Disusun Oleh:
NIM : 221151136
STT. WASTUKANCANA
TAHUN 2022/2023
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Analisis Laporan Keuangan PT
Adhi Karya dengan baik. Makalah ini kami buat dengan tujuan pemenuhan Tugas Kelompok
yang dikumpulkan saat UAS.
Kami berterima kasih kepada Bapak Widhi Astono S.E., MM. yang telah
membimbing kami dalam proses pembuatan makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada
seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat memperluas wawasan pembaca mengenai
Analisis Laporan Keuangan suatu perusahaan.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah yang kami buat.
Untuk itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai bagian dari
pembelajaran kami.
BAB I
PENDAHULUAN
1
http://www.adhi.co.id/about-adhi/company-profile
BAB II
ISI
Hal ini menunjukkan penurunan kemampuan penagihan piutang oleh PT Adhi Karya.
Salah satu yang menjadi sebabnya adalah tersendatnya pembayaran piutang oleh Pemerintah
Provinsi Riau untuk proyek Pembangunan Infrastruktur Stadion Utama senilai Rp141 milliar
yang kemudian dijanjikan akan dibayarkan dengan APBD 2016.
Perputaran persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali
dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar dalam satu periode. Rasio ini
menunjukkan berapa kali barang persediaan diganti. Semakin besar, semakin bagus, artinya
semakin sering barang persediaan diganti. Perputaran Persediaan = Harga Pokok
Penjualan/Rata-rata Persediaan (Kasmir, 2015: 180).
Hal ini menunjukkan peningkatan kemampuan membayar utang jangka pendek dari
PT Adhi Karya. Kenaikan ini terjadi seiring dengan kenaikan pendapatan usaha pada tahun
2015. Kenaikan pendapatan pada tahun 2015 sebagian besar dikontribusikan oleh masuknya
dana hasil Rights Issue senilai Rp2.7 trilliun dan pembangunan trasnportasi massal light rail
transit (LRT).
Terjadi kenaikan rasio lancar sebesar 0.22 kali pada tahun 2015.
Terjadi kenaikan rasio lancar sebesar 0.22 kali pada tahun 2015.
9.389.570.098.578
= ((16.761.063.514.879−970.484.287.119)+(10.458.881.684.274−796.891.462.832))/2 = 0, 765
8.653.578.309.020
= ((10.458.881.684.274−796.891.462.832)+(9.720.961.764.422−771.952.630.703))/2 = 0, 2
463.685.278.990+136.718.019.874
= 16.761.063.514.879+10.458.881.684.274)/2 = 0, 0441
329.075.308.116+136.530.244.593
= (10.458.881.684.274+9.720.961.764.422)/2 = 0, 0461
Dalam analisis rasio ini, terlihat bahwa tidak ada penurunan signifikan pada rasio ini
yang berarti profitabilitas aset hanya sedikit menurun. Hal ini disebabkan meskipun laba
bersih ditambah biaya keuangan naik sekitar 28%, namun terdapat selisih kenaikan aset total
lebih dari 6 miliar sehingga average total asset pun naik dengan persentase lebih dari
kenaikan laba bersih ditambah biaya keuangan.
Kenaikan laba bersih yang cukup drastis sebagian besar dikontribusikan oleh
masuknya dana hasil Rights Issue senilai Rp2,7 triliun serta pembangunan transportasi massal
berbasis rel (light rail transit/LRT). Kenaikan tersebut juga didukung oleh pertumbuhan
Pendapatan Usaha Perseroan sebesar 48,51% menjadi Rp9,4 triliun dari Rp8,7 triliun di tahun
2014 karena adanya peningkatan perolehan kontrak baru. Kedua hal tersebut berefek positif
kepada laba bersih.
Total Aset sendiri meningkat karena adanya peningkatan yang cukup signifikan pada
Kas dan Setara Kas, Aset Tetap, Biaya Dibayar Dimuka, Tagihan Bruto Aset Real Estat
masing-masing sebesar 432,1%; 121,6%; 9,4%; 6,6% dan 18,2%. Sedangkan secara
keseluruhan, Total Aset mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya kenaikan
pendapatan usaha perseroan.
2.3.3 Rate Earned on Stockholders’ Equity
𝑁e𝑡 𝐼𝑛𝑐o𝑚e
𝑅𝑎𝑡e 𝐸𝑎𝑟𝑛e𝑑 o𝑛 𝑆𝑡o𝑐𝑘ℎo𝑙𝑑e𝑟′𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑡𝑦 =
𝑣e𝑟𝑎e 𝑇o𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑡o𝑐kℎo𝑙𝑑e𝑟𝘍𝑠 𝐸𝑞𝑢𝑡𝑦
463,685,278,990
= (5.153.827.238.126+1.633.821.522.158)/2 = 0, 1366
329,075,308,116
= (1.633.821.522.158+1.450.771.201.073)/2 = 0, 2134
Dalam rasio ini terjadi penurunan yang cukup signifikan (56,22%) yang menandakan
profitabilitas dari investasi para stockholders menurun. Hal ini terjadi karena meskipun laba
bersih mengalami kenaikan yang cukup drastis, namun ekuitas mengalami peningkatan yang
luar biasa (hingga 214,6%) dari 1,63 miliar pada 2014 ke 5,15 miliar pada 2015. Kenaikan
ekuitas tersebut diakibatkan terutama oleh peningkatan Tambahan Modal Disetor secara
signifikan sebesar Rp2,5 triliun, Saldo Laba yang Ditentukan Penggunaannya sebesar
Rp264,3 miliar, serta peningkatan di Saldo Laba belum Ditentukan Penggunaannya sebesar
Rp126,8 miliar.
