Soal Manajemen PPN Dan PPNBM
Soal Manajemen PPN Dan PPNBM
1. Dalam rangka pengelolaan PPN, hal-hal penting apakah yang harus diperhatikan untuk
dilakukan agar Perusahaan dapat membayar PPN seefisien mungkin dan terhindar dari sanksi
yang seharusnya tidak perlu terjadi. Jelaskan dan berikan contohnya!
Jawaban :
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengefisienkan pembayaran PPN yaitu :
a. Menghindari pre-financing PPN bagi PKP penjual, yaitu keadaan dimana PKP harus
menalangi terlebih dahulu pembayaran PPN karena PKP pembeli tidak membayar tepat
waktu. PKP penjual dapat melakukan suatu perjanjian dengan PKP pembeli untuk
melunasi tagihannya tepat waktu.
b. Mengoptimalisasikan PPN masukan untuk dikreditkan oleh PKP pembeli. PKP pembeli
harus mengenali PKP penjual dengan baik, memeriksa keabsahan faktur pajak dan
meminta penggantian apabila faktur pajak yang diterima tidak lengkap.
c. Untuk wajib pajak yang memiliki tempat usaha lebih dari satu dapat melakukan
pemusatan PPN terutang untuk menghindari kerumitan pelaporan, pengelolaan arus kas
yang efekstif dan efisiensi sdm yang menangani urusan perpajakan perusahaan.
d. Mengajukan restitusi kelebihan pembayaran PPN
e. Memanfaatkan fasilitas-fasilitas PPN yang tersedia
2. PT. Anugrah Sejati (PAS) sebuah perusahaan yang baru didirikan pada bulan Agustus 2013.
Perusahaan bergerak dalam bidang industri peralatan rumah tangga yang produknya akan
diekspor ke negara-negara tetangga. Sebagian besar bahan bakunya merupakan bahan baku
impor dari luar negeri. Untuk menjalankan bisnis dan mengelola perpajakannya, perusahaan
tersebut mengajukan beberapa pertanyaan kepada saudara sebagai berikut:
(i) Apakah sebaiknya perusahaan mengajukan permohonan NPPKP bersamaan dengan NPWP?
Atau NPPKP diminta setelah perusahaan menghasilkan dan menjual produknya?
(Diperkirakan 1 s/d 2 tahun, PAS akan lebih banyak mengeluarkan biaya-biaya dan belum
ada penghasilan, jadi masih merugi);
(ii) Dimanakah sebaiknya lokasi industri didirikan? Apakah masalah tempat tidak berpengaruh
pada masalah pajak?)
Jawaban :
(i) Dengan melihat kondisi PAS yang melakukan ekspor ke negara tetangga, sebaiknya PAS
mengukuhkan diri sebagai PKP bersamaan dengan permohonan NPWP. Hal agar PAS dapat
mengkreditkan PPN masukan atas impor bahan baku dari luar negeri, sebagai salah satu hak
PKP. Sementara atas penjualan yang dilakukan ke luar negeri tidak dipungut PPN. PAS
berhak atas kelebihan pembayaran PPN yang sudah dipungut saat perolehan bahan baku.
3. Manajemen pajak yang dilakukan terhadap pajak tidak langsung (indirect taxes), biasanya
relatif lebih sulit dibandingkan dengan perencanaan pajak terhadap pajak langsung (direct
taxes). Mendasarkan diri pada ketentuan perpajakan sekarang, khususnya untuk Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), coba Saudara jelaskan upaya-upaya manajemen pajak yang dapat
dilakukan apabila hasil produksi perusahaan adalah untuk diekspor dengan komposisi bahan
baku dominan impor! (Catatan : mohon disinggung pula aspek financial & cost considerans-
nya)
Jawaban :
Atas bahan baku yang diimpor, perusahaan akan dikenakan PPN sebesar 10 % yang merupakan
pajak masukan bagi perusahaan. Sementara atas ekspor yang dilakukan atas hasil produksi tidak
dipungut PPN. Hal ini menyebabkan pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran, sehingga
terjadi kelebihan bayar. Pengusaha memiliki hak klaim restitusi PPN dengan syarat sudah
dikukuhkan sebagai PKP. Oleh karena itu upaya manajemen pajak yang dapat dilakukan adalah
dengan memilih dikukuhkan sebagai PKP.
