar
nilainya maka semakin rendah jumlah modal kerja yang ditanamkan dalam piutang.
Perputaran Piutang = Pendapatan/Rata-rata Piutang (Kasmir, 2015: 176).

Perputaran piutang 2014 = 8,653,578,309,020/((1,953,900,412,991+ 1,503,438,150,041)/2) =


5.00 kali

Perputaran piutang 2015 = 9,389,570,098,578/((2,231,747,915,506 +1,953,900,412,991)/2) =


4.48 kali

Terjadi penurunan sebesar 0.52 kali pada tahun 2015.

Penurunan perputaran piutang sebesar diakibatkan kenaikan piutang yang mengiringi


kenaikan pendapatan. Sebagian kenaikan piutang pada 2015 sebagian disumbang oleh
Kementrian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat dalam perbaikan jalan tol Kanci-Pejagan.

2.1.2 Number of Days’ Sales in Receivables

Rata-rata Jangka Waktu Penagihan Piutang (Number of Days’ Sales in Receivables)


adalah rasio yang digunakan untuk mengukur jangka waktu yang dibutuhkan untuk menagih
piutang. Rata-rata Jangka Waktu Penagihan Piutang = Rata-rata Piutang/Rata-rata Penjualan
per Hari (Warren dkk., 2014: 789).

Rata-rata Jangka Waktu Penagihan Piutang 2014 =


((1,953,900,412,991+1,503,438,150,041)/2)/(8,653,578,309,020/365) = 73 hari
Rata-rata Jangka Waktu Penagihan Piutang 2015 =
((2,231,747,915,506+1,953,900,412,991)/2)/(9,389,570,098,578/365) = 81 hari

Terjadi penurunan kemampuan menagih piutang selama 8 hari.

Hal ini menunjukkan penurunan kemampuan penagihan piutang oleh PT Adhi Karya.
Salah satu yang menjadi sebabnya adalah tersendatnya pembayaran piutang oleh Pemerintah
Provinsi Riau untuk proyek Pembangunan Infrastruktur Stadion Utama senilai Rp141 milliar
yang kemudian dijanjikan akan dibayarkan dengan APBD 2016.

2.1.3 Inventory Turnover

Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali
dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar dalam satu periode. Rasio ini
menunjukkan berapa kali barang persediaan diganti. Semakin besar, semakin bagus, artinya
semakin sering barang persediaan diganti. Perputaran Persediaan = Harga Pokok
Penjualan/Rata-rata Persediaan (Kasmir, 2015: 180).

Perputaran Persediaan 2014 = 7,655,376,741,694/((132,013,517,468+161,559,750,775)/2) =


52, 1 kali

Perputaran Persediaan 2015 = 8,414,925,778,081/((162,650,778,629+132,013,517,468)/2) =


57, 1 kali

Terjadi kenaikan Perputaran Persediaan sebesar 5 kali pada tahun 2015.

Kenaikan perputaran persediaan ini diperkirakan terjadi karena PT Adhi Karya


menjalankan proyek-proyek besar pada 2015 seperti pembangunan trasnportasi massal light
rail transit (LRT). Nilai rasio yang sangat besar ini juga mungkin terjadi karena PT Adhi
Karya merupakan perusahaan jasa yang bergerak di bidang konstruksi, bukan perusahaan
dagang.

2.2 Analisis Rasio Solvabilitas


Syafri (2008:303) menyatakan bahwa Rasio solvabilitas adalah rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewjiban jangka panjangnya/
kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.
2.2.1 Working capital
Modal Kerja atau Working Capital digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
untuk membayar utang jangka pendeknya. Working capital = Current Assets – Current
Liabilitiies (Warren dkk., 2014: 786).

Working Capital 2014 = 9,484,298,907,925-7,069,703,612,022 = 2,414,595,295,903

Working Capital 2015 = 14,691,152,497,441-9,414,462,014,334 = 5,276,690,483,107

Terjadi kenaikan working capital sebesar Rp2,862,095,187,204 pada tahun 2015.

Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan membayar utang jangka pendek dari
PT Adhi Karya. Kenaikan ini terjadi seiring dengan kenaikan pendapatan usaha pada tahun
2015. Kenaikan pendapatan pada tahun 2015 sebagian besar dikontribusikan oleh masuknya
dana hasil Rights Issue senilai Rp2.7 trilliun dan pembangunan trasnportasi massal light rail
transit (LRT).