2015 2014
Angka ini menilai keuntungan yang didapatkan dari setiap lembar saham biasa.
Menurut perhitungan dari tahun 2014 ke 2015 terlihat terjadi penurunan yang cukup
signifikan. Hal ini terjadi akibat dari PT Adhi Karya turut andil dalam pembangunan
transportasi massal berbasis Light Rail Transit (LRT). Untuk mendukung hal ini PT Adhi
Karya membutuhkan dorongan modal dengan Penawaran Umum Terbatas (PUT) Adhi
melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD). Dengan masuknya dana segar
melalui HMETD atau Right Issue menyebabkan terjadinya peningkatan dalam Shares of
Common Stock Outstanding. Hal ini membuat pembagi dari Net Income semakin besar yang
berakibat pada turunnya Earning Per Share on Common Stock pada tahun 2015
3,101
2014 = 184.12081 2015
3,092
= 130.5939
= 16.8422 = 23.6765
Price – Earnings ratio naik dari 16.8422 menjadi 23.6765 selama tahun 2015. Dalam
kata lain, share of common stock PT Adhi Karya terjual 16.8422 kali earnings per share pada
akhir tahun 2014. Sedangkan pada akhir tahun 2015 common stock terjual 23.6765 kali
earnings per share. Hal ini menunjukkan pasar mengharapkan kenaikan pendapatan dari PT
Adhi Karya pada masa yang akan datang.
2.3.7 Dividends per
Share
𝐷𝑣𝑑e𝑛𝑠 o𝑛 𝐶o𝑚𝑚o𝑛 𝑆𝑡o𝑐𝑘
𝑆ℎ𝑎𝑟e𝑠 of 𝐶o𝑚𝑚o𝑛 𝑠𝑡o𝑐𝑘 𝑂𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑛𝑔
121,791,956,889 64,814,107,598
2014 = 1,801,320,000 2015 = 3,560,849,376
= 67.6126 = 18.2019
Dividends per share turun dari angka 67.6126 menjadi 18.2019 selama tahun 2014
hingga 2015. Awalnya para pemegang saham mendapat 67.6126 rupiah dividen dari tiap
lembar saham yang dimiliki sedangkan pada tahun 2015 pemegang saham hanya mendapat
18.2019 rupiah dividen tiap lembar saham. Hal ini disebabkan oleh tambahan saham
sebanyak
1.7 milliar lembar pada tahun 2015.
67.6126
2014 = 3,101 2015 =
18.2019
3,092
= 2.1% = 0.59%
Dividend yield merupakan ukuran untuk mengukur tingkat kembalinya common stock
melalui cash dividend. Pada tahun 2014 hingga 2015 terjadi penuruan dividend yield dari
2.1% ke 0,59%. Penurunan yang cukup signifikan ini disebabkan oleh tambahan saham
beredar sebanya 1.7 milliar lembar saham pada tahun 2015.
ASET
Aset Lancar:
EKUITAS
Pada bagian liabilitas, utang usaha mengalami kenaikan yang cukup besar, yaitu mencapai
Rp1.5 trilliun. Utang usaha mengalami kenaikan yang cukup besar diperkirakan karena
meningkatnya aktivitas perusahaan pada tahun 2015 yang disebabkan keikutsertaan dalam
penanganan proyek besar, seperti LRT.
ASET
Aset Lancar:
EKUITAS
PT Adhi Karya memiliki aset lancar dengan proporsi hampir 90% dari jumlah
asetnya. Hal ini menunjukkan bahwa PT Adhi Karya memiliki likuiditas yang sangat baik.
Kemudia, proporsi kas pada tahun 2015 meningkat 18% menjadi 25%, penyumbang terbesar
pada aset 2015. Hal ini terjadi karena, pada tahun tersebut, PT Adhi Karya baru saja
menerbitkan saham sebanyak 1.7 milliar lembar yang menyumbang dana segar sebesar Rp2.7
trilliun. Selain itu, sebagian besar akun-akun pada bagian aset mengalami penuruan jumlah
proporsi diakibatkan kenaikan jumlah kas yang sangat besar.
Pada bagian liabilitas dan ekuitas, utang usaha masih memiliki proporsi paling besar
walaupun mengalami penurunan proporsi sebesar 9%. Kemudian, kenaikan yang cukup
signifikan terjadi pada tambahan modal disetor (share premium) sebesar 15% yang
merupakan hasil dari penerbitan saham pada tahun 2015.
Kesimpulan
Dari analisis yang saya lakukan, terlihat bahwa perubahan yang cukup signifikan
terdapat pada aset lancar dan ekuitas. Perubahan pada keduanya sangat mempengaruhi hasil
Analisis Rasio maupun Analisis Vertikal dan Analisis Horizontal.
Pada bagian aset lancar, terdapat tambahan kas sebesar Rp3.5 trilliun (430%) yang
mayoritas berasal dari hasil penerbitan saham. Hal ini berakibat pada meningkatnya
kemampuan perusahaan untuk membayar utang secara umum.
Kemudian, bagian ekuitas sagat terpengaruh oleh tambahan modal dari penerbitan
saham yang menghasilkan Rp2.7 trilliun (1500%). Hal ini berakibat pada menurunnya rasio
hasil/pendapatan yang dibandingkan dengan aset atau pun modal secara umum.
Syafri Harahap, Sofyan, 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Lampiran