4. Tax Management yang terukur terhadap SPT Masa PPN akan meghindarkan perusahaan dari
eksposure pajak yang tidak perlu. Dengan melakukan penelaahan (review) atas SPT Masa PPN
berikut data-data yang relevan seperti faktur pajak keluaran dan faktur pajak masukan serta
dokumen pendukung lainnya, diharapkan dapat mengantisipasi masalah validitas PPN masukan
yang dikreditkan disamping dapat mempercepat proses restitusi sesuai dengan harapan
perusahaan. Di bawah ini, Saudara akan menjumpai kasus sehubungan dengan hasil VAT review
suatu perusahaan dimana atas temuan tersebut saudara diminta untuk :
(i) mengkuantifisir VAT exposures atas kelalaian tadi;
(ii) menginventarisir tindakan yang mungkin (possible actions to be taken) dilakukan
perusahaan atas temuan tersebut; dan
(iii)merekomendasikan pilihan mana yang paling tepat dari kacamata pajak (the best suitable
option from tax point of view).
Berikan komentar Saudara sesuai instruksi menyikapi kasus yang terjadi di atas.
5. Dalam upaya untuk mendapatkan hak restitusi PPN lebih bayar oleh perusahaan :
(i) Persyaratan apakah yang harus dipenuhi perusahaan untuk mengajukan restitusi atas PPN
lebih bayar tersebut?
(ii) strategi-strategi apakah yang harus dilakukan agar restitusi PPn yang diajukan dapat
diterima sesuai harapan?
(iii) resiko-resiko apakah yang mungkin timbul, dari pengajuan restitusi PPN tersebut?
Jelaskan!
(iv) Apabila memenuhi persyaratan yang ditentukan, perusahaan dapat meminta hak
memperoleh restitusi PPN melalui “post audit”. Jelaskan syarat yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan hak ini dan jelaskan pula kelebihan serta kekurangan dari sistem post audit
tersebut bagi perusahaan!
Jawaban :
(i) Persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan untuk mengajukan restitusi atas PPN lebih
bayar yaitu termasuk dalam kategori PKP berisiko rendah, yaitu :
PKP yang melakukan ekspor BKP
PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP kepada pemungut PPN
PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang PPN nya tidak
dipungut
PKP yang melakukan ekspor BKP tidak berwujud
PKP yang melakukan ekspor JKP.
Selain itu juga dapat diberikan kepada PKP dalam tahap belum berproduksi sehingga
belum melakukan penyerahan yang terutang pajak.
(ii) Strategi yang harus dilakukan agar restitusi PPN yang diajukan dapat diterima sesuai
harapan yaitu :
Pastikan seluruh data terkait dengan pengajuan klaim restitusi PPN telah lengkap, benar
dan jelas keterkaitannya
Pastikan seluruh kelengkapan dokumen pengajuan klaim restitusi PPN telah diserahkan
kepada pihak pemeriksa pajak dalam jangka waktu yang dipersyaratkan
Proaktif menindaklanjuti proses pemeriksaan dalam rangka restitusi PPN untuk
mengantisipasi kejutan-kejutan yang mungkin muncul
(iii) Risiko yang mungkin timbul dalam pengajuan restitusi PPN yaitu dilakukannya
pemeriksaan oleh DJP dan apabila ditemukan kekurangan bayar dan diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), jumlah kekurangan pajaknya ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pembayaran
pajak.
6. Sebutkan perbedaan antara PPN dan PPnBm berdasarkan ketentuan yang sekarang berlaku dan
kiat pengelolaannya secara umum!