2.2.2 Current ratio


Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
secara keseluruhan. Rasio Lancar = Aset Lancar/Liabilitas Jangka Pendek (Kasmir, 2015:
134).

Rasio lancar 2014 = 9,484,298,907,925/7,069,703,612,022 = 1.34 kali

Rasio lancar 2015 = 14,691,152,497,441/ 9,414,462,014,334 = 1.56 kali

Terjadi kenaikan rasio lancar sebesar 0.22 kali pada tahun 2015.

Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan membayar utang jangka pendek.


Kenaikan ini disebabkan peningkatan jumlah aset lancar pada tahun 2015 yang cukup besar,
yaitu kurang lebih sebesar Rp5 trilliun. Aset lancar meningkat cukup signifikan disebabkan
oleh peningkatan pendapatan pada tahun 2015. Kenaikan pendapatan pada tahun 2015
sebagian besar dikontribusikan oleh masuknya dana hasil Rights Issue senilai Rp2.7 trilliun
dan pembangunan trasnportasi massal light rail transit (LRT).

2.2.3 Quick ratio


Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
secara keseluruhan. Rasio Lancar = Aset Lancar/Liabilitas Jangka Pendek (Kasmir, 2015:
134).
Rasio lancar 2014 = 9,484,298,907,925/7,069,703,612,022 = 1.34 kali

Rasio lancar 2015 = 14,691,152,497,441/ 9,414,462,014,334 = 1.56 kali

Terjadi kenaikan rasio lancar sebesar 0.22 kali pada tahun 2015.

Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan membayar utang jangka pendek.


Kenaikan ini disebabkan peningkatan jumlah aset lancar pada tahun 2015 yang cukup besar,
yaitu kurang lebih sebesar Rp5 trilliun. Aset lancar meningkat cukup signifikan disebabkan
oleh peningkatan pendapatan pada tahun 2015. Kenaikan pendapatan pada tahun 2015
sebagian besar dikontribusikan oleh masuknya dana hasil Rights Issue senilai Rp2.7 trilliun
dan pembangunan trasnportasi massal light rail transit (LRT).

2.3 Analisis Profitabilitas


Rasio profitablitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2015:
114).

2.3.1 Ratio of Net Sales to Assets


𝑁e𝑡 𝑆𝑎𝑙e𝑠
𝑅𝑎𝑡o of 𝑁e𝑡 𝑆𝑎𝑙e𝑠 𝑡o 𝐴𝑠𝑠e𝑡𝑠 =
𝑣e𝑟𝑎e 𝑇o𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑠e𝑡𝑠

Ratio of Net Sales to Assets tahun 2015 :

9.389.570.098.578
= ((16.761.063.514.879−970.484.287.119)+(10.458.881.684.274−796.891.462.832))/2 = 0, 765

Ratio of Net Sales to Assets tahun 2014 :

8.653.578.309.020
= ((10.458.881.684.274−796.891.462.832)+(9.720.961.764.422−771.952.630.703))/2 = 0, 2

Rasio ini berfungsi untuk menghitung keefektifan penggunaan aset, Dari


perbandingan tahun 2014 dan 2015, terjadi penurunan Ratio of Net Sales to Assets yang
cukup signifikan yang menunjukkan bahwa keefektifan penggunaan aset telah menurun
dengan pesat. Penyebab pendapatan usaha naik adalah karena meningkatnya pendapatan dari
keempat sektor perusahaan ini yaitu :

 Jasa Konstruksi sebesar Rp7,9 triliun atau setara 85,1%;


 EPC senilai Rp635,5 miliar atau setara 6,8%;
 Properti sebesar Rp610,6 miliar atau 6,5%;
 Manufaktur Precast memberikan kontribusi sebesar Rp149 miliar atau 1,6%
Sedangkan aset tetap dan aset tidak lancar, dan membuat aset secara umum meningkat
secara drastis menurut analisa dan pembahasan manajemen adalah karena perusahaan telah
melakukan investasi aset tetap (CAPEX). Namun, jika dilihat dari catatan keuangan, pada
bagian aset tetap, kenaikan aset tetap disebabkan terutama oleh revaluasi aset tanah sebesar
lebih dari 427 miliar rupiah. Kenaikan aset karena revaluasi ini membuat keefektifan
penggunaan aset terkesan menurun padahal aset riil sendiri tidak bertambah secara
signifikan.

