Anda di halaman 1dari 11

Manajemen PPN dan PPnBM

1. Dalam rangka pengelolaan PPN, hal-hal penting apakah yang harus diperhatikan untuk
dilakukan agar Perusahaan dapat membayar PPN seefisien mungkin dan terhindar dari sanksi
yang seharusnya tidak perlu terjadi. Jelaskan dan berikan contohnya!
Jawaban :
 Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengefisienkan pembayaran PPN yaitu :
a. Menghindari pre-financing PPN bagi PKP penjual, yaitu keadaan dimana PKP harus
menalangi terlebih dahulu pembayaran PPN karena PKP pembeli tidak membayar tepat
waktu. PKP penjual dapat melakukan suatu perjanjian dengan PKP pembeli untuk
melunasi tagihannya tepat waktu.
b. Mengoptimalisasikan PPN masukan untuk dikreditkan oleh PKP pembeli. PKP pembeli
harus mengenali PKP penjual dengan baik, memeriksa keabsahan faktur pajak dan
meminta penggantian apabila faktur pajak yang diterima tidak lengkap.
c. Untuk wajib pajak yang memiliki tempat usaha lebih dari satu dapat melakukan
pemusatan PPN terutang untuk menghindari kerumitan pelaporan, pengelolaan arus kas
yang efekstif dan efisiensi sdm yang menangani urusan perpajakan perusahaan.
d. Mengajukan restitusi kelebihan pembayaran PPN
e. Memanfaatkan fasilitas-fasilitas PPN yang tersedia

2. PT. Anugrah Sejati (PAS) sebuah perusahaan yang baru didirikan pada bulan Agustus 2013.
Perusahaan bergerak dalam bidang industri peralatan rumah tangga yang produknya akan
diekspor ke negara-negara tetangga. Sebagian besar bahan bakunya merupakan bahan baku
impor dari luar negeri. Untuk menjalankan bisnis dan mengelola perpajakannya, perusahaan
tersebut mengajukan beberapa pertanyaan kepada saudara sebagai berikut:
(i) Apakah sebaiknya perusahaan mengajukan permohonan NPPKP bersamaan dengan NPWP?
Atau NPPKP diminta setelah perusahaan menghasilkan dan menjual produknya?
(Diperkirakan 1 s/d 2 tahun, PAS akan lebih banyak mengeluarkan biaya-biaya dan belum
ada penghasilan, jadi masih merugi);
(ii) Dimanakah sebaiknya lokasi industri didirikan? Apakah masalah tempat tidak berpengaruh
pada masalah pajak?)
Jawaban :
(i) Dengan melihat kondisi PAS yang melakukan ekspor ke negara tetangga, sebaiknya PAS
mengukuhkan diri sebagai PKP bersamaan dengan permohonan NPWP. Hal agar PAS dapat
mengkreditkan PPN masukan atas impor bahan baku dari luar negeri, sebagai salah satu hak
PKP. Sementara atas penjualan yang dilakukan ke luar negeri tidak dipungut PPN. PAS
berhak atas kelebihan pembayaran PPN yang sudah dipungut saat perolehan bahan baku.

3. Manajemen pajak yang dilakukan terhadap pajak tidak langsung (indirect taxes), biasanya
relatif lebih sulit dibandingkan dengan perencanaan pajak terhadap pajak langsung (direct
taxes). Mendasarkan diri pada ketentuan perpajakan sekarang, khususnya untuk Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), coba Saudara jelaskan upaya-upaya manajemen pajak yang dapat
dilakukan apabila hasil produksi perusahaan adalah untuk diekspor dengan komposisi bahan
baku dominan impor! (Catatan : mohon disinggung pula aspek financial & cost considerans-
nya)
Jawaban :
Atas bahan baku yang diimpor, perusahaan akan dikenakan PPN sebesar 10 % yang merupakan
pajak masukan bagi perusahaan. Sementara atas ekspor yang dilakukan atas hasil produksi tidak
dipungut PPN. Hal ini menyebabkan pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran, sehingga
terjadi kelebihan bayar. Pengusaha memiliki hak klaim restitusi PPN dengan syarat sudah
dikukuhkan sebagai PKP. Oleh karena itu upaya manajemen pajak yang dapat dilakukan adalah
dengan memilih dikukuhkan sebagai PKP.