Jawaban :
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean
yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai sangat dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola
konsumsi masyarakat yang merupakan objek dari Pajak Pertambahan Nilai. Tarif PPN
merupakan tarif tunggal yaitu 10% atas Dasar Pengenaan Pajak, kecuali untuk beberapa
golongan BKP tertentu yang diatur Undang-Undang.
Sedangkan PPnBM dikenakan atas penyerahan BKP yang tergolong mewah dalam daerah
pabean atau atas impor BKP yang tergolong mewah. Tarif PPnBM paling rendah 10% dan
paling tinggi 200%.
7. Apa yang Saudara ketahui tentang Kawasan Bebas (Free Trade Zone)? Sebutkan perlakuan
PPN di Kawasan bebas! Fasilitas pajak atas pemasukan BKP, BKP tidak berwujud, dan JKP
dari Tempat Penimbunan Berikat ke Kawasan Bebas!
Jawaban :
Kawasan bebas adalah suatu bangunan, tempat, atau kawasan dengan batas-batas tertentu
yang didalamnya melakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan,
kegiatan rancang bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir,
pengepakan atas barang dan bahan asal impor atau barang dan bahan dari dalam daerah
pabean Indonesia lainnya, yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor.
Fasilitas perpajakan yang diberikan kepada kawasan berikat dapat diberikan untuk kegiatan
berikut:
a. Impor barang atau bahan yang dimasukkan ke Tempat Penimbunan Berikat diberikan
fasilitas berupa:
Penangguhan bea masuk
Pembebasan cukai
Tidak dipungut PPN, PPnBm dan PPh Pasal 22
b. Penyerahan barang kena pajak dalam negeri ke Tempat Penimbunan Berikat diberikan
fasilitas berupa tidak dipungut PPN dan PPnBM.
8. Sebutkan fasilitas PPN yang tersedia berdasarkan ketentuan UU PPN yang berlaku, prosedur
mendapatkannya dan mekanisme pengkreditan PPN masukannya!
Jawaban :
Fasilitas terkait dengan pengenaan PPN dapat berupa :
a. PPN tidak dipungut baik untuk sebagian ataupun seluruhnya
b. PPN dibebaskan baik untuk sementara waktu atau selamanya, untuk :
Kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam daerah pabean
Penyerahan BKP tertentu atau penyerahan JKP tertentu
Impor BKP tertentu
Pemanfaatan BKP tidak berwujud tertentu dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean
Pemanfaatan JKP tertentu dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
Prosedur mendapatkannya :
Mekanisme pengkreditan PPN masukannya :
9. Sebut dan jelaskan apa yang saudara ketahui tentang obyek PPN menurut: (i) Pasal 4; (ii) Pasal
16C; dan (iii) Pasal 16D UU PPN yang berlaku! Sebutkan pula persyaratan-persyaratan Obyek
PPN!
Jawaban :
(i) Berdasarkan Pasal 4 UU PPN, Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas :
a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;
b. impor Barang Kena Pajak;
c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean;
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; atau
f. ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
(ii) Berdasarkan Pasal 16C UU PPN : Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas kegiatan
membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang
pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang batasan
dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.
(iii) Berdasarkan Pasal 16D UU PPN : Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan
aktiva oleh PKP yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan,
sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.
Persyaratan objek PPN :
10. Pembayaran dan pelaporan pajak merupakan salah satu aspek manajemen pajak yang cukup
strategis dan tidak boleh diabaikan.
Jawaban :
Pembayaran pajak sebagai salah satu aspek manajemen pajak yaitu dengan melakukan
pembayaran pajak tepat waktu. Hal ini bukan berarti pembayaran pajak harus dilakukan jauh-
jauh hari sebelum jatuh tempo, melainkan tidak lewat tanggal jatuh tempo untuk menghindari
timbulnya sanksi administrasi akibat keterlambatan. Begitu juga halnya dengan pelaporan juga
harus dilakukan tepat waktu. Sanksi yang harus dibayar jika terjadi keterlambatan hanya akan
menambah beban pajak yang akan dibayar oleh perusahaan. Selain itu Wajib Pajak juga harus
memastikan bahwa informasi yang tertera dalam SPT adalah benar untuk menghindari biaya
jika terjadi pemeriksaan nantinya.