2.3.2 Rate Earned on Total Assets


𝑁e𝑡 𝐼𝑛𝑐o𝑚e+𝐼𝑛𝑡e𝑟e𝑠𝑡 𝐸𝑥𝑝e𝑛𝑠e
𝑅𝑎𝑡e 𝐸𝑎𝑟𝑛e𝑑 o𝑛 𝑇o𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠e𝑡𝑠 = 𝑣e𝑟𝑎e 𝑇o𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑠e𝑡𝑠

Rate Earned on Total Assets Tahun 2015 :

463.685.278.990+136.718.019.874
= 16.761.063.514.879+10.458.881.684.274)/2 = 0, 0441

Rate Earned on Total Assets Tahun 2014 :

329.075.308.116+136.530.244.593
= (10.458.881.684.274+9.720.961.764.422)/2 = 0, 0461

Dalam analisis rasio ini, terlihat bahwa tidak ada penurunan signifikan pada rasio ini
yang berarti profitabilitas aset hanya sedikit menurun. Hal ini disebabkan meskipun laba
bersih ditambah biaya keuangan naik sekitar 28%, namun terdapat selisih kenaikan aset total
lebih dari 6 miliar sehingga average total asset pun naik dengan persentase lebih dari
kenaikan laba bersih ditambah biaya keuangan.

Kenaikan laba bersih yang cukup drastis sebagian besar dikontribusikan oleh
masuknya dana hasil Rights Issue senilai Rp2,7 triliun serta pembangunan transportasi massal
berbasis rel (light rail transit/LRT). Kenaikan tersebut juga didukung oleh pertumbuhan
Pendapatan Usaha Perseroan sebesar 48,51% menjadi Rp9,4 triliun dari Rp8,7 triliun di tahun
2014 karena adanya peningkatan perolehan kontrak baru. Kedua hal tersebut berefek positif
kepada laba bersih.

Total Aset sendiri meningkat karena adanya peningkatan yang cukup signifikan pada
Kas dan Setara Kas, Aset Tetap, Biaya Dibayar Dimuka, Tagihan Bruto Aset Real Estat
masing-masing sebesar 432,1%; 121,6%; 9,4%; 6,6% dan 18,2%. Sedangkan secara
keseluruhan, Total Aset mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya kenaikan
pendapatan usaha perseroan.
2.3.3 Rate Earned on Stockholders’ Equity
𝑁e𝑡 𝐼𝑛𝑐o𝑚e
𝑅𝑎𝑡e 𝐸𝑎𝑟𝑛e𝑑 o𝑛 𝑆𝑡o𝑐𝑘ℎo𝑙𝑑e𝑟′𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑡𝑦 =
𝑣e𝑟𝑎e 𝑇o𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑡o𝑐kℎo𝑙𝑑e𝑟𝘍𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑡𝑦

Rate Earned on Stockholder’s Equity Tahun 2015 :

463,685,278,990
= (5.153.827.238.126+1.633.821.522.158)/2 = 0, 1366

Rate Earned on Stockholder’s Equity Tahun 2014 :

329,075,308,116
= (1.633.821.522.158+1.450.771.201.073)/2 = 0, 2134

Dalam rasio ini terjadi penurunan yang cukup signifikan (56,22%) yang menandakan
profitabilitas dari investasi para stockholders menurun. Hal ini terjadi karena meskipun laba
bersih mengalami kenaikan yang cukup drastis, namun ekuitas mengalami peningkatan yang
luar biasa (hingga 214,6%) dari 1,63 miliar pada 2014 ke 5,15 miliar pada 2015. Kenaikan
ekuitas tersebut diakibatkan terutama oleh peningkatan Tambahan Modal Disetor secara
signifikan sebesar Rp2,5 triliun, Saldo Laba yang Ditentukan Penggunaannya sebesar
Rp264,3 miliar, serta peningkatan di Saldo Laba belum Ditentukan Penggunaannya sebesar
Rp126,8 miliar.

2.3.4 Rate Earned on Common Stockholders’ Equity


Dikarenakan perusahaan ini tidak memiliki saham preferen, maka rasio ini sama
dengan
Rate Earned on Stockholder’s Equity.