4. Tax Management yang terukur terhadap SPT Masa PPN akan meghindarkan perusahaan dari
eksposure pajak yang tidak perlu. Dengan melakukan penelaahan (review) atas SPT Masa PPN
berikut data-data yang relevan seperti faktur pajak keluaran dan faktur pajak masukan serta
dokumen pendukung lainnya, diharapkan dapat mengantisipasi masalah validitas PPN masukan
yang dikreditkan disamping dapat mempercepat proses restitusi sesuai dengan harapan
perusahaan. Di bawah ini, Saudara akan menjumpai kasus sehubungan dengan hasil VAT review
suatu perusahaan dimana atas temuan tersebut saudara diminta untuk :
(i) mengkuantifisir VAT exposures atas kelalaian tadi;
(ii) menginventarisir tindakan yang mungkin (possible actions to be taken) dilakukan
perusahaan atas temuan tersebut; dan
(iii)merekomendasikan pilihan mana yang paling tepat dari kacamata pajak (the best suitable
option from tax point of view).

 Cuplikan Kasus Penelaahan PPN


Berdasarkan hasil penelaahan PPN (VAT review) untuk tahun pajak 2009 yang meliputi masa
Januari s/d Desember 2009, diketahui bahwa pihak perusahaan telah mengakui adanya accrual
management services fee (acc #007) di bulan Juni dan Desember sebesar masing-masing Rp
500.000.000,00. Penelusuran lebih jauh terhadap bukti pendukung memperlihatkan bahwa
pencatatan accrual biaya tersebut di G/L perusahaan disebabkan oleh adanya management
services agreement dengan pihak indpendent di luar negeri yang berdasarkan kontrak akan
ditagih 6 bulan sekali. Billing yang diterima oleh perusahaan juga telah dibayar di Juli 2009 dan
Januari 2010. Hanya saja perusahaan lupa untuk melakukan pembayaran PPN Jasa Luar Negeri
berkenaan dengan tagihan-tagihan tadi.
Posisi SPT Masa PPN Perusahaan di bulan Juni dan Desember 2009 berdasarkan hasil
penelaahan, sebelum diketahui adanya utang PPN Jasa Luar Negeri tersebut adalah sebagai
berikut (dalam rupiah) :
Bulan
Deskripsi
Juni 2009 Desember 2009
Penjualan Rp 2.000.000.000 Rp 1.750.000.000
PPN Keluaran Rp 200.000.000 Rp 175.000.000
PPN Masukan Rp 125.000.000 Rp 75.000.000
PPN Kurang Bayar Rp 75.000.000 Rp 100.000.000
Tanggal Pembayaran PPN Terutang 9 Juli 2009 8 Januari 2010
Tanggal Lapor SPT Masa PPN 17 Juli 2009 20 Januari 2010

Berikan komentar Saudara sesuai instruksi menyikapi kasus yang terjadi di atas.
5. Dalam upaya untuk mendapatkan hak restitusi PPN lebih bayar oleh perusahaan :
(i) Persyaratan apakah yang harus dipenuhi perusahaan untuk mengajukan restitusi atas PPN
lebih bayar tersebut?
(ii) strategi-strategi apakah yang harus dilakukan agar restitusi PPn yang diajukan dapat
diterima sesuai harapan?
(iii) resiko-resiko apakah yang mungkin timbul, dari pengajuan restitusi PPN tersebut?
Jelaskan!
(iv) Apabila memenuhi persyaratan yang ditentukan, perusahaan dapat meminta hak
memperoleh restitusi PPN melalui “post audit”. Jelaskan syarat yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan hak ini dan jelaskan pula kelebihan serta kekurangan dari sistem post audit
tersebut bagi perusahaan!
Jawaban :
(i) Persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan untuk mengajukan restitusi atas PPN lebih
bayar yaitu termasuk dalam kategori PKP berisiko rendah, yaitu :
 PKP yang melakukan ekspor BKP
 PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP kepada pemungut PPN
 PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang PPN nya tidak
dipungut
 PKP yang melakukan ekspor BKP tidak berwujud
 PKP yang melakukan ekspor JKP.
 Selain itu juga dapat diberikan kepada PKP dalam tahap belum berproduksi sehingga
belum melakukan penyerahan yang terutang pajak.