11. Coba saudara jelaskan upaya-upaya manajemen pajak yang dapat dilakukan dalam hal
pembayaran dan pelaporan pajak dengan terlebih dahulu mengulas sanksi perpajakan yang akan
dikenakan apabila wajib pajak tidak comply terhadap aspek pembayaran dan pelaporan!
Jawaban :
Jika wajib pajak tidak melakukan pembayaran tepat waktu maka akan dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga 2% per bulan sejak tanggal jatuh tempo dan sanksi denda atas
keterlambatan pelaporan SPT Masa PPN yaitu Rp 500.000. Untuk menghindari sanksi-sanksi
yang akan menambah beban perusahaan, sebaiknya wajib pajak melakukan pembayaran tepat
waktu dan juga melakukan penyampaian SPT tepat waktu.
12. Apa kewajiban perusahaan sebagai PKP? Inventarisir sanksi perpajakan (baik sanksi
administrasi maupun pidana) terhadap pelanggaran kewajiban perpajakan di bidang PPN dan
PPnBM!
Jawaban :
Kewajiban perusahaan sebagai PKP :
1) Memungut PPN/PPnBM yang terutang
2) Menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar dalam hal Pajak
Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang.
3) Melaporkan PPN/PPnBM yang terutang
Sanksi terhadap pelanggaran kewajiban perpajakan dibidang PPN dan PPnBM :
1) Jika pengusaha tersebut sudah memenuhi ketentuan sebagai PKP namun tidak
2) mengukuhkan diri sebagai PKP maka akan dikukuhkan secara jabatan oleh fiskus
3) Sanksi bunga atas keterlambatan penyetoran dan pelaporan SPT
4) Sanksi denda jika tidak membuat faktur pajak
B. Fungsi, jenis, dan dokumen-dokumen tertentu yang dipersamakan dengan Faktur Pajak!
Dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak berdasarkan
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-10 /PJ/2010 adalah sebagai berikut:
a) Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh
pejabat yang berwenang dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri
dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB
tersebut;
b) Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh
BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu;
c) Faktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuat dan dikeluarkan oleh
PERTAMINA untuk penyerahan BBM dan/atau bukan BBM;
d) Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa telekomunikasi;
e) Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill, atau Delivery Bill, yang
dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;
f) Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;
g) Tanda pembayaran atau kuitansi listrik;
h) Pemberitahuan Ekspor JKP atau BKP Tidak Berwujud yang dilampiri dengan
invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
Pemberitahuan Ekspor JKP atau BKP Tidak Berwujud, untuk ekspor JKP atau BKP
Tidak Berwujud;
i) Pemberitahuan impor Barang (PIB) dan dilampiri dengan Surat Setoran Pajak, Surat
Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau bukti pungutan pajak oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan PIB tersebut, untuk impor BKP; dan
j) Surat Setoran Pajak (SSP) untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP tidak
berwujud atau JKP dan luar Daerah Pabean.
Dokumen tertentu sebagaimana dimaksud dalam angka 1 sampai dengan angka 8 paling
sedikit harus memuat:
1) Nama, alamat dan NPWP yang melakukan ekspor atau penyerahan;
2) Nama pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
3) Jumlah satuan barang apabila ada;
4) Dasar Pengenaan Pajak; dan
5) Jumlah pajak yang terutang kecuali dalam hal ekspor.
Dokumen tertentu sebagaimana dimaksud dalam angka 9 dan angka 10 dibuat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
E. Pengenaan PPN atas pemakaian sendiri dan/atau pemberian Cuma-Cuma BKP dan/atau
JKP!