2.3.5 Earnings per Share on Common


Stock
𝑁e𝑡 𝐼𝑛𝑐o𝑚e − 𝑃𝑟efe𝑟𝑟e𝑑 𝐷𝑣𝑑e𝑛𝑑𝑠
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑛𝑔 𝑝e𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟e o𝑛 𝑐o𝑚𝑚o𝑛 𝑠𝑡o𝑐𝑘 = 𝑆ℎ𝑎𝑟e of 𝑐o𝑚𝑚o𝑛 𝑠𝑡o𝑐𝑘 o𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑛𝑔

Earning Per Share on Common Stock

2015 2014

Net Income 465,025,548,006 331,660,506,417


Less Preferred dividens - -

Total 465,025,548,006 331,660,506,417

Shares of common stock


outstanding 3,560,849,376 1,801,320,000

Earning Per Share on


130.5939 184.12081
Common Stock

Angka ini menilai keuntungan yang didapatkan dari setiap lembar saham biasa.
Menurut perhitungan dari tahun 2014 ke 2015 terlihat terjadi penurunan yang cukup
signifikan. Hal ini terjadi akibat dari PT Adhi Karya turut andil dalam pembangunan
transportasi massal berbasis Light Rail Transit (LRT). Untuk mendukung hal ini PT Adhi
Karya membutuhkan dorongan modal dengan Penawaran Umum Terbatas (PUT) Adhi
melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Dengan masuknya dana segar
melalui HMETD atau Right Issue menyebabkan terjadinya peningkatan dalam Shares of
Common Stock Outstanding. Hal ini membuat pembagi dari Net Income semakin besar yang
berakibat pada turunnya Earning Per Share on Common Stock pada tahun 2015

2.3.6 Price-earnings Ratio


𝑀𝑎𝑟𝑘e𝑡 𝑃𝑟𝑐e 𝑃e𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟e of 𝐶o𝑚𝑚o𝑛 𝑆𝑡o𝑐𝑘
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑛𝑔𝑠 𝑝e𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟e o𝑛 𝐶o𝑚𝑚o𝑛 𝑠𝑡o𝑐𝑘

3,101
2014 = 184.12081 2015
3,092
= 130.5939

= 16.8422 = 23.6765

Price – Earnings ratio naik dari 16.8422 menjadi 23.6765 selama tahun 2015. Dalam
kata lain, share of common stock PT Adhi Karya terjual 16.8422 kali earnings per share pada
akhir tahun 2014. Sedangkan pada akhir tahun 2015 common stock terjual 23.6765 kali
earnings per share. Hal ini menunjukkan pasar mengharapkan kenaikan pendapatan dari PT
Adhi Karya pada masa yang akan datang.
2.3.7 Dividends per
Share
𝐷𝑣𝑑e𝑛𝑠 o𝑛 𝐶o𝑚𝑚o𝑛 𝑆𝑡o𝑐𝑘
𝑆ℎ𝑎𝑟e𝑠 of 𝐶o𝑚𝑚o𝑛 𝑠𝑡o𝑐𝑘 𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑛𝑔

121,791,956,889 64,814,107,598
2014 = 1,801,320,000 2015 = 3,560,849,376

= 67.6126 = 18.2019

Dividends per share turun dari angka 67.6126 menjadi 18.2019 selama tahun 2014
hingga 2015. Awalnya para pemegang saham mendapat 67.6126 rupiah dividen dari tiap
lembar saham yang dimiliki sedangkan pada tahun 2015 pemegang saham hanya mendapat
18.2019 rupiah dividen tiap lembar saham. Hal ini disebabkan oleh tambahan saham
sebanyak
1.7 milliar lembar pada tahun 2015.

2.3.8 Dividend Yield


𝐷𝑣𝑑e𝑛𝑑𝑠 𝑝e𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟e of 𝐶o𝑚𝑚o𝑛 𝑆𝑡o𝑐𝑘
𝑀𝑎𝑟𝑘e𝑡 𝑃𝑟𝑐e 𝑝e𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟e of 𝐶o𝑚𝑚o𝑛 𝑆𝑡o𝑐𝑘

67.6126
2014 = 3,101 2015 =
18.2019
3,092

= 2.1% = 0.59%

Dividend yield merupakan ukuran untuk mengukur tingkat kembalinya common stock
melalui cash dividend. Pada tahun 2014 hingga 2015 terjadi penuruan dividend yield dari
2.1% ke 0,59%. Penurunan yang cukup signifikan ini disebabkan oleh tambahan saham
beredar sebanya 1.7 milliar lembar saham pada tahun 2015.