(ii) Strategi yang harus dilakukan agar restitusi PPN yang diajukan dapat diterima sesuai
harapan yaitu :
 Pastikan seluruh data terkait dengan pengajuan klaim restitusi PPN telah lengkap, benar
dan jelas keterkaitannya
 Pastikan seluruh kelengkapan dokumen pengajuan klaim restitusi PPN telah diserahkan
kepada pihak pemeriksa pajak dalam jangka waktu yang dipersyaratkan
 Proaktif menindaklanjuti proses pemeriksaan dalam rangka restitusi PPN untuk
mengantisipasi kejutan-kejutan yang mungkin muncul
(iii) Risiko yang mungkin timbul dalam pengajuan restitusi PPN yaitu dilakukannya
pemeriksaan oleh DJP dan apabila ditemukan kekurangan bayar dan diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), jumlah kekurangan pajaknya ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah kekurangan pembayaran
pajak.

6. Sebutkan perbedaan antara PPN dan PPnBm berdasarkan ketentuan yang sekarang berlaku dan
kiat pengelolaannya secara umum!
Jawaban :
 Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di Daerah Pabean
yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan distribusi. Pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai sangat dipengaruhi oleh perkembangan transaksi bisnis serta pola
konsumsi masyarakat yang merupakan objek dari Pajak Pertambahan Nilai. Tarif PPN
merupakan tarif tunggal yaitu 10% atas Dasar Pengenaan Pajak, kecuali untuk beberapa
golongan BKP tertentu yang diatur Undang-Undang.
 Sedangkan PPnBM dikenakan atas penyerahan BKP yang tergolong mewah dalam daerah
pabean atau atas impor BKP yang tergolong mewah. Tarif PPnBM paling rendah 10% dan
paling tinggi 200%.

7. Apa yang Saudara ketahui tentang Kawasan Bebas (Free Trade Zone)? Sebutkan perlakuan
PPN di Kawasan bebas! Fasilitas pajak atas pemasukan BKP, BKP tidak berwujud, dan JKP
dari Tempat Penimbunan Berikat ke Kawasan Bebas!
Jawaban :
 Kawasan bebas adalah suatu bangunan, tempat, atau kawasan dengan batas-batas tertentu
yang didalamnya melakukan kegiatan usaha industri pengolahan barang dan bahan,
kegiatan rancang bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan awal, pemeriksaan akhir,
pengepakan atas barang dan bahan asal impor atau barang dan bahan dari dalam daerah
pabean Indonesia lainnya, yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor.
 Fasilitas perpajakan yang diberikan kepada kawasan berikat dapat diberikan untuk kegiatan
berikut:
a. Impor barang atau bahan yang dimasukkan ke Tempat Penimbunan Berikat diberikan
fasilitas berupa:
 Penangguhan bea masuk
 Pembebasan cukai
 Tidak dipungut PPN, PPnBm dan PPh Pasal 22
b. Penyerahan barang kena pajak dalam negeri ke Tempat Penimbunan Berikat diberikan
fasilitas berupa tidak dipungut PPN dan PPnBM.

8. Sebutkan fasilitas PPN yang tersedia berdasarkan ketentuan UU PPN yang berlaku, prosedur
mendapatkannya dan mekanisme pengkreditan PPN masukannya!
Jawaban :
 Fasilitas terkait dengan pengenaan PPN dapat berupa :
a. PPN tidak dipungut baik untuk sebagian ataupun seluruhnya
b. PPN dibebaskan baik untuk sementara waktu atau selamanya, untuk :
 Kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam daerah pabean
 Penyerahan BKP tertentu atau penyerahan JKP tertentu
 Impor BKP tertentu
 Pemanfaatan BKP tidak berwujud tertentu dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean
 Pemanfaatan JKP tertentu dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
 Prosedur mendapatkannya :
 Mekanisme pengkreditan PPN masukannya :

9. Sebut dan jelaskan apa yang saudara ketahui tentang obyek PPN menurut: (i) Pasal 4; (ii) Pasal
16C; dan (iii) Pasal 16D UU PPN yang berlaku! Sebutkan pula persyaratan-persyaratan Obyek
PPN!
Jawaban :
(i) Berdasarkan Pasal 4 UU PPN, Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas :
a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha;
b. impor Barang Kena Pajak;
c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;
d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean;
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; atau
f. ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
(ii) Berdasarkan Pasal 16C UU PPN : Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas kegiatan
membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang
pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain yang batasan
dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan.
(iii) Berdasarkan Pasal 16D UU PPN : Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan
aktiva oleh PKP yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan,
sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan.
 Persyaratan objek PPN :