Atas pemakaian sendiri dan/atau pemberian Cuma-Cuma BKP dan/atau JKP tetap
dikenakan PPN dengan dasar pengenaan pajak sebesar harga pokok (harga jual atau
penggantian dikurangi laba bruto).
I. Perlakuan PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP dari luar daerah pabean di
dalam daerah pabean.
PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari luar Daerah
Pabean dihitung dengan cara sebagai berikut :
a) 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan jumlah yang dibayarkan atau seharusnya
dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan BKP tidak berwujud dan/atau JKP, jika
dalam jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan tidak termasuk PPN; atau
b) 10/110 (sepuluh per seratus sepuluh) dikalikan dengan jumlah yang dibayarkan atau
seharusnya dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan BKP tidak berwujud dan/atau
JKP, jika dalam jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan sudah termasuk
PPN.
J. Perlakuan PPN atas ekspor JKP dan ekspor BKP tidak berwujud!
Ekspor BKP Tidak Berwujud terjadi pada saat penggantian atas BKP Tidak Berwujud yang
diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau penghasilan. Sementara ekspor
JKP terjadi pada saat penggantian atas jasa yang diekspor tersebut dicatat atau diakui
sebagai piutang atau penghasilan.
14. Apa perbedaan perlakuan PPN dan PPnBM berdasarkan ketentuan UU PPN yang terbaru dan
UU sebelumnya?
a) Objek dan Non-Objek Pajak
Dalam rangka menetralkan pembebanan PPN dan menambah daya saing kegiatan jasa
yang dilakukan oleh pengusaha Indonesia di luar Daerah Pebaen dan pemanfaatan BKP
tidak berujud dari Indonesia di luar daerah Pebean, maka atas ekspor JKP dan BKP
tidak berwujud dalam RUU PPN dikenakan tarif nol persen.
Barang hasil pertanian yang diambil langsung dari sumbernya tetap sebagai BKP yang
pengenaan PPN-nya akan menggunakan mekanisme pedoman pengkreditan pajak
masukan (Deemed Pajak Masukan).
b) Bukan objek
Untuk memberikan kepastian hukum, pengaturan jenis barang dan jasa yang tidak
dikenakan PPN, yang semula diatur dengan peraturan pemerintah dinaikkan ke batang
tubuh UU PPN dan PPnBM.
Menjamin ketersediaan bahan baku industri energi dalam negeri, barang hasil
pertambangan umum yang diambil langsung dari sumbernya termasuk batu bara tetap
sebagai barang yang tidak dikenakan PPN.
Dalam rangka pemenuhan gizi rakyat Indonesia dengan harga yang terjangkau, maka
daging segar, telur yang belum diolah, susu perah, sayuran segar dan buahbuahan segar
ditetapkan sebagai barang kebutuhan pokok yang tidak dikenakan PPN.
Untuk menghindari pengenaan pajak berganda terhadap suatu objek yang sama, maka
objek-objek tertentu yang sudah dikenakan pajak daerah dikualikan dari pengenaan PPN
yaitu barang hasil pertambangan galian, makanan dan minuman yang disajikan di hotel,
retoran, rumah makan, warung dan sejenisnya, jasa perhotelan, jasa boga atau katering.
c) Pengembalian (retur) jasa kena pajak (JKP)
d) Pajak penjualan atas barang mewah
e) Pengkreditan pajak masukan
f) Restitusi PPN
g) Demand pajak masukan
h) Pemusatan tempat PPN terutang
i) Saat pembuatan faktur pajak
j) Fasilitas perpajakan
15. Apa kriteria dan tata cara bagi WP yang dapat mengajukan permohonan restitusi secara
bulanan?
Kriteria wajib pajak yang dapat mengajukan permohonan restitusi secara bulanan yaitu PKP
berisiko rendah :
i. PKP yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud
ii. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP kepada Pemungut
PPN
iii. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP yang PPN-nya tidak dipungut
iv. PKP yang melakukan ekspor BKP tidak berwujud
v. PKP yang melakukan ekspor JKP