2.4 Horizontal Analysis


Horizontal Analysis adalah salah satu analisis laporan keuangan yang menunjukkan
kenaikan dan penurunan pada laporan keuangan dalam persentase dari tahun sebelumnya.
PT Adhi Karya
Comparative Balance Sheet (Horizontal)
31 Desember 2015 and 2014 (dalam jutaan Rupiah)
Kenaikan (Penurunan)
Des. 31 2015 Des. 31 2014
Jumlah Persen

ASET

Aset Lancar:

Cash 4.317.347 811.411 3.505.936 432,08%


Piutang Usaha 2.231.746 1.953.899 277.847 14,22%
Piutang Retensi 1.079.643 941.745 137.898 14,64%
Tagihan Bruto Pemberi Kerja 3.093.132 2.617.233 475.899 18,18%
Persediaan 162.650 132.013 30.637 23,21%
Uang Muka 175.336 183.607 (8.271) -4,50%
Biaya Dibayar di Muka 1.216.509 814.053 402.456 49,44%
Pajak Dibayar di Muka 857.435 622.516 234.919 37,74%
Aset Real Estat 1.557.347 1.089.412 467.935 42,95%
Jumlah Aset Lancar 14.691.152 9.165.894 5.525.258 60,28%

Aset Tidak Lancar:

Aset Pajak Tangguhan 0 14 (14) -100,00%


Piutang Lain-lain Jangka
6.396 36.374 (29.978) -82,42%
Panjang
Aset Real Estat 47.757 5.132 42.625 830,57%
Investasi pada Ventura
368.089 363.654 4.435 1,22%
Bersama
Properti Investasi 329.881 356.221 (26.340) -7,39%
Aset Tetap 1.099.426 496.095 603.331 121,62%
Investasi Jangka Panjang
31.550 7.600 23.950 315,13%
Lainnya
Aset Lain-lain 186.808 27.893 158.915 569,73%
Jumlah Aset Tidak Lancar 2.069.911 1.292.987 776.924 60,09%
JUMLAH ASET 16.761.063 10.458.881 6.302.182 60,26%

LIABILITAS DAN EKUITAS

Liabilitas Jangka Pendek:

Utang Usaha 6.489.309 4.923.211 1.566.098 31,81%


Utang Bank 1.115.499 658.000 457.499 69,53%
Utang Pajak 435.488 279.847 155.641 55,62%
Uang Muka Pemberi Kerja 692.207 494.513 197.694 39,98%
Pendapatan Diterima di
11.043 77.196 (66.153) -85,69%
Muka
Beban Akrual 326.019 353.848 (27.829) -7,86%
Utang Retensi 214.287 220.811 (6.524) -2,95%
Liabilitas Jangka Pendek
27.606 33.187 (5.581) -16,82%
Lainnya
Jumlah Liabilitas Jangka
9.414.462 7.040.618 2.373.844 33,72%
Pendek

Liabilitas Jangka Panjang 2.111 0 2.111 -


Liabilitas Pajak Tangguhan 11.413 7.034 4.379 62,25%
Uang Muka Pemberi Kerja 84.453 48.155 36.298 75,38%
Utang Bank dan Surat Utang
504.736 113.500 391.236 344,70%
Jangka Menengah
Utang Obligasi 1.248.298 1.247.628 670 0,05%
Utang Lain-lain 285 400 (115) -28,75%
Liabilitas Imbalan Kerja 83.169 110.762 (27.593) -24,91%
Utang Sukuk 250.000 250.000 0 0,00%
Jumlah Liabilitas Jangka
2.184.469 1.777.482 406.987 22,90%
Panjang
JUMLAH LIABILITAS 11.598.931 8.818.101 2.780.830 31,54%

EKUITAS

Modal Saham - Nilai Nominal


356.084 180.132 175.952 97,68%
0,0001 per Saham
Tambahan Modal Disetor 2.587.944 50.004 2.537.940 5075,47%
Selisih Transaksi dengan
3.117 3.117 0 0,00%
Pihak Non Pengendali
Saldo Laba 1.789.884 1.398.815 391.069 27,96%
Penghasilan Komprehensif
416.794 1.751 415.043 23703,20%
Lain
Jumlah Ekuitas yang Dapat
Diatribusikan kepada Pemilik
Entitas Induk 5.153.827 1.633.821 3.520.006 215,45%
Kepentingan Non Pengendali 8.304 6.959.023 (6.950.719) -99,88%
JUMLAH EKUITAS 5.162.131 1.640.780 3.521.351 214,61%