10. Pembayaran dan pelaporan pajak merupakan salah satu aspek manajemen pajak yang cukup
strategis dan tidak boleh diabaikan.
Jawaban :
Pembayaran pajak sebagai salah satu aspek manajemen pajak yaitu dengan melakukan
pembayaran pajak tepat waktu. Hal ini bukan berarti pembayaran pajak harus dilakukan jauh-
jauh hari sebelum jatuh tempo, melainkan tidak lewat tanggal jatuh tempo untuk menghindari
timbulnya sanksi administrasi akibat keterlambatan. Begitu juga halnya dengan pelaporan juga
harus dilakukan tepat waktu. Sanksi yang harus dibayar jika terjadi keterlambatan hanya akan
menambah beban pajak yang akan dibayar oleh perusahaan. Selain itu Wajib Pajak juga harus
memastikan bahwa informasi yang tertera dalam SPT adalah benar untuk menghindari biaya
jika terjadi pemeriksaan nantinya.

11. Coba saudara jelaskan upaya-upaya manajemen pajak yang dapat dilakukan dalam hal
pembayaran dan pelaporan pajak dengan terlebih dahulu mengulas sanksi perpajakan yang akan
dikenakan apabila wajib pajak tidak comply terhadap aspek pembayaran dan pelaporan!
Jawaban :
Jika wajib pajak tidak melakukan pembayaran tepat waktu maka akan dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga 2% per bulan sejak tanggal jatuh tempo dan sanksi denda atas
keterlambatan pelaporan SPT Masa PPN yaitu Rp 500.000. Untuk menghindari sanksi-sanksi
yang akan menambah beban perusahaan, sebaiknya wajib pajak melakukan pembayaran tepat
waktu dan juga melakukan penyampaian SPT tepat waktu.

12. Apa kewajiban perusahaan sebagai PKP? Inventarisir sanksi perpajakan (baik sanksi
administrasi maupun pidana) terhadap pelanggaran kewajiban perpajakan di bidang PPN dan
PPnBM!
Jawaban :
 Kewajiban perusahaan sebagai PKP :
1) Memungut PPN/PPnBM yang terutang
2) Menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar dalam hal Pajak
Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang.
3) Melaporkan PPN/PPnBM yang terutang
 Sanksi terhadap pelanggaran kewajiban perpajakan dibidang PPN dan PPnBM :
1) Jika pengusaha tersebut sudah memenuhi ketentuan sebagai PKP namun tidak
2) mengukuhkan diri sebagai PKP maka akan dikukuhkan secara jabatan oleh fiskus
3) Sanksi bunga atas keterlambatan penyetoran dan pelaporan SPT
4) Sanksi denda jika tidak membuat faktur pajak

13. Sebut dan jelaskan apa yang Saudara ketahui tentang :


A. Mekanisme penerbitan nota retur dan nota pembatalan berikut pelaporannya pada SPT
Masa PPN!
Mekanisme penerbitan nota retur
a) PPN dan PPnBM atas penyerahan BKP yang dikembalikan (retur) dan/atau atas
penyerahan JKP yang dibatalkan, dapat dikurangkan dari PPN dan PPnBM yang
terutang dalam masa pajak terjadinya pengembalian BKP atau pembatalan JKP.
b) Pembeli BKP atau penerima JKP harus membuat dan menyampaikan Nota Retur atau
Nota Pembatalan kepada PKP penjual, jika terjadi pengembalian BKP atau pembatalan
JKP, kecuali diganti dengan BKP/JKP yang jenisnya, tipenya, jumlahnya dan harganya
sama.
c) Nota Retur paling sedikit memuat:
 Nomor Nota retur;
 Nomor Seri dan tanggal Faktur Pajak dari BKP yang dikembalikan;
 Nama, alamat, dan NPWP pembeli;
 Nama, alamat, NPWP PKP Penjual;
 Jenis barang dan jumlah harga jual BKP yang dikembalikan;
 PPN atas BKP yang dikembalikan;
 PPnBM atas BKP yang tergolong mewah yang dikembalikan;
 Tanggal pembuatan Nota Retur;
 Nama dan tandatangan yang berhak menandatangani nota retur.
d) Nota Pembatalan paling sedikit memuat:
 Nomor nota pembatalan;
 Nomor Seri dan tanggal Faktur Pajak dari JKP yang dibatalkan;
 Nama, alamat, dan NPWP penerima JKP;
 Nama, alamat, NPWP PKP Pemberi Jasa Kena Pajak;
 Jenis jasa dan jumlah penggantian JKP yang dibatalkan;
 PPN atas JKP yang dibatalkan;
 Tanggal pembuatan Nota pembatalan;
 Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani nota pembatalan.
e) Dianggap tidak terjadi pengembalian BKP atau pembatalan JKP jika Nota Retur atau
Nota Pembatalan tidak mencantumkan syarat-syarat yang harus dimuat dalam Nota
Retur atau Nota Pembatalan, tidak dibuat pada saat BKP dikembalikan atau JKP
dibatalkan dan tidak menyampaikan lembar ke-3 nota retur ke KPP pembeli sehingga
tidak dapat mengurangi Pajak Keluaran bagi penjual atau Pajak Masukan, atau harta,
atau biaya bagi pembeli.
f) Nota Retur atau Nota Pembatalan dibuat paling sedikit rangkap 2 (dua):
 lembar ke-1 : untuk PKP penjual/pemberi JKP
 lembar ke-2 : untuk arsip pembeli/penerima JKP
g) Jika pembeli BKP atau penerima JKP bukan PKP, Nota Retur atau Nota Pembatalan
dibuat rangkap 3 (tiga). Lembar ke-3 untuk KPP pembeli.
h) Nota Retur atau nota pembatalan harus dibuat pada saat terjadinya pengembalian BKP
atau pembatalan JKP.
i) Bentuk dan ukuran Nota Retur dapat disesuaikan dengan kebutuhan administrasi
pembeli BKP atau penerima JKP.