JUMLAH LABA DAN EKUITAS 16.761.063 10.458.881 6.302.182 60,26%


Dari tabel di atas, terlihat bahwa secara umum jumlah aset bertambah pada tahun
2015. Kemudian, kenaikan kas pada tahun 2015 terlihat sangat mencolok. Salah satu
penyebab utama kenaikan ini adalah bertambahnya saham yang di-issue sebanyak kurang
lebih 1.7 milliar lembar menghasilkan dana segar sebanyak kurang lebih Rp2.7 trilliun.

Pada bagian liabilitas, utang usaha mengalami kenaikan yang cukup besar, yaitu mencapai
Rp1.5 trilliun. Utang usaha mengalami kenaikan yang cukup besar diperkirakan karena
meningkatnya aktivitas perusahaan pada tahun 2015 yang disebabkan keikutsertaan dalam
penanganan proyek besar, seperti LRT.

2.5 Vertical Analysis


Vertical analysis adalah salah satu cara analisis laporan keuangan yang menunjukkan
hubungan antara setiap komponen dalam laporan keuangan yang ditunjukkan dalam
persentase.
PT Adhi Karya
Comparative Balance Sheet (Vertical)
31 Desember 2015 and 2014 (dalam jutaan Rupiah)
Des. 31 2015 Des. 31 2014

Jumlah Persen Jumlah Persen

ASET

Aset Lancar:

Cash 4.317.347 25,76% 811.411 7,76%


Piutang Usaha 2.231.746 13,32% 1.953.899 18,68%
Piutang Retensi 1.079.643 6,44% 941.745 9,00%
Tagihan Bruto Pemberi Kerja 3.093.132 18,45% 2.617.233 25,02%
Persediaan 162.650 0,97% 132.013 1,26%
Uang Muka 175.336 1,05% 183.607 1,76%
Biaya Dibayar di Muka 1.216.509 7,26% 814.053 7,78%
Pajak Dibayar di Muka 857.435 5,12% 622.516 5,95%
Aset Real Estat 1.557.347 9,29% 1.089.412 10,42%
Jumlah Aset Lancar 14.691.152 87,65% 9.165.894 87,64%

Aset Tidak Lancar:

Aset Pajak Tangguhan 0 0,00% 14 0,0001%


Piutang Lain-lain Jangka
6.396 0,04% 36.374 0,35%
Panjang
Aset Real Estat 47.757 0,28% 5.132 0,05%
Investasi pada Ventura
368.089 2,20% 363.654 3,48%
Bersama
Properti Investasi 329.881 1,97% 356.221 3,41%
Aset Tetap 1.099.426 6,56% 496.095 4,74%
Investasi Jangka Panjang
31.550 0,19% 7.600 0,07%
Lainnya
Aset Lain-lain 186.808 1,11% 27.893 0,27%
Jumlah Aset Tidak Lancar 2.069.911 12,35% 1.292.987 12,36%
JUMLAH ASET 16.761.063 100,00% 10.458.881 100,00%

LIABILITAS DAN EKUITAS

Liabilitas Jangka Pendek:

Utang Usaha 6.489.309 38,72% 4.923.211 47,07%


Utang Bank 1.115.499 6,66% 658.000 6,29%
Utang Pajak 435.488 2,60% 279.847 2,68%
Uang Muka Pemberi Kerja 692.207 4,13% 494.513 4,73%
Pendapatan Diterima di
11.043 0,07% 77.196 0,74%
Muka
Beban Akrual 326.019 1,95% 353.848 3,38%
Utang Retensi 214.287 1,28% 220.811 2,11%
Liabilitas Jangka Pendek
27.606 0,16% 33.187 0,32%
Lainnya
Jumlah Liabilitas Jangka
9.414.462 56,17% 7.040.618 67,32%
Pendek
Liabilitas Jangka Panjang 2.111 0,01% 0 0,00%
Liabilitas Pajak Tangguhan 11.413 0,07% 7.034 0,07%
Uang Muka Pemberi Kerja 84.453 0,50% 48.155 0,46%
Utang Bank dan Surat Utang
504.736 3,01% 113.500 1,09%
Jangka Menengah
Utang Obligasi 1.248.298 7,45% 1.247.628 11,93%
Utang Lain-lain 285 0,002% 400 0,004%
Liabilitas Imbalan Kerja 83.169 0,50% 110.762 1,06%
Utang Sukuk 250.000 1,49% 250.000 2,39%
Jumlah Liabilitas Jangka
2.184.469 13,03% 1.777.482 16,99%
Panjang
JUMLAH LIABILITAS 11.598.931 69,20% 8.818.101 84,31%