Mekanisme Pelaporan Nota Retur Atau Nota Pembatalan


Dalam Surat Pemberitahuan Masa PPN (SPT Masa PPN) Nota Retur atau Nota Pembatalan
yang dibuat oleh pembeli BKP atau penerima JKP dan yang diterima oleh Pengusaha Kena
Pajak penjual harus dilaporkan dalam SPT Masa PPN agar dapat mengurangi PPN/PPnBM
yang telah dilaporkan dalam SPT Masa PPN sebelumnya.
a) Pengurangan Pajak Keluaran atau Pajak Keluaran dan PPnBM oleh PKP penjual
dan/atau PKP pemberi JKP dilakukan dalam Masa Pajak saat terjadinya pengembalian
BKP atau pembatalan JKP.
b) Pengurangan Pajak Masukan, pengurangan harta, atau pengurangan biaya oleh pembeli
atau penerima JKP dilakukan dalam Masa Pajak saat terjadinya pengembalian BKP atau
pembatalan JKP.

B. Fungsi, jenis, dan dokumen-dokumen tertentu yang dipersamakan dengan Faktur Pajak!
 Dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan faktur pajak berdasarkan
Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-10 /PJ/2010 adalah sebagai berikut:
a) Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh
pejabat yang berwenang dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri
dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB
tersebut;
b) Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh
BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu;
c) Faktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuat dan dikeluarkan oleh
PERTAMINA untuk penyerahan BBM dan/atau bukan BBM;
d) Tanda pembayaran atau kuitansi untuk penyerahan jasa telekomunikasi;
e) Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill, atau Delivery Bill, yang
dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;
f) Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;
g) Tanda pembayaran atau kuitansi listrik;
h) Pemberitahuan Ekspor JKP atau BKP Tidak Berwujud yang dilampiri dengan
invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
Pemberitahuan Ekspor JKP atau BKP Tidak Berwujud, untuk ekspor JKP atau BKP
Tidak Berwujud;
i) Pemberitahuan impor Barang (PIB) dan dilampiri dengan Surat Setoran Pajak, Surat
Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau bukti pungutan pajak oleh
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan PIB tersebut, untuk impor BKP; dan
j) Surat Setoran Pajak (SSP) untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP tidak
berwujud atau JKP dan luar Daerah Pabean.
 Dokumen tertentu sebagaimana dimaksud dalam angka 1 sampai dengan angka 8 paling
sedikit harus memuat:
1) Nama, alamat dan NPWP yang melakukan ekspor atau penyerahan;
2) Nama pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak;
3) Jumlah satuan barang apabila ada;
4) Dasar Pengenaan Pajak; dan
5) Jumlah pajak yang terutang kecuali dalam hal ekspor.

 Dokumen tertentu sebagaimana dimaksud dalam angka 9 dan angka 10 dibuat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

C. Saat dan tempat PPN terutang!


Berdasarkan ketentuan Pasal 11 UU PPN juncto Pasal 17 PP No 1 Tahun 2012, terutangnya
PPN dan/ atau PPnBM terjadi pada saat :
1. Penyerahan BKP
2. Impor BKP
3. Penyerahan JKP
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean
6. Ekspor BKP berwujud
7. Ekspor BKP tidak berwujud
8. Ekspor JKP

D. Prinsip dasar pengkreditan PPN masukan.


Pajak masukan dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan pajak keluaran dalam masa
yang sama. PPN masukan merupakan PPN yang dipungut oleh supplier atas perolehan BKP
dan/atau JKP bagi perusahaan. Sedangkan PPN keluaran merupakan PPN yang dipungut
oleh perusahaan atas penjualan BKP dan/atau JKP ke pelanggan. Apabila PPN masukan
lebih besar dari PPN keluaran maka akan terjadi lebih bayar dan dapat dikompensasikan ke
masa pajak berikutnya dengan mengajukan restitusi (pengembalian). Sedangkan apabila
PPN masukan lebih kecil dari PPN keluaran maka akan terjadi kekurangan bayar PPN dan
harus disetorkan sebelum penyampaian SPT Masa PPN untuk periode yang bersangkutan.

E. Pengenaan PPN atas pemakaian sendiri dan/atau pemberian Cuma-Cuma BKP dan/atau
JKP!
Atas pemakaian sendiri dan/atau pemberian Cuma-Cuma BKP dan/atau JKP tetap
dikenakan PPN dengan dasar pengenaan pajak sebesar harga pokok (harga jual atau
penggantian dikurangi laba bruto).

F. Pihak yang ditunjuk selaku Pemungut PPN!


 Secara umum PPN yang terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP dipungut oleh
PKP Penjual. Dengan demikian, pembeli BKP/JKP yang bersangkutan wajib membayar
kepada PKP Penjual sebesar harga jual ditambah PPN yang terutang (10%).
 Dalam hal harga jual atau penggantian telah termasuk PPN, maka PPN yang terutang
atas penyerahan BKP/JKP tersebut dihitung dengan formula : 10/110 x harga jual atau
penggantian.
 Apabila pembeli BKP/JKP tersebut berstatus Pemungut PPN (Pembeli Khusus), PPN
yang terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP tidak dipungut oleh PKP Penjual,
melainkan disetor langsung ke kas Negara oleh Pemungut PPN tersebut. Dengan
demikian, Pemungut PPN hanya membayar kepada PKP Penjual sebesar harga jual,
sedangkan PPN-nya (10%) disetor langsung ke kas negara.
 Pemungut PPN (Pembeli Khusus) terdiri dari (563/KMK.03/2003) :
a) Bendaharawan Pemerintah baik Pusat maupun Daerah, yang dananya dari
APBN/APBD.
b) Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara
 Kemudian perusahaan yang mengadakan kontrak karya dengan pemerintah Indonesia
juga ditunjuk sebagai pemungut PPN, biasanya sudah termuat penunjukan tersebut
dalam buku kontraknya. (Contoh perusahaan kontrak karya PT. Freeport Indonesia).
Selain wajib pajak di poin 4, BUMN juga ditunjuk sebagai pemungut PPN (Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 136/PMK.03/2012).

G. Prosedur penyelesaian restitusi PPN


Permohonan restitusi disampaikan kepada KPP di tempat PKP dikukuhkan. Permohonan
disampaikan oleh PKP melalui :
1) SPT Masa PPN yang mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak dengan cara mengisi kolom “Dikembalikan (restitusi)”; atau
2) Surat permohonan tersendiri, apabila kolom “Dikembalikan (restitusi)” dalam SPT
Masa PPN tidak diisi atau tidak mencantumkan tanda permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak.
Permohonan restitusi tersebut ditentukan satu permohonan hanya untuk satu Masa Pajak
dengan melampirkan dokumen dan bukti-bukti yang diperlukan.

H. Obyek PPnBM dan mekanisme penghitungannya!


 Obyek PPnBM
a) Penyerahan BKP yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang
menghasilkan barang tersebut di dalam daerah pabean dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya
b) Impor BKP yang tergolong mewah
 Mekanisme penghitungan PPnBM :
Tarif PPnBM ditetapkan paling rendah 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi 200%
(dua ratus persen). PPnBM yang telah dibayarkan tidak dapat dikreditkan dengan
PPnBM yang terutang. Dengan demikian, prinsip pemungutannya hanya satu kali saja,
yaitu pada waktu : (i) penyerahan oleh pabrikan atau produsen BKP yang tergolong
mewah; atau (ii) impor BKP yang tergolong mewah. Penyerahan pada tingkat
berikutnya tidak lagi dikenai PPnBM.

I. Perlakuan PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP dari luar daerah pabean di
dalam daerah pabean.
PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari luar Daerah
Pabean dihitung dengan cara sebagai berikut :
a) 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan jumlah yang dibayarkan atau seharusnya
dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan BKP tidak berwujud dan/atau JKP, jika
dalam jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan tidak termasuk PPN; atau
b) 10/110 (sepuluh per seratus sepuluh) dikalikan dengan jumlah yang dibayarkan atau
seharusnya dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan BKP tidak berwujud dan/atau
JKP, jika dalam jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan sudah termasuk
PPN.

J. Perlakuan PPN atas ekspor JKP dan ekspor BKP tidak berwujud!
Ekspor BKP Tidak Berwujud terjadi pada saat penggantian atas BKP Tidak Berwujud yang
diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau penghasilan. Sementara ekspor
JKP terjadi pada saat penggantian atas jasa yang diekspor tersebut dicatat atau diakui
sebagai piutang atau penghasilan.

14. Apa perbedaan perlakuan PPN dan PPnBM berdasarkan ketentuan UU PPN yang terbaru dan
UU sebelumnya?
a) Objek dan Non-Objek Pajak
 Dalam rangka menetralkan pembebanan PPN dan menambah daya saing kegiatan jasa
yang dilakukan oleh pengusaha Indonesia di luar Daerah Pebaen dan pemanfaatan BKP
tidak berujud dari Indonesia di luar daerah Pebean, maka atas ekspor JKP dan BKP
tidak berwujud dalam RUU PPN dikenakan tarif nol persen.
 Barang hasil pertanian yang diambil langsung dari sumbernya tetap sebagai BKP yang
pengenaan PPN-nya akan menggunakan mekanisme pedoman pengkreditan pajak
masukan (Deemed Pajak Masukan).
b) Bukan objek
 Untuk memberikan kepastian hukum, pengaturan jenis barang dan jasa yang tidak
dikenakan PPN, yang semula diatur dengan peraturan pemerintah dinaikkan ke batang
tubuh UU PPN dan PPnBM.
 Menjamin ketersediaan bahan baku industri energi dalam negeri, barang hasil
pertambangan umum yang diambil langsung dari sumbernya termasuk batu bara tetap
sebagai barang yang tidak dikenakan PPN.
 Dalam rangka pemenuhan gizi rakyat Indonesia dengan harga yang terjangkau, maka
daging segar, telur yang belum diolah, susu perah, sayuran segar dan buahbuahan segar
ditetapkan sebagai barang kebutuhan pokok yang tidak dikenakan PPN.
 Untuk menghindari pengenaan pajak berganda terhadap suatu objek yang sama, maka
objek-objek tertentu yang sudah dikenakan pajak daerah dikualikan dari pengenaan PPN
yaitu barang hasil pertambangan galian, makanan dan minuman yang disajikan di hotel,
retoran, rumah makan, warung dan sejenisnya, jasa perhotelan, jasa boga atau katering.
c) Pengembalian (retur) jasa kena pajak (JKP)
d) Pajak penjualan atas barang mewah
e) Pengkreditan pajak masukan
f) Restitusi PPN
g) Demand pajak masukan
h) Pemusatan tempat PPN terutang
i) Saat pembuatan faktur pajak
j) Fasilitas perpajakan
15. Apa kriteria dan tata cara bagi WP yang dapat mengajukan permohonan restitusi secara
bulanan?
 Kriteria wajib pajak yang dapat mengajukan permohonan restitusi secara bulanan yaitu PKP
berisiko rendah :
i. PKP yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud
ii. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP kepada Pemungut
PPN
iii. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP yang PPN-nya tidak dipungut
iv. PKP yang melakukan ekspor BKP tidak berwujud
v. PKP yang melakukan ekspor JKP

 Tata cara pengajuan permohonan restitusi secara bulanan :


i. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan
ii. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak
yang telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak
iii. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan
pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3(tiga) tahun berturut-
turut
iv. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir

Anda mungkin juga menyukai