EKUITAS

Modal Saham - Nilai


356.084 2,12% 180.132 1,72%
Nominal 0,0001 per Saham
Tambahan Modal Disetor 2.587.944 15,44% 50.004 0,48%
Selisih Transaksi dengan
3.117 0,02% 3.117 0,03%
Pihak Non Pengendali
Saldo Laba 1.789.884 10,68% 1.398.815 13,37%
Penghasilan Komprehensif
416.794 2,49% 1.751 0,02%
Lain
Jumlah Ekuitas yang Dapat
Diatribusikan kepada
5.153.827 30,75% 1.633.821 15,62%
Pemilik Entitas Induk
Kepentingan Non Pengendal 8.304 0,05% 6.959.023 66,54%
JUMLAH EKUITAS 5.162.131 30,80% 1.640.780 15,69%

JUMLAH LABA DAN EKUITAS 16.761.063 100,00% 10.458.881 100,00%

PT Adhi Karya memiliki aset lancar dengan proporsi hampir 90% dari jumlah
asetnya. Hal ini menunjukkan bahwa PT Adhi Karya memiliki likuiditas yang sangat baik.
Kemudia, proporsi kas pada tahun 2015 meningkat 18% menjadi 25%, penyumbang terbesar
pada aset 2015. Hal ini terjadi karena, pada tahun tersebut, PT Adhi Karya baru saja
menerbitkan saham sebanyak 1.7 milliar lembar yang menyumbang dana segar sebesar Rp2.7
trilliun. Selain itu, sebagian besar akun-akun pada bagian aset mengalami penuruan jumlah
proporsi diakibatkan kenaikan jumlah kas yang sangat besar.

Pada bagian liabilitas dan ekuitas, utang usaha masih memiliki proporsi paling besar
walaupun mengalami penurunan proporsi sebesar 9%. Kemudian, kenaikan yang cukup
signifikan terjadi pada tambahan modal disetor (share premium) sebesar 15% yang
merupakan hasil dari penerbitan saham pada tahun 2015.
Kesimpulan
Dari analisis yang saya lakukan, terlihat bahwa perubahan yang cukup signifikan
terdapat pada aset lancar dan ekuitas. Perubahan pada keduanya sangat mempengaruhi hasil
Analisis Rasio maupun Analisis Vertikal dan Analisis Horizontal.

Pada bagian aset lancar, terdapat tambahan kas sebesar Rp3.5 trilliun (430%) yang
mayoritas berasal dari hasil penerbitan saham. Hal ini berakibat pada meningkatnya
kemampuan perusahaan untuk membayar utang secara umum.

Kemudian, bagian ekuitas sagat terpengaruh oleh tambahan modal dari penerbitan
saham yang menghasilkan Rp2.7 trilliun (1500%). Hal ini berakibat pada menurunnya rasio
hasil/pendapatan yang dibandingkan dengan aset atau pun modal secara umum.

Analisis Likuiditas Accounts Receivable Turnover Turun 0.52 kali


Number of Days’ Sales in Turun 8 hari
Receivables
Inventory Turnover Naik 8 kali

Analisis Solvabilitas Working capital Naik Rp2.8 trilliun


Current ratio Naik 0.22 kali
Quick Ratio Naik 0.22 kali
Analisis Profitabilitas Ratio of Net Sales to Assets Turun 0.16 kali
Rate Earned on Total Assets Turun 0.002 kali
Rate Earned on Stockholders’ Turun 0.0768 kali
Equity
Earnings per Share on Common Turun Rp50
Stock

Price-earnings Ratio Naik 7 kali

Dividends per Share Turun Rp49

Dividend Yield Turun 1.5%


Daftar Pustaka
Warren, Carl S., and Reeve, James M., and Duchac, Jonathan E. (2014). Accounting. (25th ed).
Mason: South-Western Cengage Learning.

Kasmir, 2015. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Syafri Harahap, Sofyan, 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai